Target Organ Mikotoksin Aflatoksin berasal dari Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. A. flavus yang tumbuh pada kisaran suhu 10 - 43C dan memproduksi aflatoksin B1 dan B2 pada kisaran suhu 15 - 37C. Jenis aflatoksin aflatoksin 131 (AFB1) paling toksik dan bersifat karsinogenik, hepatotoksik dan mutagenik. Jenis serealia (jagung, sorgum, beras, gandum), Rempah-rempah (lada, jahe, kunyit), Kacang-kacangan (almond, kacang tanah), Susu (ternak mengkonsumsi pakan terkontaminasi aflatoksin), Produk pangan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut, seperti roti dan selai kacang. Komoditi yang mempunyai tingkat risiko tertinggi terkontaminasi aflatoksin adalah jagung, kacang tanah, dan biji kapas (cotton seed). Sumber Kotaminan Mikotoksin Kandungan Aflatoksin Pada Beberapa Bahan Pakan Berasal Dari Jawa Timur Kandungan Aflatoksin Pada Beberapa Pakan Berasal Dari Lampung Pengaruh Aflatoksin terhadap Performan Ayam Pedaging Keracunan akut hati terjadi kegagalan metabolisme karbohidrat dan lemak dan sintesa protein, sehingga terjadi penurunan fungsi hati karena adanya perombakan pembekuan darah, ikterus dan penurunan sintesis protein serum. Keracunan kronik menyebabkan imunosupresif yang diakibatkan penurunan akitivitas vitamin K dan penurunan aktivitas fagositas (phagocytic) pada makrofak. Nafsu makan menurun Penurunan berat badan Pertumbuhan lambat Konversi pakannya yang buruk Bulu rontok Lumpuh kejang- kejang dan mengakibatkan kematian Secara patologi anatomis terlihat adanya pembengkakan pada organ pankreas dan terjadi perdarahan pada organ usus, hati dan otak. Gejala Klinis GINTING (1988) melaporkan adanya penurunan pertambahan berat badan dan berat karkas (61,2% vs kontrol 65,7%) terjadi pada DOC broiler yang diberi perlakuan AFB1 0,3 mg/kg BB. Konsumsi 0,2 mg/kg aflatoksin menyebabkan abnormalitas spermatozoa sebesar 43,3% (AUSTIN et al., 1991) . Pemberian 2,5 mg/kg pada ayam petelur menyebabkan penurunan berat kulit telur, perubahan warna kuning telur (ZAGHINI et al., 2005) . Aflatoksin menyebabkan kematian pada telur embrio bertunas, embrio dan menimbulkan kelainan ringan (CELIK et al ., 2000) menurunkan daya tetas (TIWARI et al., 1989; KHAN et al., 1989) Aflatoksin juga bersifat imunosupresif (TI AXTON et al., 1974) Gejala Klinis secara Experimental Pada ayam pedaging terjadi kelumpuhan dan ayam terlihat berbaring, serta Pertumbuhan yang terhambat. Perubahan Patologi Pada hati terjadi kebengkakan dan ditemukan warna khas the yellowish to yellow-earth colour, dan perdarahan multifokal Perubahan Patologi Pada Ginjal dengan intoksikasi berat terjadi pembekakan dan penuh dengan urat. Pada Bursa Fabrisius Ukuran bursa Fabricius lebih kecil (b) akibat aflatoksin dibandingkan normal (a) Perubahan Patologi Perubahan Patologi Pankreas terlihat membesar, warna agak pucat dan konsistensi sedikit mengeras.
Otak terlihat sedikit membesar dan agak edematous.
Perubahan Patologi Pada telur terdapat blood spot Histopatologi Sebagian sel kelenjar pankreas mengalami degerasi ditandai dengan ukuran sel mengecil, hati mengalami karyolisis Histopatologi Parenkim hati tidak beraturan, ukuran inti sel hati bervariasi, sitoplasma membesar dan bervakuola (degenerasi melemak). Didaerah portal terjadi proliferasi epithelium bile duct disertai infiltrasi sel limfosit.