Anda di halaman 1dari 18

Geostatistik

Sari
Geostatistik merupakan suatu jembatan antara statistik dan GIS. Analisis geostatistik
merupakan teknik geostatistik yang terfokus pada variable spasial, yaitu hubungan antara
variable yang diukur pada titik tertentu dengan variable yang sama diukur pada titik
dengan jarak tertentu dari titik pertama. Proses yang dilakukan dalam analisis geostatistik
adalah meregister seluruh data, mengeksplorasi data, membuat model, melakukan
diagnostic dan membandingkan model. Dalam aplikasi yang akan dijadikan contoh
pemodelan geologi yaitu pada lapangan gas Natuna di Laut Natuna yang meliputi data
peta porositas, permeabilitas, saturasi, dan net to gross yang dipakai untuk menghitung
volumetric dan simulasi reservoir.
Pendahuluan
Tujuan dari pemodelan pada industri perminyakan adalah tentu saja untuk membuat
model dari reservoir minyak dan gas. Model ini sangat berguna untuk mendapatkan
perseujuan dari pemerintah dalam hal ini pemerintah akan juga mempertimbangkan
aspek ekonomi berdasarkan model yang dibuat (Tyson and Math, 2009). Daerah konsesi
Natuna terletak sekitar 225 km timur laut Pulau Natuna di laut Natuna bagian timur.
Analisis mendalam dan terintegrasi dengan geostatistik sangat diperlukan untuk dapat
membuat model geologi detail untuk analisa fasies dan peta porositas untuk tujuan
determinasi dan input pada model simulasi reservoir.
Proses Analisis Geostatistik
Dalam proses analisis yang pertama perlu dilakukan adalah meregister seluruh data yang
diperlukan. Hal ini sagat penting dilakukan untuk dapat menggunakan data data
tersebut pada tahapan selanjutnya. Kompatibilitas data untuk dapat dianalisis lebih lanjut
apabila menggunakan GIS tentu sangat penting. Data digital akan memudahkan dengan
penggunaan work station. Langkah langkah analisa yang harus dilakukan meliputi:
1. Eksplorasi Data
Pemahaman yang menyeluruh dan dalam pada data yang ada sangat diperlukan untuk
dapat menganalisis. Eksplorasi dari pendistribusian data, melihat batasan batasan
secara global dan lokal, melihat pola pola global, memeriksa korelasi spasial, dan
memahami kovariasi dari berbagai data.
2. Pembuatan Model
Pada mulanya geostatistik merupakan sinonim dari kriging. Tetapi kemudian dalam
perkembangannya juga meliputi metode deterministic. Metode deterministik tidak
memiliki penilaian untuk kesalahan prediksi, tidak ada asumsi untuk data sedangkan
metode kriging memiliki penilaian untuk kesalahan prediksi dan mengasumsikan data dari
proses stokastik. Peta yang dihasilkan dapat berupa peta prediksi (peta interpolasi), peta
standar eror, peta Quantile, peta probability.
3. Melakukan Diagnostik
Sebelum menghasilkan hasil akhir harus kita ketahui dahulu seberapa bagusnya prediksi
nilai di tempat yang tidak memiliki data real. Dalam pemodelan geologi khususnya
pemodelan reservoir, model yang baik akan memiliki satu kualitas yang sederhana yaitu:
harus menyediakan prediksi yang baik dari perilaku reservoir untuk merespon keadaan
(Tyson and Math, 2009).
Untuk prediksi yang baik harus memiliki prediksi mean eror yang mendekati nol, RMS
(root-mean-square) yang lebih kecil lebih baik. Apabila estimasi rata rata standar eror
dibandingkan dengan prediksi eror RMS sama maka prediksi bagus, apabila <1 maka
overestimate dan apabila >1 maka underestimate.
4. Membandingkan Model
Beberapa model yang dihasilkan dari beberapa perlakuan harus dibandingkan untuk
melihat mana yang lebih baik. Penggunaan cross validation statistic sangat membantu
dalam pembandingan ini. Aturan aturan dasar sebelumnya untuk prediksi yang baik
masih digunakan juga untuk pembandingan model.
Peta Fasies Seismik dan Analisis Fasies Deposisi
Untuk pembuatan peta fasies seismik tiap sikuen data yang diperlukan adalah geometri
refleksi internal dan hubungannya dengan batas sikuen, tambahan atribut seismik seperti
amplitude dan continuity juga diidentifikasi (Dunn et al, 1996).
Fasies deposisi diidentifikasi dari karakter seismiknya dan deskripsi litofasies yang
dikalibrasi dari core dan analisis log. Untuk mengidentifikasi karakter seismik sekarang ini
dibutuhkan seorang interpreter modern. Tantangannya adalah untuk mengintegrasikan
prediksi kuantitatif, kenampakan dan pengukuran dari data seismic ke dalam deskripsi
reservoir statis dan model reservoir dinamis melalui seismic 3D dan 4D (Hargrave et al,
2003).
Beberapa teknik interpretasi seismic dalam yang dikemukakan Mair et al, (2003) adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan multiple atribut untuk interpretasi sesar dan penjelajahan
permukaan.
2. Manipulasi data (scanning dan slicing)
3. Interpretasi seluruh sesar yang ada.
Pengolahan data dengan menggunakan analisis geostatistik menghasilkan peta fasies
seismic dan peta fasies deposisi seperti terlihat pada lampiran.
Peta Penyebaran Porositas
Untuk pembuatan peta penyebaran porositas digunakan data porositas dari data sumur
dan kecepatan seismic. Pengolahan dari data yang ada menghasilkan peta seperti pada
lampiran. Pola kontur pada peta porositas jelas memperlihatkan bahwa interpretasi
porositas pada reservoir sangat dipengaruhi oleh fasies deposisinya (Dunn et al, 1996).
Kesimpulan
Analisis geostatic sangat diperlukan dalam pemodelan geologi. Dengan penggunaan
statistic dapat diprediksi nilai dari daerah yang tidak memiliki data real sehingga dapat
dibuat hasil prediksi yang mendekati nilai penyebaran sebenarnya. Dari data beberapa
sayatan seismic dapat dibuat peta fasies seismic dan analisa fasies deposisi. Sedangkan
untuk pembuatan peta penyebaran porositas digunakan dari beberapa data sumur dan
analisa kecepatan seismic.
http://rduno.blogspot.com/2013/07/geostatistik.html

PEMODELAN GEOLOGI RESERVOIR MINYAK BUMI

Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan
nama Geomodeling merupakan aplikasi ilmu yang
memberikan gambaran komputasi dari bagian kerak bumi
berdasarkan data geofisik dan observasi geologi yang telah
dilakukan dan bawah permukaan bumi. Pemodelan geologi
sangat berhubungan dengan disiplin ilmu geologi seperti
geologi struktur, sedimentologi, stratigrafi, dan diagenesis.
Sebuah pemodelan geologi memiliki nilai numerik tiga
dimensi yang dilengkapi deskripsi fisik daerah penelitian.
Hasil dari pemodelan geologi dapat digunakan sebagai
data tambahan yang penting dalam mitigasi bencana
geologi dan pengelolaan sumber daya alam, sebagai
contoh dalam industri minyak dan gasbumi, pemodelan
reservoir yang realistik sangat dibutuhkan sebagai input
dalam program simulasi dan memprediksi respon batuan
dalam proses eksplorasi, karena kesalahan yang terjadi
pada saat eksplorasi dapat menghambat produksi
hidrokarbon. Penggunaan model geologi dan simulasi
reservoir memberikan kesempatan bagi ahli geologi untuk
mengidentifikasi daerah yang potensial dan ekonomis
dengan lebih baik.
Formasi geologi dalam bentuk dua dimensi dibentuk
oleh poligon poligon yang merepresentasikan patahan
ataupun ketidakselarasan dan dibatasi oleh permukaan
yang sudah di-grid. Pemodelan geologi umumnya meliputi
beberapa langkah, yaitu:
1. Analisis awal yang berkaitan dengan geologi pada
daerah penelitian.
2. Interpretasi data yang tersedia dan observasi.
3. Pemodelan struktur yang menggambarkan batas
batuan (horizon, unconformity, intrusi, dan patahan).

2.9 Komponen Pemodelan Geologi
Pemodelan geologi terbagi menjadi beberapa
komponen yang akan menghasilkan gambaran 3 dimensi
sesuai tujuan awalnya. Komponen tersebut terbagi menjadi
:
a.) Kerangka Struktural
Penggabungan posisi spasial dari batas formasi, meliputi
efek patahan, lipatan, dan erosi (unconformity). Bagian
stratigrafi yang penting akan dibagi lebih jauh lagi menjadi
lapisan lapisan, yang terdiri dari sel berhubungan dengan
batas permukaan (paralel ke atas, paralel ke bawah,
proporsional).
b.) Tipe Batuan
Setiap sel dalam model ditentukan berdasarkan jenis
batuannya, sebagai contoh pada lingkungan pantai, air laut
dengan energi yang tinggi mampu membawa sedimen
pasir sampai ke daerah shoreface bagian atas, air laut
dengan energi medium hanya mampu membawa partikel
pasir sampai ke shoreface bagian bawah dan membentuk
batupasir yang diselingi kehadiran serpih, sedangkan air
laut dengan energi rendah hanya mampu membawa
partikel serpih atau lanau untuk diendapkan pada bagian
transisi offshore. Penyebaran tipe batuan tersebut dikontrol
oleh beberapa metode, seperti poligon ataupun
penempatan statistik berdasarkan jarak terdekat dengan
sumur.
c.) Kualitas Reservoir
Parameter kualitas reservoir hampir selalu dihubungkan
dengan porositas dan permeabilitas, faktor sementasi,
serta faktor yang memengaruhi penyimpanan dan
kemampuan mengalirkan fluida dalam pori batuan. Teknik
geostatistik sering digunakan untuk menginterpretasikan
nilai porositas dan permeabilitas berdasarkan sel tipe
batuan.
d.) Saturasi Fluida
Dalam industri energi, minyak dan gas alam merupakan
fluida yang paling umum untuk dimodelkan. Metoda khusus
untuk perhitungan saturasi hidrokarbon dalam model
geologi menggabungkan perkiraan ukuran pori, densitas
fluida, dan tinggi sel di atas kontak air.
e.) Geostatistik
Bagian terpenting dari pemodelan geologi ialah geostatistik
yang akan menyusun observasi data yang ada. Teknik
yang biasa digunakan secara luas ialah kriging yang
mengunakan korelasi spasial antar data dan bertujuan
untuk membangun interpolasi via semi varogram. Untuk
mereproduksi varibilitas spasial yang lebih realistis dan
membantu menilai ketidakpastian antar data, simulasi
geostatistik terkadang digunakan berdasarkan variogram,
atau parameter objek geologi.

Tujuan dari pemodelan geologi dalam industri minyak bumi
ialah untuk menciptakan model geologi reservoir minyak
dan gas bumi. Evaluasi model geologi merupakan hal yang
penting karena model geologi yang kurang tepat dapat
menghambat jalannya produksi. Sebuah model reservoir
yang tepat mampu memberikan informasi parameter
geologi tentang reservoir yang diteliti dan untuk dapat
mengartikan model dengan baik dapat dibantu dengan teori
yang berkaitan dengan pemodelan. Tyson dan Math (2009)
menjelaskan bahwa pemodelan reservoir yang tepat
mampu memberikan deskripsi mengenai paramater elemen
arsituktural fasies daerah penelitian, sebagai contoh pada
daerah barrier yang mengandung serpih dan pasir, serta
terdapat arah orientasi pengendapannya. Pada akhir tahun
1980 terdapat perbedaan pemahaman yang besar antara
karakteristik reservoir, pemahaman perilaku reservoir, dan
deskripsi reservoir, namun perlahan lahan perbedaan ini
terhapuskan, dan ahli geologi sepakat untuk menambah
detil parameter reservoir sebagai salah satu langkah
meningkatkan pemahaman perilaku reservoir.
Sebuah model yang tepat mampu memberikan respon
yang sama dengan reservoir daerah yang diteliti, dan untuk
sebuah reservoir dengan informasi yang terbatas akan
sangat sulit dibuat model yang dapat menyamai kondisi
reservoir asli, tetapi dapat saja dibuat sebuah model yang
didesain dengan spesifikasi yang berbeda dengan data
data yang mendekati dengan aslinya.

2.11 Prasyarat untuk Model yang Tepat
Langkah pertama yang paling penting dalam
merancang pemodelan ialah menentukan permasalahan
dalam pemodelan tersebut di mana ahli pemodelan jugalah
yang menemukan solusinya (Pattle Delamore, 2002).
Mendefinisikan permasalahan merupakan hal inti untuk
merancang sebuah model. Tyson (2009) mengatakan
bahwa dalam merancang sebuah model, semakin lengkap
data dasar yang dimiliki maka model yang dihasilkan
menjadi lebih spesifik dan lebih banyak model yang harus
dibangun dengan berbagai probabilitas serta solusinya.
Salah satu tujuan umum untuk membangun pemodelan
geologi ialah untuk mendapatkan data volumetrik yang
akurat dan menitikberatkan pada tingkat akurasi yang
mendetail dalam bentuk grid sel yang kecil, karena semakin
kecil grid sel maka akan semakin detail pemodelan yang
dibuat. Menurut Corbett dan Jensen (1992), cara terbaik
untuk meningkatkan akurasi prediksi volume adalah
dengan membuat model resolusi yang lebih rendah yang
berbeda dari konfigurasi patahan, horizon dan kontak
fluida, sedangkan meningkatkan resolusi model dengan sel
yang sangat kecil hanya akan meningkatkan ketelitian.

Beberapa tahun belakangan ini software pemodelan
geologi mendorong para ahli pemodelan untuk mengikuti
standar alur kerja, di mana terdapat beberapa keuntungan
yang didapatkan saat perancangan, karena banyaknya
pilihan kemungkinan dan jumlah error yang perlu diperbaiki
yang berkurang secara signifikan. Ada beberapa langkah
evaluasi yang perlu diperhatikan secara cermat dalam
pengerjaan pemodelan geologi, yaitu:
1.) Menentukan permasalahan, atau mengajukan
hipotesis,
2.) Mendesain percobaan,
3.) Menjalankan percobaan berulang ulang,
4.) Mengumpulkan hasil percobaan.
Hipotesis, prediksi, dan verifikasi percobaan telah
dibuktikan sebagai sebuah alur kerja yang kuat untuk
meneliti hal hal yang belum diketahui (Popper, 1959).
Sebuah reservoir dapat diibaratkan sebagai sebuah badan
ilmu pengetahuan ilmiah dan terdapat berbagai cara untuk
mengolah untuk mendapatkan hipotesis, seperti:
Reservoir A memiliki sedikitnya 1juta barrel minyak,
Rekahan pada reservoir B berfungsi sebagai permeabilitas
anisotrop. Setiap hipotesis yang muncul dapat dicek
kembali dengan sebuah percobaan atau simulasi, tentunya
dibantu dengan pemodelan geologi.

2.13 Proses Proses Pemodelan Geologi
Pemodelan reservoir merupakan salah satu hal yang
penting sebelum melakukan eksploitasi, karena pada
proses pemodelan reservoir tersebut akan menghasilkan
sebuah model penyebaran porositas dan permeabilitas dari
lapangan produksi. Hasil dari pemodelan reservoir tersebut
dapat digunakan sebagai acuan maupun prediksi yang
lebih akurat dalam memperkirakan jumlah cadangan
minyak dan gasbumi dan peramalan produksi yang dapat
menunjang optimalisasi produksi seperti penentuan titik
lokasi pemboran.
Proses pemodelan reservoir ini terdiri dari beberapa
tahap yang saling berlanjut satu sama lainnya. Secara
garis besar pembuatan pemodelan geologi reservoir ini
terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1.) Korelasi Sumur (Well Corelation)
Tahapan korelasi sumur ini meliputi pembuatan alur sumur, well top, curve
filling. Proses ini dilakukan sebagai tahapan dasar dan untuk mengetahui
stratigrafi sikuen, stratigrafi serta struktur yang berkerja pada lapangan penelitian.
2.) Pemodelan Patahan (Fault Modeling)
Pemodelan patahan merupakan proses penyempurnaan
patahan untuk diproses lebih lanjut menjadi grid patahan
dalam bentuk tiga dimensi. Gambar 2.2 merupakan contoh
pemodelan patahan dengan menggunakan key pillar dalam
perangkat lunak Petrel. Letak key pillars akan disesuaikan
sesuai dengan letak patahan pada tiap lapisan pasir.
Proses pemodelan patahan ini berguna untuk
menyempurnakan letak struktur yang berkerja serta
pembuatan horizon, zona, dan lapisan.
3.) Pillar Gridding
Pillar gridding merupakan proses pembuatan kerangka
kerja. Semakin kecil ukuran grid maka akan model yang
dibuat akan semakin teliti. Gambar 2.3 menunjukkan
contoh pillar gridding dalam Petrel yang terbagi menjadi
grid kerangka bagian atas, bagian tengah, dan bagian
bawah yang terhubung dengan key pillar.
4)Pembuatan Horison (Make Horizons)
Pembuatan horison stratigrafi merupakan langkah akhir
dalam pemodelan struktur. Jumlah horison yang dibuat
disesuaikan berdasarkan jumlah lapisan pasir yang akan
dimodelkan, dan dalam pemodelan yang akan dilakukan
dibuat 5 lapisan horison pasir yaitu, horison sand-35-1.
5.) Pembuatan Zona (Make Zones)
Pembuatan zona dilakukan untuk memisahkan lapisan
target pasir bagian atas dengan lapisan target pasir bagian
bawah, sehingga nantinya akan terbagi zonasi bagian atas
dan bawah lapisan pasir.
6.) Pembagian Lapisan Target (Layering)
Langkah akhir dalam pemodelan struktural adalah
pembagian lapisan target (layering) yang dimulai dari
pemodelan patahan, pillar gridding, pembuatan horison dan
zona. Pembagian lapisan target pasir termasuk ke dalam
proses penting dalam pemodelan struktural pemodelan
karena akan berkaitan dengan perhitungan nilai porositas
dan permeabilitas yang akan dimodelkan.
Jumlah lapisan pasir yang dibagi berbeda antara satu
tubuh pasir dengan yang lain. Pembagian ini berdasarkan
ketebalan antar ketebalan yang dimiliki dan berfungsi untuk
memisahkan bagian serpih dalam tubuh pasir. Jumlah
lapisan pasir yang tidak sesuai akan mengakibatkan
masuknya serpih ke dalam lapisan pasir dan
mempengaruhi perhitungan porositas serta permeabilitas.
7.) Variogram
Variogram merupakan perangkat statistik untuk interpolasi
antara dua atau lebih data yang bersifat pembobotan.
Dalam variogram ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti metode yang akan digunakan, arah
mayor dan minor, bentuk variogram yang menunjukkan
jenis reservoir homogen atau heterogen.
8.) Pemodelan Fasies (Facies Modeling)
Pemodelan fasies merupakan penggambaran atau ilustrasi
dari fasies yang berada pada lapangan penelitian sehingga
nantinya akan diketahui penyebaran dan hubungan
porositas serta permeabilitasnya.
9.) Pemodelan Petrofisis (Petrophysical Modeling)
Pemodelan petrofisik ini terbagi menjadi pemodelan
porositas, permeabilitas, dan kontak hidrokarbon.
Pemodelan porositas akan mengacu kepada pemodelan
fasies yang telah dilakukan dan membantu dalam
mengenali daerah yang memiliki porositas baik dan yang
buruk. Daerah dengan porositas baik umumnya merupakan
refleksi dari penyebaran sand reservoir, dan daerah
dengan porositas buruk merupakan refleksi dari
penyebaran sand non reservoir dan serpih. Pemodelan
porositas akan menjadi refleksi untuk penyebaran
permeabilitas, karena Petrel akan membaca daerah yang
berporositas baik akan memiliki permeabilitas yang baik
pula. Hal ini akan terlihat pada peta penyebaran yang
dihasilkan, di mana peta permeabilitas tidak akan berbeda
jauh dengan peta permeabilitas.
10.) Pembuatan Kontak (Make Contact)
Pembuatan kontak dilakukan sebagai input dasar dalam
proses perhitungan volume. Proses pembuatan kontak ini
akan menunjukkan daerah penyebaran minyak atau gas
yang nantinya luas daerah tersbut dapat dihitung dengan
potensi hidrokarbon di dalamnya agar didapatkan jumlah
cadangan hidrokarbon yang tersimpan di dalamnya.
Gambar 2.12 merupakan contoh model penyebaran kontak
hidrokarbon pada suatu lapangan. Penyebaran kontak
hidrokarbon ini memiliki tiga warna, yaitu warna merah
yang mengindikasikan kandungan gas, warna hijau
mengidikasikan kandungan minyak, dan warna biru
mengindikasikan kandungan air.
11.) Perhitungan Volume (Volume Calculation)
Tahap akhir merupakan perhitungan volume cadangan
hidrokarbon yang berada dalam reservoir. Hasil
perhitungan volume hidrokarbon tiap horizon akan berbeda
dikarenakan faktor penyebaran kontaknya.
http://aryadhani.blogspot.com/2012/03/pemodelan-geologi-reservoir-minyak-
bumi.html


PETROLEUM PRODUCTION SYSTEM
Pendahuluan

Tugas utama dari seorang production engineer adalah memaksimalkan produksi minyak
dan gas semaksimal mungkin dan dengan biaya yang seminimal mungkin. Sehingga
pengetahuan yang mendalam tentang oil and production system menjadi sangat penting.
Dan pada bagian ini kita akan mendiskusikan tentang tentang oil and gas production
system.
Seperti pada gambar 1.1 di bawah, suatu oil anda gas production system yang lengkap
terdiri dari reservoir, well, flowline, separator, pump, dan transportation pipelines.
Reservoir menyuplai wellbore dengan crude oil atau gas. Kemudian well menyediakan
fasilitas untuk mentransfer oil atau gas tersebut dari bawah permukaan ke atas
permukaan dan mengontrol laju produksi. Berikutnya flowline akan membawa oil or gas
ke separator. Separator akan memisahkan oil, gas dan water. Pumps dan compressor
digunakan untuk mentransport oil atau gas menggunakan pipelines.



Reservoir
Reservoir adalah bagian dari perangkap bawah permukaan baik struktural
maupun stratigrafis yang berupa bentukan (formasi) batuan batupasir atau karbonat yang
bersifat porous sehingga dapat mengandung minyak/gas dan permeabel sehingga dapat
mengalirkan minyak/gas tersebut.
Jenis reservoir berdasarkan diagram fasa.


Reservoir minyak
Reservoir gas
Reservoir gas condensate (retrograde)


Adapun mekanisme pendorongan dalam seuah reservoir dapat berupa
Solution gas drive
Gas cap drive
Water drive
Segregation drive
Combination




Well
Sebuah well, seperti pada gambar Gambar 1.6 tersusun dari casings, tubing, packer,
down-hole choke, wellhead, Cristmass tree, dan surface choke.

Separator
Umumnya suatu fluida yang terproduksi dari dalam reservoir masih dalam keadaan
tercampur antara oil, gas, dan air. Sehingga diperlukanlah suatu separator untuk
memisahkannya. Ada 3 jenis separator yang umum dipakai dalam dunia perminyakan,
yaitu : separator horizontal, separator vertical dan separator spherical. Pemilihan jenis
separator yang akan digunakan ini tergantung dari keekonomian, karakteristik dari fuida
yang akan dipisahkan, lokasi / ruang dimana ia kan diletakkan.
Pipelines
Sebagaimana telah kita ketahui, pipeline ini berfungsi untuk mentranportasikan crude oil,
natural gas, dan produk turunannya dari suatu tempat ke tempat lain. Tranport dengan
menggunakan pipelines ini lebih menguntungkan secara ekonomi karena ia bersifat
continue, tahan lama dan dapat mentransport fluid dalam jumlah yang besar dengan rate
yang relative constant.
http://zulfikariseorengineer.blogspot.com/2011/05/petroleum-production-system.html

Anda mungkin juga menyukai