Anda di halaman 1dari 12

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

KELOMPOK 7 :
SENDY TRIWILOPO
ALMY ZARLIS
YOSAFAT BASAL

Dosen : Dr. Hj. Betty RFS. Soemirat, M.S.
PSIKOLINGUISTIK BICARA
Konsep dan ide tidak dapat secara langsung
dikomunikasikan. Berbicara merupakan
kanal/saluran yang paling berkembang pada
manusia bagi terjadinya transmisi hal-hal
ideatik (yang bukan pesan-pesan emosional
dan interpersonal lain).

Untuk memahami bagaimana proses berbicara dihasilkan, harus
mengerti:

- Bagaimana pesan konseptual terbentuk dalam pikiran.
- Bagaimana pesan konseptual tersebut diterjeahkan menjadi
suara yang disampaikan oleh pembicara kepada pendengar.

Contoh Ilustrasi : berbicara melalui telfon dengan teman, sambil memandang ke
luar jendela. Tiba-tiba anda melihat ada mobil menabrak mobil anda. Semua hal
yang terjadi anda lihat (jalanan, kondisinya agak basah sisa hujan, ada kucing lewat
juga, ada pohon pohon di dekat tkp, dst). Begitu banyak hall terlihat, anda akan
menyeleksi apa yang berhubungan dengan anda (hal yang penting dan akan
dikomunikasikan) tapi hal tersebut belum tertuang dalam bahasa.
Untuk itu, diperlukan adanya beberapa hal :
- Harus ada representasi objek dan tindakan (action)
- Keduanya bisa memiliki kualitas (quality) yang dapat
dikomentari --> objek truk, tindakan menabrak, kualitas truk
hijau.

Supaya dapat mengkomunikasikan kejadian yang baru anda lihat, anda
harus menyebutkan siapa yang menabrak, dan apa yang ditabrak,
mengungkapkan relasi antar elemen dalam representasi konseptual.
Elemen dan relasi adalah komponen mendasar dalam representasi
konseptual.

Elemen mencakup objek, tindakan, dan atribut. Dapat kita katakan elemen
diterjemahkan kedalam kata-kata yang mengandung muatan dalam kalimat:
objek menjadi kata benda (truk, kursi, kucing), tindakan menjadi kata kerja
(menabrak, berjalan), atribut dari objek menjadi kata sifat (baru, mengkilat,
etc), atribut dari tindakan menjadi kata keterangna (ceroboh, ugal-ugalan).

Mengungkapkan relasi adalah fungsi syntax dari suatu bahasa. Dalam bahasa
Inggris, untuk mengekspresikan relasi antar elemen bisa terdapat pada
susuran/urutan kata (word order) cth: Ada truk hijau menabrak mobil saya
mengungkapan satu relasi antar truk, mobil saya, dan tindakan. Relasi yang
ada akan berbeda bila susunannya menjadi mobil saya menabrak truk
hijau.
PERENCANAAN KONSEPTUAL UNTUK BERBICARA
Deese (1978, 1980) mempelajari bicara (dalam hal ini pidato) yang
dilakukan orang dalam seminar, komite, rapat bisnis, dia menemukan
hal itu biasanya berupa extensive monologue dari satu pembicara
kepada bayak pendengar. Dia menemukan bahwa :

1. Para pembicara berbicara dalam kalimat utuh
2. 90% kalimat tata bahasanya benar
3. Sebagian terbesar kalimat yang digunakan sangat pendek (90% dapat
diucapkan dalam waktu kurang dari 10 detik)
4. Beberapa kalimat panjang disengaja untuk efek dramatik (tercatat
yang
panjang bisa diucapkan sekalgus dalam 59 detik tanpa ada
kesalahan)

Pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya leih kancar dari
pada yang dilakukan secara spontan, lebih seikit keragu-
raguan, kekikukan, kalimat terpenggal, dan koreksi internal.

Eksperimen Goldman Eisler, serta Butterworth. Goldman dan
Eisler memperlihatkan kartun strip pada subjek . kelompok 1
diminta menceritakan kejadian yang digambarkan dalam kartun
tersebut, kelompok lain diminta untuk menginterpretasikan makna
kartun tersebut (maksud/arti yang disasar o humor si kartun).
Secara konseptual kelompok ke2 memiliki tugas yang lebih
kompleks dari hasilnya muncul lebih banyak keragu-raguan dalam
berbicara.
Goldman-Eisler mengulang prosedur dan hasilnya subjek
yang diminta berbicara mengenai kartun trip untuk kedua
dan ketiga kalinya melakukan hal tersebut dengan lebih
lancar, berkurang keragu-raguan, walaupun kata yang
digunakan makin bervariasi.
Berkurangnya keraguan ini merefleksikan reduksi dalam hal
perencanaan tingkat tinggi yang diperlukan seorang dan
terjadi secara kognitif sbelum seorang berbicara. Dalam
berbicara, jeda merupakan waktu untuk perencanaaan
(bentuknya bisa berupa keraguan,.. mmm. ...Aaa....)
Encoding Konsep ke Dalam Bahasa
Jeda dan keseleo lidah (slip of the tounge) merupakan waktu encoding
bahasa. Keseleo lidah merupakan deviasi tak sengaja dari maksud yang
sebenarnya dituju oleh si pembicara (keselo ini bisa fonologis, gramatikal,
dan leksikal) contoh 1-5

I : One SPOON of SUGAR
E : One SUGAR of SPOON
I : I put the BOOK on the BED
E : I put the BED on the BOOK
Relevansi keselo lidah thd perencanaan klausa dapat dilihat bila kita
mempertimbangkan error, ketukar kata (seperti cth 1-2), dan contoh 7-9
berikut.

I : youve SEEN me EAT that
E : youve EAT me SEEN that
I : the BLOOD supply to the BRAIN
E : the BRAIN supply to the BLOOD

Contoh 8 : kata blood terganti dengan kata brain karena saat urutan diucapkan
blood, pikiran sudah merencanakan kata brain. Tip of the tounge, orang tau apa
yang hendak dibicarakan/dikatakan tp tidak bisa melakukan codingnya k edalam
bahasa.
Word Finding For
Speech

Biasanya kejadian tip of the tounge melibatkan kata-kata yang jarang kita
gunakan, kadang lupanya sampai berhari-hari.
Proses menemukan kata yang hilang itu kadang menghasiulkan kata yang
sama artinya, tapi bukan kata yang dimaksud (menemukan kata subtitusi) ...
contoh 10-11====contoh====
Contoh lain, error yang melibatkan kata yang berbunyi mirip/serupa sebagai
kata pengganti (lihat contoh 12-13) ====contoh====
Terkadang, kata pengganti begitu serupa dalam kognisi kita,
sehingga kata yang terucap bukanlah kata yang dimaksud semula
ataupun subtitusinya, melainkan persilangan keduanya (lihat
contoh 14-15) ====contoh====
Kadang-kadang keseleo lidah terjadi karena kesamaan fonem atau
tingkztan fonem. Fay dan Cutler (1977) mengajukan penjelasan,
kesalahan-kealahan ini mencerminkan struktur internal leksikon, dengan
penempatan berdekatan (dalam mind map) antar kata-kata yang
berbunyi mirip.
Contoh keseleo lidah no 4 serta contoh 16-18 berikut ini menggambarkan
tipe lain lagi, kali ini morfem akar dari kata saling bertukar hingga sama
sekali meninggalkan tujuan akhir yang dimaksud.
TINGKAT/LEVEL FONEM

Telah kita lihat bahwa kata yang tertahan dalam berbicara berkait dengan bunyi individu dalam
mengucapkan leksikon, atau fonem. Hal ini tidak sepenuhnya benar, --kata dapat diperoleh
sebagai pola muscular yang kontinyu untuk terjadi artikulasi, tp contoh no 4 dan contoh 18-41
berikut memperlihatkan bahwa fonem perorangan dapat terbolak-balik urutannya
sebagaimana kata dan morfem terbolak-balik. ====contoh====no 18-21
Contoh 18 Baik kata dan morfem sama-sama dapat tertukar dalam pengucapan karena
saat diucapkan, proses konsep telah mencapai morfem/kata yang akan diucapkan
kemudian. Error tertukarnya morfem lebih banyak terjadi dalam anak kalimat (clause) dari
pada di antara anak kalimat.
Contoh 21 : signifikan menunjukkan terjadi proses pemilihan (yang terlambat) dalam
memilah a atau an sehingga ice terucap menjadi kice (catatan: dalam Engslih kata
sandang a dan an berkait erat dengan konsonan atau vokal awal kata berikutnya, a book,
an apple).
Fakta bahwa konsonan d vokal sering pula bertukar memgacaukan urutan kata yang telah ada
dalam konsep bila pembicara mempertahankan urutan artikulasi konsep dalam berbicara,
kerap kali antar kata kehilangan jaraknya.. misal last year terucap lasyer, stands still menjadi
stanstil. Penyederhanaan ini hingga tingkat tertentu berhasil mempertahankan urutan konsep
terucap, namun akan tetap bergantung pada prediktibilitas (kata baru dapat dimengerti dan
dilacak cepat asal usulnya) serta tingkat formalitas dalam berbicara (biasanya pidato formal
lebih berhati-hati pengucapan kata-kata kalimatnya dibandingkan ngobrol-ngobrol).
Tingkat formalitas dan prediktabilitas bukan melulu hal yang berdampak pada bagaimana
sesuatu dikatakan, bukannya apa yang dikatakan. Kondisi psikologis (kaget, marah, tak
percayaingat contoh truk menabrak mobil) dapat sangat mempengaruhi muatan kaliamt
yang dikatakan. Inforamsi seringkali terkomunikasikan melalu cara bagaimana hal tersebut
dikatakan, bukan apa yang dikatakan.
Unformulated Speech (bicara yang tak
dirumuskan)
Kebayakan ucapan yang kita hasilkan dalam berbicara sehari-hari diformulasikan
untuk menyampaikan pesan tentang pikiran atau kejadian. Perkecualian ada pada
ucapan tata krama macam apa kabar selamat pagi, dll. Pengisi jeda seperti
emmm, well, rrrr.. adalah bunyi siap pakai yang kerap dipakai. Inilah
unformulated speech. Pada kasus cedera kepala, pengucapan t idak proporsional
dan kerap salah pula dalam hal gramatikal kerap bersifat menetap, karena cedra
tersebut menyebabkan ketidakmampuan pembicara untuk menghasilakan proses
berbicara yang informasional, benar secara tata bahasa.
Kesadaran dan berbicara
Lashley (1958) menegaskan bahwa kita berpikir dalam kata, pemikiran muncul
dalam bentuk gramatikal dengan subjek, kata kerja, objek, anak kalimat tersusun
begitu rupa tanpa kita punya sedikitpun persepsi bagaimana kalimat tersebut
terbentuk. Menurut lashley, kita hanya menyadari produk proses kognitif,
bukannya operasi proses kognitif itu sendiri
Bila Lashley menggarisbawahi tak terjangkaunya proses itu, Freud
menyatakan lebih lanjut bahwa keseleo lidah menyingkapkan adanya pesan
paralel bawah sadar (unconscious) yang berkompetisi dengan pesan yang
disadari 9consious) untuk diuangkapkan. Ajuan Freud (1916-17, terj. 1974)
kesalahan bicara muncul dari tidakan yang bersamaan atau lebih mungkin,
tindakan yang saling berlawanan- dengan kandungan maksud yang berbeda
Kesalahan bicara tentulah dapat mendatangkan malu, contoh Simonini (1956):
contoh halaman 129
Pertanyaan pentingya, ini yang sukar untuk dijawab, apakah kalimat
memalukan yang terucap dalam contoh-contoh tersebut mengungkapkan
suatu keinginan bawah sadar si pembicara ataukah ini merupakan hasil dari
kegagalan fungsi mekanis biasa saja (Ellis, 1980a)
Eksperimen yang dilakukan Baars dan motley menunjukkan kesalahan ucap
terjadi dlam pengucapan cepat atas kata. (sehingga mengandung arti tententu
yang menjurus adanya pesan seksual/genderkata yang dicuapkan cepat
bukanlah kat yang mengandung arti, seperti gad boof lalu terucap jadi bad goof),
namun ekperimen ini dilakukan dengan melibatkan ekperimenter dan subjek yang
semuanya lelaki. Penelitian lebih lanjut menunjukkan kesalahn ucap lebih sering
terjadi bia melibatkan lawn jenis sebagai experimenternya.
Bias dalam ekperimen ini melibatkan kesalahan ucap general yang terjadi tanpa
diformulasikan dulu di pikiran, melulu adanya pesan yang disembunyikan
(represed) berkompetisi dengan pesan yang disengaja untuk terekspresi.
Untuk itu, kita hendaknya memandang berbicara sebagai hasil level leksikon
dan fonem bukan sebagai dua tahap dalam urutan linear, melainkan sebagai
dua komponen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Stemberger
(1985) menyarankan kita tinggalkan model tahapan linear (dalam memandang
proses produksi yang menghasilkan bicara) dan beralih pada moodel yang lebih
interaktif. Ellis (1985b) menyatakan model yang interaktif dapat memberi
penjelasan lebih baik atas berbagai gangguan yang dapat berdampak pada
bicara pasca terjadinya cedera otak/kepala.
TERIMA KASIH
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai