Terlepas dari pro-kontra, benar-tidaknya cerita tentang pendaratan di bulan.
Adalah bentuk ego
pribadi saya untuk mencoba memahami perasaan-perasaan yang tidak terselesaikan pada makhluk yang bernama manusia. Saya sengaja mengkambinghitamkan Michael Collin, siapa dia?. Bukan tanpa alasan, tapi dia adalah salah satu dari beberapa manusia yang berhasil menembus atmosfir bumi, menembus sabuk radiasi Van Allen dan mengorbit mengelilinginya dan melihat bumi yang biru ditengah kegelapan yang pekat. Saya bertaruh tidak ada perasaan lain kecuali kekaguman dan ketakjuban yang luar biasa. Tapi itu bukan misi dan tugasnya kala itu, bersama Neil Amstrong dan Edwin Aldrin mereka bertiga diberi tugas menjadi tim untuk menyelesakan keingin tahuan manusia, menyingkap segala misteri luar angkasa alam semesta. Sebuah misi yang pada jamannya dianggap misi yang Imposible: Mendarat di bulan.
Tepat pada tanggal 20 Juli 1969 pukul 10.56 Neil Amstrong keluar dari modul lunar. itu adalah salah satu langkah kecil manusia, satu lompatan sejarah kemanusiaan katanya. Selama sekitar dua setengah jam, Amnstrong dan Aldrin mengumpulkan sampel dan percobaan percobaan. Mereka mengambil foto foto, termasuk foto jejak mereka sendiri. lalu bagaimana Collin? Dia tetap tinggal dipesawat. Tetap menjaga pesawat dan berkomunikasi dengan orang orang dibumi dan mengawasi kedua rekannya.
Disinilah yang penjadi point dari tulisan saya kali ini. Anda bisa membayangkan anda menjadi Collin. Bagaimana perasaan Collins? Tinggal satu langkah lagi ia menginjakkan kaki di bulan, tentu hal itu sangat menarik, tidak semua orang punya kesempatan itu. Tapi dia tidak bisa, dia punya tugasnya sendiri. Tetapi saya bertaruh, pasti ada perasaan yang tidak selesai pada diri seorang Collins. Dia tinggal selangkah lagi menginjakkan kakinya di tempat yang sebelumnya dianggap mustahil didatangi oleh manusia, dan ketika dia mendarat disana, dia tidak bisa merasakan sensasi yang dirasakan oleh kedua temannya.
Nah, manusia pasti sering merasakan perasaan yang seperti itu, perasaan yang membuat bingung dan serba salah. Jika ditarik pada hubungan antar manusia, akan selalu saja ada gesekan, friksi, ketidakpahaman, misunderstanding. Banyak contoh kejadian dalam dunia nyata, mungkin kamu pernah merasakannya. Perasaan yang tidak selesai, harus memilih kejadian A dibanding B yang kita ingini, disaat kita sedang hangat hangatnya bersahabat dengan seorang teman tapi dituntut untuk berpisah karena panggilan tugas, atau kejadian dimana kita seharusnya mendapatkan pekerjaan atau jabatan tertentu tetapi keadaan yang tidak mendukung. Atau misal dalam urusan cinta, kita harus merelakan seseorang yang kita cintai menikah dengan orang lain karena alasan tertentu. Tentu kita semua pernah merasakan hal-hal seperti itu bukan? Masih banyak contoh lain yang tidak kalah dilematis.
Satu hal yang kemudian perlu kita belajar dari Collins adalah, bagaimana ia memilih untuk tetap tinggal didalam pesawat demi menyelesaikan tugasnya, ia abaikan perasaan itu untuk kebaikan bersama. Bisa dibayangkan jika waktu itu ditengah kegalauan Collins kemudian ia lebih memilih untuk turun dari pesawat dan meninggalkan tugasnya. Mungkin akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
Bagaimana kelanjutan dari Perasaan yang tidak selesai itu kembali kepada diri kita sendiri. semua pilihan ada resikonya masing masing, take it or leave it. Kita dituntut untuk bijaksana.