Pemimpin merupakan lambang kekuatan, keutuhan, kedisiplinan dan persatuan. Kepemimpinan dalam Islam sangatlah penting dimana posisi itu lebih dari sekedar tugas dan tanggung jawab, melainkan sebagai amanah yang harus diemban sebaik-baiknya. Itu sebabnya, pemimpin (imam) semacam itu harus dicari melalui sebuah proses pemilihan umum yang jujur, adil dan demokratis disertai hati yang tulus tanpa usur paksaan apalagi politik uang (money politics). Sehingga kita bisa menemukan pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan yang terbaik dalam rangka perbakaikan ummat. Namun harus kita sadari juga bahwa pemimpin bukanlah hanya sekadar lambang. Karena itu, ia memerlukan kompetensi, kelayakan dan aktivitas yang prima untuk memimpin bawahannya.Melihat esensi kepemimpinan, sebagai seorang Muslim, tentu tidak bisa sembarangan dalam memilih pemimpin. Berkenaan dengan kriteria kepemimpinan itu, alangkah baiknya kita merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber dari segala sumber hukum Ummat Islam. Terdapat beberapa istilah dalam Al-Qur,an yang menunjuk kepada pengertian pemimpin, diantaranya: Khalifah, Imam dan Rain 1. Khafilah (QS: Al Baqarah 2:30) Allah berfirman : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat. Aku hendak menjadikan khalifah di bumi Ayat ini menjelaskan kriteria utama pemimpin adalah kesadarannya akan peran dan fungsinya sebagai khalifah atau wakil Allah. Ini berarti, ketika sang pemimpin bekerja menjalankan amanahnya melayani dan membenahi masyarakat di disertai visi dan misi ke-Illahiyahan (Ketuhanan) dalam bentuk berbagai macam kegiatan dalam rangka membentuk masyarakat muslim yang cerdas dan intelektual. Dengan demikian, ia akan memiliki legitimasi kepemimpinan yang sangat kuat serta di tambah dengan visi misi yang tajam dan kemampuannya dalam menjelaskan konsep-konsep Islam dan solusi untuk perbaikan di masyarakat yang lebih baik sehingga membuat keunggulan itu semakin mendapatkan pengakuan dari khalayak umum sebagaimana para malaikat memberikan pengakuan kepada Nabi Adam. 2. Imam (QS Al-Furqon/25: 74) Allah berfirman : dan jadikanlah kami pemimpin (imam) bagi orang-orang yang bertaqwa Di sini tersirat bahwa Allah SWT membuka kesempatan seluas-luasnya bagi hamba-Nya untuk menjadi pemimpin dan juga mengisyaratkan predikat taqwa yang disandang dan dimiliki serta rasa tanggung jawab tinggi. Seorang pemimpin hendaknya lebih meperhatikan fakir miskin yang termarjinalisasi sehingga dapat menciptakan masyarakat yang adil dan makmur disertai nilainilai Islam. Kriteria diatas merupakan hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin kelak. Adalah sangat mustahil jika seorang pemimpin yang tidak mempunyai visi misi yang
tajam dapat memberikan solusi menyelesaikan permasalahan sosial, ekonomi dan budaya hingga dunia pendidikan di negeri ini. Oleh karena itu, pemimpin yang berperan sebagai Imam, pertama-tama haruslah menjadi panutan masyarakat yang dipimpin. Sebagaimana Nabi Ibrahim a.s telah menjadi tauladan dalam hal ketaatan, kehanifan, ke-tauhid-an dan kemuliaan akhlaknya, mensyukuri nikmat Allah SWT Peran dan fungsi ke-Imam-an dari seorang pemimpin, secara kongkrit dapat dilihat pada imam sholat. Kriteria Imam sholat ialah lebih berilmu atau lebih fasih bacaannya. Begitu selektifnya, mengingat beratnya tanggung jawabnya seorang imam maka harus yang tafaqquh fid-din, yaitu orang yang memahami, mamaknai dan mendalami agama. Sehingga tidak menjadikan posisi Imam sebagai ajang perebutan kekuasaan. Menunjuk Imam dengan tulus dan mamum pun menerima posisi mereka dengan rela hati serta ikhlas. Dan satu lagi yang menarik, imam tidak sunyi dari koreksi mamum bilamana ia lupa atau salah maka bersedia diingatkan. Oleh karena itu jika kita melaksanakan sholat tepat dibelakang posisi imam biasanya didampingi orang yang mempunyai keilmuan yang tinggi pula dibelakangnya agar dapat mengingatkan apabila terjadi kesalahan gerakan dan bacaan. 3. Rain (Rain berasal dari kata Raa-yara-Rayan, yang bermakna pengembala) Setiap kamu adalah pengembala dan setiap kamu akan diminta pertanggung jawabannya. Seorang pemimpin adalah pengembala bagi rakyatnya, maka ia akan ditanya tentang apa yang digembalakannya(HR. Ahmad) Pada fungsi ke-Rain-annya, dituntut dari seorang pemimpin kemampuannya untuk membenahi sistem pemerintahan yang lebih baik dan mengarahkan rakyatnya menuju perbaikan Ummat. Ia seorang leader yang berpengalaman dalam memimpin anak buahnya dan memahami prinsipprinsip leadership karena kelak akan bertanggung jawab terhadap nasib rakyatnya. Ia juga adalah orang yang mengerti betul kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat yang bersifat kekinian dan berorientasi masa depan yang lebih baik serta selalu ber-empati (peduli) terhadap masyarakat tertindas (termarjinal). Untuk itu, ia harus merakyat berada di tengah-tengah rakyatnya sehingga tahu dan mengerti betul apa yang diinginkan rakyatnya. 4. Ulu al-Amr Istilah Ulu al-Amr terdiri dari dua kata Ulu artinya pemilik dan al-Amr artinya urusan atau perkara atau perintah. Kalau kedua kata tersebut menjadi satu, maka artinya ialah pemilik urusan atau pemilik kekuasaan. Pemilik kekuasaan di sini bisa bermakna Imam dan Ahli al-Bait, bisa juga bermakna para penyeru ke jalan kebaikan dan pencegah ke jalan kemungkaran, bisa juga bermakna fuqaha dan ilmuan agama yang taat kepada Allah SWT. Kata al-Amr itu sendiri merupakan bentuk mashdar dari kata kerja Amara-Ya`muru artinya menyuruh atau memerintahkan atau menuntut seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Dengan demikian term Ulu al-Amr dapat kita artikan sebagai pemilik kekuasaan dan pemilik hak untuk memerintahkan
sesuatu. Seseorang yang memiliki kekuasaan untuk memerintahkan sesuatu berarti yang bersangkutan memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengendalikan keadaan. 5. Malik Akar kata al-Malik terdiri dari tiga huruf, yaitu mim, lam dan kaf, artinya ialah kuat dan sehat. Dari akar kata tersebut terbentuk kata kerja Malaka-Yamliku artinya kewenangan untuk memiliki sesuatu. Jadi term al-Malik bermakna seseorang yang mempunyai kewenangan untuk memerintahkan sesuatu dan melarang sesuatu dalam kaitan dengan sebuah pemerintahan. Tegasnya term al-Malik itu ialah nama bagi setiap orang yang memiliki kemampuan di bidang politik pemerintahan.
hukum umum yang dapat diterapkan kepada manajemen dari semua urusan masyarakat. Keuntungannya bersifat universal dan serba mencakup. Ia suatu jalan raya yang melayani semua orang dan setiap orang. Penerapan sifat keadilan oleh seorang pemimpin ini dapat dilihat dari cara ia membagi ruang-ruang ekonomi, politik, budaya, dsb pada rakyat yang dipimpinnya. Misalkan tidak ada diskriminasi dengan memberikan hak ekonomi (berdagang) pada yang beragama Islam, sementara yang beragama kristen tidak diberikan hak ekonomi, karena alasan agama. Terkecuali memang dalam berdagang orang tersebut melakukan kecurangan maka ia diberikan hukuman, ini berlaku bagi agama apapun. Dengan demikian jelas bahwa setelah Rasulullah SAW wafat, maka ummat Islam sebenarnya memiliki seorang pemimpin, yakni Imam Ali Bin Abi Thalib. Kemudian dilanjutkan oleh beberapa keturunannya, yang mana akhir dari kepemimpinan tersebut adalah Imam Mahdi, yang disebut sebagai Imam akhir zaman.
6. Musyawarah Dalam menghadapi setiap persoalan, seorang pemimpin Islam haruslah menempuh jalan musyawarah serta tidak menentukan keputusan sendiri. Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sadi rahimahullahmengatakan, Jika Allah mengatakan kepada Rasul-Nyapadahal beliau adalah orang yang paling sempurna akalnya, paling banyak ilmunya dan paling banyak idenya, Maka bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS. Ali Imran: 159). 7. Mampu berkomunikasi dengan rakyatnya Kapasitas ilmiah serta empati dan rasa sensitivitas yang baik akan mereka yang dipimpinnya, pada akhirnya akan melahirkan seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada rakyatnya. Komunikasi yang baik kepada rakyatnya bukanlah sekadar kemampuan retorika yang baik, tetapi juga kemampuan memilih hal yang akan dilempar kepada publik serta timing yang tepat dalam melemparkannya. Kematangan seorang pemimpin akan membuatnya mampu berkomunikasi yang jauh dari sikap emosional.
(58) (59)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58-59) 2. Surat Al Baqarah 124
Ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu Ibrahim
menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: (Saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku ini tidak akan mengenai orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 124)