Anda di halaman 1dari 3

Manusia dapat bertahan 8 hari tanpa makanan, tapi hanya mampu bertahan tidak lebih dari

2 hari tanpa air. Makanan yang kita makan memerlukan lebih banyak air dari jumlah air yang kita
minum, sejak dari proses produksi, transportasi, pengemasan maupun pada saat kita oleh menjadi
makanan.
Satu buah jeruk, perlu 50 liter air untuk produksi
Satu porsi nasi perlu 2700 liter air
Satu potong daging ayam perlu 2270 liter air
Satu potong keju perlu 2500 liter air
Satu steak daging sapi perlu 6500 liter air
Menurut PBB, saat ini 884 juta penduduk (12,5% dari populasi dunia) hidup tanpa air minum
yang aman. 1,8 miliar penduduk dunia akan hidup di negara atau wilayah dengan kelangkaan air
absolut, dan 2/3 populasi di bumi akan hidup dalam kondisi kekurangan air pada 2025. 7000
bencana besar di dunia telah terjadi sejak tahun 1970, menimbulkan kerugian sebesar $ 2 triliun dan
2,5 juta orang meninggal dunia. Dari semua bencana tersebut, 90% adalah bencana yang terkait
dengan air. Saat ini, ekosistem air tawar menghadapi kepunahan yang semakin rentan, karena
memiliki tingkat kepunahan 15 kali lebih besar daripada ekosistem air laut (LIPI).
Fungsi Air
Air pada fungsinya mendasari semua kebutuhan dasar mahluk hidup termasuk
manusia, dan jasa ekosistem
Keberadaan hutan dan lahan basah sebagai wilayah penampung dan resapan, dapat
membantu mengurangi erosi, resiko dari banjir.
Perairan darat Indonesia yang diperkirakan mencapai 24 juta ha menyediakan fungsi
ekologi dan jasa kepada masyarakat seperti energi listrik, perikanan, irigasi
pertanian, pariwisata, budaya, dan bahkan agama.
Air dan Keanekaragaman Hayati
Air memiliki siklusnya sendiri saat bersirkulasi di muka bumi
Siklus tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi ekosistem, seperti hutan, padang
rumput, tanah, dan lahan basah
Tiap jenis ekosistem memilki kemampuan yang berbeda dalam penyerapan air
Wilayah yang memiliki tumbuhan atau vegetasi akan mampu menjaga pengerakan
air dan menyerapnya ke dalam tanah

Keanekaragaman Ekosistem
Indonesia diperkirakan memiliki 90 tipe ekosistem seperti dataran tinggi, hutan hujan dataran
rendah, lahan basah, hutan bakau, pesisir, hingga terumbu karang dan padang lamun di laut.
Indonesia adalah negara ketiga setelah Brazil dan Zaire yang memiliki keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia.

Ekosistem Hutan
Ekosistem Hutan
Indonesia memiliki 15 bentuk hutan alam dengan luasan lahan 119 juta ha. Data tahun 1990
menyebutkan hutan tropis Indonesia 115,647,000 hektar (63,9% dari total luasan daratan) dan
hutan bakau sepanjang 36,000 km2.
Ekosistem Pertanian
Mencakup ekosistem buatan manusia (perkarangan, lahan pertanian, perikanan, peternakan,
perkebunan, dll) serta ekosistem alami (sungai, danau, rawa, dll). Ekosistem pertanian menghasilkan
bahan pangan, obat-obatan, serat, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Ekosistem Pesisir, Laut, dan Pulau Kecil
Indonesia memiliki panjang laut hingga 17,500 km dan luas 6,800km2. Luas hutan bakau 2,5 juta ha,
dan luas terumbu karang hingga 21.000 km2.
Upaya KEHATI dalam Konservasi Air
Dalam Renstra 5 tahun ke depan, berfokus pada isu air, selain pangan, energi dan kesehatan
dalam satu kesatuan ekosistem hutan, pertanian, dan pesisir serta pulau-pulau kecil.
Restorasi Taman Nasional Halimun Salak
Rehabilitasi DAS (Ciliwung, Cisadane, Pesanggrahan, Citarum) dan kawasan kars di Cipatat,
Jawa Barat dengan menanami bambu, termasuk beberapa jenis bambu yang sudah langka.
Bali, Banjar Kiadan Desa Plaga, Badung, Tarupatas, Gianyar, Pupuan, Tabanan, plestarian
beragam jenis bambu.
Mengapa Konservasi bambu
Bambu memiliki fungsi untuk filter dan knservasi air. Sebagai contoh di India, penanaman
pohon bambu terbukti telah membuat naiknya permukaan air tanah dalam waktu 4 tahun.
Bambu dapat mencegah erosi tanah, setelah 5 tahun terbukti bahwa erosi tanah menurun
dari 4.235 tons per kilometer persegi menjadi 436 ton per kilometer persegi. (Prof. Elizabeth
A. Widjaya)
Karena itu bambu berperan secara kuantitatif dan kualitatif atas air karena dapat
mengantarka endapan dan membentuk seperti dinding yang mencegah hilangnya aliran air
di sungai.






Air, Tirtha (Partirtan), Toya (Patonan), dan Beji dalam tradisi jawa kuna
Agama Tirta
Tradisi suci Hindu mewajibkan kita menjaga air (toya) sumber mata air dan mata air suci (petirtaan
atau patoyan) sebagai sumber kehidupan dan air suci. Air suci atau toya atau tirta dalam tradii bali
dibuat dari kumpulan air dari berbagai sumber mata air, yang kita kenal sebagai petirtaan atau
patoyan.
Air dalam sejarah peradaban Bali memiliki peran paling vital, baik secara spiritual maupun material.
Teknologi irigasi tradisional , pola pengorganisasian pembagian air, ritual dan demokrasi dalam
penjatahan air di daerah-daerah pertanian, telah mengkristal menjadi institut SUBAK. Ini menjadi
kebanggaan (sekaligus kekhawatiran) kita semua orang Bali, sebagai sebuah hasil kearifan
masyarakat Bali.
Didalam masyarakat tani, penghargaan atas air dan kehidupan, menjelma dalam rasa bakti
dihadapan Ida Batari Danu. Dalam upacara ngalapin (syukuran sebelum panen) dihadapa Batari Sri
atau Nini, Institusi Subak, Agama Tirta, Ida Batari Danu/Dewi Danu, dewi Sri bertitik temu menjadi
mata air peradaban Bali. Dari sinilah kesenian-kesenian Bali lahir, sebagai persembahan dan rasa
syukur terhadap Dewi Sri dan Batari Danu. Dari tanah pertanianlah tradisi ngayah muncul.

Anda mungkin juga menyukai