Pada bab pendahuluan membicarakan tentang estetika arsitektur yang merupakan filsafat
keindahan bentuk dan ruang. Selain itu, pemaparan tulisan ini diarahkan pada pembahasan tentang
konsep keindahan arsitektur tradisional hingga post modern, dan munculnya idiom-idiom estetik
pada era posmodern.
Menurut filsuf Perancis, A. Merlue Ponty, yang berusaha memaknai arti sejati tubuh manusia
menurut Mangunwijaya, 1992, pembahasan estetika arsitektur sebagai filsafat keindahan bentuk
dan ruang. Sebagai pendekatan, teori arsitektur yang mengikuti mashab architecture as art and craft
and technology dan visual communications in architecture. Dari pendekatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa arsitektur post modern memiliki slogan form follow function yang dipelopori
oleh Louis Sullivans, yaitu rancangan bentuk arsitektur yang mengikuti fungsi dan sebagai filosofi
perancangan arsitekturnya merefleksi semangat zamannya.
Dapat disimpulkan bahwa keindahan sebuah arsitektur tidak sama dengan lukisan. Arsitektur
memiliki bentuk dan ruang untuk mewadahi sebuah aktivitas. Arsitektur sebagai ilmu dan seni tentang
rancang bangun adalah ilmu yang mempelajari suatu wadah kegiatan yang direncanakan dan dibuat
dengan sentuhan-sentuhan keindahan. Bentuk arsitektur merupakan sarana komunikasi visual dari
suatu bangunan, di mana permainan bentuk yang semakin menajam digunakan untuk mendapatkan
sesuatu yang indah. Oleh karena itu tak dapat diragukan lagi bahwa tujuan arsitektur secara umum
dapat dikatakan sama dengan tujuan seni visual, yaitu keindahan. Dalam estetika arsitektur post modern
keindahan arsitektur yang tertuang dalam bangunan haruslah bersifat komunikatif dan bukan hanya
merupakan permainan konotasi dan makna, seperti yang terdapat pada estetika arsitektur modern
Arsitektur klasik dan tradisional didekonstruksi untuk mendapatkan pemahaman baru dan
menemukan nilai-nilai baru. Pemahaman baru atas nilai-nilai yang lahir dari proses dekonstruksi
kemudian, dioperasikan kembali dengan pendekatan dan cara baru yang pada akhirnya melahirkan
idiom-idiom estetik yang cenderung dekonstruktif.
C.
Menurut Sutrisno, keindahan itu dapat dikelompokkan menjadi visual arts dan auditory arts.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa keindahan arsitektur termasuk ke dalam kelompok visual arts.
Keindahan tergantung pada bentuk dan ruang, karena itu keindahan arsitektur adalah keindahan yang
terkandung dalam susunan elemen bentuk dan elemen ruang. Elemen-elemen tersebut merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arsitektur, seperti halnya tubuh manusia yang
terdiri atas organ-organ tubuh yang tidak dapat berdiri dan bekerja sendiri-sendiri. Analogi tersebut
mengarahkan pemikiran pada suatu pemahaman bahwa arsitektur yang tersusun dari bentuk dan ruang.
Penjelasan di atas menempatkan keindahan bukan hanya sesuatu yang digunakan untuk
memenuhi hasrat kesenangan dan keinginan manusia secara indrawi. Akan tetapi lebih pada sesuatu
yang bersifat metafisik dan rasional. Keindahan haruslah memenuhi unsur subyektif dan obyektif.
Subyektif, artinya dapat menyenangkan si subyek atau pengamat, dan obyektif, berarti ada kriteria
sempurna, proposional, dan cemerlang.
Pada awalnya arsitektur lahir untuk menjawab satu kebutuhan pokok manusia berupa tempat
tinggal. Perkembangan selanjutnya, tempat tinggal tidak lagi dimaknai sebagai suatu bangunan benda
mati, tetapi dianggap suatu bangunan yang harus punya jiwa.
Pada arsitektur tradisional rumah tinggal sangat sarat dengan simbol-simbol. Karakter simbol-
simbol itu sendiri dalam konteks kebudayaan menurut Muhadjirin (1996), yang dikutip oleh Marsudi
(2001:25) diklasifikasikan menjadi 4, yaitu simbol konstruktif, simbol kognitif, simbol etika, dan simbol
ekspresif.
Sesuai dengan yang telah disebutkan dalam jurnal, dalam arsitektur pada umumnya, simbol
merupakan cara untuk menyampaikan makna dari suatu bentuk, baik sebagai makna kesan, peran,
ataupun pesan yang dibungkus dengan keindahan yang dikandungnya. Bentuk simbol itu sendiri
merupakan ciptaan yang teraba (tangible), yang berbentuk dua dimensi ataupun tiga dimensi yang
bersumber dari bentuk tak teraba (intangible), yang berasal dari falsafah, sejarah, religi, budaya, dan
suatu pola organisasi. Broadbent mengelompokkan sistem simbol menjadi tiga, yaitu sintactic, semantic,
dan pragmatic. Selain itu, makna simbol dalam ekspresi arsitektur dibagi menjadi tiga, yaitu (1) simbol
yang mengatakan peran dari ekspresi tampak; (2) simbol metafora, baik metafora langsung ataupun
metafora tidak langsung; dan (3) simbol sebagai unsur pengenal.
Perkembangan estetika arsitektur dapat disimpulkan berkembang dari arsitektur tradisional
hingga arsitektur post modern dengan perbandingan ciri-ciri pada masing-masing arsitektur yang
menjadi identitas pada masing-masing arsitektur tersebut.
KITSCH
Kitsch sering disebut bentuk yang Norak atau Murahan. Kitsch menggunakan prinsip
mengimitasi secara langsung dari sesuatu yang sudah ada sehingga sering dianggap sebagai seni selera
rendah. Kitsch terbentuk karena adanya penegasan posisi kelas pemiliknya. Kitsch lahir dari uang dan
keinginan-keinginan untuk merambah lebih luas dan lebih cepat dengan mengesampingkan selera dan
pengetahuan. Fungsi dari karya yang termasuk dalam Kitsch ini hanyalah sekadar untuk menghibur dan
meyakinkan penikmat dan pemakainya
Idiom inisangat tergantung kepada object, konsep atau kriteria yang bersifat eksternal, seperti seni
tinggi, mitos, tokoh, dan sebagainya. Sehingga hasil karyanya biasanya terkesan meng-umum-kan object
langka/ aneh dan sekaligus mempopulerkan nilai-nilai kebudayaan yang terkandung pada object
tersebut.
Karya-karya dari idiom kitsch kebanyakan mengarah pada imitasi/peniruan, simulasi, mimesis, copy, dan
ikonisasi.
(rin, karna ga nyambung banget kitsch sama bab A & C, jadinya aku pisah gitu hehehe)