SEBAGAI TANAMAN OBAT OLEH : SUPADMI NIM : 0402513158
ABSTRAK
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) adalah tanaman asli Indonesia yang berkhasiat obat. Tanaman ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyrakat Indonesia sebagai obat herbal karena mengandung berbagai macam senyawa bermanfaat seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, phalerin, dll. Bagian tanaman yang banyak dimanfaatkan selama ini adalah daun, daging buah, dan kulit buah. Pemanfaatan tanaman sebagian besar dalam bentuk ekstrak bisa disajikan sebagai teh atau kopi herbal. Mahkota dewa diketahui mengandung senyawa aktif yang mampu mengobati berbagai macam penyakit seperti diabetes, kanker, asam urat, rematik, tekanan darah tinggi, dll. Pemanfaatan mahkota dewa sebaiknya diimbangi dengan konsumsi air putih agar membantu meringankan kerja ginjal. Disamping itu upaya pemanfaatan sebaiknya disertai dengan upaya konservasi agar tanaman tetap lestari.
Key words : mahkota dewa, tanaman obat, senyawa aktif
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman jenis tumbuh- tumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan yang ada telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman bahan obat, salah satunya adalah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.). Tanaman ini termasuk dalam suku Thymelaceae yang memiliki habitus berupa perdu dengan ketinggian rata-rata 1 2,5 m, namun ada juga yang bisa mencapai 18 m. Tanaman ini berasal dari daerah Papua dan tumbuh subur di daerah dataran tinggi hingga ketinggian 1.200 mdpl (Burkil, 1966 in Simanjuntak, 2008). 2
Tanaman mahkota dewa di Indonesia telah digunakan secara luas oleh masyarakat sebagai bahan obat tradisonal yang mempunyai banyak manfaat. Kandungan bahan kimia yang bermanfaat obat pada tanaman mahkota dewa bisa diperoleh mulai dari bagian buah, biji, daun, maupun kulit buahnya. Kandungan bahan kimia bermanfaat yang terdapat pada tanaman mahkota dewa dapat berupa alkaloid, terpenoid, poliphenol, saponin, resin, lignan, dan flavonoid (Lidaswati, 2002; Winarto, 2003 in Sumarawati & Fatmawati, 2011). Bagaimanakah pemanfaatan bahan bahan kimia ini dalam membantu pengobatan pada masyarakat dan seberapa efektifkah penggunaannya menjadi hal yang perlu untuk diketahui bersama. Makalah ini akan menjelaskan manfaat dari beberapa senyawa kimia yang ada dalam tanaman mahkota dewa dalam membantu proses penyembuhan berbagai macam penyakit dan bagaimana mekanisme pengolahannya.
PEMBAHASAN
Klasifikasi Mahkota Dewa
Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Sub Kingdom : Tracheobinta (Tumbuhan Berpembuluh) Super Divisi : Spermathophyta (Tumbuhan Berbiji) Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga) Class : Magnoliopsida (Berkeping Dua/Dikotil) Sub Class : Rosidae Ordo : Myrtales Family : Thymelaeaceae Genus : Phaleria Species : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl (Tora, 2013)
3
Nama Daerah : simalakama (Melayu), makuto dewo, makuto rojo, makuto ratu, makuto mewo (Jawa), raja obat (Banten) Asing : crown of God (Inggris), pau (Cina)
Ciri-Ciri Morfologi
Tanaman mahkota dewa merupakan tanaman perdu dengan ketinggian rata- rata 1 2.5 m, berakar tunggang, batang berbentuk bulat dengan permukaannya yang kasar berwarna kecoklatan dan kayu bagian dalam berwarna putih. Percabangan batang simpodial (memiliki banyak cabang) yang merupakan salah satu karakteristik tanaman dikotil. Tipe daun, daun tunggal, dan duduk daun berhadapan. Daun berbentuk lanset atau jorong dengan tangkai daun pendek berukuran 3 5 mm. Tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, permukaannya licin, ujung dan pangkal daun berbentuk runcing, berwarna hijau tua. Daun mahkota dewa memiliki panjang 7 10 cm dan lebar antara 2 5 cm. Bunga mahkota dewa berukuran kecil, berbentuk tabung berwarna putih, dan berbau harum. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun. Bunga tersebar pada batang atau ketiak daun. Buah berbentuk bulat, berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna merah marun ketika tua. Ukuran buah bervariasi dari sebesar bola ping pong sampai sebesar buah apel dengan ketebalan kulit 0.1 0.5 mm (Harmanto, 2003 in Simanjuntak, 2008). Permukaan kulit buah licin dan beralur. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji keras, berbentuk bulat, berwarna coklat dengan diameter 1 cm. Baik buah maupun biji mahkota dewa jika dimakan mentah bisa menyebabkan keracunan yang ditandai dengan mati rasa pada lidah, kaku, bengkak, sariawan, dan bahkan pingsan (Harmanto, 2002 in Soeksmanto, 2006). 4
(Tora, 2013) Gambar 1. Morfologi tanaman mahkota dewa
Kandungan Bahan Kimia dan Efek Farmakologis
Berdasarkan hasil penelitian tanaman mahkota dewa mengandung berbagai macam bahan kimia yang bermanfaat obat. Beberapa jenis bahan kimia ini dapat ditemukan pada bagian daun, kulit buah, maupun buah. Pada tabel 1 berikut disajikan kandungan berbagai bahan kimia yang telah berhasil diekstrak dari tanaman mahkota dewa :
Tabel 1. Kandungan bahan kimia bermanfaat pada beberapa bagian tubuh tanaman mahkota dewa No Nama senyawa Bagian Tanaman Kulit Buah Daging Buah Daun 1 Alkaloid
2 Saponin
3 Tanin
4 Steroid
5 Flavonoid
5
6 Fenolik hidroquinon
7 Monoterpen
8 Sesquiterpen
9 Polifenol
10 Phalerin
11 Terpenoid
12 Senyawa resin
13 Kaemferol
14 Myricetin
15 Naringin
(Disarikan dari berbagai sumber)
Dari tabel di atas diketahui bahwa ada 4 senyawa yang bisa ditemukan baik pada kulit buah, daging buah, maupun daun mahkota dewa. Ketiga bagian tanaman ini pada umumnya yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Adapun ke-empat senyawa tersebut adalah : 1. Alkaloid Senyawa alkaloid adalah suatu molekul nitrogen organik yang bersifat basa dan mempunyai kemampuan menghambat perkembangan sel kanker tanpa mengakibatkan kerusakan pada sel normal. Hambatan perkembangan tersebut diakibatkan karena adanya pembentukan kompleks alkaloid kanker DNA yang membuat replikasi DNA sel kanker tidak terjadi (Beljanski, 1989 in Sumarawati&Fatmawati, 2011). Senyawa alkaloid biasanya tak berwarna, bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal dan hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Senyawa ini mempunyai kemampuan detoksifikasi sehingga dapat menetralisir racun di dalam tubuh (Kardono, 2003 in Meiyanti, dkk., 2006). 2. Saponin Saponin merupakan larutan berbuih yang diklasifikasikan berdasarkan struktur aglycon ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Senyawa ini memiliki 6
berbagai macam efek farmakologis antara lain sebagai antiinflamasi, analgesik, dan sitotoksik (De Padua dkk., 1999 in Soeksmanto, 2006). Saponin juga bermanfaat sebagai antibakteri dan antivirus, mengurangi kadar gula darah, dan mengurangi penggumpalan darah (Kardono, 2003 in Meiyanti, dkk., 2006). Saponin juga dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel (Robinson, 1991 in Nikam&Basjir, 2012). 3. Tanin Umumnya terdapat dalam organ daun, buah, kulit kayu, dan kulit batang. Senyawa tanin bersifat sebagai astringen, dapat mempresipitasikan protein selaput lendir usus dan membentuk lapisan yang melindungi usus sehingga menghambat penyerapan glukosa (Rottblat, 2002 in Meiyanti, dkk., 2006). Selain itu tanin juga dapat bekerja sebagai antibakteri dengan membentuk ikatan yang stabil dengan protein sehingga terjadi koagulasi protoplasma bakteri (Ganiswara, 1995 in Nikam&Basjir, 2012). Senyawa tanin juga bermanfaat untuk memperlancar sistem pencernaan dengan menyerap bakteri patogen pada usus. 4. Steroid Steroid umumnya menjadi senyawa umum penyusun hormon-hormon reproduksi. Terkait pemanfaatan steroid sebagai bahan obat belum banyak dilakukan penelitian.
Selain ke-empat senyawa yang dibahas di atas, ada beberapa senyawa yang tak kalah pentingnya dan telah banyak dilakukan penelitian tentang manfaat senyawa ini untuk pengobatan. Senyawa yang dimaksud adalah flavonoid dan phalerin. Senyawa phalerin mempunyai efek sitotoksik (Hartati, dkk., 2002 in Saifulhaq, 2009) terhadap sel myeloma (NS 1) sehingga dapat berperan sebagai antikanker (Wahyuningsih, dkk., 2006 in Indrawati&Rosliani, 2010). Sedangkan flavonoid merupakan kelompok fenol yang mempunyai kecenderungan menghambat aktivitas enzim mikrobia dan pada akhirnya menghambat metabolisme mikrobia sehingga berperan sebagai senyawa antimikrobia (Robinson, 1991 in Nikam&Basjir, 2012). Senyawa flavonoid juga 7
bisa berperan sebagai antioksidan yang menghambat berbagai reaksi oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil superoksida dan radikal peroksil (Satria, 2005 in Soeksmanto, dkk., 2007). Semakin tinggi kadar flavonoid maka potensi antioksidannya akan semakin tinggi. Flavonoid menghambat reaksi glikosilasi dengan mengaktivasi gugus hidroksil pada flavonoid untuk berikatan dengan tapak karbonil reaktif dari glukosa sehingga memblokade ikatan antara glukosa dengan protein serum (Sengupta, dkk., 2006 in Setiawan&Suhartono, -). Secara laboratories senyawa flavonoid dapat meningkatkan produksi IL-2 dan meningkatkan proliferasi limfosit (Lisdawati, 2002 in Saifulhaq, 2009). Senyawa flavonoid mampu meningkatkan aliran darah, mengurangi kolesterol serta kemungkinan kematian hati (Ramstad, 1959 in Nikam&Basjir, 2012). Flavonoid memiliki manfaat sebagai antitrombogenik yang mampu menghilangkan plak dan lesi trombotik yang melekat pada arteri yang dapat menyumbat total aliran darah ke jantung. Flavonoid juga meningkatkan pengeluaran insulin yang dihasilkan oleh sel pulau Langerhans pankreas dengan cara perubahan metabolisme Ca 2+ sehingga glukosa darah dapat turun (Akira et al, 2001 in Kautsari, dkk. 2010). Senyawa flavonoid selain mempunyai efek imunostimulan juga mempunyai efek imunosupressan (Midleton et al, 2000 in Saifulhaq, 2009). Dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid.
Penelitian tentang pemanfaatan bahan aktif berfungsi obat dari tanaman mahkota dewa telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan antara lain : 1. Uji sitotoksik senyawa alkaloid mahkota dewa terhadap kultur sel kanker payudara, dimana dari hasil penelitian ini diketahui bahwa dalam ekstrak tanaman mahkota dewa terdapat senyawa alkaloid yang terbukti mempunya efek sitotoksik terhadap kultur sel kanker (Sumarawati&Fatmawati, 2011). Penelitian lain tentang efek sitotoksik ekstrak buah mahkota dewa juga telah dilakukan oleh Dianti dkk (2012) yang menggunakan sel fibroblas kulup. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki potensi yang 8
baik untuk dimanfaatkan sebagai senyawa anti kanker (darah putih/leukemia) dan kanker cervix. 2. Uji bahan baku antibakteri dari buah mahkota dewa hasil radiasi dan antibiotik terhadap beberapa jenis bakteri patogen. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ekstrak dari buah mahkota dewa mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang berperan sebagai antimikrobia dan antibiotik sehingga mampu menekan pertumbuhan bakteri merugikan seperti Salmonella thypii, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Escherecia coli ((Nikham&Basjir, 2012). Penelitian serupa juga pernah dilaksanakan sebelumnya oleh Shodikin (2010) yang menguji aktifitas antimikrobia tanaman mahkota dewa, hanya saja yang digunakan adalah bagian daunnya terhadap bakteri P. aeruginosa dan diperoleh hasil yang positif. 3. Tahun 2006, Meiyanti dkk melakukan uji efek hipoglikemik daging buah mahkota dewa terhadap kadar gula darah manusia sehat setelah pembebanan glukosa. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengetahui efek ekstrak daging buah mahkota dewa terkait kemampuannya menekan kadar glukosa di dalam darah yang diharapkan mampu menjadi obat antidiabet. Penelitian Meiyanti dkk selanjutnya dilanjutkan oleh Ali dkk (2012) yang melakukan uji antidiabet daging buah mahkota dewa. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ekstrak daging buah mahkota dewa mampu menekan terjadi diabetes, dan residu obat yang ada mampu dinetralisir oleh kerja dari enzim di pankreas. 4. Kemampuan antritrombogenik ekstrak buah mahkota dewa juga telah dilakukan oleh Kautsari dkk (2010) yang berhasil membuktikan bahwa esktrak buah mahkota dewa mampu meregenerasi arterosklerosis pada pembuluh darah tikus putih. Kemampuan antitrombogenik ini selanjutnya dapat dimanfaatkan pada pengobatan untuk mencegah penyakit jantung karena sifatnya yang mampu memperlancar aliran darah. 5. Karena kemampuan ekstrak mahkota dewa sebagai antibakteri dan antibiotik, sifat ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada sabun 9
mandi. Penelitian tentang pemanfaatan ekstrak buah mahkota dewa sebagai antibiotik pada sabun mandi cair telah dilakukan oleh Lubis (2013) dan mendapatkan hasil yang positif. 6. Penelitian tentang pengaruh ekstrak buah mahkota dewa terhadap proliferasi limfosit lien pada mencit telah dilakukan oleh Saifulhaq (2009) dan terbukti bahwa ekstrak buah mahkota dewa mampu meningkatkan proliferasi dari sel limfosit. Kemampuan proliferasi limfosit ini pada akhirnya akan terkait dengan peningkatan kemampuan sistem imun tubuh (mempunyai efek imunostimulan).
Berbagai penelitian tentang pemanfaatan ekstrak buah mahkota dewa dapat terlaksana karena didukung oleh teknik ekstraksi bahan-bahan yang berguna obat secara laboratories. Namun secara umum pada pemanfaatan tanaman mahkota dewa belum dilakukan pemurnian ekstrak untuk mengisolasi bahan tertentu saja, hanya pendeteksian keberadaan bahan yang bermanfaat obat di dalam ekstrak. Contohnya adalah pendeteksian keberadaan senyawa alkaloid dengan menambahkan sodium nitrat 5% ke dalam ekstrak kemudian dibawah cahaya tampak, jika terdapat noda berwarna orange kecoklatan berarti kemungkinan terdapat senyawa alkaloid dalam tanaman tersebut (Wagner et al, 1984 in Ali dkk, 2012). Cara lain untuk mendeteksi keberadaan senyawa alkaloid juga bisa dilakukan dengan menggunakan 2 tetes Bouchadat LP ke dalam 3 tetes ekstrak mahkota dewa. Jika terbentuk endapan berwarna coklat atau hitam berarti kemungkinan ekstrak tersebut mengandung senyawa alkaloid. Senyawa aktif lain yang sering dideteksi keberadaannya dalam ekstrak buah mahkota dewa karena memiliki efek farmakologis adalah flavonoid, saponin, dan tanin. Pendeteksian senyawa flavonoid dapat dilakukan salah satunya dengan menambahkan 1mL asam klorida pekat ke dalam 5 mL ekstrak dan ditambahkan pula amil alkohol lalu dikocok kuat kuat hingga terbentuk larutan terpisah. Keberadaan senyawa flavonoid ditandai dengan adanya warna kuning dalam amil alkohol.
10
Upaya Promosi dan Preventif Pemanfaatan Mahkota Dewa sebagai Tanaman Obat
Masyarakat Indonesia telah secara luas memanfaatkan mahkota dewa sebagai bahan obat sebagai suatu produk kearifan lokal pengobatan tradisional. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan industri farmasi pemanfaatan ini semakin meluas setelah semakin banyak penelitian dilakukan untuk menguji efek farmakologis dari bahan-bahan yang terkandung dalam tanaman mahkota dewa. Berbagai macam produk berbahan mahkota dewa telah mulai beredar di pasaran antara lain dalam bentuk teh mahkota dewa, kopi dengan campuran mahkota dewa, maupun kapsul serbuk mahkota dewa. Ekstrak mahkota dewa memang terbukti memiliki banyak manfaat medis terkait dengan pengobatan penyakit. Namun, tanaman ini juga memiliki efek farmakologis yang kemungkinan berbahaya bagi tubuh. Salah satu penelitian preventif yang telah dilaksanakan yaitu pengaruh efek ekstrak buah mahkota dewa terhadap ginjal mencit oleh Soeksmanto (2006). Dari penelitian ini memang dinyatakan bahwa ekstrak buah mahkota dewa masih relatif aman terhadap kerja ginjal mencit. Telah umum diketahui bahwa ginjal merupakan organ ekskresi yang utama pada animalia tingkat tinggi khususnya manusia. Konsumsi obat- obatan telah terbukti memperberat kerja ginjal, karena residu obat akan dikeluarkan bersama urin melalui ginjal. Oleh karena itu konsumsi obat termasuk obat herbal seperti ekstrak mahkota dewa hendaknya diimbangi dengan peningkatan konsumsi air putih sehingga membantu meringankan kerja ginjal.
Gambar 2. Berbagai contoh produk berbahan mahkota dewa (masker dan lulur, kapsul, kopi, dan teh)
11
Tanaman mahkota dewa awalnya memang tanaman yang berasal dari wilayah Papua, namun setelah diketahui bahwa tanaman ini berpotensi besar menjadi tanaman obat, tanaman mahkota dewa sekarang telah banyak dikembangbiakan diberbagai wilayah Indonesia baik oleh masyarakat umum maupun lembaga- lembaga penelitian. Penanaman mahkota dewa relatif tidak sulit, dan juga karena buahnya yang berwarna cerah tanaman ini juga bisa sekaligus dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Namun ada hal yang perlu diwaspadai bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haryati dkk (2012) tanaman mahkota dewa ternyata memiliki kemampuan mengabsorpsi logam kromium. Oleh karena itu untuk penanaman mahkota dewa yang akan dimanfaatkan sebagai obat hendaknya dihidari lahan-lahan yang memiliki pencemaran limbah pada umumnya dan logam pada khususnya.
PENUTUP
Mahkota dewa adalah tanaman asli Indonesia yang memiliki berbagai macam potensi obat. Pemanfaatan mahkota dewa sebagai tanaman obat telah banyak dilakukan dan sebaiknya terus dilakukan untuk menggali potensi-potensi yang belum diketahui dari tanaman ini. Namun ada hal yang harus senantiasa diingat adalah bahwa pemanfaatannya harus seimbang sesuai kebutuhan agar tidak menjadi bumerang, karena pada dasarnya yang namanya obat adalah obat ketika dosisnya tepat dan berubah menjadi racun ketika dosis berlebihan. Disamping itu upaya pemanfaatan sebaiknya juga disertai dengan upaya konservasi sehingga kelestarian jenis tetap terjaga.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Rabyah B., dkk. 2012. Hypoglycemicdan Anti-Hyperglycemic Study of Phaleria macrocarpa Fruits Pericarp. Journal of Medicinal Plants Research Volume 6 (100), 16 Maret 2012. pp 1982 1990.
Diantini, Ajeng, dkk. 2012. Cytotoxicity of Fevicordin-A from Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. On P 388, HeLa, CasKi, TE-2, TE-8, and Prepuces Fibroblast Cells. Journal of Medical Research Volume 1 (1), Februari 2012. pp 001 005.
Fariza, Nor dkk. 2014. Optimisation of Extraction of Phaleria macrocarpa Leaves. Medicinal and Aromatic Plants Volume 3 No 1 Tahun 2014.
Haryati, Sri, Endang Supraptinah, dan Muhammad D. Bustan. 2011. Pengujian Performance Absorben Serat Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) dan Clay terhadap Larutan yang Mengandung Logam Kromium. Journal of Applied and Engineering Chemistry Volume I, Juni 2011. pp 18 23.
Indrawati, Teti dan Siti Rosliani. 2010. Pembuatan Granul Ekstrak Kering Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) dengan Variasi Konsentrasi Adsorben. Jurnal Ilmu Kefarmasian Volume 1 No 1, Januari 2010. pp 10 18.
Kautsari, Septina, Priyo Susatyo, dan Evy Sulistyoningrum. 2010. Tinjauan Histologis Pembuluh Darah Tikus Putih (Rattus norwegicus) Diabetes yang Diberi Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.). Mandala of Health Volume 4 No. 2, Mei 2010. pp 92 95.
Lubis, Najla. 2013. Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai Antiseptik pada Sabun Mandi Cair (Body Foam). Prosiding SNYuBe 2013.
Meiyanti, Hedi R. Dewoto, dan Franciscus D. Suyatna. 2006. Efek Hipoglemik Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) terhadap Kadar Gula Darah pada Manusia Sehat setelah Pembebanan Glukosa. Universa Medicina Volume 25 No 3, Juli Agustus 2006. pp 114 120.
Nikham dan Taty Erlinda Basjir. 2012. Uji Bahan Baku Antibakteri dari Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) Hasil Iradiasi Gamma dan Antibiotik terhadap Bakteri Patogen. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2012, Serpong 3 Oktober 2012.
13
Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.). Logika Volume 5 No. 1, Agustus 2008. pp 1 8.
Saifulhaq, M. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa Dosis Bertingkat terhadap Proliferasi Limfosit Luen pada Mencit BALB/C. Biodiversitas Volume 1 No 2 tahun 2009.
Shodikin, Muhammad Ali. 2010. Antimicrobial Activity of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) Leaf Extract Against Pseudomonas aeruginosa by Agar Dillutation and Scanning Electrone Microscopy. Folia Medica Indosiana Volume 4 No 3, Juli September 2010. pp 172 178.
Simanjuntak, Partomuan. 2008. Identifikasi Senyawa Kimia dalam Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Volume 6 No 1, April 2008. pp 23 28.
Soeksmanto, Arif. 2006. Pengaruh Ekstrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus). Biodiversitas Volume 7 No 3, Juli 2006. pp 278 281.
Soeksmanto, Arif, Yatri Hapsari, dan Partomuan Simanjuntak. 2007. Kandungan Antioksidan pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.). Biodiversitas Volume 8 No 2, April 2007. pp 92 -95.
Sumarawati, Titiek dan Dina Fatmawati. 2011. Isolasi dan Uji Sitotoksik Senyawa Alkaloid Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) pada Kultur Sel Kanker Payudara (T47D). Prosiding Semnas Herbs for Cancer FK Unisula, 4 Juni 2011.