Anda di halaman 1dari 20

NUTRISI

1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Soenarjo, 2000). Menurut o!k "# (200$), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan
untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan
nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (200%), nutrisi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi se!ara normal melalui proses degesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran &at-&at yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.
2. Macam-Macam Nutrisi
'entingnya asupan gi&i yang baik pada pasien dengan luka(pas!a operasi merupakan
pondasi untuk proses penyembuhan lebih !epat. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi
peyembuhan, dan menghambat atau bahkan menghindari keadaan malnutrisi ()illiams dan
#eaper 2000). *ukungan nutrisi sangat penting bagi pera+atan pasien mengingat kebutuhan
pasien akan nutrisi ber,ariasi, maka dibutuhkan diet (pengaturan makan)
'ada prinsipnya, pengaturan makanan ( diet pada pasien dengan luka ( pas!a operasi
adalah "ukup karbohidrat (-0 s(d .0 / total kal), 0inggi protein ( 20 s(d 2- / total kal), "ukup
lemak (20 s(d 2-/ total kalori) "ukup ,itamin dan "ukup mineral.
1arbohidrat
Sebagai bagian dari proses penyembuhan tubuh memasuki fase hipermetabolik, di mana
ada peningkatan permintaan untuk karbohidrat. 2kti,itas selular didorong oleh adenosin trifosfat
(20') yang berasal dari glukosa, menyediakan energi untuk respon inflamasi terjadi. 3leh
karena itu, dalam rangka untuk memperbaiki hipoalbuminemia, karbohidrat diperlukan serta
protein. jika intake karbohidrat berkurang maka tubuh akan meme!ah protein untuk dijadikan
kalori.jika ini terjadi maka akan mengganggu fungsi utama protein sebagai pembentuk jaringan
baru pada luka
'rotein
%
2
)hey, protein dan asam amino yang terdapat di dalam +hey protein adalah dasar untuk
membentuk kulit baru dan memperbaiki sel yang rusak. )hey protein terdiri dari empat pe!ahan
protein mayor dan enam pe!ahan protein minor. 4mpat pe!ahan protein mayor tersebut adalah
beta-la!toglobulin, alpha-la!talbumin, bo,ine serum albumin dan immunoglobulin. Masing-
masing dari keempat pe!ahan protein tersebut mempunyai efek pen!egah penyakit yang sangat
penting bagi tubuh manusia. 1arena itulah, +hey protein sering diproduksi sebagai suplemen
untuk mema!u pertumbuhan otot dan memper!epat proses penyembuhan. Sumber bahan
makanan5 keju, dan jenis-jenis ka!ang
2lbumin, 2lbumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar .0/ dari total
plasma protein, dengan nilai normal 6,- 7 -,- g(dl 8ipoalbumin sering dijumpai pada pasien
dengan pra bedah, masa recovery atau pemulihan setelah tindakan operasi ataupun dalam proses
penyembuhan. Sumber bahan makanan 5 putih telur, ikan gabus
#emak
Sebagai pelarut ,itamin (2,*,4 dan1), sebagai pembentuk struktur membran sel dan
fungsi ( sintesis sel baru). *i jumpai dalam asam lemak esensial (2#4) yaitu #inolena! dan
linolea! ( omega 6 dan omega .)
Sumber makanan5 sunflo+er oil, &aitun , !anola oil, alpukat, ikan perairan dalam 5 tuna,
bass, dll9 ikan perairan dingin5 salmon
:itamin
o :itamin 2 juga terlibat dalam silang kolagen dan proliferasi sel epitel.
o :itamin ;-1ompleks adalah !o-faktor atau !o-en&im dalam berbagai fungsi metabolisme
yang terlibat dalam penyembuhan luka, terutama dalam rilis energi dari karbohidrat.
o :itamin " memiliki peran penting dalam sintesis kolagen, dalam pembentukan ikatan
antara helai serat kolagen, membantu memberikan kekuatan ekstra dan stabilitas. 2da
banyak bukti yang menunjukkan meningkatnya kebutuhan untuk ,itamin " selama
!edera, stres dan sepsis, tetapi tidak ada bukti bah+a dosis mega meningkatkan hasil
klinis (<ray dan "ooper 200%).
o :itamin 1 adalah terlibat dalam pembentukan trombin, dan kekurangan dengan adanya
luka dapat menyebabkan hematoma.
Mineral
Seng(&in! dibutuhkan untuk sintesis protein dan juga merupakan !o-faktor dalam reaksi
en&imatik. 2da peningkatan permintaan untuk seng selama proliferasi sel dan sekresi protein.
Seng juga memiliki efek penghambatan pada pertumbuhan bakteri, dan terlibat dalam respon
imun. Sumber makanan5 daging merah(sapi,kambing) ikan dan hasil laut, ka!ang-ka!angan, susu
6
=at ;esi(>e adalah !o-faktor dalam sintesis kolagen, jika terjadi defisiensi fe maka
berpengaruh terhadap penundaan penyembuhan luka. 0embaga juga terlibat dalam sintesis
kolagen. Sumber makanan 5 ikan dan hasil laut, daging merah, ka!ang, telur ( dalam penyerapan
nya diperlukan ,itamin ! , dan menghindari asupan tannin dan !afein)
3. Kebutuhan Nutrisi
'emenuhan 1ebutuhan Nutrisi
0unjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada pasien kritis dapat menurunkan angka
kematian. 0erdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi yaitu5
a. Mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas yaitu starvation
b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak sakit kritis hendaknya
dilakukan berulang ulang untuk menentukan ke!ukupan nutrisi dan untuk menentukan tunjangan
nutrisi selanjutnya.
;eberapa !ara mengukur kebutuhan nutrisi 5
1. Metabolic Chart- Indirect Calorimetry Resting Energy Expenditur (44).
[(knsentrasi !2"(#$3%" & ('r(uksi )!2"(1$11"* + 1,,#.
umus ini kurang akurat pada pasien-pasien dengan >i32 lebih dari $0/.
2. 'ersamaan 8arris ;enedi!t (untuk de+asa). Basal Energy Expenditure (;44)5
-aki-.aki/ 00$,1 & (13$12 + 33" & (2 + T3" 4 (0$10 + Umur"
5anita/ 022$1 & (%$20 + 33" & (1$62 + T3" 4 (,$01 +Umur"
ata-rata ;44 adalah mendekati 2- kkal( kgbb (hari.
;;?berat badan, 0;?tinggi badan
@ntuk menghitung ;44 harus disesuaikan dengan faktor-faktor metabolik, seperti5
demam, operasi, sepsis, luka bakar dan lain-lain.
2--60 kkal(kgbb ideal(hari (untuk de+asa)
%20-%6- kkal(kgbb(hari (untuk premature)
%20-%$0 kkal(kgbb(hari (untuk infant) (Setiati, 2000)
3. Menghitung balan!e nitrogen dengan menggunakan urea urine 2$ jam dan dalam
hubungannya dengan urea darah dan albumin.
0iap gram nitrogen yang dihasilkan menggunakan energi sebesar %00-%-0 kkal (2t 0o!k,
200A). 1ebutuhan energi pada pasien kritis5 ule of 0humb dalam menghitung kebutuhan kalori,
yaitu 2--60 kkal(kgbb(hari.
$
Selain itu penetapan Resting Energy Expenditure (44) harus dilakukan sebelum
memberikan nutrisi. 44 adalah pengukuran jumlah energi yang dikeluarkan untuk
mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat dan %2-%B jam setelah makan. 44 sering
juga disebut Basal Metabolic Rate (;M), Basal Energy Requirement (;4), atau Basal Energy
Expenditure (;44). 'erkiraan 44 yang akurat dapat membantu mengurangi komplikasi akibat
kelebihan pemberian nutrisi (o,er,iding) seperti infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary
!ompromise ()iryana, 200A).
Nutrisi Suportif
0ujuan utama dari nutrisi suportif adalah untuk memenuhi kebutuhan energi untuk proses
metabolisme, pemeliharaan suhu basal, dan perbaikan jaringan. 1egagalan untuk menyediakan
sumber energi nonprotein yang memadai akan menyebabkan penggunaan !adangan jaringan
tubuh. 1ebutuhan untuk energi dapat diukur dengan kalorimetri se!ara langsung atau
diperkirakan dari ekskresi nitrogen urin, yang sebanding dengan pengeluaran energi selama
istirahat. Namun, penggunaan kalorimetri se!ara tidak langsung, terutama pada pasien yang sakit
kritis, sering mengarah kepada perhitungan yang terlalu tinggi dari kebutuhan kalori.
@ntuk menentukan kebutuhan kalori harus diketahui metabolisme basal, sedangkan untuk
menentukan basal energy expenditure (;44) ini digunakan suatu rumus 8arris-;enedi!t.
umus 5

377 (-aki-.aki" 8 00$,1 & 13$12 (3erat ba(an9Kg" & 2$# (Tinggi 3a(an9)m" - 0$10
(Usia9tahun" Kka.9hari
377 (Perem'uan" 8 022$1 & %$20 (3erat ba(an9Kg" & 1$62 (Tinggi ba(an9)m" - ,$06
(Usia9tahun" Kka.9hari
'ersamaan ini, disesuaikan dengan jenis stres bedah, yang !o!ok untuk memperkirakan
kebutuhan energi pada lebih dari B0/ pasien ra+at inap. 0elah terbukti bah+a penyediaan 60
kkal ( kg per hari akan !ukup memenuhi kebutuhan energi pada sebagian besar pasien
pas!aoperasi, dengan risiko rendah kelebihan makan. 'ada trauma atau sepsis, kebutuhan
substrat energi meningkat, memerlukan kalori yang lebih besar melebihi pengeluaran energi
nonprotein yang dihitung (0abel 2.%). 1ebutuhan tambahan kalori nonprotein ini diberikan
setelah luka biasanya %,2-2,0 kali lebih besar daripada resting energy eCpenditure (44) yang
dihitung, tergantung pada jenis !edera.
-
@ntuk mengoreksi katabolisme yang tinggi seperti yang terjadi pas!atrauma, pas!abedah,
pada infeksi atau sepsis, harus ditambahkan -0/ atau lebih dari ;44, tetapi jangan melebihi
%-0/ ;44.

Kn(isi Kka.9kg 'er (a:
Perhitungan
(i atas 377
;ram
Prtein9kg 'er
(a:
Ka.ri nn
'rtein/
Nitrgen
Normal(moderate
malnutrition
2-760 %.% % %-05%
Mild stress 2-760 %.2 %.2
%-05%
Top of Form
Moderate stress 60 %.$ %.- %205%
Se,ere stress 6076- %.. 2 D07%205%
;urns 6-7$0 2 2.-
D07%005%
Bottom of
Form
Pen:esuaian ka.ri (iatas Penge.uaran 7nergi 3asa. (377" 'a(a kn(isi hi'ermetab.ik
0ujuan kedua dari nutrisi suportif adalah untuk memenuhi kebutuhan substrat untuk
sintesis protein. 1alori nonprotein yang sesuai5 rasio nitrogen %-05% (misalnya, % g N ? .,2- g
protein), harus dipertahankan, yang merupakan kebutuhan kalori basal yang diberikan untuk
men!egah penggunaan protein sebagai sumber energi. Sekarang terdapat bukti yang lebih besar
yang menunjukkan bah+a asupan protein meningkat, dan kalori lebih rendah5 nitrogen rasio B05%
untuk %005%, yang mungkin memiliki manfaat penyembuhan pada pasien dengan hipermetabolik
dan sakit kritis. *engan tidak adanya disfungsi ginjal atau gangguan hati yang berat dapat
dugunakan rejimen gi&i standar, sekitar 0,2--0,6- g nitrogen per kilogram berat badan harus
disediakan setiap hari.
1ebutuhan kalori harus dirin!i. 1arbohidrat sebagai sumber kalori diberikan tidak lebih
dari . g(kg;;(hari, bila berlebihan, terjadi hipermetabolisme. 3leh karena pembatasan
penggunaan karbohidrat seperti di atas, lemak digunakan juga sebagai sumber kalori, sekaligus
sebagai sumber asam lemak esensial.
'enderita dengan katabolisme berat, seperti trauma ganda dan luka bakar, memerlukan
nutrisi tinggi protein dan asam amino untuk mengatasi keseimbangan nitrogen yang negatif.
@mumnya diperlukan %,2-%,- g protein(kg;;(hari.
4lektrolit dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan asam basa, juga untuk
metabolisme sel. @nsur Na
E
, 1
E
, Mg
E
, "a
E
, '
E
, "l
-
sama pentingnya seperti protein dan kalori
dalam proses penggantian sel yang rusak. :itamin dan unsur runut Ftra!e element) juga esensial
.
untuk proses metabolisme. *osis tinggi ,itamin tertentu, seperti ,itamin " atau ,itamin 4,
memainkan peranan penting dalam pertahanan tubuh sebagai antioksidan. 1onsentrasi plasma
,itamin " dan 4 telah ditunjukkan dapat mengurangi pasien sakit berat dengan 2!ute
espiratory *istress Syndrome (2*S) dibandingkan dengan sukarela+an yang sehat.
1ebutuhan nutrisi dlperkirakan atas dasar kondisi klinis pasien. 'enentuan status
metabolik yang lebih tepat dapat didasarkan pada keselmbangan nitrogen.
;entuk pemberian kalori yaitu 5
a. 1arbohidrat5 karbohidrat merupakan sumber energi yang penting. Setiap gram karbohidrat
menghasilkan kurang lebih $ kalori. 2supan karbohidrat di dalam diit sebaiknya berkisar -0/-
.0/ dari kebutuhan kalori (Setiati, 2000)
b. #emak5 komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi enteral maupun parenteral
sebagai emulsi lemak. 'emberian lemak dapat men!apai 20/ -$0/ dari total kebutuhan. Satu
gram lemak menghasilkan D kalori. #emak memiliki fungsi antara lain sebagai sumber energi,
membantu absorbsi ,itamin yang larut dalam lemak, menyediakan asam lemak esensial,
membantu dan melindungi organ-organ internal, membantu regulasi suhu tubuh dan melumasi
jaringan-jaringan tubuh (Setiati, 2000).
!. 'rotein (2sam 2mino)5 kebutuhan protein adalah 0,Bgr(kgbb(hari atau kurang lebih %0/
dari total kebutuhan kalori. Namun selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat menjadi %,2-
%,- gr(kgbb(hari. 'ada beberapa penyakit tertentu, asupan protein harus dikontrol, misalnya
kegagalan hati akut dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar 0,-
gr(kgbb(hari()iryana,200A).
'asien dengan suplementasi nutrisi yang lama membutuhkan penge!ekan kadar
elektrolit-elektrolit ini se!ara periodik. 4lektrolit yang sering terlupakan adalah fosfat,
kelemahan otot yang berhubungan dengan penggunaan ,entilator yang lama dan kegagalan lepas
dari ,entilator, dapat disebabkan oleh hipofosfatemia ()iryana,200A).
'asien kritis membutuhkan ,itamin-,itamin 2, 4, 1, ;% (tiamin), ;6 (niasin), ;.
(piridoksin), ,itamin ", asam pantotenat dan asam folat yang lebih banyak dibandingkan
kebutuhan normal sehari-harinya ()iryana,200A).
,. Prinsi' Pemberian Nutrisi (a.am Pasien 3e(ah
Nutrisi memiliki peran yang penting dan tidak dapat dipisahkan dengan persiapan pra
operasi dan pas!a operasi pada pasien yang menjalani prosedur utama bedah umum. Se!ara
A
umum, ketika dokter memutuskan kepada pasiennya untuk menjalani prosedur operasi besar,
nutrisi suportif telah menunjukkan pengurangan komplikasi luka utama seperti luka terbuka dan
kebo!oran anastomosis luka.
'asien yang menjalani operasi menghadapi tantangan se!ara metabolik dan fisiologi yang
dapat membahayakan status gi&i. <ejala pas!aoperasi seperti mual, muntah, nyeri, dan anoreksia
dapat terjadi pada pasien, hal ini juga bahkan dapat terjadi pada pasien yang menjalani operasi
ke!il, padahal katabolisme, infeksi, dan proses penyembuhan luka menjadi faktor penyulit pada
pasien setelah operasi besar. 8al-hal ini menjadi masalah yang jauh lebih besar pada pasien
operasi dengan gi&i yang kurang.
*eplesi nutrisi telah ditunjukkan menjadi penentu utama dari perkembangan komplikasi
pas!a operasi. 'asien bedah gastrointestinal mempunyai resiko terjadi deplesi nutrisi dari asupan
gi&i yang tidak memadai, stres bedah dan peningkatan tingkat metabolisme pas!aoperasi. ;anyak
pasien tidak dapat bertahan terhadap penyakitnya tanpa bantuan nutrisi suportif yang khusus.
Seperti pada pasien dengan kehilangan usus total atau hampir total yang mungkin disebabkan
infark atau reseksi multipel, pasien malnutrisi dengan penyakit inflamasi mukosa usus kronis
yang mempengaruhi penyerapan, atau pasien dengan fistula yang menghalangi pen!ernaan
nutrisi se!ara oral, dan lain sebagainya.
1ekha+atiran terjadinya ileus pas!a operasi dan integritas dari pembuatan anastomosis
baru menyebabkan terjadinya kelaparan, sehingga pemberian nutrisi menggunakan !airan
intra,ena sampai terjadinya kentut. Namun, sejak saat itu telah menunjukkan bah+a pemberian
makanan enteral se!epatnya pas!a operasi ialah efektif dan dapat ditoleransi dengan baik.
'emberian makanan se!ara enteral juga berhubungan dengan manfaat klinis tertentu seperti
menurunnya insiden komplikasi infeksi pas!aoperasi dan peningkatan respon penyembuhan
luka. Namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan hubungan antara nutrisi
enteral dengan terjadinya modulasi fungsi usus.
'asien dengan kekurangan gi&i pra operasi memiliki risiko yang jauh lebih tinggi
terjadinya komplikasi pas!a operasi dan kematian daripada pasien yang memiliki gi&i baik
sebelum operasi. Status gi&i buruk dapat membahayakan fungsi sistem organ, termasuk jantung,
paru-paru, ginjal, dan saluran gastrointestinal (<G0). >ungsi kekebalan tubuh dan kekuatan otot
juga dapat berpengaruh, pasien seperti ini lebih rentan terhadap terjadinya komplikasi infeksi dan
biasanya memerlukan untuk reintubasi pas!aoperasi. 'enyembuhan luka yang tertunda, seperti
B
tertundanya kemajuan dalam mobilitas pasien, sehingga dapat memperpanjang pemulihan pasien
operasi. Semua faktor ini dapat berkontribusi terjadinya lamanya pera+atan di rumah sakit, dan
meningkatkan biaya pera+atan kesehatan. Seperti yang dijelaskan oleh Meguid dan #a,iano,
setiap dokter bedah se!ara intuitif mengetahui bah+a operasi pada pasien dengan kurang gi&i
dapat menjadi menyedihkan (rueful) dan mahal.
;ahkan pasien dengan gi&i yang !ukup saja dapat mengalami hasil yang kurang baik jika
gi&i pas!a operasi tertunda se!ara signifikan. 1urangnya gi&i untuk %0-%$ hari, khususnya selama
periode meningkatnya kebutuhan (demand) metabolik dengan pemulihan pas!a operasi, dapat
mengakibatkan komplikasi dan tingkat kematian yang lebih buruk daripada mereka yang
menerima nutrisi suportif. Sejalan dengan ini, pedoman yang disediakan oleh American ociety
for !arenteral dan "utrisi Enteral (2S'4N) merekomendasikan bah+a nutrisi suportif diberikan
pada pasien tidak mampu mengambil nutrisi oral yang !ukup selama A-%$ hari. organisasi medis
lainnya juga telah membuat rekomendasi yang sama.
*asar dari nutrisi suportif merupakan pemberian nutrisi pada pasien yang tidak dapat
melakukan intake se!ara per oral. Nutrisi suportif diberikan baik se!ara intra,ena menggunakan
kateter ,ena dengan infus formula yang mengandung makronutrisi dan mikronutrisi maupun
se!ara enteral menggunakan tube yang ditempatkan pada perut atau usus halus seperti pada
pas!aoperasi bypass atonia gaster atau ileus usus halus dalam periode praoperatif maupun
postoperatif. Meskipun tekhnik pemberian makanan intragastik telah diketahui selama ratusan
tahun, namun nutrisi parenteral terbilang relatif baru, memiliki dasar tekhnik yang tinggi, dan
maju pesat sejak tahun %DA0-an. 0ujuan dari nutrisi suportif ialah untuk men!egah perburukan
status nutrisi, untuk memperbaiki keadaan klinis, dan sebagai terapi adjunti,e, yang mungkin
terjadi pada pasien malnutrisi.
2. Perubahan 'a(a Pasien 3e(ah
Perubahan <isi.gis 'a(a Pasien 3e(ah
0elah dibuktikan bah+a permeabiltas usus meningkat 2 (dua) sampai $ (empat) kali pada
periode segera pas!aoperasi, dan normalnya berlangsung selama - hari. 2khir-akhir ini
kurangnya nutrisi berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dan menurunnya tinggi dari
,illus. 'enemuan ini mengarah ke in,estigasi dari penatalaksanaan yang bertujuan menjaga
barrier mukosa yang intak. Meningkatnya permeabilitas usus mengindikasikan kegagalan dari
fungsi barrier usus untuk mengeluarkan bakteri dan toksin endogen. 8al ini menjadi salah satu
D
agen penyebab dalam systemic inflammatory response syndrome, sepsis dan gagal organ
multipel. Meskipun, terdapat kegagalan untuk menunjukan bah+a terdapat korelasi antara
rusaknya fungsi barrier usus dan komplikasi sepsis setelah kegagalan gastrointestinal bagian
atas.
Perubahan Metab.ik 'a(a Pasien 3e(ah
0ubuh memproduksi respon khas terhadap luka karena trauma, operasi elektif, atau
inflamasi. Semakin ringan !edera, responnya akan semakin tumpul dan !epat hilang, sedangkan
semakin besar luka yang didapat, maka respon yang mun!ul akan semakin lama dan parah
khususnya jika komplikasinya mun!ul. espon tersebut akan meningkatkan tingkat metabolisme,
sekresi glukokortikoid dan katekolamin, produksi sitokin proinflamasi, dan retensi !airan.
etensi !airan dan output urin yang rendah disebabkan bertambahnya sekresi ,asopresin dan
mineralokortikoid sebagaimana meningkatnya edema usus disebabkan meningkatnya
permeabilitas. 'emulihan pas!aoperasi tanpa komplikasi mempunyai hasil diuresis !airan ini
pada hari ketiga dan keempat pas!aoperasi sejalan dengan menurunnya respon endokrin.
8iperglikemia terjadi disebabkan oleh supresi katekolamin dari sekresi insulin oleh pankreas
(efek sentral) dan inhibisi uptake glukosa oleh jaringan perifer dalam responnya terhadap kadar
sirkulasi insulin (efek perifer).
Setiap respon tersebut memiliki manfaat yang khusus seperti retensi garam dan air yaitu
untuk menjaga ,olume darah, meningkatnya produksi glukosa hepar yaitu untuk menyediakan
HtenagaH yang !ukup, dan mobilisasi dari asam amino untuk glukoneogenesis, produksi protein
hepar, proliferasi fibroblas, dan regulasi imunologi. 'erubahan ke!epatan katabolisme protein,
khususnya pretein otot. 1atekolamin menstimulasi glikogenolisis dan glukoneogenesis hepar.
1ortisol merangsang glikogenolisis, glukoneogenesis, dan proteolisis protein dan efek potensial
katekolamin pada hepar.
8ormon lain disekresi sebagai respon terhadap luka. 2rginine ,asopresin (yang a+alnya
diketahui sebagai antidiuretik hormon (2*8)), meningkatkan absorpsi air dan stimulasi
glikogenesis hepar dan glukoneogenesis. 1adar glukagon meningkatkan glikolisis, lipolisis, dan
glukoneogenesis. Insulin li#e gro$th factor-G (G<>-G) dan %ro$th &ormone (<8) menurun, dan
hal ini menginduksi ketidakseimbangan dalam regulasi hormon mengarah penurunan hormon
anabolik dan per!epatan kehilangan jaringan.
%0
espon stress berbeda dengan kelaparan tanpa luka. 1elaparan mengurangi pengeluaran
energi dan meningkatkan lipogenesis dan produksi keton bodies. Namun tidak berkembang
menjadi respon protein fase akut. Stress meningkatkan pengeluaran energi, memper!epat
produksi protein hepar, merangsang respon protein fase akut, dan memper!epat proteolisis tanpa
produksi keton bodies. 2sam lemak, keton bodies, dan gliserol merupakan substrat energi utama
dalam kelaparan dan terjadi pada D-/ kebutuhan a+al. *alam keadaan stres, asam amino
merupakan sumber yang penting dari produksi glukosa melalui glukoneogenesis hepar. 'rotein
menyediakan %--20 / energi, padahal lemak menyediakan energi sampai B0-B-/.
1ondisi hipermetabolik yang lebih lama dapat berhubungan dengan keseimbangan
nitrogen yang negatif yang mun!ul kemudian. 0ingkat metabolik biasanya meningkat sekitar
%0/ pas!a operasi. Iika dukungan gi&i yang memadai tidak ada pada tahap ini akan terjadi
proteolisis dari otot rangka yang berlebihan dan terjadi depresi metabolisme yang lebih lanjut.
'eningkatan pengeluaran energi dikaitkan dengan berbagai tanggapan hormonal yang terjadi
sebagai akibat dari trauma bedah. Sitokin, termasuk 'umor "ecroti(ing )actor (0N>) dan
interleu#in (G#-% dan G#-.) memiliki peran penting dalam menentukan perubahan metabolik
jangka panjang. 'erubahan ini tidak rele,an se!ara klinis, ke!uali terjadinya sepsis pas!a bedah
atau trauma setelah operasi tetapi dalam hubungannya dengan kelaparan preoperatif sering
mengakibatkan keseimbangan nitrogen negatif se!ara signifikan.
(.)
Peran Usus (a.am Pertahanan Tubuh
Sebagian besar konsensus menyatakan bah+a nutrisi harus diberikan melalui saluran
gastrointestinal daripada parenteral bila memungkinkan. 1onsensus ini dihasilkan dari berbagai
per!obaan klinis prospektif a!ak pada pasien trauma dan pasien bedah umum. 8asil
eksperimental yang signifikan telah mendokumentasikan bah+a terjadi perubahan dalam
histologi pen!ernaan serta imunitas mukosa ketika saluran pen!ernaan tidak diberikan makanan.
'erlindungan sistemik dan intraperitoneal juga dipengaruhi oleh rute pemberian gi&i.
Nutrisi enteral akan mengurangi kematian bakteri intraperitoneal dibandingkan dengan he+an
yang diberi makan diet parenteral isonitrogen dan isokalorik. Studi-studi a+al telah dikonfirmasi
oleh #in dan rekan-rekannya, yang menunjukkan bah+a makanan enteral pada tikus
menghasilkan peningkatan 0N> intraperitoneal dan inhibisi proliferasi bakteri. 8al ini
menghasilkan respon sistemik 0N> yang tumpul terhadap sepsis intraperitoneal. 0emuan ini
telah dikonfirmasi oleh >ong dan rekan pada subyek manusia. 1etika nutrisi parenteral diberikan
%%
se!ara infus maka sebenarnya diberikan pula endotoksin, respon 0N> ditingkatkan pada indi,idu
yang diberikan nutrisi se!ara parenteral dibandingkan dengan mereka yang makan se!ara enteral.
Sehingga pada beberapa aspek, rute pemberian nutrisi se!ara enteral lebih tetap disukai.
0. Peni.aian Nutrisi
Setiap pasien yang masuk S harus dinilai status nutrisinya dengan !epat (Jui!k
nutritional assesment). 'asien dengan malnutrisi berat harus mendapat dukungan nutrisi pre-
operatif, lebih dianjurkan ,ia enteral nutrisi. 0'N harus diberikan bagi mereka yang tidak dapat
makan le+at oral. 'enderita malnutrisi sedang, lebih baik diberikan nutrisi pre-operatif se!ara
enteral dan tidak diberikan 0'N ke!uali jika akan menjalani puasa lebih dari seminggu setelah
operasi, dan jika pasien jatuh ke dalam kategori malnutrisi berat.
%. 'enilaian Subjektif
4,aluasi klinis dengan menggunakan ri+ayat medis dan diet tetap menjadi metode paling
tua, paling sederhana, dan mungkin yang paling banyak digunakan dalam menge,aluasi status
nutrisional pasien. Gnformasi yang diperoleh dari ri+ayat medis dan diet memiliki korelasi yang
baik dengan e,aluasi-e,aluasi obyektif. i+ayat medis dan diet memberikan informasi mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada pasien.
2. 'enilaian 3bjektif
'enilaian 1linis
'emeriksaan fisik yang terfokus untuk pengkajian nutrisional harus berkonsentrasi pada
mengukur massa tubuh tanpa lemak dan distribusi jaringan adiposa sebagaimana juga dengan
temuan-temuan fisik dari defisiensi ,itamin, mineral runut, dan asam lemak esensial. 0emuan-
temuan fisik umum yang mengarahkan kepada malnutrisi meliputi pu!at, edema, kakeksia,
obesitas, asites(busung, dan dehidrasi.
4,aluasi klinis sederhana dari status nutrisi ternyata sama akuratnya dengan penilaian
objektif seperti pengukuran lemak tubuh dan test-test biokimia.
'engukuran-pengukuran 2ntropometik
'engukuran-pengukuran antropometrik adalah pengukuran kasar dari massa sel tubuh
dan meliputi ukuran-ukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. ;obot, tinggi, dan rasio bobot-
tinggi merupakan yang paling sering digunakan untuk mengkaji pertumbuhan. @kuran- ukuran
tambahan untuk pertumbuhan meliputi lingkar kepala sebagaimana juga dengan panjang posisi
%2
telentang dan berdiri (pada anak-anak), tinggi lutut, dan lebar siku dan indeks rangka (yaitu
ukuran rangka tubuh)
o ;obot
4,aluasi bobot badan merupakan langkah a+al dalam pengkajian antropometrik orang
de+asa. Sebagai tambahan, setiap tanda-tanda edema yang terlihat harus direkam untuk
membantu mengkaji status !airan pasien.
1ehilangan bobot yang tidak disengaja sebesar K%0/ selama suatu periode +aktu harus
dianggap signifikan se!ara klinis. Sebagai alternatif lain, berat badan sebagai persentase dari
berat badan ideal juga dapat dikalkulasikan. Menge,aluasi perubahan dalam berat badan seiring
+aktu merupakan refleksi lebih akurat dari status nutrisional yang berubah. 'erubahan-
perubahan akut mungkin merefleksikan perpindahan dari status !airan.
Gnterpretasi dari setiap pengukuran berat badan aktual harus mempertimbangkan bobot
ideal untuk tinggi, berat badan la&im, status !airan, dan usia Malnutrisi sedang dapat
didefinisikan sebagai bobot saat ini sebesar B0/ hingga D0/ berat badan ideal, malnutrisi
moderat sebagai bobot saat ini A0/ hingga B0/ dari ideal, dan malnutrisi parah sebagai bobot
saat ini LA0/ dari ideal. 1endati batasan-batasannya, ri+ayat bobot seiring +aktu adalah salah
satu dari ukuran-ukuran status nutrisional termudah dan paling murah.
o 0inggi
0inggi umumnya diukur dalam posisi berdiri untuk anak-anak berusia lebih dari 2 tahun
dan orang de+asa.
o Body Mass Index
Body Mass Index *BMI+ merupakan !ara alternatif untuk menentukan kesesuaian rasio
bobot5tinggi seorang indi,idu. ;MG mungkin lebih obyektif dalam keadaan obesitas, tetapi tidak
dapat membedakan antara bobot berlebih yang diproduksi oleh jaringan adiposa, muskularitas,
atau edema. ;MG dapat dikalkulasikan dengan membagi bobot indi,idu (kg) dengan tinggi
mereka (m2).
'emeriksaan ;iokimia
0est yang paling umum dilakukan adalah pemeriksaan serum 2lbumin. Serum 2lbumin
L 6,- g(dl mengindikasikan adanya malnutrisi moderate, sementara malnutrisi berat nilainya L
6,0 g(dl, sementara test fungsi hati dan ginjal tidak selalu abnormal. )aktu paruh dari serum
2lbumin adalah beberapa hari, sehingga perubahan dari nilai kadar serum ini tidak
merefleksikan keadaan status nutrisi pada saat yang besamaan. Serum 're-2lbumin dan etinol
binding protein lebih !epat berubah dan lebih tepat untuk menggambarkan perubahan status
nutrisi pada saat yang bersamaan. 0est-test ini mahal dan jarang tersedia.
%6
1. =enis-=enis >ukungan Nutrisi
Nutrisi enteral melalui usus lebih baik dari nutrisi parenteral. *engan nutrisi enteral
tidak terdapat komplikasi yang berhubungan dengan jalur kateter ,ena !entral. #agi pula
dengan adanya makanan dalam saluran !erna, akan dilepaskannya Mgut entero!yte tropi! fa!torN,
yang menjaga integritas mukosa usus dan mengurangi perpindahan dan perkembangan bakteri
pada tempat-tempat tertentu misalnya phelgmon pankreas, hematoma, paru-paru, dll.
>ukungan Nutrisi 7ntera.
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung
(gastri! tube), nasogastrik tube (N<0), atau jejunum dapat se!ara manual maupun dengan
bantuan pompa mesin (2t 0o!k, 200A).
Nutrisi enteral memberi hasil lebih baik karena prosesnya berlangsung faali. Nutrisi
enteral lebih disukai daripada nutrisi parenteral atas dasar kurangnya biaya yang harus
dikeluarkan dan risiko yang terdapat jika diberikan se!ara intra,ena. 'emberian nutrisi se!ara
enteral telah menghasilkan beberapa manfaat klinis yang spesifik, termasuk mengurangi kejadian
komplikasi infeksi pas!a operasi dan peningkatan respon penyembuhan luka. Nutrisi enteral
dapat memiliki efek menguntungkan lain, termasuk mengubah eksposur antigen dan
mempengaruhi oksigenasi dari mukosa usus. 'enelitian lebih lanjut diperlukan pada hal ini untuk
menjelaskan apakah nutrisi enteral benar-benar memodulasi fungsi usus atau apakah indikasi
pemberian gi&i enteral tergantung oleh bah+a pasien telah memiliki fungsi organ tubuh yang
sehat kembali.
Nasentera. tube ?ee(ing
Nasogastri! feeding di indikasikan untuk pasien-pasien dengan toleransi makanan yang
baik terhadap usus dan tidak terdapat kontraindikasi untuk memasukkan makanan ke saluran
!erna, tetapi tidak dapat atau tidak bisa makan se!ara oral. @ntuk tujuan ini nasogastri! tube
ukuran %0-%$ >r yang paling dapat diterima dan paling umum digunakan, tersedia juga tube
khusus dengan ukuran .-B >r yang lebih nyaman bagi pasien tapi harganya lebih mahal. 0ube ini
tidak mudah tersumbat karena dilapisi selaput hydrophobi! khusus. Iika feeding ke dalam
lambung merupakan kontraindikasi (misalnya pankreatitis), dapat dipasang nasoyeyenal tube.
2lat ini dapat dipasang melalui endos!opy atau dengan bantuan flouros!opy.
In@asi@e tube ?ee(ing
%$
'asien yang tidak dapat dipasang N<0 atau tube naso-yeyenal (misalnya !arsinoma
pharing atau esofagus yang inoperabel) atau mereka yang membutuhkan feeding jangka lama
untuk beberapa bulan sampai tahunan, harus dipasang feeding tube per!utaneus (gastrostomy
atau yeyunostomy). <astrostomy dapat dikerjakan se!ara endos!opi! ('4<5 per!utaneus
endos!opi! gastrostomy) atau laparotomy (Stamm gastrostomy). Iika telah dilakukan operasi by
pass pada lambung, feeding yeyenostomy dapat dilakukan sebagai pengganti .
>ukungan Nutrisi Parentera.
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah tanpa melalui saluran pen!ernaaan ()iryana, 200A). Nutrisi parenteral diberikan
apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya5 malformasi kongenital intestinal,
enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat.
Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat
men!ukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000). 0unjangan
nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. 0erdapat
ke!enderungan untuk memberikan nutrisi enteral +alaupun parsial dan tidak adekuat dengan
suplemen nutrisi parenteral. 'emberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan
tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral se!epat mungkin. 'ada pasien GGN, kebutuhan
dalam sehari diberikan le+at infus se!ara kontinyu dalam 2$ jam. Monitoring terhadap faktor
biokimia dan klinis harus dilakukan se!ara ketat.
8al yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (0'N) melalui ,ena
sentral adalah infeksi (4ry #eksana, 2000). ;erdasarkan !ara pemberian nutrisi parenteral dibagi
atas5 nutrisi parenteral sentral dan nutrisi parenteral perifer ()iryana, 200A).
Aia Ba.ur @ena sentra.
Gnfus larutan 0'N hampir selalu dilakukan le+at jalur ,ena sentral. Gni karena larutan
0'N sangat hipertonik dan membutuhkan ,ena dengan aliran !epat guna pen!airan larutan
se!epat mungkin saat masuk ke dalam tubuh.
Aia Ba.ur @ena 'eri?er
0'N perifer sering digunakan karena menghindari komplikasi dari penggunaan jalur ,ena
sentral. Meliputi infus larutan 0'N melalui !annula (atau ,ia periferal long !annula dimana
%-
ujungnya berakhir di lengan atas dengan aliran darah yang lebih !epat). Sayangnya, larutan
standar 0'N tidak dapat dipakai melalui jalur perifer karena hyperosmolaritas. 3smolaritas
darah berkisar 600 m3sm. #arutan yang dipakai le+at perifer harus mempunyai osmolaritas
maCimum kira-kira A00-B00 m3sm. 'emasangan infus le+at perifer hanya dapat bertahan
maCimum A-%$ hari sebelum terjadi thromboplebitis dan tempat pemasangan infus harus diganti.
#ama pemberian 0'N perifer tergantung pada jumlah ,ena-,ena yang terdapat di eCtremitas atas.
#arutan yang dipakai untuk penggunaan perifer selalu berupa larutan 0hree-in-one. 8al ini
karena !ampuran larutan tersebut mempunyai kadar osmolaritas yang lebih rendah dari larutan
deCtrosa murni (lihat penjelasan di ba+ah pada bagian all-in-one solution). Meskipun demikian,
jumlah kalori yang dapat dimasukan melalui perifer hanya sebatas %-00 !al(hari. Iika pasien
membutuhkan lebih banyak kalori, 0'N harus diberikan melalui jalur sentral.
Gndikasi Nutrisi 'arenteral 5
a. <angguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, !olitis
infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. 1ondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pan!reatitis berat, status pre
operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
!. <angguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gra,idarum ()iryana,
200A).
6. Pemberian Nutrisi 'a(a Pasien
Iika memungkinkan, pasien harus diberikan makanan melalui saluran !erna. Gni
mengurangi semua komplikasi sepsis.
Ka.ri
Meskipun banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengkalkulasi kebutuhan kalori
per hari, bagi sebagian dokter kalkulasi kebutuhan per hari dihitung sebagai berikut5
Kebutuhan ka.ri basa. (ka." 8 26 + 33 ((a.am kg"
Penentuan ka.ri terha(a' bebera'a ?aktr
>inaikan /
Kea(aan Persentase Kenaikan
%.
'asien malnutrisi E %0/
@mur5 %B-60 tahun E %0/
Setiap kenaikan suhu %
0
" E %0/
0erbaring di tempat tidur -
Mobilisasi di tempat tidur E -/
Mobilisasi aktif E %0/
'ost-operasi E %-/
Sepsis ( trauma E 2-/
#uka bakar E 6-/
>iturunkan /
Kea(aan Persentase Penurunan
3besitas - %0 /
@mur O A0 tahun - %0 /
)anita - %0 /
Nitrgen
kebutuhan Nitrogen perhari pada orang de+asa 5 ;; C p, dimana MpN adalah5
2,- 8ighly in!reased reJuirments 'eritonitis, #uka bakar, meningkatkan ;;
2,0 Moderately in!reased reJuirments Sepsis, Multi-trauma
%,- Slightly in!reased reJuirments 'ost operasi, "an!er, Gnflamatory ;o+el *ss
%,0 ;asi! reJuirments ;ukan salah satu faktor diatas
0,. edu!ed reJuirments <agal ginjal, 4n!ephalopathy hepatis
,ebutuhan "itrogen ini sama dengan #ebutuhan protein dibagi -./0
)airan
#arutan 2ll-in-one tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam !ua!a panas
atau pada pasien dengan kehilangan !airan yang berlebihan. "airan tambahan dapat
ditambahkan ke dalam kantong 2ll-in-one sebelum kantong dipasang. 1apasitas kantong dapat
menampung %-6 liter !airan tambahan di dalamnya, tergantung dari ukuran kantong itu sendiri.
0ra!e 4lemen, mineral dan ,itamin ditambahkan ke dalam kantong sebelum infus dijalankan.
Pemberian -arutan <ee(ing
7ntera.
%A
1ebanyakan larutan makanan enteral tersedia dalam bentuk bubuk kering disajikan
dengan men!ampurkannya dengan air. Iangan menggunakan susu karena hasil larutan yang
di!ampur tidak bebas la!tosa. Sebagian bubuk tersedia sebagai sa!hets makanan tunggal
mengandung 22--2-0 kalori per saji. Iuga mengandung kebutuhan ,itamin dan tra!e elemen per
hari. 1etersediaan bentuk ini memungkinkan kalkulasi kalori yang diberikan ke pasien lebih
akurat dan jarang terjadi penyumbatan tube feeding .
Parentera.
Meskipun larutan komponen 0'N tersedia dalam botol, pemakaian kantong 0'N all-in-
one membuat pemberian 0'N menjadi lebih mudah. 1antong ini tersedia dalam beberapa
ukuran dengan kadar kalori, protein, dan elektrolit yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan
indi,idu pasien. #arutan lemak, multi,itamin dan tra!e elemen harus ditambahkan ke dalam
kantong sebelum di infuskan. Sekali ter!ampur, larutan ini harus habis dalam 2$ jam ( 6 hari bila
disimpan di dalam kulkas). Iika osmolaritas dari larutan setelah pen!ampuran kurang dari A00-
B00 m3sm, dapat di infus le+at kanul perifer9 jika tidak di infuskan le+at jalur sentral.
%. Km'.ikasi
Km'.ikasi Umum
;atu kantong empedu akan terjadi pada pasien yang diberikan 0'N dalam jangka
panjang. Gni bukan merupakan komplikasi langsung dari 0'N tetapi karena hilangnya stimulasi
pada saluran !erna yang menyebabkan stasisnya kantong empedu dan mulainya proses
pembentukan batu. 8al ini dapat di!egah dengan pemberian nutrisi parenteral parsial atau
dengan injeksi reguler !hole!ystokinin.
!@er?ee(ing
1elebihan memberikan nutrisi biasanya disebabkan oleh kelebihan perhitungan
kebutuhan kalori yang terlalu tinggi, seperti yang terjadi ketika berat badan aktual digunakan
untuk menghitung ;44 dalam populasi pasien seperti pasien yang sakit kritis dengan !airan
o,erload yang signifikan dan gemuk. 1alorimetri langsung dapat digunakan untuk menghitung
kebutuhan energi, tetapi sering melebihi ;44 dari %0/ hingga %-/ pada pasien stres, terutama
jika pasien sedang menggunakan ,entilator. *alam hal ini, berat kering (dry +eight) yang
diperkirakan harus diperoleh dari anggota keluarga atau anamnesis sebelum !edera. Se!ara
klinis, peningkatan konsumsi oksigen, peningkatan produksi "32, lemak hati, penekanan fungsi
%B
leukosit, dan meningkatkan risiko infeksi semuanya telah didokumentasikan dengan adanya
kelebihan pemberian makan (o,erfeeding).
Ka.ri :ang ber.ebihan
*ahulu pasien-pasien diberikan 6.000--.000 kalori dengan anggapan bah+a pemberian
kalori yang besar membantu terjadinya penyembuhan dengan lebih !epat. Gni disebut
MhyperalimentasiN. 2khirnya disadari bah+a pemberian kalori yang berlebihan mempunyai
komplikasi tersendiri5
%. "arbon dioCida yang dihasilkan pada pasien menjadi berlebihan dan pasien yang
memakai ,entilator sulit untuk di-+eaning.
2. 0er!ipta lingkungan yang sangat hyperosmolar, memi!u terjadinya diuresis osmotik serta
gangguan !airan dan elktrolit.
Saat ini kebutuhan kalori basal untuk orang de+asa berkisar 2--60 kal(kg ;;(hari, pada
pasien-pasien dengan stress berat dapat dinaikan menjadi $- kal(kg ;;(hari. @ntuk itu, 2-/-
$0/ bersumber dari lemak (tetapi tidak boleh lebih dari .0/).
Km'.ikasi karena >e+trsa
*engan 'emberian *eCtrosa, tidak menyebabkan komplikasi selain hypergli!aemia dan
hyperosmolaritas. 'emakaian deCtrosa sebagai sumber kalori tunggal, akan menyebabkan
permasalahan5
%. 3Cidasi dari glukosa akan menghasilkan lebih banyak !arbon dioCida dibandingkan
oCidasi dari kombinasi antara glu!osa dan lemak. )alaupun ini bukan merupakan
masalah bagi penderita yang dapat bernapas dengan normal, pada pasien-pasien
dengan hyper!apnoea sedang ( mis5 +eaning dari ,entilator, 2*S) hal ini dapat
mempengaruhi keseimbangan.
2. 'asien yang hanya diberikan deCtrosa !enderung terjadi fatty li,er, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Km'.ikasi karena -emak
@ntuk saat ini larutan lemak !ukup aman, beberapa masalah dapat saja terjadi5
%. Gnfus lemak yang berlebihan dapat menyebabkan hepatotoCik. Gdealnya, tidak lebih
dari $0/ total kalori perhari yang berasal dari lemak. 3,erdosis akut terlihat dengan
adanya demam, nausea, ,omitus, dyspnea, dan hyper!oagulabilitas.
%D
2. 1adar serum trigliserida dapat meningkat dengan !epat jika kemampuan pembersihan
terganggu. 1adar dalam darah harus di!ek se!ara teratur.
6. 2kumulasi dari asam lemak bebas yang tidak termetabolisme (>>2) dalam darah
meningkatkan produksi '<42, menyebabkan immunosupressi.
$. *ysfungsi pulmonal terjadi karena adanya pelepasan produksi ,asoakti,e amine
karena kadar '<42 yang berlebihan. M"0 dapat menghindari beberapa hal karena
dapat dimetabolisme dengan !epat, sehingga kurang terakumulasi di dalam pembuluh
darah dan kurangnya produksi '<42. 1arena semua asam amino esensial mempunyai
rantai panjang, pemberian beberapa #"0 menjadi penting. "ampuran yang ideal
adalah dengan ratio -05-0 antara #"0 dan M"0.
Km'.ikasi khusus 'a(a Ba.ur 'emberian
3erhubungan (engan 7ntera. <ee(ing
N<0 meningkatkan resiko aspirasi isi lambung, khususnya pada pasien yang tidak sadar.
Iika resiko ini mun!ul, pemberian makanan ke dalam yeyenum melalui naso-yeyenal tube
dapat membantu. 'enggunaan tube dalam jangka panjang dapat menyebabkan ulserasi
esofagus. ;ila hal ini terjadi, feeding gastrostomy ( atau yeyenostomy) merupakan
solusinya.
3erhubungan (engan Ba.ur sentra.
Saat ini, komplikasi 0'N terbanyak adalah yang berhubungan dengan jalur sentral. Pang
termasuk komplikasi adalah trauma pada saraf-saraf dan pembuluh darah yang
berdekatan, pneumothoraC, emboli udara, masuknya larutan 0'N kedalam !a,um pleura
karena salah penempatan jalur dan infeksi. #etak dari pemasangan pada semua jalur ,ena
sentral harus dipastikan dengan C-ray sebelum diberikan infus. 8arus dengan prosedur
aseptik.
3erhubungan (engan Ba.ur 'eri?er
0hrombophlebitis merupakan komplikasi tersering dari 0'N perifer. 'enggunaan glyseril
trinitrat pat!h tepat diba+ah sisi infus menyebabkan diatasi ,ena, meningkatkan aliran
darah dan men!airkan larutan infus 0'N lebih !epat, sehingga mengurangi insidens
thrombophlebitis. 1anul 0'N perifer harus aseptik seperti pada jalur sentral.
1#. Kesim'u.an
20
'engetahuan tentang dukungan nutrisi pada penderita bedah adalah penting sebagai usaha
peningkatan pemeliharaan pasien yang optimal. 'ada pasien bedah diperlukan dukungan nutrisi
sebagai bagian dari pemeliharaan holistik. Gstirahat berarti menambah tenaga yang lebih besar
lagi.

Anda mungkin juga menyukai