Anda di halaman 1dari 48

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah
besar. Kematian ibu disebabkan oleh banyak faktor. Tiga penyebab utama
adalah perdarahan ,preeklamsi/eklamsi dan infeksi. Salah satu penyebab
infeksi adalah kejadian Ketuban Pecah Dini yang tidak segera
mendapatkan penanganan. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalian.
Menurut Eastman insiden dari KPD adalah 12% dari seluruh
kehamilan. Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka tindakan
preventive tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan terjadinya
infeksi. Walaupun ketuban sering pecah spontan sebelum persalinan
semakin lama selaput tersebut pecah sebelum kelahiran akan semakin
besar resiko infeksi kepada janin maupun ibunya (Manuaba, 2010).
Pengelolaan KPD masih merupakan masalah yang controversial
dalam kebidanan. KPD dengan usia kehamilan cukup bulan akan
berhadapan dengan dua masalah, yaitu segera mengakhiri persalinan
dengan menaikkan proporsi seksio sesarea dalam proses persalinan atau
menunggu persalinan spontan yang akan menaikkan terjadinya infeksi.
Sedang KPD pada umur kehamilan kurang bulan akan segera diakhir
iharus dapat dipastikan bahwa bayi yang akan lahir akan mampu
mengatasi masalah-masalah yang akan terjadi pada kehidupan di luar
rahim (Mochtar, 1998).
1.2 Rumusan Masalah
Terkait dengan masalahd iatas maka untuk memberikan
pengetahuan lebih lanjut dari perawatan dan penatalaksanaan untuk
melakukan kajian lanjut denga nmelakukan asuhan keperawatan dengan
rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada ibu primi post partum
dengan riwayat KPP dan SC di PavilliunF1 RSAL Dr.Ramelan Surabaya
2

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan teori yang di dapatkan selama proses belajar
mengajar sehingga dapat menerapkan secara nyata asuhan keperawatan
pada ibu primi post partum dengan riwayat KPP dan SC di Pavilliun F1
RSAL Dr.Ramelan Surabaya sesuai tugas dan wewenangp erawat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian pada ibu yang mengalami ketuban pecah
prematur
2. Mengintepretasikan data dasar dan membuat diagnose keperawatan.
3. Merencanakan tindakan dan rasionalisasi berdasarkan diagnose
keperawatan yang telah dibuat.
4. Melaksanakan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat.
5. Melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka tugas akhir ini dihrapkan dapat
memberikan manfaat :
1. Bagi Akademis
Merupakan sumbangan ilmu pengetahuan tambahan khususnya dalam
bidang keperawatan pada pasien post partum yang mengalami ketuban
pecah prematur.
2. Bagi pelayanan keperawatan di RumahSakit
Dapat menjadi masukan untuk penigkatan pelayanan di rumah sakit
agar dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan post partum
yang mengalami ketuban pecah prematur.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Sebagai acuan informasi supaya lebih memperhatikan kesehatan.
4. Bagi penulis
Dapat menjadi salah satu bahan rujukan untuk penyusunan studi kasus
bagi peneliti selanjutnya.

3

BAB 2
TINJAUAN TEORI

Dalam tinjauan teori akan membahas tentang Ketuban Pecah Dini dan
penangananya dalam persalinan Section Caesarea serta Masa Nifas.

1.Konsep Ketuban Pecah Dini
a. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Wiknjosastro, 2007).Ketuban pecah dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban sebelum proses persalinan berlangsung (Sarwono, 2007).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2008,).Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/ sebelum infartu, pada
pembukaan< 4 cm (Mansjoer, 2001). Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
b. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor resikio adalah :
1. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
4

2. Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
3. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramion, gameli
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosentesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena
biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi. (Rukiyah, 2010).
7. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
1) Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka di tengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensi serviks adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium
uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta
keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002)



5

2) Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya :
a) Trauma; hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b) Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relatif kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah (Saifudin, 2006).
c) Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang
meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra
uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, menyebabkan
selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membran
menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah (Winkjosastro, 2007).
d) Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan
amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah
yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah
cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
3) Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
4) Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
6

5) Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (Cephalopelvicdisproporsi).
6) Korioamnionitis adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan
oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan
lama.
7) Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi
yang terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.
8) Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
9) Riwayat KPD sebelumya
10) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
c. Karakteristik ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
1) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang penting dalam kehidupan dengan
bekerja kita bisa memenuhi kebutuhan, namun pada masa kehamilan
pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya
hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin.
Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu
hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi melakukan
pekerjaan yang berat (Abdul, 2006). Pekerjaan adalah kesibukan yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan
keluarga .pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,berulang dan
banyak tantangan (Nursalam2002:133). Bekerja pada umumnya
membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak aktivitas yang berlebihan
mempengaruhi kehamilan ibu untuk menghadapi proses persalinanya

7

2) Paritas
Multigraviditas atau pritas tinggi merupakan salah satu dari
penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-
3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi, risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi/dicegah dengan keluarga berencana (Wiknjosastro, 2007).
3) Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam
2001:133). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan
dalam berfikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam
pemeriksaan kehamilam untuk mecegah komplikasi pada masa
persalinan.
4) Riwayat Ketuban Pecah Dini
5) Usia Kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung
pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden Sectio Caesaria, atau gagalnya persalinan
normal.
Persalinan prematur setelah ketuban pecah biasanya segera disusul
oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada
kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
6) Cephalopelvic Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara
kepala janin dengan panggul ibu. Partus lama yang sering kali disertai
8

pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbul dehidrasi
serta asdosis,dan infeksi intrapartum Pengukuran panggul (pelvimetri)
merupakan cara pemeriksaanyang penting untuk mendapat keterangan
lebih banyak tentang keadaan panggul (Sarwono,2006)
d. Patogenesis
Sarwono (2006), telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya
dengan hal-hal berikut:
1) Adanya hipermotilitis rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah dini. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan
vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
2) Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3) Infeksi (amnionitis atau koroamnionnitis)
4) Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah:
multifara,malposisi, cervix incompeten,dan lain-lain.
5) Ketuban pecah dini artifisial(amniotomi),di mana berisi ketuban
dipecahkan terlalu dini.
Kadang-kadang sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah
pecah atau belum,apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau
kecil.
Cara menentukannya adalah dengan:
1. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum,verniks kaseosa,rambut
lanugo atau bila telah terinfeksi berbau.
2. Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis serviks dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
3. Gunakan kertas lakmus (litmus) :
a) bila menjadi biru (basa)- air ketuban.
b) bila menjadi merah (merah)- air kemih (urine)
4. Pemeriksaan pH forniks posterior pada KPD pH adalah basa (air ketuban).
5. Pemeriksaan histopatologi air ketuban.
6. Aborization dan sitologi
KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara
pecahnya ketuban dipermulaan dari persalinan disebut periode laten =LP =
9

lag periode. Muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya, sedangkan
lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan 6
jam.
Pengaruh ketuban pecah dini (KPD) :
1) Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu
terjadi (aminionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, jadi
akan meninggikan mortalitas dan mobiditas perinatal
2) Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi
intrapartal, apa lagi terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat
dijumpai infeksi peupuralis (nifas), peritonitis dan seftikamia, serta dry-
labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama maka suhu tubuh naik,nadi cepat dan nampaklah gejala-
gejala infeksi.
Hal-hal di atas akan meninggikan angka kematian dan angka
morbiditas pada ibu.
e. Prognosis
Prognosa ketuban pecah dini ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan
komplikasi-komplikasi dari kehamilan (Mochtar, 1998). Prognosa untuk janin
tergantung pada :
1) Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai
prognosis yang lebih jelek dibanding bayi lebih besar.
2) Presentasi: presentasi bokong menunjukkan prognosis yang jelek ,
khususnya kalau bayinya premature.
3) Infeksi intra uterin meningkat mortalitas janin.
4) Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah , semakin
tinggi insiden infeksi.
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang
mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
10

Janin diusahakan bertahan sampai minimal 36 minggu kehamilan dan
diharapkan janin sudah siap bila terpaksa harus dilahirkan. Kehamilan dengan
ketuban pecah dini biasanya berujung kepada persalinan dengan bantuan atau
operasi. Dinding kantung ketuban tidak berisi pembuluh darah sehingga tidak
ada perdarahan ketika pecah. Ketika usia kehamilan semakin tua, dinding
ketuban semakin tipis namun masih cukup kuat menahan tekanan yang
semakin besar dari janin, sampai saat waktu persalinan. Bahkan ada dinding
ketuban yang harus dipecahkan dokter bila saat persalinan ketuban belum
pecah.
Disebut ketuban pecah dini atau premature rupture of membrane, jika
ketuban pecah sebelum benar-benar masuk dalam tahap persalinan. Ada juga
yang disebut preterm premature rupture of membrane, yakni ketuban pecah
saat usia kehamilan belum masa aterm atau kehamilan di bawah 38-42
minggu.
Ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim yang
diproduksi sel-sel trofoblas. Cairan ini merupakan sumber makanan janin
dalam kandungan. Sejak berusia 12 minggu, janin mulai minum air ketuban
dan mengeluarkannya melalui air seni. Cairan itu berada dalam kantung, yang
disebut kantung ketuban, yang terdiri dari jaringan tipis kurang dari 1
milimeter.
Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah sebelum waktunya:
1) lnfeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim,
leher rahim, dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling bawah
merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat tekanan dari
bobot janin, dan juga yang pertama mendapat infeksi dari kemaluan.
2) Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding
ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
3) Posisi plasenta di bawah. Posisi plasenta yang baik di sebelah atas agak
ke kiri atau kanan sedikit.
4) Tindakan invasif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis atau
upaya pengguguran.
11

5) Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding
amnion, misalnya kebiasaan merokok dan minum alkohol.
6) Tekanan di dalam rahim meningkat karena cairan ketuban berlebihan,
kehamilan kembar, janin yang besar, atau adanya kelainan anatomis pada
janin.
Pada kasus ketuban pecah dini, dokter akan meminta ibu hamil beristirahat
total. Dokter juga akan memberikan obat untuk mencegah kontraksi
sehingga janin selama mungkin dipertahankan dalam rahim sampai
menjelang datangnya waktu persalinan atau masa aterm.
f. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1) Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering dari
pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.
3) Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
12

4) Syndrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
Adapun pendapat yang lain (Mochtar, 1998):
1) Bagi Janin
a) Prematuritas
b) Infeksi
c) Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan, maka
semakin besar insiden infeksi
d) Mal presentasi; sering dijumpai pada presentasi bokong
e) Prolaps tali pusat; sering dijumpai, khususnya pada bayi prematur
f) Mortalitas perinatal; semakin lama periode laten semakin tinggi
mortalitasnya
2) Bagi Ibu
a) Partus Lama
Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi
persalinan dengan oksitosin sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari
dalam rahim.
b) Perdarahan post partum
Adanya penggunaan narkosa pada penanganan ketuban pecah dini
dengan tindakan induksi
c) Atonia Uteri
Bila pada saat ketuban pecah servik belum matang atau belum
membuka sehingga akan memperlama proses persalinan dan
menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat pada lemahnya
kontraksi uterus.
d) Infeksi Nifas
Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam.


13

g. Penatalaksanaan
1. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6. Jangan melakukan periksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
7. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat
janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air
berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan
8. Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan. Induksi atau akselerasi persalinan.
9. lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
10. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan.

2. Konsep Secsio Cesarea
a. Definisi
Operasi Caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah
melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim
(uterus).
Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta bera janin diatas 500gram. (
Wiknjosastro,2005).
14

Seksio sesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan
berat badan diatas 500gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. (siaksoft.net).
Jenisjenis seksio sesare :
1. Seksio sesarea klasik (korporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira kira sepanjang 10 cm.
2. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10
cm.
b. Etiologi
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua
disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin /
panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio
plasenta tingkat I II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-
eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung,
DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya ).
2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
c. Patofisiologi
Terjadi Kelainan Pada Ibu dan Kelainan Pada Janin menyebabkan
Persalinan Normal Tidak Memungkunkan akhirnya harus dilakukan SC.
d. Komplikasi
1. Infeksipuerperal
2. Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb.
15

3. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-
cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
4. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme
paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah
seksio sesarea klasik.
e. Penatalaksanaan
Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea :
1. Persiapan Kamar Operasi
2. Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
3. Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
1) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
2) Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
3) Perawat member support kepada pasien.
4) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di
cukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
5) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui
penyakit yang pernah di derita oleh pasien.
6) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
7) Pemeriksaan USG.
8) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
9) Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
10) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg
Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan
untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara
serupa 10 mg morfin.
11) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan
adalah 50 mg.
16

12) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
Meperidin.
13) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.
14) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan
darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan
keadaan fundus harus diperiksa.
15) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti
sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama
berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30
ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat
pada hari kedua.
16) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada
keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum
terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua
bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari
ketiga.
17) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan
perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-
kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan
pertolongan.
18) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang
alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan,
secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat
setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien
dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
17

19) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi
hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat
kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang
menunjukkan hipovolemia.
20) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
21) Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke
lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya
untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain
3.Konsep Masa nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari Syaifuddin,
2002 : 122)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan setelah sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil,
berlangsung selama 6-8 minggu. (Rustam Muchtar, 1998 : 115)
b. Nifas dibagi dalam 3 periode
I. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
II. Puerperium Intermedial
Yaitu keputihan menyeluruh otot-otot alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
18

III. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)
c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
I. Involusi alat-alat kandungan
a Involusi uterus
1) Involusi uterus adalah pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi
yang normal setelah kelahiran bayi
2) Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
placenta, sedangkan tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pusat,
segera setelah placenta lahir tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah
pusat. Pada hari ke 5 post partum uterus + setinggi 7 cm diatas
simpisis atau setengah simfisis pusat. Sesudah 12 hari uterus tidak
dapat diraba lagi diatas simfisis.
3) Proses involusi dapat terjadi karena adanya :
a) Autolysis
Merupakan penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena danya hiperplasi dan jaringan otot yang membesar
menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kaki lebih
tebal dari sewaktu masa hamil
b) Aktifitas otot-otot
Adanya kontraksi dan retraksi dari otot-otot rahim yang
berbentuk anyaman akan menjepit pembuluh-pembuluh darah
yang putus akibat pelepasan placenta
c) Ischemia
Kekurangan darah pada uterus setelah bayi dilahirkan, maka
hipertrophy dan hiperplasi dari uterus tidak diperlukan lagi, maka
pengaliran darah berkurang, kembali seperti semula sehingga
19

jaringan otot-otot uterus mengalami athrophy pada ukuran
semula.
Tabel Involusi uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat-simfisis
Tidak teraba diatas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Rustam Muchtar, 1998 : 115)
b Involusi bekas implantasi uri
Pada endometrium akan mengalami trombosit, degenerasi dan nekrosis
ditempat bekas implantasi placenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput sanin setelah 3 hari permukaan
endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang
mengalami degenerasi. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa
sel desidua basalis yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu. Pada
daerah bekas implantasi placenta tidak ada pembentukan jaringan
perut.
c Involusi luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka
pada vagina dan serviks umumnya akan sembuh dalam 6-7 hari apabila
tidak disertai dengan infeksi
d After pains
Mules-mules yang terjadi pada ibu post partum disebabkan karena
kontraksi uterus, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan
e. Lochea
Merupakan cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas
1) Sifat-sifat lochea
20

Alkalis, memudahkan kuman penyakit berkembang biak, bau anyir
tetapi tidak busuk
2) Jenis lochea
a) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan meconeum selama 2
hari pasca persalinan
b) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darah dan lendiri pada
hari ke 3-7 pasca persalinan
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14
pasca persalinan
d) Lochea Alba
Cairan putih selama 2 minggu
e) Lochea Purulenta
Keluar cairan seperti nanah berbau busuk karena terjadi
infeksi
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan. Setelah bayi lahir jari tengah masih bisa
masuk rongga rahim, stelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari
g. Ligamen-ligamen
Ligamen, fascia dan diafragma pelvis yang meregang waktu persalinan
setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan sulit
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor
h. Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Selama kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh
darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi.
21

Peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam
masa nifas
i. Dinding Perut dan Peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama
tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu.
j. Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hiperaemia.
Kadang oedema dari trigonum yang menimbulkan obstruksi uretra
sehingga terjadi retentio urinae, kadang kencing menjadi kurang
sensitif dan kapasitas bertambah, sehingga kandung kencing penuh
atau sesudah kencing masih tinggal urine rasional
II. Laktasi
a. Laktasi merupakan proses pembentukan, penyimpanan dan
pengeluaran ASI
b. Colostrum adalah ASI yang keluar pertama kali pada hari pertama bayi
lahir, berupa cairan kuning dengan BD 1030-1035. reaksinya alkalis,
lebih banyak mengandung protein dan garam, gulanya sama tetapi
lemaknya kurang didalam colostrum juga terdapat euglobulin yang
mengandung antibodi.
c. Pada hari ke 3 post partum, buah dada menjadi besar, keras, dan nyeri
hal ini menandakan permulaan sekresi air susu.
d. Susunan ASI :
Protein 1 2 %
Lemak 3,3 5 %
Gula 6,5 8 %
Garam 0,1 0,2 %
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI :
1) Faktor anatomis
2) Faktor hormonal (hormon prolactin dan oxytocin)
3) Faktor Diet
4) Faktor isapan bayi
5) Faktor istirahat
22

6) Faktor psikologis
III. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil terjadi hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi darah
ibu dan placenta. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba
yang menyebabkan volume darah ibu relatif bertambah. Keadaan ini dapat
diatasi tubuh dengan mekanisme kompensasi. Hal ini biasanya terjadi pada
hari ke 3-15 post partum
IV. Perubahan psikologis
Sejak kelahiran bayinya, seorang ibu mulai merasakan suatu fase hidup
yang baru
a Fase penangkapan atau penerimaan
1) 1-2 hari masa perilaku ketergantungan fetus pada dirinya
2) Reaksi verbal terhadap kebutuhan hidup dan makan
3) Menenangkan kembali pengalaman melahirkan
b Fase penguasaan
1) 3-10 hari atau 4-5 minggu ketergantungan dan kemandirian
2) Mandiri dalam aktifitas diri
3) Ingin mempelajari cara perawatan diri dan bayi
c Fase membiarkan atau melepaskan
1) Pengambilan peranan tanggung jawab baru
2) Meningkatkan kemandirian dalam merawat diri dan bayi
3) Pengakuan terhadap bayi
d. Perawatan Pada Masa Nifas
I. Early Ambulation
Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
Keuntungan early ambulation :
a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
c. Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya : memandikan,
mengganti pakaian, memberi makanan, dll

23

II. Diet
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat
meningkatkan kesehatan dan memberikan ASI, makanan yang baik
mempercepat menyembuhan alat-alat kandungan
III. Miksi dan Defekasi
a Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya penderita
disuruh kencing 4 jam post partum. Bila kandung kencing penuh dan
wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi
b Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terdapat
kesulitan dapat diberikan obat laksans peroral atau per rectal
IV. Perawatan payudara
a Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya puting
susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya
b Bila bayi meninggal, maka laktasi harus dihentikan dengan cara :
1) Pembalutan mammae sampai tertekan
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral
dan periodel (Sulaiman Sastrawinata, 1998 : 322)
e. Pemeriksaan Post Partum
I. 6-8 jam post partum
Tujuan :
a Mencegah perdarahan masa nifas karena otonia uteri
b Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
c Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d Pemberian ASI awal
e Mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
II. 6 hari post partum
Tujuan :
24

a Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan tidak ada bau
b Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
III. 2 minggu post partum
Tujuan :
a Memastikan involusi uterus berjalan normal
b Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
e Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
IV. 6 minggu post partum
Tujuan :
a Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi
alami
b Memberikan konselilng untuk KB Secara dini (Abdul Bari Syaifuddin,
2002 : 122)
f. Kebutuhan ibu post partum
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu antara lain :
I. Kebersihan diri
a Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air, membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,
dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar
anus, nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang
air kecil atau besar
25

c Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari
d Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya
e Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan pada ibu
untuk menghindari daerah luka
II. Isitirahat
a. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumahtangga biasa
perlahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
III. Istirahat
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal, ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
b. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan
pinggul dan tahap sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali
IV. Gizi
Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASInya
V. Perawatan Payudara
a Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b Menggunakan BH yang menyokong payudara
c Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
26

1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian payudara sehingga puting susu
menjadi lunak
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
6) Payudara dikeringkan
VI. Hubungan Perkawinan / rumah tangga
Secara fisik aman untuk memenuhi hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri, begitu darah merah berhenti dan dia tidak
measakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
VII. Keluarga Berencana
a. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi
b. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu :
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya
2) Kelebihan / keuntungan
3) Efek samping
4) Bagaimana menggunakan metode ini
5) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin
yang menyusui
c. Jika seorang ibu / pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan itu
dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
(Abdul Bari Syaifuddin, 2002 : 127)

27

BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
STIKES HANG TUAH SURABAYA

Nama Mahasiswa : kel 2 H (Gerbong II) Tgl/jamMasuk : 24-9-
2013/12.00
Tgl/jam pengkajian : 27-09-2013/14.00 No. RM : 28.xx.xx
Diagnosa : P10001 Post partum SC Ruangan : Pav. F1
Hari ke-3 dengan indikasi KPP

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama pasien : Ny. E Nama Suami :Tn. T
Umur : 26 tahun Umur : 25 tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : TNI
Alamat : Taman - Sidoarjo Alamat :Taman-SDA
Status Pernikahan : Menikah 1x selama 1 tahun
3.1.2 Status Kesehatan Saat Ini
1.Keluhan utama saat ini :
Pasien mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi SC dan khawatir
dengan keadaan bayinya yang sedang di fototerapi karena bilirubinya
tinggi.
2. Riwayat kondisi saat ini :
Satu minggu sebelum kelahiran ketuban pecah, 2 hari kemudian dibawa
ke bidan katanya tidak apa-apa, tetapi ketuban terus merembes
ditambah keputihan di tes lakmus hasilnya lakmus yang sebelumnya
berwarna merah berubah menjadi biru (positif air ketuban). Lima hari
28

kemudian pasien kontrol kehamilan ke poli hamil, dari poli hamil
pasien langsung dibawa ke ruang E1 karena ketuban sudah pecah
sebelumnya. Di ruang E1 pasien dilakukan pemeriksaan dalam dan
dihasilkan pembukaan 1, setelah itu pasien dilakukan induksi
(Oksitosisn drip) 1 kali, karena tidak ada perkembangan selanjutnya
pasien dilakukan section caesarea. Setelah itu pasien dipindahkan ke
ruang F1, saat itu pasien mengeluh nyeri pada bekas operasi SC, seperti
krenyeng-krenyeng dan jika dibuat gerak nyerinya bertambah, pasien
mengatakan nyerinya sedang dengan nilai 4-5. Pasien saat ini juga
khawatir akan kondisi anaknya yang difototerapi .
3. Diagnose medis : P10001 Post partum hari ke-3 dengan SC atas
indikasi KPP

3.1.3 Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi:
1) Menarche : umur 15 tahun Siklus : teratur ( ) tidak ( )
Banyaknya : normal (20 cc 80 cc) Lamanya : 28 hari selama 7
hari
2) HPHT : 2 Januari 2013
3) TP : 9 Oktober 2013
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas:





Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
No. Tahun Umur
khmln
penyulit jnis pnlong pnylit Laseras infeksi perdarhan jenis BB
(gr)
PJ
(cm)
1. 2013 37
mmg
Tidak
ada
SC Dokter KPP Tidak Tidak Tidak P 2800 48
29

3.1.4 Genogram










Keterangan :
: Laki laki : Tinggal serumah
: Perempuan : Hubungan keluarga
: Penderita

3.1.5 Riwayat Persalinan Dan Post Partum Sekarang
Saat ini pasien baru pertama kali melakukan persalinan, dan ini merupakan
anak pertamanya. Persalinan pasien berlangsung dengan operasi seksio
sesarea karena terjadi KPP pada umur kehamilan 37 minggu yang dirasa
pasien 7 hari sebelumnya. Pasien saat ini ditempatkan di ruang nifas (F1).
3.1.6 Data Bayi
Bayi lahir tanggal/ jam : 24 September 2013/11.23
Jenis kelamin : Perempuan
Nilai APGAR : 8
BB/PB/lingkar kepala bayi : 2800 gram / 48 cm / 36 cm
Kelainan Kepala : tidak ada lesi, maupun perubahan bentuk
Suhu : 37 C
Anus : Berlubang
Perawatan tali pusat : diganti setiap kali mandi 1 hari 2 kali



26
th

25
30

3.1.7 Riwayat Keluarga Berencana
Pasien merupakan primipara, pasien sebelumnya tidak menggunakan KB
karena belum mempunyai anak, namun setelah persalinan ini pasien
menggunakan KB IUD
3.1.8 Riwayat Kesehatan
Pasien tidak pernah menderita penyakit sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
( - ) Penyakit Diabetes Mellitus
( - ) Penyakit Jantung
( - ) Penyakit Hipertensi
( - ) Penyakit lainnya : sebutkan:
3.1.9 Riwayat Lingkungan
Lingkungan disekitar pasien tampak bersih, tidak ada polusi dan bahaya
yang mengancam.
3.1.10 Aspek Psikososial
Pasien saat ini sangat senang dengan kelahiran anak pertamanya dan ingin
segera pulang berkumpul dengan orang tua dan suami. Saat ini pasien
mengkhwatirkan keadaan anaknya yang kadar bilirubinnya tinggi. Bagi
pasien orang terpenting adalah anak dan suami, adapun sikap anggota
keluarga terhadap pasien sangat baik dan kesiapan mental pasien baik.
3.1.11 Kebutuhan Dasar Khusus di RS
Pola Nutrisi
SMRS
Frekuensi makan : 3x / sehari
Nafsu makan : ( ) baik, ( ) tidak nafsu, alasan
Jenis makanan rumah: Nasi, lauk pauk, buah, sayur
Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan: Tidak ada
MRS
Frekuensi makan : 3x / sehari
Nafsu makan : ( ) baik, ( ) tidak nafsu, alasan
Jenis makanan rumah: Nasi, lauk pauk, buah, sayur
Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan: Tidak ada
31

Pola eliminasi
BAK
SMRS
Frekwensi : 6 - 8 kali / sehari
Warna : Kuning Jernih
Keluhan saat BAK : Tidak ada
MRS
Frekuensi : 5-6 kali/sehari
Warna : Kuning Jernih
Keluhan saat BAK : Tidak ada
BAB
SMRS
Frekwensi : 1 kali / sehari
Warna : Kuning
Bau : Khas
Konstensi : Lembek berbentuk
Keluhan : Tidak ada
MRS
Frekwensi : 1 kali / sehari
Warna : Kuning
Bau : Khas
Konstensi : Lembek berbentuk
Keluhan : Tidak ada
Pola personal hygiene
Mandi
SMRS
Frekwensi : 2x/hari
Sabun : ( ) ya, ( ) tidak
MRS
Frekwensi : 2x/hari
Sabun : ( ) ya, ( ) tidak

32

Oral hygiene
SMRS
Frekwensi : 2 x/hari
Waktu : ( ) ya, ( ) tidak
MRS
Frekwensi : 2 x/hari
Waktu : ( ) ya, ( ) tidak
Cuci rambut
SMRS
Frekwensi : 2 hari 1 x
Shampoo : ( ) ya, ( ) tidak
MRS
Frekwensi : 2 hari 1 x
Shampoo : ( ) ya, ( ) tidak.
Pola istirahat dan tidur
SMRS
Lama tidur : 6 7 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
MRS
Lama tidur : 4 6 jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
Keluhan : tidak ada
Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan dalam pekerjaan : Mengajar
Waktu bekerja : ( ) pagi, ( ) sore, ( ) malam
Olahraga : ( ) ya, ( ) tidak
Jenisnya : Jalan jalan
Frekwensi : Tidak selalu
Kegiatan waktu luang : Membaca
Keluhan dalam beraktifitas : mudah capek
Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
33

Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak
Ketergantungan obat : Tidak ada
3.1.12 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kompos mentis Kesadaran : GCS 456
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 20 kali / menit
Suhu : 3 C
Berat badan : 55 kg
Kepala, mata kuping, hidung dan tenggorokan
Kepala: Bentuk mesocefa, rambut hitam lurus, kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe, tidak ada masa dan lesi.
Keluhan : Tidak ada
Mata
1) Kelopak mata : Simetris, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
2) Gerakan mata : Sirkuler
3) Konjungtiva : Tidak Anemis
4) Sklera : Putih (tidak ikterus)
5) Pupil : Isokhor
6) Akomodasi : Ada reflek cahaya
7) Lainnya sebutkan: kontak mata pasien tampak kurang
Hidung
1) Reaksi alergi : Tidak ada
2) Sinus : Tidak ada
3) Lainnya sebutkan: Tidak ada
Mulut dan Tenggorokan
1) Gigi geligi : Ada
2) Kesulitan menelan : Tidak
3) Lainnya sebutkan : Tidak ada


34

Dada dan axilla
1) Mammae: membesar ( ) ya ( ) tidak
2) Areolla mammae : Hiperpigmentasi
3) Papilla mammae : menonjol
4) Coloctrum : Putih
Pernafasan
1) Jalan nafas : Bersih di lapang paru/ tidak ada sumbatan
jalan napas.
2) Suara nafas : Vesikuler
3) Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : tidak ada
4) Lainnya sebutkan : Tidak ada
Sirkulasi jantung
1) Kecepatan denyut apical : x/menit
2) Irama : S1, S2 tunggal
3) Kelainan bunyi jantung : Tidak ada suara tambahan
saat di auskultasi
4) Sakit dada : Tidak
5) Timbul : Tidak ada
6) Lainnya sebutkan : Tidak ada
Abdomen
1) Tinggi fundus uterus : 2 cm di bawah pusat. kontraksi (
) ya/ ( )tidak
2) Bising usus : 10 kali / menit saat di auskultasi
3) Perineum dan Genital
4) Integritas Vagina : Tidak ada tanda-tanda infeksi
5) Perineum :
6) Tanda REEDA
R: Rednes : ( ) ya/ ( ) tidak
E: Edema : ( ) ya/ ( ) tidak
E: Echimosis : ( ) ya/ ( ) tidak
D: Discharge : ( ) ya/ ( ) tidak
7) Lokia : jumlah warna/jenis bau
35

8) Hemorrhoid : tidak ada
Ekstremitas (integument/ musculoskeletal)
1) Turgor kulit : Normal
2) Warna kulit : Kuning langsat
3) Edema : Tidak ada
Kontraktur pada persendian ekstremitas
1) Tanda Homan : Tidak ada
2) Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada
3) Lainnya sebutkan : Tidak ada
Kesiapan dalam perawatan bayi:
Pasien sebelumnya telah mengikuti senam hamil 1 kali dan telah
menyiapkan peralatan ibu dan bayi. Pasien menginginkan melahirkan
dirumah sakit.
Data Penunjang
1. Laboratorium :
Hasil laboratorium By Ny. E pada Tanggal 27 September 2013
Bilirubin indirect 11,4 m /dl
Bilirubin direct 0,6 mg/dl
Bilirubin total 12,0 mg/dl
2. USG : Ada
3. Rontgen : Tidak ada
4. Terapi yang didapat : Oral dan injeksi ketorolak

3.2 ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds :
Pasien mengatakan nyeri
pada bekas jahitan
operasi caesar .
Nyeri memburuk ketika
pasien banyak bergerak
Skala nyeri 4-5 (sedang)

Luka Operasi SC

Perlukaan jaringan

Kontinuitas jaringan
terputus

Gangguan
kenyamanan
(Nyeri)


36

Nyeri hilang timbul
Do :
Pasien tampak berhati-
hati dalam bergerak
Ekspresi wajaah pasien
tampak menyeringai


nyeri


2. Ds :
Pasien mengatakan
khawatir akan kondisi
anaknya yang di
fototerapi
Do :
Pasien tampak gelisah
Pasien sering bertanya
tentang keadaan
anaknya


Krisis situasional

pasien geliah

ketidakmampuan
mengendalikan emosi

ansietas

Ansietas




3. Ds :
Pasien mengatakan telah
menjalani operasi caesar
Do :
Tampak bekas luka
jahitan pada pasien
Kondisi perban pasien
bersih dan tidak kotor
Temp : 3 C

Faktor eksternal
(tindakan operasi)

Perlukaan jaringan

Terpapar dengan udara
luar

Resiko tinggi infeksi


Risiko tinggi infeksi



37

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan Luka Operasi SC
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (anak di fototerapi)
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan faktor eksternal (tindakan
operasi)

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Kep
Tujuan dan Kriteria
hasil
Intervensi Keperawatan Rasional
1 Nyeri akut
b.d Luka
Operasi
SC
Setelahdilakukantin
dakanasuhankepera
watanselama1x24
jam nyeri
berkurangdengan
criteria hasil:
Pasien
mengatakan
nyeri hilang
Ekspresi
wajah
pasien rileks
Skala 0-2

1. Kaji jenis dan tingkat
nyeri

2. Minta pasien untuk
menggunakan sebuah
skala 1-10 untuk
menjelaskan tingkat
nyerinya
3. Berikan obat yang
dianjurkan

4. Anjurkan pasien untuk
mengatur periode
istirahat
5. Bantu pasien untuk
mendapatkan posisi
yang nyaman
6. Gunakan teknik
distraksi pada pasien
dengan menonton
televisi, membaca
buku atau melakukan
1. Pengkajian yang berlanjut
menentukan intervensi
selanjutnya
2. Menentukan derajat nyeri
pasien



3. Pemberian obat sesuai indikasi
membantu mengurangi nyeri
yang adekuat
4. Istirahat mengembalikan
keseimbangan fisik dan mental
dan energy
5. Posisi yang nyaman membantu
mengurangi nyeri

6. Memfokuskan pada masalah
yang bukan sumber dari nyeri,
dan mengurangi nyeri
38

hal lain yang dapat
mengalihkan nyeri
2 Ansietas
b.d krisis
situasional
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
1x24 jam ansietas
pasien berkurang
dengan criteria
hasil:
Pasien
mengungkapka
n tidak cemas
Kontak mata
baik
1. Dengarkan pasien
dengan penuh
perhatian, kaji
pengetahuan pasien
mengenai situasi yang
dialaminya dan
berikan dorongan-
dorongan pada pasien
untuk mendiskusikan
alasan-alasan
munculnya ansietas

2. Berikan kesempatan
pada apsien untuk
mendiskusikan
perasaanya dengan
orang lain yang
memiliki masalah
yang sama
1. Mendengarkan keluhan pasien
mendapatkan informasi
masalah yang dirasakan
pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.







2. Berdikusi akan saling bertukar
pikiran sehingga dapa
tmenemukan solusi.
Mendapatkan dukungan.

3. Risiko
tinggi
infeksi b.d
faktor
eksternal
(tindakan
operasi)
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
2x24 jam tanda-
tanda infeksi tak
tampak dengan
criteria hasil:
Suhu tetap
dalam rentang
normal
Luka tidak
1. Minimalkan risiko
infeksi pada pasien
dengan mencuci
tangan sebelum dan
sesudah memberikan
perawatan serta
menggunakan sarung
tangan
2. Pantau suhu minimal
setiap 4 jam

1. Dengan teknik antiseptic
menurunkan resiko infeksi






2. Adanya peningkatan suhu
menunjukan adanya infeksi
yang terjadi
39

kotor dan bebas
dari drainase
serta purulen
3. Bantu pasien mencuci
tangan sebelum dan
sesudah makan dan
setelah dari kamar
mandi
4. Rawat luka sesuai
prinsip

5. Gunakan teknik
aseptik dalam
melakukan tindakan
pada pasien
3. Mengurangi sumber
penyebaran kuman



4. Perwatan lukaakan
mempercepat proses
penyembuhan
5. Mengurangi resiko infeksi

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No
Dx
Tgl/ jam Implementasi
Keperawatan
TT Tgl/jam Catatanperkembangan TT
1




1


1


1,
2


27/09/13
09.00



11.00





11.30



Meminta pasien
untuk menggunakan
skala 1-10 untuk
menjelaskan tingkat
nyerinya
Mengajurkan pasien
untuk mengatur
periode istirahat
Membantu pasien
untuk mendapatkan
posisi yang nyaman
Menganjurkan
pasien untuk
berbincang-bincang
dengan keluarga
27/09/13
14.15













Diagnosa : Nyeri akut b.d faktor
fisik (tindakan operasi)
S:
Pasien mengatakan nyeri
berkurang (skala nyeri 3)
O :
Pasien tampak tidak
menyeringai
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
3,5,6



40





1




2












1


1



3























28/09/13
15.00


16.00

16.30




untuk mengalihkan
rasa nyeri dan
bercerita tetang apa
yang dirasakan.
Berkolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat analgesic (as-
met 1 tab)
Memberikan
informasi yang
benar tentang
keadaan bayinya,
bahwa bayinya
baik-baik saja:
Bilirubin indirect 11,4
m /dl
Bilirubin direct 0,6
mg/dl
Bilirubin total 12,0
mg/dl

Membantu pasien
menemukan posisi
yang nyaman
Meminta pasien
menunjukan skala
nyerinya: skala
nyeri 3
Melakukan
observasi TTV:
S:36
0
C N:86x/mnt
14.20




















28/09/13
21.00









Diagnosa : Ansietas b.d krisis
situasional
S :
Pasien mengatakan masih
mencemaskan kondisi bayinya
karena masih diruang transisi
(fototerapi)

O :
Pasien sering menanyakan
tentang kondisi bayinya
Pasien masih tampak
gelisah
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan 1,2
+ memberikan informasi
tentang perkembangan
kondisi bayinya.


Diagnosa : Nyeri akut b.d faktor
fisik (tindakan operasi)
S:
Pasien mengatakan nyeri
berkurang (skala nyeri 3)
O :
Pasien tampak sedikit
rileks
A :
Masalah teratasi sebagian
41



2










2






3













17.30

















20.00











TD:110/70 mmHg
RR:18x/mnt
Mendengarkan
pasien dengan
penuh perhatian,
mengenai situasi
yang dialaminya
dan berikan
dorongan-dorongan
pada pasien untuk
mendiskusikan
alasan-alasan
munculnya ansietas
Menganjurkan
pasien untuk
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah makanserta
setelah dari kamar
mandi.
Melakukan
observasi TTV
S: 36
6
C









































P :
Intervensi dilanjutkan 3,6


Diagnosa : Ansietas b.d krisis
situasional
S :
Pasien mengatakan sudah
mengerti akan keadaan bayinya
dan sedikit lega.
O :
Pasien tampak kontak
mata baik.
A :
Masalah belum teratasi
sebagian karena diperlukan
pemberian informasilebih
lanjut tentang perkembangan
bayinya.
P :
Intervensi dilanjutkan
memberikan informasi tentang
perkembangan kondisi
bayinya.

Diagnosa : Risiko tinggi infeksi
b.d faktor eksternal (tindakan
operasi)
S :
Pasien mengatakan
tubuhnya agak sedikit
anget
42








1



1







2










1






29/09/13
14.10



15.00







16.45










18.10







Melakukan observasi
TD:120 mmHG
RR:20X/menit
S:36
0
C
Mengajak px untuk
ikut serta dalam
peserta penyuluhan
untuk mengaluhkan
rasa nyeri: px
tampak antusias
dengan aktif
bertanya
Memberitahukan
pada pasien bila
kadar bilirubin total
anak pasien masih
diatas normal 12,3
jadi masih
memerlukan
fototerapi. Pasien
tampak memahami
dan mengerti info
yang diberikan
Memberikan as-met
1 tablet






29/09/13
20.00











20.15

O :
Suhu 36
6
C
A :
Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan 2,4

Diagnosa : Nyeri akut b.d faktor
fisik (tindakan operasi)
S:
Pasien mengatakan nyeri
berkurang hanya timbul
kadang-kadang saja
O :
Pasien tampak rileks
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan interfensi pemberian
obat analgesic.


Diagnosa : Ansietas b.d krisis
situasional
S :
Pasien mengatakan sudah
mengerti akan keadaan bayinya.
O :
Pasien tampak kontak
mata baik.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi namun jika
pasien memerlukan informasi
tentang keadaan anaknya
berikan informasi sesuai
43

























dengan kondisi anaknya.


44

BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan
Pada Ibu E dengan P10001 post partum hari ke-3 dengan riwayat KPP dan SC
Di Paviliun F1 RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya . Pembahasan akan dimulai
dari asuhan keperawatan yang diberikan pada Ibu E dikaitkan dengan asuhan
keperawatan secara teori. Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap tahap
dalam proses keperawatan antara lain pengkajian keperawatan, analisa data,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawataan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis mengumpulkan data dengan melihat
dari kasus yang ada di ruang post partum pavilliun F1, melakukan wawancara
langsung dengan Ibu E, pemeriksaan fisik, dan melihat dari rekam medik
pasien. Data yang di dapat yaitu Ibu E mulai tanggal 27 September 2013
dengan keluhan nyeri saat post partum terdapat tanda-tanda luka post operasi
sesar. Satu minggu sebelum kelahiran ketuban pecah, 2 hari kemudian
dibawa ke bidan katanya tidak apa-apa, tetapi ketuban terus keluar ditambah
keputihan di tes lakmus + ketuban pecah. 5 hari kemudian di bawa ke poli,
sebelum di SC di induksi 1 kali.

4.2 Diangnosa Keperawatan
Dalam teori menurut NANDA terdapat 2 diagnosa keperawatan yang munsul
pada Ibu dengan Sesar yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dalam pembedahan
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi

4.3 Perencanaan
Pembuatan rencana keperawatan sesuai dengan diagnose keperawatan
yang muncul. Setiap diagnose keperawatan yang muncul memiliki tujuan dan
45

criteria hasil yang diharapkan sebagai penilaian keberhasilan tindakan yang
diberikan. Dalam teori disebutkan rencana keperawatan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul. Namun dalam kasus di
lapangan tidak semua rencana tersebut dapat digunakan. Misalnya saja
penimbangan berat badan setiap hari, tidak dimungkinkan karena kondisi
anak yang tidak terbiasa dengan rumah sakit dan selalu menangis.

4.4. Implementasi
Tujuan dalam pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencangkup kesehatan, pencegahan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Namun perencanaan pada teori tidak
semua penulis dapat laksanakan pada kasus karena disesuaikan pada kondisi
klien pada saat dilakukan asuhan keperawatan.

4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai. Evaluasi
merupakan tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang telah
berjalan agar dapat melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, dan implementasi keperawatan sudah berhasil dicapai. Dari
semua rangkaian proses dari mulai pengkajian sampai dengan implementasi
keperawatan penulis tidak mengalami kesulitan yang bermakna, karena
penulis melakukan pengamatan dan kajian secara langsung pada semua
proses yang ada.








46

BAB 5
PENUTUP

Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada Ibu E dengan
P10001 post partum hari ke-3 dengan riwayat KPP dan SC Di Paviliun F1
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya, maka penulis dapat mengambil suatu
kesimpulan dan saran seperti yang akan diuraikan sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan
1. Pada pengkajian pasien P10001 post partum hari ke-3 dengan KPP dan SC
di Paviliun F1 RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya akan ditemukan tanda-
tanda luka post operasi sesar di abdomen. Awalnya Satu minggu sebelum
kelahiran ketuban pecah, 2 hari kemudian dibawa ke bidan katanya tidak
apa-apa, tetapi ketuban terus keluar ditambah keputihan di tes lakmus +
ketuban pecah. 5 hari kemudian di bawa ke poli, sebelum di SC di induksi
1 kali.
2. Pada kasus ini masalah keperawatan yang utama terjadi adalah nyeri akut
berhubungan dengan trauma jaringan dalam pembedahan Dalam kasus
yang terjadi memang seperti itu selalu menjadi prioritas utama adalah
masalah Nyeri akut.
3. Intervensi keperawatan yang muncul pada pasien post operasi sesar pada
post partum adalah
4. Implementasi yang dilakukan pada pasien post operasi sesar pada post
partum adalah
5. Evaluasi yang diharapkan adalah peningkatan kondisi pasien yang
membaik.
6. Pendokumentasian seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan yang
telah dilakukan pada pasien post operasi sesar pada post partum adalah




47

5.2 Saran
1. Bagi Akademis
Agar dapat menambahkan buku-buku literature tentang penanganan Post
partum dengan persalinan sesar yang terbaru untuk digunakan untuk
refrensi ataupun tambahan ilmu pengetahuan.
2. Bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Agar dapat menigkatan pelayanan di rumah sakit dalam memberikan
asuhan keperawatan pasien khususnya dengan kasus post partum dengan
persalinan sesar.























48

DAFTAR PUSTAKA

Bobak,Dkk.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Carpenito.2010.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Mansjoer,arif,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius
FKUI.
Sarwono.1997.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo.
Taylor,Cynthia M.2010.Diagnosa Keperawatan Dengan Rencana
Asuhan.Jakarta:EGC.
Wilkonson,Judith M.2012.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai