Bismillah Selamat malam para pemirsa. Sebelum mulai belajar, marilah kita berdoa terlebih dahulu supaya apa yang kita pelajari bisa paham dan bermanfaat. Radikal Bebas sebelum kita bahas tentang free radical tentunya kita tahu paretikel terkecil tubuh adalah atom dan dalam atom terdiri dari inti (proton dan neutron) dan lapisan elektron yang beredar pada orbit. Atom bisa mengikat atau melepas elektron miliknya untuk mencapai kestabilan. Radikal bebas adalah partikel dengan elektron tak berpasangan disekitar inti (atom, ion, molekul). Kecenderungan untuk mencapai keseimbangan dengan mengambil elektron dari molekul yang terdekat. Banyak biomolekul bukanlah radikal. Radikal bebas ini dibentuk ketika melakukan exercise dan ketika tubuh merombak makanan menjadi energi. Pemakaian oksigen meningkat banyak selama pelatihan, di mana menyebabkan peningkatan terbentuknya radikal bebas. Tubuh akan melawan peningkatan radikal bebas tersebut dengan sistem pertahanan antioksidan. Ketika produksi radikal bebas melebihi kemampuan mengatasinya maka kerusakan oksidatif akan terbentuk. Radikal bebas yang terbentuk selama pelatihan kronik dapat melebihi kapasitas proteksi sistem antioksidan, akan membuat imunitas terhadap penyakit menurun dan cidera. Radikal bebas menyerang membran dan merusak sel dimana dibutuhkan sistem kekebalan untuk melawannya. Jika pembentukan radikal radikal bebas dan penyerangannya tidak dikendalikan di dalam otot selama pelatihan, maka otot dalam jumlah besar dapat dengan mudah menjadi rusak. Kerusakan otot dapat mempengaruhi performa dikarenakan terjadinya kelelahan Radikal bebas dapat juga dari paparan lingkungan misalkan rokok, polusi udara, dan cahaya matahari. Radikal bebas ini dapat menyebab kan stress oksidatif yang dapat merusak sel. Stress oksidatif adalah keadaan ketidak seimbangan antara oksidan dengan antioksidan yang dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti kanker, CVD, diabetes, alzheimer dan parkinson. Mekanisme dari reaksi radikal adalah initiation (homolytic covalent bonds cleavage), propagation (chain propagation), termination.
ROS (Reactive Oxygen Species) dari gambar disamping diketahui bahwa ROS tidak semua memiliki partikel radikal. Seperti yang diketahui bahwa radikal adalah ketika patikel tersebut memiliki elektron yang tidak berpasangan saperti pada gambar disamping H2O2 dan ion hipocloric semua elektronnya berpasangan namun bisa saja menjadi radikal ketika elektronnya lepas sehingga keduanya termasuk ROS tapi tidak memiliki partikel radikal. Sementara ketiga contoh radikal adalah Hydroxyl radical, hydroperoxyl radical, superoxide radical. Ada juga yang disebut RNS prinsipnya sama hanya saja atomnya bukanlah oxygen melainkan nitrogen semisal nitrogen(II) oxide, NO . , nitrogen(IV) oxide, NO2 . yang keduanya merupaka radikal bebas. sementara nitrosyl, NO + , nitrous acid, HONO, nitogen(III) oxide, N2O3 , peroxynitrite, ONOO - , alkylperoxinitrite, ROONO merupakan partikel yang bukan radikal bebas. Stress oksidatif Kegagalan keseimbangan antara pembuatan dan eliminasi RONS akan meengakibatkan stress oksidatif yang akan merusak DNA baik secara langsung(saccharide ring clevage, bases modification, chain breakage) maupun dengan meninggalkan sequel(mutation, translation mistakes, photosynthesis inhibition). Mekanisme yang paling umum terjadi di mana radikal bebas dapat melawan pertahanan antioksidan, radikal bebas tersebut akan menyerang komponen biokimia di dalam tubuh dan membentuk hydroperoksida. Dalam bentuk patofisiologis tersebut sel akan mulai memproduksi radikal bebas dalam jumlah banyak, dikarenakan stres eksogen (unsur kimia, fisik dan biologi) dan atau aktivitas metaboliknya (khususnya pada membran plasma, mitokondria, retikulum endoplasma, dan sitosol), sitosol diantaranya terdapat radikal hidroksil (HOH) yang berbahaya, merupakan salah satu reaktive oxygen species (ROS) yang paling berbahaya. Radikal hidroksil dapat menyarang setiap macam molekul (termasuk karbohidrat, lemak, asam amino, peptide, protein, nukleotid, asam nukleat dan lain-lain). Akibat dari proses ini, setiap molekul akan kehilangan satu elektron dan kemudian menjadi radikal. Setelah itu akan mulai terjadi reaksi rantai radikal, dikarenakan adanya molekul oksigen (melalui pernapasan), dan terbentuknya hidroperoksida (ROOH), sejenis Reactive Oxygen Metaboltes (ROMs). Walaupun Hidroperoksida termasuk jenis kimia yang relatif stabil, mereka juga berpotensi membentuk radikal bebas lagi dan dapat mengoksidasi target molekul yang lain. Setelah itu sel akan menarik keluar hidroperoksida di lingkungan ekstraseluler, termasuk darah, cairan cerebro- spinal, cairan pleura dan lain-lain Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa oksidan bisa dibentuk dalam tubuh atau didapat dari luar. Sekarang kita fokus ke oksidan yang dibentuk dalam tubuh antara lain metabolisme aerobik normal, ledakan oksidatif dari phagocytes sebagai bagian dari sistem imunitas bakteri atau virus maupun protein asing(antigen), metabolisme xenobiotik dan detoksifikasi racun. Berbagai sumber radical bebas antara lain 1. Rantai respirasi di mitokondria: utamanya adalah superoxida dan H2O2 pada kompleks I dan III 2. RE: superoxide yang dibuat oleh cytochrome P- 450 3. Sel spesial (leukosit): superoxida dibuat olehNADP-oxidase 4. Hemoglobin menjadi methemoglobin oxidation Sebenarnya radical bebas secara fisiologi memiliki beberapa fungsi Tubuh dalam keadaan normal akan memproduksi radikal bebas yang berhubungan dengan metabolisme sel fisiologis. Contohnya, sintesis beberapa hormon akan menghasilkan radikal bebas, juga lekosit polimorfonuklear akan membentuk radikal bebas untuk membunuh bakteri yang membantu tubuh memerangi infeksi. Radikal bebas yang lain, seperti Nitric Oxide (NO) merupakan dasar homeostatis di dalam tubuh, karena NO berperan penting, termasuk menjaga tonus vaskuler, agregasi platelet, adhesi sel, dan lain-lain. Adapun hal yang diyakini menyebabkan peningkatan radikal bebas berasal dari berbagai sumber seperti kegiatan fisik, kimiawi dan alam. Faktor alam yang menyebabkan peningkatan radikal bebas adalah pulusi, radiasi, faktor fisik adalah kehamilan, overtraining, gaya hidup yaitu merokok, minum alkohol, makanan buruk, kurang berolahraga, efek psikologis seperti stres, emosi, berbagai penyakit, faktor lain seperti obat-obatan, terapi radiasi. Digunakan oleh oksida dan oksigen pada cytochromoxidase (toxic intermediates, H2O2 and superoxide, are bound to an enzyme), monoxygenases - activate O2 in liver ER or in adrenal gland mitochondria ; hydroxylation ROS dan RNS melawan bakterial. Radikal secara alami dibentuk oleh sistem di dalam tubuh dan mempunyai efek yang menguntungkan yang tidak disadari. Sistem kekabalan merupakan sistem utama tubuh yang menggunakan radikal bebas. Serangan benda asing ataupun kerusakan jaringan yang ditandai dengan radikal bebas oleh sistem kekebalan. enzyme complex NADPH- oxidase of leukocytes. myeloperoxidase katalisis diikuti dengan reaksi sebagai berikut H2O2 + Cl - + H + = HClO + H2O. Signal molecules : first messenger second messenger information net. This info net function is affected by the redox state of cells. redox state : antioxidant capacity, reduction equivalent availlability, RONS rate ROS: second messenger sistem pertahanan antioksidan Antioksidan adalah unsur kimia atau biologi yang dapat menetralisasi potensi kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas tadi. antioksidan ada dua macam endogen dan eksogen. Endogen dibagi lagi menjadi enzimatik (Cytochrome C,SOD, GSHPx, Catalase)dan non enzimatik [terikat di membran ( -tocopherol, -caroten, coenzym Q 10) dan diluar membran (ascorbate, transferrin, bilirubin]. Eksogen misalkan free radical scavengers, trace elements, obat dan zat yang berpengaruh pada metabolisme free radical (misalkan vit A, C, dan E yang terkandung dalam buah buahan dan sayur sayuran). ada tiga langkah/level sistem ini yaitu menghambat produksi berlebih RONS menangkap radikal (scavengers, trappers, quenchers) memperbaiki mekanisme biomolekul yang rusak Menurut Dr. Henry Winarsi M.S. dalam bukunya antioksidan alami dan radikal terdapat tiga macam mekanisme kerja antioksidan pada radikal bebas, yaitu: 1. Antioksidan primer yang mampu mengurangi pembentukan radikal bebas baru dengan cara memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Contohnya adalah superoskida dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase yang dapat mengubah radikal superoksida menjadi molekul air. 2. Antioksidan sekunder berperan mengikat radikal bebas dan mencegah amplifikasi senyawa radikal. Beberapa contohnya adalah vitamin A (betakaroten), vitamin C, vitamin E, dan senyawa fitokimia. 3. Antioksidan tersier berperan dalam mekanisme biomolekuler, seperti memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas
Oxidative stress markers Untuk marker stress oksidatif kita tidak menggunakan/mendeteksi radikal bebasnya karena sangat sulit baik secara kimia maupun fisiknya. Yang kita gunakan adalah produk dari stress oksidatif karena simple dan relatif mudah. Beberapa marker yang sering digunakan ialah Lipoperoxidation markers: malondialdehyde (MDA), conjugated diens, isoprostanes Oxidative damage to protein markers :protein hydroperoxides Oxidative damage to DNA : modified nucleosides Kelainan yang berhubungan dengan stress oksidatif Neurological :Alzheimers Disease, Parkinsons Disease Endocrine : Diabetes Gastrointestinal : Acute Pancreatitis Stress oksidatif dan DM Dalam sebuah jurnal yang berjudul Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005 dijelaska sebagai berikut: Diabetes melitus merupakan salah satu kelainan metabolik yang dapat menimbulkan komplikasi vaskular dan nonvaskular. Salah satu hipotesis penyebab munculnya berbagai komplikasi tersebut adalah stres oksidatif. Pada diabetes terdapat tiga jalur munculnya stres oksidatif, yaitu glikasi protein nonenzimatik, jalur poliol sorbitol (aldose reduktase), dan autooksidasi glukosa. Pada diabetes melitus, pertahanan antioksidan dan sistem perbaikan seluler akan terangsang sebagai respons tantangan oksidatif. Sumber stres oksidatif yang terjadi berasal dari peningkatan produksi radikal bebas akibat autooksidasi glukosa, penurunan konsentrasi antioksidan berat molekul rendah di jaringan, dan gangguan aktivitas pertahanan antioksidan enzimatik. Kemaknaan stres oksidatif pada patologi penyakit sering tidak tentu. Dengan demikian stres oksidatif dan gangguan pertahanan antioksidan merupakan keistimewaan diabetes melitus yang terjadi sejak awal penyakit. Di samping itu, stres oksidatif juga memiliki kontribusi pada perburukan dan perkembangan kejadian komplikasi. Beberapa studi mengungkapkan penurunan statusantioksidan dalam plasma dan serum sampel dibandingkan kontrol berdasarkan usia. Fenomena ini dapat terjadi sejak anak-anak serta berjalan secara progresif dan memburuk sesuai perjalanan waktu dan berkembangnya komplikasi. Pada diabetes anak ditemukan penurunan glutation eritrosit, glutation total, -tokoferol plasma, dan -karoten plasma secara bermakna. Penurunan berbagai antioksi dan tersebut terkait dengan pembentukan senyawa penanda adanya stres oksidatif, misalnya peningkatan lipid hidroperoksida, diena terkonjugasi, dan protein karbonil secara bermakna. Pada diabetes usia 50-60 tahun ditemukan peningkatan peroksidasi lipid sejak onset diabetes. Hiperglikemia menjadi hallmark penyakit kronik serta kematian sel. Studi oleh Armstrong menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara peningkatan lipid hidroperoksida serum dengan prevalensi retinopati pada penderita diabetes dengan komplikasi. Penanda lain, yaitu isoporostan F2, juga ditemukan meningkat pada kedua tipe diabetes melitus. Kerusakan oksidatif pada DNA yang berkorelasi dengan peroksidasi asam lemak membran dan status antioksidan yang rendah juga ditemukan pada diabetes melitus. Fenomena ini bahkan sudah ditemukan sejak pradiabetes, yakni ketika resistensi insulin muncul, atau saat toleransi glukosa terganggu. Semakin tinggi derajat resistensi insulin pada individu sehat, semakin besar peroksidasi lipid plasmanya.