Surat Shofwan Karim antara London dan Kualalumpur (1) :
Three Faith Forum dan Yusuf Qardhawi
Sahabatku Bagindo H. Darlis, Cucu Magek Dirih Zaili Asril, Hasril Chaniago dan Eko Yance. Terlalu banyak yang harus saya laporkan. Tetapi izinkan saya lanjutkan dulu secara garis besarnya lagi. Senin, 2/8 seperti telah saya sebutkan sebelumnya ada agenda dengan Inter Faith Centre di Oxford. Ternyata, karena pengurusnya belum masuk kantor karena masih menyelesaikan beberapa agenda di Barcelona. Atas atas saran KBRI saya berdiskusi dengan Three Faith Forum, peserta pertemuan Barcelona yang sudah masuk kantornya di London. Ketika mula dialog, saya langsung dicecar. Mengapa tidak datang pertemuan di Barcelona, Spanyol 7-13 Juli lalu. Padahal saya juga diundang ke Sidang Umum Parlemen Agama Sedunia itu. Terus terang saya jawab sulit mengatur waktu. Padahal dalam hati ada kata lain” dana belum cukup”. Oleh karena itu baru sekarang saya bisa. Saya tahu, bahwa three faith forum London dan International Interfaith Centre di Oxfford, merupakan mitra dari sekitar 17 organisasi dunia yang senantiasa bekerjasama melakukan persuasi terhadap komunitas antar bangsa soal-soal hubungan agama, kebudayaan dan perdamaian. Yang lain adalah World Conference on Religion and Peace (WCRP). Yang belakangan ini saya pernah hadir dalam Sidang Umumnya 1994 di Roma dan Riva del Garda , Italy 1994. Di Indonesia mitranya adalah Indonesian Conference on Religion and Peace (ICPR) yang di antara tokoh-tokohnya adalah almarhum Lukman Harun, Gus Dur, Syafii Maarif, Din Syamsudin dan lain-lain. Pada 1994 itu saya bertemu dengan Sir Sigmund Sternberg dan Revd Marcus Braybrooke. Dari inspirasi Itali itu, rupanya kedua mereka bergabung dengan Seihk Dr. Zaki Badawi, Ketua Umum Imam-imam Masjid di London. Pada 1997 mereka mendirikan Three Faith Forum. Selama satu jam saya berdiskusi dengn Sir Sgmund dan koordinator organisasi Sidney L Shipton di kantornya bilangan Grafton Road, London. Forum tiga kepercayaan ini : Islam, Yahudi dan Nashrani memiliki bebeapa tujuan idela. Di anataranya berupaya mengembangkan kerjasama internal dan eksternal. Secara internal mereka melakukan pertemuan rutin. Dengan forum ini ditingkatkan harmonisasi dan dieliminasi berbagai konflik. Belajar dari pengalaman di Inggris, mereka mengekspose ke berbagai forum internasional. Di dalam forum-forum pemeluk berbagai agama lainnya, mereka mengintrodusir program pengalaman tiga agama di negeri Ratu Elyzabeth ini. Secara eksternal mereka membela hak-hak ketiga pemuluk agama itu untuk melaksanakan ibadah, budaya serta cara kehidupan sesuai pedoman , pemahaman dan pengamalan masing-masing agama. Yang paling aktual misalnya soal penolakan mereka atas keputusan pemerintah Perancis yang konroversial soal pelarangan memakai atribut agama di sekolah baru-baru ini. Sigmund atas nama forum dan Iqbal AKM Sacranie atas nama Dewan Muslim Britania Raya, membuat pernyataan bersama yang menolak keputusan kontroversial Perancis itu. Di dalam pernyataan iru mereka menolak rencana pemerintah Perancis melarang remaja muslim memakai hajib (kita sebut jilbab), kippah (tutup puncak kepala laki-laki) Yahudi dan kalung salib bagi anak laki-laki dan perempuan Kristen di sekolah. Hal itu, kata pernyataan itu adalah bertentangan terhadap hak-hak asasi kemanusiaan-anak dan tidak sejalan dengan semboyan lama Perancis yang telah berlangsung selama ini: persamaan , kebebasan dan persaudaraan. Sebelum tadi dimulai diskusi, Sydney, koordinator Forum minta maaf. Sheikh Dr. Zaki Baddawi yang sedia datang ke pertemuan di kantor Forum ini ternyata batal. Salah satu Co-Founders Forum itu, tidak bisa hadir karena ada agenda mendesak. Zagenda itu berkenaan dengan isu aktual. Tiba-tiba saja koran Ingris meblow-up kasus baru. Akibatnya Ketua Council Imam Madjid di UK itu sibuk mengurus suatu hal yang tidak nyaman. Karena terkaitnya kader-kader Imam masjid Inggris yang menjadi mahasiswa di dua perguruan tinggi yang memberi kuliah Islam di Inggris sebagai sasaran fitnah. Di Koran Ingris, di antaranya The Time, 29 Juli pada halaman 1 ada judul soft news " British Islam Colleges "Link to Terorisma" : MP Calls for inquiry as lecturers giving backing to Taleban and Hams. Perguruan Tinggi Islam Inggris “terkait terorisme”: Anggota Parlemen Inggris menghimbau supaya menyelidiki dosen-dosen yang memberikan dukungan kepada Taliban dan Hamas. Dua universitas yang kena getah tuduhan itu adalah The European Institute of Human Sciences (EIHS) dan The Markfield Institute of Higher Education. Kedua perguruan tinggi itu sudah mendapat akreditasi universitas dan bahkan kampusnya tahun lalu diresmikan oleh Pangeran Charles. Salah satu yang diisukan itu adalah Prof Khurshid Ahmad, dosen Univ. Markfield, vice president of Jama’at Islami Pakistan dianggap partai garis keras Islam. Khurshid adalah rektor Instituute Markfield di Leicester. Khurshid Ahmad adalah intelektual Islam kaliber dunia. Sean O’Neill reporter koran itu mengutip, rektor itu dituduh menerima dua orang mahasiswa kiriman Taleban dan Hamas. Seorang lagi dosen dari institut tadi bernama Azzam Tammi, dikatakan berita itu telah menyatakan bantuannya terhadap militan Palestina, Hamas. Lain lagi dengan dosen EIHS, Dr. Yusuf Qardawi. Dosen terbang beberapa universitas di Timur Tengah dan Eropa ini, diisukan telah memberikan kuliah yang membolehkan bom bunuh diri oleh warga Palestina. Homoseksual adalah penyakit masyarakat karena itu guru besar ini pernah didemo oleh kaum gay. Qardawi, mengajar Bahasa Arab dan kebudayaan Islam pada EIHS di Liyanybydder, West Wales. Isyu itu dihembuskan oleh Menteri Pendidikan Bayangan yang kritis terhadap pemerintah, alias kaum oposisi Blair. Sayang tak disebutkan namanya oleh O’Neill. Jadi tidak fair juga berita ini. Tulisan by line itu selanjutnya memprovokasi bahwa seharusnya dosen seperti Qardhawi yang aktivis Ikhwanul Muslimin itu tidak diterima mengajar di Inggris. O’Neill mengkonfirmasikan tulisannya kepada Prof Robinson pengajar islmic Studies di kampus yang sama. Mungkin saja professor yang satu ini ada masalah pribadi, barangkali seperti dilansir beberapa pihak. Sebaliknya ada pembelaan. Mawil Izzil, anggota lain dari Trusstee of EIHAS menjelaskan bahwa Dr Qardhawi tidak membahayakan. Prof ahli fikih yang juga Ketua Dewan Fatwa dan Riset Eropa itu, tidak melakukan kegiatan yang dituduhkan tersebut tadi. Menurut Mawil Izzil, di institut ini diajarkan bagaimana membangun jembatan dunia Islam dan dunia Barat . Sleain itu, di kampus ini ditumbuhkan pola pemikiran memantapkan Islam yng cocok dengan pengertian mamasyaraat barat. Dosen lainnya, Dilwar Hussain, dari Markfield menyadari bahwa adanya konflict antara profesor di universitas di sini, sudah hal biasa. Tetapi itu tidak akan menjadi perseteruan abadi. Mereka berkerja di sini dan kami dapat mendamaikannya, katanya. Bahkan dalam hal lain, Qardhawi sudah dua kali melakukan briefing terhadap Wali Kota London, tentang teori Islam yang sesuai dengan kehidupan modern dan untuk hal-hal tertentu bagi barat. Sahabatku. Tulisan ini ditulis di dalam penerbangan London-Mesir dan diedit ulang setelah sampai di Kualalumpur. ***
Teks Foto : Paling kiri Founder Forum Tiga Agama Inggris Sir Sigmund Sternberg dan paling kanan Sydney L Shipton, Co-ordinator Three Faith Forum. (Foto : Adam PS)