+
n =
5523 , 1
78 , 177
n =
52 , 114
n = 115 orang
Keterangan :
n : Besar sampel
n : Besar sampel pada populasi finit (terbatas)
N : Besar populasi dalam 5 bulan
Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 115 akseptor AKDR di Poli KB I RSU Dr.
Soetomo Surabaya.
Cara pengambilan sampel ini menggunakan Simple Random Sampling.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efek samping. Sedangkan variabel tergantung
adalah kejadian Drop out pada akseptor AKDR.
Variabel Definisi Operasional Indikator
Variabel
Alat
Ukur
Skala Kriteria Skoring
Efek
Samping
Setiap efek yang tidak
dikehendaki yang
merugikan atau
membahayakan klien
dari suatu
pengobatan/
kontrasepsi.
1. Dengan
efek
samping
2. Tanpa
efek
samping
Rekam
medik
Nominal 1. Dengan efek
samping Metroragi,
nyeri, keputihan
2. Tanpa efek
samping Metroragi,
nyeri, keputihan
Kejadian
drop Out
pada
akseptor
AKDR
Peserta KB baru atau
lama yang
berhenti/tidak
memakai salah satu
metode kontrasepsi
yang tercatat di dalam
rekam medik.
Rekam
medik
Nominal 1.DO
2. Tidak DO
Data yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah data sekunder. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan mempelajari rekam medik akseptor KB di Poli KB I RSU Dr. Soetomo
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 148
Surabaya pada bulan Januari - Juni 2011 dengan menggunakan lembar pengumpul data.
Peneliti mencari dan mengumpulkan semua data akseptor KB. Semua akseptor dipilih
berdasarkan efek samping kemudian menentukan akseptor yang memilih Drop out pada
akseptor AKDR dan yang tidak memilih Drop Out pada akseptor AKDR. Setelah semua data
terkumpul kemudian memeriksa ulang dengan mengkaji kembali data yang terkumpul dan
ditabulasi. Data yang sudah ditabulasi, disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Maka untuk
mengetahui hubungan antara efek samping dengan kejadian Drop out pada akseptor AKDR
dilakukan tabel silang 2x2 dengan uji statistik Chi-Square dengan derajat kesalahan = 0,05
secara manual. Masing-masing variabel diuji dengan Chi Square (
2
) dengan banyaknya sel
yang mempunyai frekuensi harapan (expected count / frekuensi harapan= E/fh ) < 5 tidak
boleh lebih dari 20%, dan tidak boleh ada sebuah sel pun yang mempunyai E < 1. Karena
menggunakan tabel kontingensi 2x2, maka menggunakan uji Chi Square dari Kontinyuitas
Yates. Ho ditolak bila
2
hitung >
2
tabel, artinya ada hubungan efek samping dengan
kejadian Drop Out pada akseptor AKDR.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poli KB I RSU Dr. Soetomo Jl. Prof Dr. Moestopo No. 6-8
Surabaya. Poli KB I terdiri dari 4 ruangan yaitu ruang periksa, ruang tindakan, ruang sterilisasi
dan ruang ganti pasien.
Umur
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (75,65%) akseptor AKDR berumur 20-35
tahun.
Tabel 1 Umur Akseptor AKDR di Poli KB I RSU Dr. Soetomo (Januari- Juni 2011)
Umur Frekuensi Persentase (%)
< 20 tahun 5 4,35
20 - 35 tahun 87 75,65
> 35 tahun 23 20
Jumlah 115 100
Sumber: Rekam Medik Bulan Januari s.d. Juni 2011
Pendidikan
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 115 akseptor AKDR, hampir seluruhnya (77,39%)
adalah akseptor AKDR yang berpendidikan dasar menengah.
Tabel 2 Pendidikan Akseptor AKDR di Poli KB I RSU Dr. Soetomo (Januari -Juni 2011)
Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
Dasar 2 1,74
Menengah 89 77,39
Tinggi 24 20,87
Jumlah 115 100
Sumber: Rekam Medik Bulan Januari s.d. Juni 2011
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 149
.
Pekerjaan
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 115 akseptor AKDR hampir seluruhnya (77,39%)
adalah tidak bekerja.
Tabel 3 Pekerjaan Akseptor AKDR di Poli KB I RSU Dr. Soetomo (Januari- Juni 2011
Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
Bekerja 26 22,61
Tidak Bekerja 89 77,39
Jumlah 115 100
Sumber: Rekam Medik Bulan Januari s.d. Juni 2011
Efek Samping
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 115 akseptor AKDR, sebagian besar (53,91%)
akseptor AKDR dengan efek samping
Tabel 4 Efek Samping pada Akseptor AKDR di Poli KB RSU I Dr. Soetomo Januari- Juni 2011)
Efek Samping frekuensi Prosentase (%)
Dengan efek samping 62 53,91
Tanpa efek samping 53 46,09
Jumlah 115 100
Sumber: Rekam Medik Bulan Januari s.d. Juni 2011
.
Kejadian Drop Out pada Akseptor AKDR
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 115 akseptor AKDR, sebagian besar (60%) akseptor
AKDR tidak mengalami DO
Tabel 5 Kejadian Drop Out pada Akseptor AKDR di Poli KB I RSU Dr. Soetomo (Januari -Juni
2011)
Kejadian DO frekuensi Prosentase (%)
DO 46 40
Tidak DO 69 60
Jumlah 115 100
Sumber: Rekam Medik Bulan Januari s.d. Juni 2011
.
Hubungan Efek samping dengan Kejadian Drop Out pada Akseptor AKDR
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 115 akseptor AKDR yang mengalami DO dengan efek
samping adalah 33 akseptor AKDR sedangkan akseptor AKDR yang mengalami DO tanpa
efek samping adalah 13 akseptor AKDR.
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 150
Tabel 6 Hubungan Efek Samping dengan Kejadian Drop Out pada Akseptor AKDR di Poli KB I
RSU Dr. Soetomo Surabaya bulan Januari sampai dengan Juni 2011
Efek samping
Kejadian DO
Total
DO Tidak DO
f % F % N %
Dengan efek
samping
33 53,22 29 46,77 62 100
Tanpa efek
samping
13 24,52 40 75,47 53 100
Jumlah 46 40 69 60 115 100
= 0,05 Df = 1 X
2
hitung = 8,65 X
2
tabel
=3,84
Sumber: Rekam Medik Bulan Januari s.d Juni 2011
.
Dari perhitungan uji Chi Square diperoleh hasil perhitungan
2
hitung (30,05) >
2
tabel
(8,65), maka H0 ditolak berarti ada hubungan antara efek samping dengan kejadian drop out
pada akseptor AKDR di poli KB I RSU Dr. Soetomo Surabaya.
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan hubungan antara efek samping dengan
kejadian drop out pada akseptor AKDR di poli KB I RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yaitu akseptor yang mengalami efek samping
yang merugikan atau yang tidak dikehendaki dan membahayakan klien dari suatu pengobatan
yang tidak mungkin dihindari atau dihilangkan sama sekali akan menyebabkan klien tersebut
berhenti atau tidak memakai salah satu metode kontrasepsi dalam satu tahun kalender atau
yang disebut dengan drop out (Suratun, 2008).
Efek samping dari kontrasepsi AKDR yang berlebihan, yang tidak dapat dicegah
seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor resiko yang sebagian besar sudah
diketahui dan membuat akseptor tidak nyaman sehingga memutuskan untuk drop out
(Hackeer, 2001).
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang efektif akan tetapi dapat menimbulkan
gangguan pada organ reproduksi karena keberadaanya di dalam rahim dimana AKDR
merupakan benda asing bagi rahim sehingga banyak menimbulkan efek samping bagi
akseptor, misalnya mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (metroragia) yang
disebabkan adanya faktor mekanik pada endometrium karena ketidak serasian antara
besarnya AKDR dan rongga rahim serta kemungkinan disebabkan karena kehamilan intra
uteri atau ektopik. Dan akseptor AKDR yang karena efek samping banyak yang memilih untuk
drop out karena membuat akseptor tersebut tidak nyaman dan lebih memilih untuk berpindah
ke kontrasepsi lain.
Peran bidan dalam menangani efek samping pemakaian kontrasepsi yaitu
meningkatkan pelayanan kebidanan dengan memberikan konseling pada akseptor AKDR
sebagai alternatif untuk menurunkan kejadian drop out.
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 151
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) hampir setengah
akseptor AKDR mengalami efek samping, 2) kejadian DO pada akseptor AKDR sebagian
besar adalah tidak mengalami DO, 3) ada hubungan efek samping dengan kejadian drop out
pada akseptor AKDR
Selanjutnya disarankan: 1) perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab
atau faktor lain yang berpengaruh atau berhubungan dengan kejadian drop out pada akseptor
AKDR, 2) diharapkan tempat penelitian dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
efek samping pada akseptor kontrasepsi AKDR sebagai alternatif untuk menurunkan kejadian
drop out, 3) Institusi pendidikan diharapkan menambah literatur di perpustakaan tentang teori
drop out pada kontrasepsi AKDR untuk mempermudah mahasiswa yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arkikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
BKKBKS. 2004. Panduan Praktis Memilih Kontrasepsi : BKKBKS
BKKBN. 2003. Buku Pegangan Petugas Lapangan Keluarga Berencana Nasional Surabaya.
Surabaya : BKKBN
BKKBN. 2007. Kamus Istilah. Jakarta : BKKBN
Brahmn, U. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC
Evert, Suzzane. 2007. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta :
EGC
Glasier, A dan Alisa Gebbie. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
EGC
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Hidayat, A. Aziz A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Manuaba, IBG., Chandranita Manuaba, dan Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Saifudin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Speroff, Leon dan Philip Darney. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta : EGC
Suratun., dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Trans Info Media.
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 152
HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN NYERI PERSALINAN PADA KALA I FASE AKTIF
DI BIDAN PRAKTIK SWASTA ENNY JUNIATI SURABAYA
Sri Ratnawati*, Sunarsih*, Whike Kristina Dharmaningrum**
ABSTRAK
Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis, terjadinya disebabkan oleh kontraksi
uterus yang dirasakan bertambah kuat dan paling dominan terjadi pada kala I fase aktif.
Intensitas nyeri dirasakan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
paritas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPS Enny Juniati Surabaya tanggal 8-15
Maret 2011 didapatkan ibu bersalin yang mengalami nyeri persalinan berat yakni sebagian
besar (72,73%) primipara. Judul penelitian ini adalah Hubungan antara Paritas dan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif di BPS Enny Juniati Surabaya dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan antara paritas dan nyeri persalinan kala I fase aktif.
Jenis penelitian ini bersifat analitik observasional. Berdasarkan waktu, menggunakan
metode cross sectional. Populasinya seluruh ibu bersalin kala I fase aktif di BPS Enny Juniati
Surabaya tanggal 8 Mei 2011 - 8 Juli 2011 berjumlah 68 orang. Sampel berjumlah 32 ibu
bersalin kala I fase aktif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara systematic random
sampling. Variabel bebas adalah paritas, varibel tergantung adalah nyeri persalinan kala I fase
aktif. Alat ukur berupa lembar observasi dan koesioner. Analisis data menggunakan uji statistik
Chi Square dengan titik kritis x
2
tabel = 3,84.
Hasil penelitian didapatkan ibu bersalin kala I fase aktif, hampir seluruhnya (84,21%)
adalah primipara dan mengalami nyeri persalinan berat. Hasil uji Chi Square didapatkan x
2
hitung (12,19) > x
2
tabel (3,84) maka H1 diterima yang artinya ada hubungan antara paritas
dan nyeri persalinan pada kala I fase aktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dan
nyeri persalinan kala I fase aktif. Saran yang diberikan peneliti untuk bidan yaitu lebih
meningkatkan konseling dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan untuk
mengatasi nyeri persalinan. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk melakukan penelitian dengan metode lain.
Kata Kunci : Paritas, Nyeri Persalinan
*= Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Kampus Sutomo
**= Alumnus Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Kampus Sutomo
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perkembangan program KB di Indonesia berjalan pesat. Sudah banyak manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat dengan adanya program KB ini. Meskipun program KB telah
berhasil menekan pertumbuhan penduduk, namun tidak selamanya program tersebut berjalan
dengan lancar, adakalanya pencapaian peserta KB aktif dan peserta baru mengalami
peningkatan dan pada saat yang lain mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. (BKKBN, 2010).
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 153
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional, telah diubah visinya dari
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015 (Saifuddin, 2006). Untuk mewujudkan visi
tersebut diperlukan adanya metode kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan (Sarwono, 2007).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau lebih dikenal dengan IUD (Intra Uterine
Device) adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan
tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan
mempunyai benang (Handayani, 2010). AKDR merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif,
reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif
(Maryati, 2009). Adapun efek samping yang umum terjadi dari AKDR adalah nyeri
bersenggama, menstruasi yang banyak, keputihan. Hal ini merupakan faktor terbesar
penyebab kejadian akseptor AKDR Drop Out. Efek samping pada pemakaian AKDR kadang
tidak dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan dan pada akhirnya akseptor berhenti
memakai AKDR/ Drop Out (Siswosudarno, 2001).
Akseptor drop out adalah peserta KB baru atau lama yang berhenti/ tidak memakai salah
satu metode kontrasepsi dalam satu tahun kalender dengan alasan medis karena efek
samping, menopause, permintaan klien, akseptor bercerai/ suami meninggal, menapause,
efektifitas dalam rahim habis (Suratun, 2008).
Profil KB di propinsi Jawa Timur bulan Desember 2010 diketahui sebanyak 955.336 atau
12,18% dari seluruh akseptor. Presentase metode KB yang digunakan meliputi KB suntik
56,50%, KB PIL 24,00%, AKDR 8,50%, Implant 5,40%, Kondom 3,90%, MOW 1,40%, MOP
0,40%. Sedangkan pencapaian peserta KB di Surabaya menurut hasil pencapaian program
keluarga berencana nasional bulan Januari-Desember 2010, pencapaian peserta KB baru
sebanyak 77.728 akseptor yang terdiri dari KB Suntik 62,30%, KB PIL 17,70%, AKDR 7,60%,
Kondom 6,00%, Implant 3,10%, MOW 3,10%, MOP 0,20%. Dari data di atas dapat dijelaskan
bahwa jumlah akseptor AKDR jauh lebih besar dibanding dengan akseptor lain, walaupun
mengalami penurunan secara fluktuatif (BKKBN, 2010).
Berdasarkan data lengkap di poli KB I RSU Dr, Soetomo Surabaya didapatkan fakta
jumlah akseptor AKDR pada tahun 2009-2010 cenderung menurun dan Drop Out AKDR
adalah penyebab terbesarnya, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 128 akseptor, sedangkan
tahun 2010 sebanyak 135 akseptor dengan perincian tertinggi karena efek samping (nyeri
bersenggama, menstruasi yang banyak, keputihan) sebanyak 43 akseptor (31,85%%), klien
ingin ganti cara sebanyak 32 akseptor (23,7%), dan klien ingin hamil lagi sebanyak 29
akseptor (21,48%), akseptor bercerai/ suami meninggal 12 sebanyak akseptor (8,88%),
komplikasi sebanyak 9 akseptor (6,66%), menapause sebanyak 7 akseptor (5,18%),.
Efektifitas dalam rahim habis 3 sebanyak akseptor (2,22%).
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara paritas dan nyeri persalinan pada kala I fase aktif di BPS
Enny Juniati?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi paritas ibu bersalin kala I fase aktif di BPS Enny Juniati Surabaya.
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 154
2. Mengidentifikasi nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Enny Juniati Surabaya.
3. Menganalisis hubungan antara paritas dan nyeri persalinan pada kala I fase aktif di BPS
Enny Juniati Surabaya
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Menurut jenisnya, penelitian yang dilakukan bersifat Analitik Observasional karena
peneliti melakukan observasi pada ibu bersalin kala 1 fase aktif tentang nyeri persalinan dilihat
dari paritasnya. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Cross Sectional, karena nyeri
persalinan berdasarkan paritas hanya dilakukan satu kali pada pengamatan selama penelitian.
Lokasi penelitian dilaksanakan di BPS Enny Juniati Surabaya, waktu pengambilan data
penelitian dilaksanakan pada bulan 8 Mei 2011 8 Juli 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin kala I fase aktif di BPS Enny
Juniati Surabaya pada tanggal 8 Mei 2011 8 Juli 2011 ada 68 ibu bersalin. Kriteria inklusi
dari sampel ini, yaitu: 1) ibu bersalin yang mempunyai kartu atau register, 2) bersedia untuk
menjadi responden, 3) kala I fase aktif periode 8 Mei 2011 8 Juli 2011 di BPS Enny Juniati
Surabaya, 4) setuju menandatangani Informed Consent. Pengambilan sampel dengan jumlah
populasi kurang dari 10.000 dapat menggunakan formula sebagai berikut:
n =
) ( 1
2
d N
N
+
n : Besar sampel
N : Jumlah ibu bersalin kala I fase aktif yang melahirkan di BPS Enny Juniati Surabaya :
2 bulan : 68 orang
d : Tingkat ketetapan absolut yang diinginkan (0,05%)
n =
68
1+68(0,05
2
)
n = 58,12 orang
Karena jumlah terlalu besar dan keterbatasan waktu, maka dikonversikan menjadi:
n =
N
n
n
1
1
+
Keterangan :
n : Besar sampel
n : Besar sampel pada populasi finit (terbatas)
N : Besar populasi dalam 2 bulan
n =
N
n
n
1
1
+
n =
68
1 12 , 58
1
12 , 58
+
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 155
n =
84 . 0 1
12 , 58
+
n =
31,58
n = 32 orang
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan cara acak sistematik (Systematic
Sampling) merupakan modifikasi dari simple random sampling.
Besar populasi (N) = 68 dan sampel (n) = 32, berarti 68:32 = 2, maka setiap kelipatan 2
orang akan menjadi sampel. Maka sampel yang dipilih berdasarkan nomor kelipatan 2, yaitu
1,3,5,7 dan seterusnya sampai sampel ke-32.
Adapun variabel yang diteliti antara lain: 1) variabel bebas yaitu paritas, dan 2) variabel
tergantung yaitu nyeri persalinan kala I fase aktif.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi terhadap ibu bersalin yang mengalami
nyeri persalinan pada kala I fase aktif persalinan dengan lembar observasi (pengamatan)
Bourbonnais. Selain mengamati sendiri, peneliti juga melatih seorang (bidan) untuk melakukan
observasi terhadap ibu bersalin kala I fase aktif.
Gambar 3.4 Skala Bourbonnais
Keterangan :
Jawaban ya= skor 1, Jawaban tidak= skor 0
Hasilnya kemudian dimasukkan dalam kategori:
Tidak Nyeri = skor 0
Nyeri Ringan = skor 1 - 3
Obyektif: klien masih dapat berkomunikasi dengan baik.
Nyeri Sedang = skor 4 - 6
Obyektif: mendesis, menyeringai, dapat menunjuklokasi nyeri dan mendeskripsikan,
dapat mengikuti perintah dengan baik, dan berespon terhadap tindakan.
Nyeri Berat = skor 7 - 9
Obyektif: klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri tetapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
dapat diatasi dengan alihan posisi, nafas panjang, dan distraksi.
Nyeri Sangat Berat = skor 10
Obyektif: klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, berteriak histeris, tidak dapat
mengikuti perintah, menarik-narik, memukul, tidak respon terhadap tindakan, tidak dapat
menunjukkan lokasi nyeri yang dirasakan.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak
nyeri Nyeri
sedang
Nyeri
berat
Nyeri
sangat berat Nyeri
ringan
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 156
Data yang terkumpul setelah diolah dan disajikan dalam bentuk tabel silang 2x2. Kedua
variabel paritas berskala nominal, dan diuji dengan Chi Square dari Yates dengan derajat
kesalahan 0,05 secara manual. Jika hasil
2
hitung >
2
tabel, H0 ditolak yang berarti ada
hubungan antara kedua variabel. Masing-masing variabel diuji dengan Chi Square (
2
) dengan
banyaknya sel yang mempunyai frekuensi harapan (expected count / frekuensi harapan= E/fh)
< 5 tidak boleh lebih dari 20%, dan tidak boleh ada sebuah sel pun yang mempunyai E <1.
Apabila dalam analisis data tidak memenuhi syarat dapat menggunakan uji Eksak dari Fisher.
HASIL PENELITIAN
Paritas Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Paritas di BPS Enny Juniati Surabaya
(8 Mei 2011-8 Juli 2011)
Paritas n %
Primipara
Bukan Primipara
19
13
59,38
40,62
Jumlah 32 100,00 %
Dari Tabel 1 tampak bahwa dari 32 ibu bersalin kala I fase aktif, sebagian besar
(59,38%) primipara.
Nyeri Persalinan Kala I fase aktif
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Nyeri Persalinan Kala I fase aktif di BPS Enny Juniati Surabaya (8
Mei 2011-8 Juli 2011)
Nyeri Persalinan n %
Nyeri Berat
Nyeri Tidak Berat
18
14
56,25
43,75
Jumlah 32 100,00 %
Dari Tabel 2 tampak bahwa dari 32 ibu bersalin kala I fase aktif, sebagian besar
(56,25%) mengalami nyeri persalinan berat.
Hubungan antara Paritas dan Nyeri Persalinan kala I fase aktif
Tabel 3 Hubungan antara Paritas dan Nyeri Persalinan Kala I fase aktif di BPS Enny Juniati (8
Mei 2011-8 Juli 2011)
Paritas
Nyeri Persalinan
Jumlah
Nyeri
Berat
Nyeri Tidak
Berat
n % n % n %
Primipara
Bukan Primipara
16
2
84,21
15,38
3
11
15,79
84,62
19
13
100,00
100,00
Jumlah 18 56,25% 14 43,75% 32 100,00 %
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 157
Dari Tabel 3 tampak bahwa dari 32 orang ibu bersalin kala I fase aktif, hampir
seluruhnya (84,21%) adalah primipara dan mengalami nyeri persalinan berat.
Hasil uji Chi Square adalah X
2
hitung=12,19 > X
2
tabel=3,84. Dapat disimpulkan H0 ditolak
yang artinya ada hubungan antara paritas dan nyeri persalinan pada kala I fase aktif.
PEMBAHASAN
Paritas Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif
Dari 32 ibu bersalin kala I fase aktif, sebagian besar (59,38%) primipara. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori menurut Hanifa Winkjosastro (2007) menyebutkan bahwa
paritas merupakan salah satu faktor risiko maternal. Paritas 2 - 3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 4)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Dimana lebih tinggi paritas ibu, maka
kematian maternal juga lebih tinggi.
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, dan Ida Bagus Gde
Fajar Manuaba (2007) paritas merupakan salah satu faktor risiko dalam kesehatan reproduksi.
Paritas dibagi menjadi primipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan bayi aterm
sebanyak satu kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan anak hidup dua sampai
empat kali, grandemultipara yaitu wanita yang pernah hamil atau melahirkan anak lebih dari
empat kali.
Primipara sering mengalami komplikasi namun tidak seluruhnya ibu primipara berisiko
mengalami komplikasi, tergantung kesiapan fisik, psikologi, dan pengetahuan ibu bersalin.
Penanganan pada risiko yang terjadi pada paritas ini diantaranya pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan kehamilan dan persalinan yang diharapkan fisiologis dan memenuhi
standart. Oleh karena itu, diperlukan konseling yang optimal dari bidan terutama di BPS Enny
Juniati Surabaya, diantaranya konseling tentang persiapan persalinan, proses persalinan yang
akan dialaminya agar ibu primigravida dan primipara lebih mempersiapkan diri baik fisik
maupun psikologi sehingga dapat menjalani fase hamil, bersalin, dan nifas dengan mendapat
pelayanan yang lebih aman, sehat, dan selamat.
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Dari 32 ibu bersalin kala I fase aktif, sebagian besar (59,37%) mengalami nyeri
persalinan berat. Menurut teori Rosemary Mander (2004) menyebutkan bahwa nyeri yang
paling dominan dirasakan pada saat persalinan terutama selama kala I persalinan. Secara
fisiologi, nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif,
timbulnya nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan dilatasi dan
penipisan serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume maupun frekuensi kontraksi
uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat dan puncak nyeri terjadi pada fase aktif.
Pada kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi serviks dan kontraksi uterus
(iskemia miometrium). Sensasi nyeri yang dirasakan oleh ibu menjalar dari bagian bawah
abdomen tepatnya di uterus melewati saraf averen viseral (simpatik) dan menyebar ke daerah
lumbal, punggung, dan paha. Nyeri tersebut dirasakan ibu saat kontraksi dan menurun atau
menghilang pada interval kontraksi. (Errol Norwitz, 2008).
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 158
Dari teori yang sudah dijelaskan menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu yang
melewati proses persalinan mengalami nyeri yang berat. Karena proses persalinan didahului
oleh proses penipisan dan dilatasi serviks yang membutuhkan kontraksi uterus yang kuat.
Kontraksi uterus yang meningkat dalam persalinan ini menimbulkan nyeri persalinan berat.
Penanganan nyeri pada kala I persalinan yakni penting untuk menanyakan bagaimana
perasaan ibu bersalin selama kala I persalinan, karena jawaban tersebut akan sangat
membantu dalam memberikan asuhan yang tepat untuk pengendalian nyeri. Selain itu dapat
digunakan sebagai penentu apakah ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau
diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakan adanya penyulit akibat dari nyeri yang sangat
hebat. Penanganan nyeri persalinan yang diberikan di BPS Enny Juniati Surabaya yaitu
dengan mengajarkan teknik latihan relaksasi sebelum mengahadapi persalinan, teknik masase
pada daerah nyeri, peran serta suami sebagai pendamping saat persalinan.
Hubungan antara Paritas dan Nyeri Persalinan pada Kala I Fase Aktif
Hasil uji Chi Square menunjukkan hubungan antara paritas dan nyeri persalinan pada
kala I fase aktif. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Sherwen, Scolovon, dan
Weingarten (1999) yang mengatakan bahwa intensitas nyeri pada kala I persalinan pada
primipara seringkali lebih berat daripada nyeri persalinan pada multipara. Hal ini dikarenakan
pada primipara terjadi dua proses yakni proses penipisan dan dilatasi serviks yang terjadi tidak
bersamaan. Sedangkan pada multipara mengalami proses penipisan serviks bersamaan
dengan dilatasi serviks.
Menurut pendapat Gorrie dalam buku Rosemary Mander (2004) mengatakan bahwa ibu
primipara mengalami nyeri persalinan lebih berat pada waktu kala I fase aktif persalinan. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan lahir yang baru pertama kali dilewati oleh bayi.
Proses persalinan primipara yang lebih berat daripada multipara mengakibatkan primipra
mengalami kelelahan yang lebih lama. Kelelahan berpengaruh terhadap peningkatan persepsi
nyeri. Hal ini menyebabkan peningkatan nyeri seperti suatu lingkaran setan (Laily Y, 2008)
Sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa yang paling dominan
mengalami nyeri persalinan berat adalah ibu bersalin primipara, dimana menurut kenyataan
bahwa ibu primipara memang belum pernah mempunyai pengalaman melahirkan termasuk
pengalaman nyeri waktu persalinan yang mengakibatkan sulit untuk mengantisipasinya. Selain
itu proses melahirkan yang tidak sama dengan multipara, karena pada primipara proses
penipisan biasanya terjadi lebih dulu daripada dilatasi serviks. Sedangkan pada multipara
proses penipisan dan dilatasi serviks terjadi bersamaan.
Penanganan nyeri persalinan dapat dilakukan dengan cara: 1) memberikan informasi
tentang persalinan, nutrisi dan latihan fisik, 2) mengajarkan teknik latihan fisik untuk
mempersiapkan tubuh saat persalinan, 3) latihan relaksasi secara sadar, 4) latihan pola nafas.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Paritas ibu bersalin kala I fase aktif di BPS Enny Juniati Surabaya sebagian besar adalah
primipara.
2. Nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Enny Juniati Surabaya sebagian besar nyeri berat.
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 159
3. Ada hubungan antara paritas dan nyeri persalinan pada kala I fase aktif di BPS Enny Juniati
Surabaya.
Saran
1. Ibu bersalin kala I fase aktif khususnya pada primipara lebih mempersiapkan persalinannya,
didukung dengan kesiapan fisik, psikologi, dan pengetahuan sehingga dapat menjalani
proses persalinan yang diharapkan fisiologis
2. Tenaga kesehatan (bidan) dapat memberikan penanganan nyeri persalinan dengan cara
yang mudah dilakukan antara lain pemijatan pada daerah nyeri, pendampingan suami,
tehnik relaksasi, dan mungkin bisa diberikan metode dengan aroma terapi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Azis A.H. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika
Ahmad. 2008. http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=9586 (diakses 4 April
2011)
Benson Ralph C. dan Martin L. Pernoll.2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC
Bobak, Lowdermilk. 2004. Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta
Chapman Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC
Hanafi H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hanifa W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Henderson C, Kathleen J. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Hermawati. 2009. Konsep Nyeri dan Kenyamanan. http://shafa-
rama.blogspot.com/2009/04/konsep-nyeri-dan-kenyamanan.html (diakses 31 Maret
2011)
IBG Manuaba 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, dan Ida Bagus Gde Fajar Manuaba.
2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Laily Y. 2008. Penanganan Nyeri Persalinan dengan Metode Nonfarmakologi. Malang:
Banyumedia Publishing
Mander R. 2004. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC
Norwitz Errol R. dan John O. Schorge. 2008. Obstetrics and Gynaecology at a Glance.
Indonesia : Erlangga
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Oxorn Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta: ANDI; YEM
Potter P.A, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, Jakarta:
EGC
Qittun. 2008. Konsep Dasar Nyeri. http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html
(diakses 5 Maret 2011)
Rustam M. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 160
Schott Judit dan Judy Priest. 2009. Seri Praktik Kebidanan Kelas Antenatal. Jakarta : EGC
Sigit N.P. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sinclair C. 2010. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC
Soekidjo N. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Suharsimi A. 2006. Prosedur Penelitian Edisi VI. Jakarta: Rineka Cipta
Suharsimi A. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Suyanto dan Ummi. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra
Cendikia
Tjokronegoro A. dan Hendra U. 1996. Penanggulangan Nyeri pada Persalinan. Jakarta: FKUI
Walsh LV. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
http://www.conectique.com/tips_solution/pregnancy/baby_delivery/article.php?article_id=4750
(diakses 4 April 2011)
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 161
HUBUNGAN PENGGUNAAN KB IMPLANT DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN
PADA PESERTA IMPLANT DI RB KARTINI SURABAYA
Sri Ratnawati*, Dina Isfentiani*, Sinta Widiasti**
ABSTRAK
Implant mengandung progesteron untuk menghalangi kehamilan dengan cara
mengentalkan lendir serviks, atropi dinding endometrium, menghalangi transportasi sperma
dan menekan ovulasi (Hanifa W, 2007). Angka penggunaan Keluarga Berencana (KB) implant
baru di Rumah Bersalin Kartini dari bulan Januari-Desember 2010 sebanyak 100 (17,95%).
Masalah dalam penelitian adalah peningkatan berat badan > 2 kg (73,33%) pada peserta
implant di RB Kartini Surabaya. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
Hubungan Antara Penggunaan KB Implant Dengan Peningkatan Berat Badan Pada Implant
Di RB Kartini Surabaya. Adapun tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan
penggunaan implant dengan peningkatan berat badan di RB Kartini Surabaya.
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, dengan pendekatan cross sectional.
Populasi peserta implant di RB Kartini Surabaya sebanyak 100 peserta. Besar sampel adalah
80 peserta yang diambil dengan cara random sampling. Variabel independen: penggunaan
implant, variabel dependen: peningkatan berat badan. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang ditulis pada lembar pengumpul data.
Dari 28 peserta implant di RB Kartini Surabaya dengan lama penggunaan KB Implant
1 tahun sebagian besar 17 peserta (60,71 %) mengalami peningkatan berat badan > 2 kg.
dan Dari 52 peserta implant di RB Kartini Surabaya dengan lama penggunaan > 1 tahun
hampir seluruhnya 45 peserta (86,53 %) mengalami peningkatan berat badan > 2 kg. dalam
penelitian ini didapatkan hasil
2
hitung =
8,52 sedangkan
2
tabel 3,84.
2
hitung >
2
tabel
maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat hubungan antara penggunaan KB implant
dengan peningkatan berat badan pada peserta implant di RB Kartini Surabaya.
Dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penggunaan KB implant dengan
peningkatan berat badan pada peserta implant di RB Kartini Surabaya, sehingga disarankan
agar bidan selain memberikan konseling efek samping implant juga dijelaskan cara
mengantisipasi dan mengatasi peningkatan berat badan.
Kata Kunci : Penggunaan Implant, Peningkatan Berat Badan
*= Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Kampus Sutomo
**= Alumnus Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Kampus Sutomo
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Implant mengandung progesteron untuk menghalangi kehamilan dengan cara
mengentalkan lendir serviks, atropi dinding endometrium, menghalangi transportasi sperma
dan menekan ovulasi (Hanifa W, 2007). Angka penggunaan Keluarga Berencana (KB) implant
baru di Rumah Bersalin Kartini dari bulan Januari-Desember 2010 sebanyak 100 (17,95%).
Masalah dalam penelitian adalah peningkatan berat badan > 2 kg (73,33%) pada peserta
implant di RB Kartini Surabaya. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 162
Hubungan Antara Penggunaan KB Implant Dengan Peningkatan Berat Badan Pada Implant
Di RB Kartini Surabaya.
Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan penggunaan implant dengan
peningkatan berat badan di RB Kartini Surabaya.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik menurut sifatnya merupakan penelitian
observasional, sedangkan berdasarkan waktu penelitian adalah penelitian cross sectional.
Populasi peserta implant di RB Kartini Surabaya sebanyak 100 peserta. Sampel dalam dalam
penelitian ini berjumlah 80 peserta yang diambil dengan cara random sampling. Variabel
independen: penggunaan implant, variabel dependen : peningkatan berat badan. Penelitian ini
menggunakan data sekunder yang ditulis pada lembar pengumpul data.
HASIL PENELITIAN
Usia peserta Implant
Tabel 1 Distribusi Usia Peserta Implant Di RB Kartini Surabaya
(1 Maret 201028 Februari 2011)
Usia n %
< 20 thn
20 30 thn
0
30
00 ,00
37,50
30 thn 50 62,50
Jumlah 80 100,00 %
Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya
sebagian besar 50 peserta (62,50 %) berusia 30 tahun
Pekerjaan peserta implant
Tabel 2 Distribusi Pekerjaan Peserta Implant Di RB Kartini Surabaya
(1 Maret 2010 28 Februari 2011)
Pekerjaan n %
Wiraswasta
Swasta
10
35
12,50
43,75
PNS 6 7,50
Tidak Bekerja 29 36,25
Jumlah 80 100,00 %
Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya hampir
setengahnya 35 peserta (43,75) swasta.
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 163
Paritas peserta implant
Tabel 4.3 Distribusi Paritas Peserta Implant Di RB Kartini Surabaya
(1 Maret 2010 28 Februari 2011)
Paritas n %
Primipara 24 30,00
Multipara 49 61,25
Grande multi 7 8,75
Jumlah 80 100,00 %
Dari Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya sebagian
besar 49 peserta (61,25 %) merupakan multipara.
Pendidikan peserta implant
Tabel 4 Distribusi Pendidikan Peserta Implant Di RB Kartini Surabaya
(1 Maret 2010 28 Februari 2011)
Pendidikan n %
Pend Dasar 15 18,75
Pend Menengah 43 53,75
Pend Tinggi 22 27,50
Jumlah 80 100,00 %
Dari tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya sebagian
besar 43 peserta (53,75 %) berpendidikan menengah (SMA, SMK dan sederajat).
Penggunaan KB implant
Tabel 5 Distribusi Penggunaan KB Implant Di RB Kartini Surabaya
(1 Maret 2010 28 Februari 2011)
Penggunaan n %
1 Tahun 28 35 ,00
> 1 Tahun 52 65 ,00
Jumlah 80 100,00 %
Dari Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya sebagian
besar 52 peserta (65,00 %) > 1 tahun.
Peningkatan Berat Badan
Tabel 6 Distribusi Peningkatan Berat Badan Peserta Implant Di RB Kartini Surabaya
(1 Maret 2010 28 Februari 2011)
Peningkatan berat badan n %
Ada peningkatan > 2 kg 62 77,50
Tidak ada peningkatan > 2 kg 18 22,50
Jumlah 80 100,00 %
Dari Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya hampir
seluruhnya 62 peserta (77,50 %) mengalami peningkatan berat badan > 2 kg.
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 164
Hubungan Antara Penggunaan KB Implant Dengan Peningkatan Berat Badan
Tabel 7 Distribusi Peningkatan Berat Badan Peserta Implant Di RB Kartini Surabaya
Berdasarkan Penggunaan (1 Maret 2010 28 Februari 2011)
Ada Peningkatan
Berat Badan > 2 kg
Tidak Ada
Peningkatan Berat
Badan 2 kg
Total
Jumlah
(n)
Prosentase
(%)
Jumlah
(n)
Prosentase
(%)
Jumlah
(n)
Prosentase
(%)
Penggunaan
1 tahun
17 60,71 11 39,28 28 100,00
Penggunaan >
1 tahun
45 86,53 7 13,46 52 100,00
Total 62 77,50 18 22,5 80 100,00%
Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa dari 28 peserta implant di RB Kartini Surabaya
dengan lama penggunaan KB Implant 1 tahun sebagian besar 17 peserta (60,71 %)
mengalami peningkatan berat badan > 2 kg. Dari 52 peserta implant di RB Kartini Surabaya
dengan lama penggunaan > 1 tahun hampir seluruhnya 45 peserta (86,53 %) mengalami
peningkatan berat badan > 2 kg.
Hasil uji chi-square didapatkan
2
hitung=8,52 >
2
tabel=3,84, maka H0 ditolak, artinya
ada hubungan antara penggunaan KB implant dengan peningkatan berat badan pada peserta
implant di RB Kartini Surabaya.
PEMBAHASAN
Penggunaan Implant
Diketahui bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya penggunaan KB
sebagian besar 52 peserta (65,00%) >1 tahun. Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi
yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas (Sri Handayani, 2010).
Dalam tiap kapsul Implant mengandung levonorgestrel dan disusukkan di bawah kulit
(Hanifa Wiknjosastro, 2007). Terdapat 3 macam implant di Indonesia yaitu norplant, jadena
atau indoplant dan implanon. Tiap jenis implant memiliki lama kerja berbeda-beda, lama kerja
norplant 5 tahun, implanon 3 tahun, Jadena dan Indoplant 3 tahun. Masing masing jenis
implant dosis yang berbeda, namun memiliki cara kerja yang sama yaitu mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks, dan menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium
sehingga tidak cocok untuk implantasi.
Penggunaan implant akan merangsang tubuh untuk meningkatkan nafsu makan, hal ini
di akibatkan adanya penambahan hormon progesteron sehingga tubuh berusaha
menstabilkan hormon yang ada dalam tubuh dengan menghambat
kerja hipofise untuk mensekresi hormon. Pada peserta implant dengan lama pemakaian > 1
tahun, tubuh sudah mengalami penurunan dalam inhibiting sekresi
Volume II Nomor 3, Juli 2011 ISSN: 2086-3098
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 165
hormon hipofise. Penurunan dalam inhibiting sekresi hormon hipofise akan mengakibatkan
kerja hati semakin berat dan untuk memenuhi kebutuhan energi hati, tubuh meningkatkan
kebutuhan energinya selain itu penurunan inhibiting sekresi hormon hipofise mengakibatkan
hormon pertumbuhan (GH) meningkat. Manifestasi perubahan dalam homeostasis hormon
tubuh adalah peningkatan nafsu makan (Robert K Murray, Daryl K Granner, dan Victor W
Roodwell, 2009).
Dari hasil tabulasi penggunaan KB Implant sebagian besar > 1 tahun. Hal ini sesuai
dengan teori Hanifa Wiknjosastro, 2007 bahwa penggunaan implanon lama kerjanya 3 tahun,
norplant 5 tahun, jadena dan Indoplant 3 tahun. Penggunaan KB Implant dihitung mulai dari
tanggal penggunaan implant yang dapat dilihat pada rekam medik hingga saat diambil data.
Lama penggunaan KB implant dapat mempengaruhi dalam peningkatkan berat badan, pada
penggunaan KB implant > 1 tahun peningkatan berat badan biasanya > 2 kg. Sedangkan pada
tahun pertama penggunaan peningkatan berat badan berkisar antara 1-2 kg hal ini sesuai
dengan teori yang di ungkapkan Hartanto, 2003 bahwa Peningkatan berat badan pada peserta
implant umumnya tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1-2 kg dalam tahun
pertama. Penggunaan KB implant tanpa pengaturan makan serta olahraga yang teratur dapat
mengakibatkan berat badan meningkat > 2 kg, dan sebaliknya pada penggunaan KB implant
dengan aktifitas fisik yang berat, pengaturan makan, olahraga teratur dan faktor keturunan
penggunaan KB implant tidak mengakibatkan peningkatan berat badan > 2 kg.
Peningkatan Berat Badan
Diketahui bahwa dari 80 peserta implant di RB Kartini Surabaya hampir seluruhnya 62
peserta (77,50 %) mengalami peningkatan berat badan > 2 kg. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009 bahwa penggunaan implant dapat
menimbulkan efek samping berupa peningkatan pola haid, nyeri kepala, peningkatan berat
badan, nyeri payudara, perasaan mual, perubahan perasaan. Peningkatan berat badan pada
peserta implant umumnya tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1-2 kg dalam tahun
pertama (Hartanto, 2003). Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yaitu adanya
peningkatan berat badan >2 kg pada hampir seluruh peserta KB implant.
Peningkatan berat badan pada peserta implant dapat diakibatkan efek dari kegagalan
inhibiting kerja hipofise dalam mensekresi hormon yang menggakibatkan peningkatan nafsu
makan. Selain itu progesteron mempermudah proses perubahan karbohidrat menjadi
Triasilgliserol yang hanya dapat dipecah tubuh dengan aktifitas fisik berat (Robert K Murray,
Daryl K Granner, dan Victor W Roodwell, 2009)
Peningkatan berat badan berhubungan dengan proses homeostasis tubuh dalam
menstabilkan hormon. Ketidakseimbangan hormon progesteron dalam tubuh merasangsang
peningkatan berat badan, sehingga diperlukan diet dan olahraga secara teratur. Peningkatan
berat badan > 2 kg dapat diakibatkan karena adanya kegagalan inhibiting pada sekresi
hormon di hipofise yang mengakibatkan hormon pertumbuhan meningkat sehingga
meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga merangsang tubuh untuk mengubah kelebihan
glikogen dalam bentuk TG (Triasilgliserol). Selain karena penggunaan implant, pekerjaan,
ekonomi, dan keturunan dapat mempengaruhi peningkatan berat badan sehingga pada
peserta implant dengan lama penggunaan yang sama peningkatan berat badan nya dapat