Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar belakang

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan
anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia
baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta
orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi
15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4
persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat
secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk
Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah
45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun,
pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun
2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak
terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam
pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah
penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old

2

age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung
semakin banyak penduduk usia lanjut.

Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka
ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015
menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100
penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65
tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk
produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke
atas. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia
banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka
mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang
mengarah pada perubahan yang negatif.

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya
daya tahan fisik. Perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2007:11).

Kondisi fisik seseorang yang telah memasuki lanjut usia mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan penampilan pada
wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem

3

saraf, perubahan panca indera seperti penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan perubahan motorik antara lain berkurangnya
kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru. Perubahan-perubahan
tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan
psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada penurunan aktivitas
kehidupan sehari-hari(Potter & Perry, 2005).

Menurut World Health Organisation (WHO) Lanjut usia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008: 34). Lanjut
usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh semua orang yang
dikarunia usia panjang, dan tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun
manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Menua (
Menjadi tua : anging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Ranah,
2008:1).

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process. Ilmu yang mempelajari fenomena bersamaan dengan proses
kemunduran (Nugroho, 2008:35).

4

Kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari
memberikan suatu data untuk menandakan kemampuan diri lansia. Untuk
merencanakan bantuan yang diberikan pada lansia dalam mencapai
kembali tingkat ketidak ketergantungan yang maksimal, dan untuk
merencanakan pemberian dukungan. Aktivitas dasar kehidupan sehari-hari
dan aktifitas instrumental aktivitas kehidupan sehari-hari diberikan
keduanya (Stanhope,1998). Lansia yang masih melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
fisik, faktor pikis dan faktor lingkungan, dimana faktor lingkungan salah
satunya adalah keluarga yang sangat mendukung mereka untuk tetap
beraktivitas (Budiono, 1997:2).

Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan
lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan dukungan
keluarga tersebut bersifat reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi
hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kuantitas komunikasi)
dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam
hubungan sosial. Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang
menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan dukungan yang
diperlukan selama masa dimana permintaannya besar (Friedman, 1998:4).
Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik,
mental, psikososial maupun spiritual. Perubahan fisik yang terjadi seperti
penurunan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari atau

5

sering di sebut aktivitas sehari-hari, perubahan mental seperti mudah
curiga pada orang lain dan sering terjadi depresi, perubahan psikososial
seperti menghadapi masa pensiun dan masa kesepian, perubahan spiritual
seperti lebih bertindak bijak dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan
(Hurlock, 2000:2).

Kemandirian lansia pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari lansia dalam mandi,
berpakaian, pergi kekamar mandi, berpindah, kontinen, dan makan.
Kemandirian berarti tanpa ada pengawasan, pengarahan, atau bantuan
pribadi aktif, kecuali seperti secara spesifik. Ini didasarkan pada status
aktual dan bukan pada kemampuan.

Berbagai proses dan fungsi keluarga mempengaruhi psikodinamika
interaksi keluarga pada semua usia. kebutuhan psikologi anggota keluarga
oleh anggota keluarga yang lain. Pada keluarga lansia, orang lain yang
dekat sering kali mengisi fungsi afektif tersebut, terutama jika anggota
keluarga lansia tersebut tinggal seorang diri. Bagian dari dukungan sosial
adalah cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang harus dilihat secara
terpisah sebagai bagian dari asuhan dan perhatian dalam fungsi afektif
keluarga (Stanley,2007:341).

Berbagai perubahan tersebut di atas sering membuat lansia mengalami
problem dalam menghadapi kehidupan sehingga dukungan keluarga

6

sangat di butuhkan (Hurlock, 2000:4). Dukungan keluarga bagi lansia
sangat diperlukan selama lansia masih mampu memahami makna
dukungan keluarga tersebut sebagai penyokong atau penopang
kehidupannya. Dalam kehidupan sehari - hari jika lansia karena berbagai
alasan sudah tidak mampu memahami makna dukungan keluarga, maka
yang diperlukan bukan hanya dukungan keluarga namun layanan atau
pemeliharaan secara sosial (social care) sepenuhnya, jika yang terakhir ini
tidak ada yang melaksanakan berarti lansia tersebut menjadi terlantar
dalam kehidupannya (Kuntjoro, 2002). Diantara lain bentuk dukungan
keluarga menurut Friedman (1998:4) adalah :
1). Dukungan emosional
Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya
pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin
bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang
kepadanya.
2). Dukungan penghargaan (penilaian)
Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik,
perbandingan sosial.
3). Dukungan instrumental
Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau
menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan,
dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan
peluang waktu.

7

4). Dukungan informatif
Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah
pribadi. Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat,
pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang
bersangkutan

Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan keluarga dan
dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan
menambah ketentraman hidupnya. Dengan adanya dukungan keluarga
tersebut tidaklah berarti bahwa setelah memasuki masa tua seorang lansia
hanya bisa duduk, diam, tenang, dan berdiam diri saja. Untuk menjaga
kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru harus tetap
melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Lansia
tidak boleh berdiam diri dirumah, dan semua dilayani orang lain. Hal ini
justru akan akan mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan,
sehingga bisa menyebabkan para lansia tersebut cepat meninggal dunia.
Dalam rangka membantu agar lansia tetap dapat beraktivitas dibutuhkan
dukungan keluarga maupun sosial (Kuntjoro,2002).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 9 November 2012 di
Desa Datah Bilang Kecamatan Long Hubung Kabupaten Kutai Barat
terdapat jumlah penduduk sekitar 3500.000 jiwa, dari data tersebut jumlah
lansia sebesar 502 jiwa. Dari hasil observasi kepada 10 lansia, 6 lansia
menyatakan tinggal sendirian dan lansia tersebut menyatakan hal yang

8

mendorong dirinya untuk tetap beraktivitas sehari-hari yaitu mencari
kesibukan di waktu senggangnya, tidak tergantung keluarga atau orang
lain dan tetap aktif dan sehat, lansia tersebut terkelompok kemandirian
penuh yaitu mandiri dalam hal mengontrol berkemih, berpakaian, naik
turun tangga, berjalan di jalan yang datar, berkebun, berdagang, makan,
minum, mandi, BAB, BAK, dan bergerak tanpa bantuan keluarga atau
orang lain. 4 lansia yang tinggal bersama dengan keluarganya masuk
dalam kelompok ketergantungan yaitu tidak mandiri dalam melakukan
semua hal. Mereka merasa tenaganya sudah tidak sekuat waktu muda dulu.
Dalam kesehariannya yang dilakukan hanya memomong cucu yang di
tinggal keluarganya untuk bekerja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan Bagaimana
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian aktivitas
sehari-hari pada lansia di lingkungan masyarakat Datah Bilang Kecamatan
Long Hubung Kabupaten Kutai Barat ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari pada lansia

9

di Desa Datah Bilang Kecamatan Long Hubung Kabupaten Kutai
Barat 2012.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan karakteristik responden berdasarkan umur,
pendidikan, agama, pekerjaan, status tempat tinggal klien.
b. Mengetahui tingkat kemandirian aktivitas lansia sehari hari .
c. Menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kemandirian aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Datah Bilang
Kecamatan Long Hubung Kabupaten Kutai Barat.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan ilmu
keperawatan, khususnya keperawatan gerontik dan keperawatan
komunitas.
b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya ilmu
keperawatan dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan
terhadap lanjut usia
c. Bagi akademik hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
bacaan mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kemandirian aktivitas lansia sehari-hari pada lansia.
d. Bagi peneliti

10

Bagi peneliti hasil penelitian dapat di gunakan sebagai tambahan
ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi puskesmas
Bagi puskesmas hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan
gambaran kepada puskesmas dalam menjalankan tugas pokok
puskesmas salah satunya peningkatan pelaksanaan promkesmas
tentang kemandirian di dalam masyarakat.

b. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada masyarakat tentang pentingnya dukungan
keluarga terhadap kemandirian aktivitas sehari-hari pada lansia.









11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep

1. Lansia
a. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup.
Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia
mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika
kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi
ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati.
Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Darmojo, 2004).
Menurut Menurut World Health Organisation (WHO) Lanjut usia
adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas
(Nugroho, 2008).
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh
semua orang yang dikarunia usia panjang, dan tidak bisa dihindari
oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat
kejadiannya. Menua ( Menjadi tua : anging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan untuk

12

memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Ranah, 2008).

b. Batasan lanjut usia
Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia World Health
Organisation (WHO), ada empat tahap lanjut usia meliputi :
1). Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45-59 tahun;
2). Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun;
3). Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun;
4). Usia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun

c. Klasifikasi pada lansia ada 5 (Mariam. R. Siti, 2008) yakni :
1). Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2). Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3). Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehattan
(Depkes RI, 2003).

4). Lansia Potensial

13

Lansia yang masih mampu melakukan aktivitas
5). Lansia Tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain. (Depkes RI, 2003)

d. Kemandirian aktivitas sehari hari lansia
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan
pribadi yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk
melakukan fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun
dianggap mampu. (Maryam .R.Siti, 2008).
Kemandirian merupakan suatu sikap dimana individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi
dilingkungan sehingga individu akhirnya akan mampu berpikir dan
bertindak sendiri dalam melakukan aktivitasnya, semuanya
dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka
memenuhi kebutuhannya ( Alimul, 2004). Mempertahankan
kemandirian pada lansia umumnya sudah mandiri, kemandirian ini
sangat penting untuk merawat dirinya dalam memenuhi kebutuhan
dasar manusia, orang tua melakukan aktivitas sehari-hari secara
lengkap dan lambat, dengan pemikiran dan caranya sendiri. Lansia
diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yamg unik,
oleh sebab itu perawat membutuhkan pengetahuan untuk
memahami kemampuan lansia untuk berpikir dan mengambil
keputusan untuk meningkatkan kesehatannya ( Kozir,2004)

14

e. Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia
Lansia yang mandiri adalah lansia yang kondisinya sehat dalam
arti luas masih mampu untuk menjalankan kehidupan pribadinya
(Partini, 2005). Kemadirian pada lansia meliputi kemampuan
lansia dalam melakukan aktivitas sehari hari , seperti : mandi,
berpakaian rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dapat
mengontrol BAK, atau BAB, serta dapat makan sendiri
(Ranah,2006).
f. Aktivitas Kehidupan sehari - hari pada Lansia
Macam macam aktivitas lansia menurut Leukenotte ( 1998),
terdiri dari :
1). Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri
jika mandi dengan menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk
mandi hanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki),
menerima bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh (atau
tidak dimandikan).
2). Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa
bantuan, mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap
tanpa bantuan kecuali mengikat sepatu, menerima bantuan
dalam memakai baju, atau membiarkan sebagian tetap tidak
berpakaian.

15

3).Ke kamar kecil
Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju
tanpa bantuan (dapat mengunakan objek untuk menyokong
seperti tongkat, walker, atau kursi roda, dan dapat mengatur
bedpan malam hari atau bedpan pengosongan pada pagi hari,
menerima bantuan kekamar kecil membersihkan diri, atau dalam
merapikan pakaian setelah eliminasi, atau mengunakan bedpan
atau pispot pada malam hari, tidak ke kamar kecil untuk proses
eliminasi.
4). Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah kekursi
tanpa bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk
mendukung seperti tempat atau alat bantu jalan), berpindah dari
tempat tidur atau kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun
dari tempat tidur.
5). Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri
sendiri, kadang-kadang mengalami ketidak mampuan untuk
mengontrol perkemihan dan defekasi, pengawasan membantu
mempertahankan control urin atau defekasi, kateter digunakan
atau kontnensa.

6).Makan

16

Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali
mendapatkan bantuan dalam mengambil makanan sendiri,
menerima bantuan dalam makan sebagian atau sepenuhnya
dengan menggunakan selang atau cairan intravena.
g. Faktor faktor yang mempengaruhi aktivitas lansia
1). Faktor faktor dari dalam diri sendiri
(1). Usia
Kemampuan aktifitas sehari-hari pada lanjut usia dipengaruhi
dengan umur lanjut usia itu sendiri. Semakin tua
ketergantungannya semakin besar. Umur seseorang
menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun
bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidak mampuan
melaksanakan aktivitas sehari-hari (Potter, 2005).
(2). Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi
kemampuan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, sebagai
contoh sistem nervous mengumpulkan dan menghantarkan,
dan mengelola informasi dari lingkungan. Sistem
muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous
sehingga seseorang dapat merespon sensori yang masuk
dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini
misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat
mengganggu pemenuhan aktivitas sehari-hari.

17

(3). Fungsi kognitif
Kognitif adalah kemampuan berfikir dan member rasional,
termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan
memperhatikan (Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Fungi kognitif menunjukkan proses
menerima, mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor
stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses
mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang
meliputi perhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada
aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam
berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari.
(4). Fungsi psikologis
Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi
pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi
yang komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal.
Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan
emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi
kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya
tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa
tidak senang dengan kehidupanya, sehingga kebutuhan

18

psikologi harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya
menjadi stabil (Tamher, 2009).
(5). Tingkat stress
Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai
macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stress disebut
stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat
mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek
negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi
aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).
2). faktor faktor dari luar
(1). Lingkungan keluarga
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling
disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok
lansia yang rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial,
budaya, kesehatan maupun psikologis, oleh karenanya agar
lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu didukung
oleh lingkungan yang konduktif seperti keluarga.
(2). Lingkungan tempat kerja
Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka
bekerja, karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia
memasuki situasi lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat

19

yang nyaman akan membawa seseorang mendorong untuk
bekerja dengan senang dan giat
(3). Ritme biologi
Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang
mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu
mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya.
Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sakardia
diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap.
Serta cuaca yang mempengaruhi aktifitas sehar-hari.
Faktorfaktor ini menetapkan jatah perkiraan untuk makan,
bekerja.

h. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1). Perubahan fisik
(1). Sel
Jumlah sel menurun, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan
tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di
otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak
menurun,mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi
atropi dan beratnya berkurang 5-10%, lekukan otak akan
menjadi lebih dangkal dan melebar. (Nugroho, 2008).
(2). Kardiovaskuler

20

Pada sistem kardiovaskuler terjadi penebalan dan kaku pada
katup jantung, penurunan kemampuan jantung untuk
memompakan darah sebanyak 1% setiap tahunnya
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, hilangnya
elastis pembuluh darah sehingga efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi berkurang dan perubahan posisi
dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri dapat
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
yang akan mengakibatkan pusing mendadak. Tekanan darah
dapat naik yang di akibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer. (Nugroho, 2008).
(3). Respirasi
Otot otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadi penyempitan pada bronkus. (Nugroho, 2000).
(4). Pernafasan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya
yang berhubungan dengan stress.Berkurang atau hilangnya

21

lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya
respon motorik dan reflek (Maryam. R. Siti, 2008).
Pada sistem pernafasan terjadi pengecilan saraf panca indra
yang mengakibatkan kurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa serta
lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Hubungan pernafasan
menurun dan lambat berespon atau bereaksi khususnya
terhadap stress. (Nugroho, 2000).
Menurunnya hubungan persarafan, berat otak pun menurun
10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya
terhadap stres. .Saraf panca indra mengecil. Penglihatan
berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan
perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin. Kurang sensitif
terhadap sentuhan. Defisit memori. (Nugroho, 2008)
(5). Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang tulang pendengaran mengalami
kekakun (Maryam. R. Siti, 2008).
Pada sistem pendengaran terjadi atrofi pada membran timpani
dan penumpukan serumen yang dapat mengeras karena

22

peningkatan kreatin, sehingga hilangnya kemampuan daya
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap suara
suara tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata
kata (Nugroho, 2000).
(6). Penglihatan
Pada sistem penglihatan sfingter pupil timbul sclerosis dan
respons terhadap sinar menghilang, terjadi kekeruhan pada
lensa, menjadi katarak, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah bila menglihat gelap, terjadi
penurunan / hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi
presbiopi, sulit untuk melihat dekat yang dapat di pengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa, lapangan pandang menurun,
luas pandangan berkurang, daya untuk membedakan warna
menurun, terutama warna biru atau hijau. (Nugroho, 2008).
Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan
katarak.(Maryam. R. Siti, 2008).
(7). Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(Osteoporosis), bungkuk (Kifosis), persendian membesar dan
menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut
dan mengalami sclerosis (maryam. R. Siti, 2008)

23

Pada sitem muskuloskeletal terjadi gangguan tulang, yakni
mudah mengalami demineralisasi. Kekuatan dan kestabilan
tulang menurun, terutama pada bagian vetebra, pergelangan.
Insiden osteoforosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut. Kartilango yang meliputi permukaan sendi tulang
penyangga rusak dan haus. Kifosis, gerakan pinggang, lutut
dan jari jari pergelangan terbatas, terjadi gangguan berjalan,
discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek tingginya
berkurang). Atrofi serabut otot, serabut otot menjadi kecil
sehingga gerakan menjadi lambat, otot kram, dan menjadi
tremor (prubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami).
Komposisi otot berubah sepanjang waktu (miofibril
digantikan oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut).
(Nugroho,2008).
(8). Gastrointestinal
Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun,
dan peristaltik menurun sehingga daya tahan absorpsi juga
ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ
aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya
produksi hormon dan enzim (Maryam. R. Siti, 2008).



24

(9). Vesika Urinaria
Otot otot melemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat.
Prostate: Hipertrofi pada 75% lansia. (Maryam. R. Siti, 2008)
10). Endokrin
Produksi hormon menurun. Pada kelenjar pituitary
pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di
dalam pembuluh darah. Produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH
dan Aldosteron menurun, sekresi hormon kelamin seperti
progenteron, esterogen dan testosterone juga mengalami
penurunan. (Maryam. R. Siti, 2008).
(11).Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,
vaskularirasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki
tumbuh berlebihan seperti tanduk. (Maryam. R. Siti, 2008).
Pada sistem integument, kulit mengerut atau keriput akibat
kehilangan jaringan lemak dan permukaan kulit menjadi
kusam, kasr, bersisi, timbul bercak pigmentasi akibat proses
melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit

25

sehingga tampak bintik bintik atau noda coklat, terjadi
perubahan disekitar mata, tumbuhnya kerutan halus di ujung
mata akibat lapisan kulit menipis, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat berkurang. (Nugroho, 2008).
(12). Belajar dan Memori
Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun.
Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding
menurun. (Maryam.R.Siti, 2008).
Lansia yang tidak memiliki demensia atau gangguan
alzaimer, masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal
ini sesuai dengan prinsip belajar sejak lahir sampai akhir
hayat. Pelayanan kesehatan lanjut usia yang bersifat promotif,
prefentif, kuratif, dan rehabilitatif adalah untuk memberikan
kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar yang
disesuaikan dengan kondisi masing masing lanjut usia yang
dilayani.
2. Keluarga
a. Keluarga
Keluarga termasuk dalam program kesehatan masyarakat yang
berperan dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan
seseorang, dimana dukungan keluarga dalam bentuk perhatian,
waktu, empati sangat berpengaruh dalam menentukan status

26

kesehatan seseorang yang sedang mengalami masalah, upaya
dukungan keluarga muncul dalamberagam dukungan, misalnya
dari suami, orang tua, teman, anak, lingkungan tempat tinggal.
Dukungan keluarga merupakan suatu strategi interven premitif
yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses
dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan
yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan kelurga yang
adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses
misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu
siap memberikan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

Keluarga merupakan tempat yang paling nyaman bagi para lansia.
Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam
membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada
dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk
menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher, 2009)
Bagi keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggotanya. Keluarga merupakan pelaku aktif
dalam berkomunikasi hubungan personal untuk mencapai suatu
keadaan yang lebih baik, berbagai bentuk kehidupan keluarga
sekarang menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan

27

dukungan yang diperlukan selama masa-masa dimana
permintaanya besar (Friedman,1998).

b. Dukungan
Dukungan bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri
masih mampu memahami makna dukungan tersebut sebagai
penyokong atau penopang kehidupannya. Namun dalam kehidupan
lansia seringkali ditemui bahwa tidak semua lansia mampu
memahami adanya dukungan dari orang lain, sehingga walaupun ia
telah menerima dukungan tetapi masih saja menunjukkan adanya
ketidak puasan, yang ditampilkan dengan cara menggerutu, kesal,
kecewa dan sebagainya ( kuntjoro,2002)

c. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan salah satu jenis dari dukungan
sosial. Interaksi timbal balik antara individu atau anggota keluarga
dapat menimbulkan hubungan ketergantungan satu sama lain.
Dukungan keluarga dapat berupa informasi atau nasehat verbal dan
nonverbal, bantuan nyata, tindakan yang diberikan oleh keakrapan
sosial atau adanya perasaan bahwa kehadiran orang lain
mempunyai manfaat emosional atau mempunyai peran terhadap
perilaku bagi pihak penerima dukungan sosial. Pemberian bantuan
berupa tingkah laku atau materi atau hubungan sosial yang akrab

28

sehingga individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.
(Friedman,1998) Dukungan keluarga merupakan bantuan atau
dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam
kehidupanya dan berada dalam lingkungan keluarga tertentu yang
dapat membuat penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan
dicintai. Dukungan keluarga meliputi tingkatan kepuasan akan
dukungan sosial yang diterima individu bahkan kehidupan akan
terpenuhi. Dukungan keluarga merupakan dukungan natural yang
memiliki makna penting dalam kehidupan seseorang sehingga
individu tersebut dapat menerima dukungan sesuai dengan situasi
dan keinginan khusus yang tidak didapatkan dari lingkungan luar.
Tingkat kemandirian terdiri dari level 0 yang menggambarkan
kemandirian penuh sampai level yang menggambarkan tongkat
ketergantungan penuh. Adapun uraian sebagai berikut :
1). Tingkat 0 : kemandirian penuh dalam kegiatan sehari hari
2). Tingkat 1 : menggunakan alat-alat atau bahan bentuk kegiatan
kemandirian tanpa ketergantungan.
3). Tingkat 2 : diperlukan kebutuhan bantuan atau supervisi dari
orang lain kegiatan kemandirian yang lengkap.
4). Tingkat 3). Diperlukan kebutuhan bantuan atau supervisi dari
prang lain dan penggunaan alat bantu atau peralatan.
5). Tingkat 4). Ketergantungan penuh pada yang lain kegiatan
bantuan kemandirian

29


d. Bentuk bentuk dukungan keluarga
Dukungan keluarga terdiri dari empat dimensi dukungan menurut
Friedman (1998) antara lain :

1).dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi yang meliputi ungkapan empati kepedulian, perhatian
terhadap anggota keluarga yang sakit misalnya umpan balik atau
penegasan.

2).dukungan penghargaan
Penilaian positif atau pemberian penghargaan atas usaha yang
telah dilakukan, memperkuat dan meninggikan, perasaan, harga
diri dan kepercayaan akan kemampuan individu. Seseorang yang
diberikan dukungan jenis ini, cenderung mempunyai harga diri
dan mempunyai kecemasan yang rendah.

3).dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
kongkrit. Mencangkup bantuan langsung seperti dalam bentuk

30

uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong
dengan pekerjaan waktu saat mengalami setres.

4).dukungan informative
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan desiminator
(penyebar) informasi tentang dunia yang mencakup dengan
member nasehat, petunjuk, sarana-sarana atau umpan balik.
Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan
semangat pemberian nasehat atau mengawasi tentang aktifitas
sehari-hari yang dilakukan. Dukugan keluarga juga merupakan
perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai
dan termasuk bagian dari masyarakat.

e. Dukungan keluarga terhadap lansia
Lansia adalah akhir dari penuaan, tahap yang mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun mental. Dengan perubahan
fisik lansia mengalami penurunan pendengaran dan penglihatan,
lansia yang sehat secara mental yaitu lansia yang menyenangi
aktifitas sehari-hari, punya arti dalam hidup seperti melakukan
aktifitas sehari-hari. Apabila kebutuhan tersebut bisa terpenuhi,
maka timbulah angan-angan untuk berfikir dan berusaha untuk
mencapai bagaimana bisa terpenuhi kebutuhan tersebut misalnya
makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Lansia bukanlah

31

untuk mengembalikan peran mereka sebagai pencari nafkah,
melainkan bagaimana mempersiapkan mereka untuk dapat
menikmati ruas akhir dari kehidupannya dengan kemandirian yang
maksimal. Bila kemandirian menolong diri sendiri tanpa bantuan
telah tercapai, maka masih banyak lahan kegiatan untuk para usia
lanjut yang masih dapat digali dan dimunculkan. Eratnya ikatan
kekeluargaan diantara anggota keluarga dan lingkungan sosial
disekitarnya, memungkinkan seseorang usia lanjut selalu sibuk.
Mulai dari menjaga cucu, mengikuti kegiatan keagamaan,
mengembangkan hobi, aktif kegiatan sosial dan rumah tangga
hingga usaha berdagang ataupun usaha ain menghasilkan tambahan
penghasilan (Soejono dkk, 2000).

Dukungan keluarga merupakan bantuan atau dukungan yang
diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya
dan berada dalam lingungan keluarga tertentu yang dapat membuat
penerima merasa diperhatikan dan dihargai. Lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari merupakan suatu dorongan diri
untuk mendapatkan kepuasan. Lansia yang melakukan kegiatan
yang tujuannya untuk mendapatkan kepuasan dalam dirinya.
Faktor-faktor yang mendorong lansia dalam melakukan aktivitas
yaitu didalam diri sendiri seperti kebanggaan akan dirinya dapat
melakukan sesuatu pekerjaan dan minat yang besar terhadap

32

pekerjaan yang dilakukan selama ini dan yang mendorong dari luar
yaitu mereka mendapatkan keuntungan diwaktu senggangnya.






















33


B. Kerangka Teori





Faktor faktor dari luar :
Dukungan keluarga
1. Dukungan
emosional
2. Dukungan
penghargaan
3. Dukungan
instrumental
4. Dukungan
informative
Lingkungan
tempat kerja
Ritme
biologi

Skema 2.1 Kerangka Teori
Sumber; Friedman, (1998) Pender (2001) Tamher (2009)


Faktor faktor dari
dalam diri sendiri :
1. Usia
2. Kesehatan
fisiologis
3. Fungsi kognitif
4. Fungsi
psikologis
5. Tingkat stress
Tingkat Kemandirian
aktivitas sehari - hari
Lansia

34

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESA DAN DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang akan di teliti
( Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini dikembangkan kerangka konsep
yang akan mengarahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Kerangka
konsepnya berupa antara variabel dukungan keluarga dengan variabel
tingkat kemandirian aktivitas lansia sehari hari .











Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi
Input proses
Output
Responden Independen Dependen
Lansia di
desa Datah
bilang
kabupaten
kutai barat
Dukungan
keluarga
Tingkat
kemandirian
aktivitas sehari-
hari pada lansia
Variabel
counfuding :

1. Lingkungan
2. perilaku
3. kesehatan


35

B. Hipotesis penelitian

Sesuai dengan kerangka teori yang di kemukakan , maka hipotesis yang di
ajukan adalah :

Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian
aktivitas sehari hari pada lansia di Desa Datah Bilang Kecamatan
Long Hubung Kabupaten Kutai Barat.

Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kemandirian aktivitas sehari hari pada lansia di Desa Datah Bilang
Kecamatan Long Hubung Kabupaten Kutai Barat.

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang di amati sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
( Aziz Alimul Hidayat, 2007 ). Penelitian ini melibatkan 2 variabel yaitu
dukungan keluarga sebagai variabel X dan tingkat kemandirian aktivitas
sehari hari pada lansia sebagai variabel Y.

1. Variabel Independen
Variabel independen ( bebas ) adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen ( terikat ). Variabel ini

36

juga di kenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam
mempengaruhi variabel lain. Pada penelitian yang akan di laksanakan
ini variabel independennya adalah dukungan keluarga.

2. Variabel Dependen
Variabel dependen ( terikat ) adalah variabel yang di pengaruhi
menjadi akibat karena variabel bebas terhadap perubahan. Pada
penelitian yang akan dilaksanakan ini variabel dependennya adalah
tingkat kemandirian aktivitas sehari hari pada lansia.

D. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Independen
Dukungan
keluarga
Proses
hubungan di
antara
keluarga
sosialnya
yang dapat
diberikan
oleh
keluarga
kepada
lansia dalam
bentuk
komunikasi.
Kuisioner 1.Mendukung
jika dalam
kategori
tinggi(apabil
a median)

2.Tidak
mendukung
jika
rendah(apabi
la < median)
Ordinal


37

2. Dependen
Tingkat
kemandirian
sehari-hari
pada lansia
lansia yang
kondisinya
sehat,
mampu
untuk
menjalankan
kehidupan
pribadinya .
Kuisioner 1.Mandiri
jika 0

2.Tidak
mandiri
jika 1-4
Ordinal

Anda mungkin juga menyukai