Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN DOSEN PEMULA





PERILAKU POLA ALIRAN UDARA PADA KINERJA VENTILASI
BANGUNAN MENGGUNAKAN PROGRAM CFD


TIM PENGUSUL,
KETUA : Meldawati Artayani, ST
NIDN : 0922038102
ANGGOTA : Muhammad Kamil, ST
NIDN : 0909098202


UNIVERSITAS FAJAR MAKASSAR
November 2013

Abstrak
Solusi rancangan arsitektur yang memungkinkan terjadinya aliran udara secara maksimum
pada bangunan sangat berpengaruh dalam menciptakan efek termal dalam hal ini aspek arsitekural
pada bukaan ventilasi guna menangani aliran udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perilaku pola aliran udara pada kinerja
ventilasi.
Untuk mencari perilaku pola aliran udara pada kinerja ventilasi, dilakukan simulasi
Computating Fluid Dynamic (CFD) terhadap beberapa modifikasi yaitu perilaku pola aliran udara
pada kinerja ventilasi. Simulasi mengambil hari yang sama dengan hari yang digunakan untuk
simulasi dan dengan mengambil sampel di mana temperatur tertinggi yaitu pada jam 12.00 wita,
yakni hari ke empat pada puncak tertinggi temperatur. Terdapat 5 jenis Modifikasi perbandingan
bukaan yang diuji pengaruhnya terhadap kualitas temperatur dan kecepatan angin, termasuk di
dalamnya kondisi eksisting yakni simulasi modifikasi 1 jendela di mana bukaan jendela dan pintu
tersebut dalam keadaan terbuka.
Hasil studi menunjukkan simulasi modifikasi 1 sampai 5 melalui perbandingan dan
penambahan luasan bukaan pada beberapa dinding, sehingga mampu menaikkan kecepatan angin,
area tersebut mendapatkan aliran angin langsung. Sementara pada area tertentu, justru menurunkan
kecepatan angin di dalam ruang. Untuk itu, perluasan bukaan harus memperhatikan perbandingan
besaran outlet dan inlet.
Berdasarkan simulasi perilaku pola aliran udara pada kinerja ventilasi terhadap beberapa
modifikasi bukaan aliran udara alami, yakni modifikasi 4 jendela, 3 jendela, 2 jendela, 1 jendela
dan 5 ventilasi, diperoleh hasil bahwa bukaan outlet lebih besar dari inlet mempengaruhi
penurunan temperatur diperoleh pada modifikasi penggunaan 4 jendela, sedangkan yang paling
buruk diperoleh pada modifikasi penggunaan bukaan 5 ventilasi, simulasi bukaan 4 jendela ini
mampu menekan temperatur dari kondisi eksisting dengan jumlah 1,7C.

Kata kunci: Inlet-outlet, Ventilasi, Perilaku udara.


PENDAHULUAN
Karya Arsitektur adalah hasil upaya manusia menciptakan lingkungan yang
utuh untuk menampung kebutuhan manusia bertempat tinggal berusaha atau
bersosial budaya (Budiharjo, 1997). Rumah selain berfungsi sebagai bangunan
yang dapat memberikan perlindungan yang aman dan nyaman bagi penghuninya
juga harus menampung aktifitas dasar penghuninya. Menurut Olgay (1963),
tingkat produktivitas dan kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi
iklim setempat.
Heins Frick 1998, mengatakan bahwa angin dan pengudaraan terus menerus
mempersejuk ruangan udara. Yang bergerak menghasilkan penyegaran terbaik
karena dengan penyegaran tersebut terjadi proses penguapan yang menurunkan
suhu pada kulit manusia dengan demikian juga dapat digunakan angin untuk
mengatur udara didalam ruang. Menurut Mangunwijaya (1994) bahwa ventilasi
horizontal dapat tercapai dengan pembuatan jendela-jendela atau lubang ventilasi
yang sedapat mungkin saling berhadapan pada dua sisi bangunan. Tidak banyak
berguna apabila membuat lubang-lubang ventilasi hanya pada dinding-dinding
sepihak saja, karena angin tidak akan bisa mengalir oleh karena itu perlu adanya
perbandingan lobang masuk udara (inlet) dan lobang keluar udara pada ventilasi
bangunan.
Pengamatan pada konteks ini adalah mengenai perubahan temperatur dan
perilaku pola aliran udara pada kinerja ventilasi dan perubahan temperatur yang
maksimal pada Ruang Kuliah MIPA Universitas Negeri Makassar di Makassar
yang di teliti.

METODE PENELITIAN
Varaibel Penelitian
Menurut Somantri (2006), variabel adalah karakteristik yang akan
diobservasi dari satuan pengamatan. Karakteristik tersebut merupakan ciri
tertentu dari objek yang diteliti. Adapun variabel dari penelitian ini terdiri atas
tiga jenis variabel, yakni: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
Vari abel bebas adal ah suatu vari abel yang vari asinya
mempengaruhi variabel lain atau variabel yang pengaruhnya terhadap variabel
lain ingin diketahui. Dalam kenyamanan termal, yang termasuk variabel bebas
antara lain: perbandingan besaran bukaan inlet-outlet, ukuran bukaan inlet-
outlet , kecepatan angin.
Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk
menget ahui besarnya efek at au pengaruh vari abel l ain. Pada
perubahan temperatur, variabel terikatnya, terdiri atas: suhu (C) , kecepatan
angin (m/s).
Variabel kontrol adalah variabel yang berfungsi sebagai kendali variabel
bebas terhadap variabel terikat. Variabel kontrol dari penelitian ini adalah nilai
standarisasi Mom, dkk. (1947) yang pernah dilakukan di Indonesia.




Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan untuk mengukur dalam penelitian ini adalah untuk
mengukur temperatur udara dan kelembaban udara digunakan alat higrometer dan
thermometer, dan kecepatan angin diukur dengan alat Anemometer, untuk elemen
bangunan digunakan rol meter, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
Teknik Analisis Data
Permodelan
Terlebih dahulu dilakukan pemodelan dalam bentuk tiga dimensi, Langkah
awal dilakukan penggambaran model dalam bentuk volume udara yang akan
disimulasikan. Model digambar dalam bentuk 1 unit ruang hunian yang akan
disimulasi dalam volume. Geometry and Mesh .
Proses meshing merupakan langkah lanjutan yang dilakukan setelah proses
penggambaran selesai. Ukuran mesh yang terdapat pada suatu obyek akan
mempengaruhi ketelitian analisis CFD (Computational Fluid Dinamics) yang
akan dilakukan. Semakin kecil ukuran mesh pada sebuah obyek, maka akan
semakin teliti hasil yang didapat. Tampak hasil mesh dari benda yang digambar
dan penentuan daerah-daerah batas inlet, outlet dan wall. Kemudian mengubah
solver ke bentuk FLUENT. Selain itu, agar bisa terbaca dan terdeteksi pada CFD
untuk proses simulasi, gambar pada mesh harus di ekspor terlebih dahulu ke
dalam file dengan ekstensi msh.
Pemilihan Solver
Dalam window di awal membuka FLUENT, ada beberapa pilihan solver.
Solver 2D digunakan untuk menganalisa komponen yang digambar 2 dimensi,
sedangkan solver 3D digunakan untuk menganalisa komponen dengan bidang 3
dimensi. Apabila dipilih 2d/3d (double precision), maka anilisa akan
menghasilkan data yang lebih akurat, dikarenakan solver tersebut merupakan
solver dengan keakuratan ganda.
Mengimpor dan Memeriksa Mesh
Mesh model yang telah dibuat dalam harus dibuka dahulu di FLUENT
agar dapat dilakukan analisa dan file yan dipilih untuk dibuka pada FLUENT
adalah file dengan ekstensi (*.msh) merupakan file kasus yang berisi mesh dan
parameter-parameter yang telah dimasukkan ke dalam

Menentukan Kondisi Batas
Setelah itu kita tentukan kondisi model yang digunakan untuk simulasi.
Ada yang berfungsi sebagai dinding (wall) dan ada yang berfungsi sebagai outlet-
inlet. Perlu dipastikan bahwa parameter yang dimasukkan telah sesuai dengan
kondisi nyata.
Proses Iterasi
Langkah selanjutnya, semua yang telah di tentukan kondisi batas
dimasukkan ke dalam software dan disesuaikan dan dicocokkan dengan kondisi
software sebelum direaksikan/dijalankan literasi tersebut terlihat pada grafik,
sehingga akan mengetahui hasilnya konvergen atau divergen. Jika hasilnya
divergen, berarti terdapat kesalahan dalam memasukkan data atau dalam
pembatasan pada boundary condition.
Setelah melakukan Iterasi, yang merupakan cakupan dari keseluruhan
proses reaksi yang terjadi, maka didapatkan tampilan kontur dari bidang yang
dianalisa, kemudian menghasilkan nilai dalam output.

HASIL
Kondisi Eksisting
Nilai yang diperoleh dari pengukuran pada lantai 3 merupakan salah satu
hasil pengukuran, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
Pada pukul 06:00 pengukuran di awali dengan kondisi temperatur lantai 3
ruang kuliah masih rendah dengan nilai temperatur 26C luar ruangan
26.6C dan kecepatan angin 0,2 m/s, kondisi matahari dalam keadaan akan
terbit, nilai temperatur dan kecepatan angin sesuai pada standard nyaman,
kondisi ini belum mengalami adanya peningkatan suhu yang di akibatkan
matahari terbit.
Pada pukul 07:00 s/d pukul 12:00 adanya peningkatan di sebabkan
matahari telah terbit yang menghasilkan nilai 31,9C s/d 33,4C namun
adanya peningkatan suhu temperatur yang signifikan akibat radiasi dan
konveksi namun faktor radiasi tidak terlalu berpengaruh karena posisi
ruang kuliah lantai 3 berada pada posisi barat yg tidak terkenal langsung
oleh radiasi matahari, akan tetapi nilai kecepatan angin meningkat 0.2 s/d
0.9 m/s dengan adanya peningkatan nilai kecepatan angin hal ini mampu
menekan peningkatan suhu pada ruang.
Pada pukul 13:00 s/d pukul 18:00 nilai temperatur semakin meningkat
drastis di akibatkan radiasi matahari pada sisi barat berlangsung selama 5
jam namun peningkatan kecepatan angin pada luar bangunan 1,4 m/s hal
ini mampu menekan peningkatan suhu pada ruang kuliah namun angka-
angka ini berada d bawah batas kenyamanan penghuni.
Simulasi Modifikasi Elemen Temperatur
Untuk mencari desain bangunan yang optimal dari segi distribusi udara
dalam hal kenyamanan termal, dilakukan simulasi terhadap beberapa modifikasi
ventilasi atau bukaan pada bangunan. Simulasi mengambil hari yang sama
dengan hari yang digunakan untuk simulasi dan dengan mengambil sampel di
mana temperatur tertinggi yaitu pada jam 12.00 wita, yakni hari ke empat pada
puncak tertinggi temperatur.
Terdapat 5 jenis Modifikasi bukaan yang diuji pengaruhnya terhadap
kualitas temperatur dan kecepatan angin, termasuk di dalamnya kondisi eksisting
yakni simulasi modifikasi 1 jendela di mana bukaan jendela dan pintu tersebut
dalam keadaan terbuka.
Simulasi Modifikasi 1
Terdapat 1 jendela sebagai distribusi udara (inlet) pada satu hunian belajar
ruang kuliah Sebagaimana diketahui bahwa udara siang hari di daerah beriklim
tropis lembab menyebabkan kondisi tidak nyaman di ruangan-ruangan karena
tingginya temperatur hal ini di sebabkan kurangnya distribusi udara pada ruang
kuliah, dari hasil simulasi distribusi udara pada Modifikasi 1 belum cukup
mendistribusi udara karena jumlah bukaan inlet dan luas bukaan inlet tidak
sebanding dengan bukaan outlet.
Simulasi Modifikasi 2
Terdapat 2 garis jendela sebagai distribusi udara (inlet) pada satu hunian
ruang kuliah Sebagaimana diketahui bahwa udara siang hari di daerah beriklim
tropis lembab dengan suhu ruang kamar 32,5C, ruang tamu 31,1C dan ruang
luar 33,7C menyebabkan kondisi tidak nyaman di ruangan-ruangan karena
tingginya temperatur hal ini di sebabkan kurangnya distribusi udara pada ruang
hanya dua geometri bukaan pintu dan jendela pada ruang kemudian di suplai ke
dalam ruang kuliah dengan bukaan sedangkan out-let terdapat 2 garis jendela
untuk ruang, dari hasil simulasi distribusi udara pada Modifikasi 2 belum cukup
menditribusi udara jumlah bukaan inlet dan luas bukaan inlet sebanding dengan
bukaan outlet akan tetapi penyebaran distribusi udara belum menyebar secara
merata dalam ruang di sebabkan inlet masih sebanding dengan outlet.
Simulasi Modifikasi 3
Dari beberapa penjelasan modifikasi 1 dan 2 bahwa kebutuhan distribusi
inlet dalam ruang sudah mencukupi, namun kebutuhan sirkulasi pada ventilasi
silang belum terpenuhi karena distribusi outlet belum lebih besar perbandingan
antara inlet dan outlet Terdapat 2 garis jendela sebagai distribusi udara (inlet)
pada satu ruang Sebagaimana diketahui bahwa udara siang hari di daerah beriklim
tropis lembab dengan suhu ruang kamar 32,5C, ruang tamu 31,1C dan ruang
luar 33,7C menyebabkan kondisi tidak nyaman di ruangan-ruangan karena
tingginya temperatur hal ini di sebabkan kurangnya distribusi udara pada ruang
hanya dua geometri bukaan pintu dan jendela pada ruang luar kemudian di suplai
ke dalam ruang kuliah dengan bukaan sedangkan out-let terdapat 2 garis jendela
ruang kuliah, dari hasil simulasi distribusi udara pada Modifikasi 3 belum cukup
menditribusi udara jumlah bukaan inlet dan luas bukaan inlet sebanding dengan
bukaan outlet akan tetapi penyebaran distribusi udara belum menyebar secara
merata dalam ruang di sebabkan inlet masih sebanding dengan outlet.

Simulasi Modifikasi 4
Adanya keterbatasan penambahan jumlah bukaan ventilasi pada gedung
kuliah MIPA UNM, pada modifikasi 4 kebutuhan distribusi inlet dalam ruang
sudah mencukupi karena pada sisi depan depan dan sisi belakang gedung telah
maksimal sedangkan sisi samping kiri dan kanan tidak terpenuhi untuk bukaan
disebabkan model gedung MIPA UNM dalam bentuk memanjang namun pada
modifikasi 4 kebutuhan sirkulasi ventilasi silang cukup memenuhi karena
distribusi outlet cukup maksimal dengan penambahan 3 jendela pada posisi outlet
lebih besar perbandingan antara inlet dan outlet, Terdapat jendela sebagai
distribusi udara (inlet) pada satu ruang kuliah. Dari hasil simulasi distribusi udara
pada Modifikasi 4 telah memenuhi mendistribusi udara ruang pada ruang kuliah
dengan ukuran perbandingan 1 meter di atas lantai , jumlah bukaan inlet dan luas
bukaan inlet lebih kecil dengan bukaan outlet.
Simulasi Modifikasi 5
Pada modifikasi 5 perletakan jendela sama dengan kondisi eksisting
Terdapat 3 garis jendela akan tetapi 1 jendela dalam keadaan tertutup dan pintu
ruang kuliah dalam keadaan tertutup akan tetapi ada penambahan jalousi inlet
maupun outlet sebagai distribusi udara pada ruang kuliah Sebagaimana diketahui
bahwa udara siang hari di daerah beriklim tropis lembab dengan suhu ruang
32,5C, dan ruang luar 33,7C menyebabkan kondisi tidak nyaman di ruangan-
ruangan karena tingginya temperatur hal ini di sebabkan kurangnya distribusi
udara pada ruang hanya satu geometri bukaan yaitu jendela pada ruang kemudian
di suplai ke dalam ruang kuliah dengan bukaan sedangkan out-let terdapat 1 garis
jendela ruang, dari hasil simulasi distribusi udara pada Modifikasi 1 belum cukup
menditribusi udara jumlah bukaan inlet dan luas bukaan inlet sebanding dengan
bukaan outlet akan tetapi penyebaran distribusi udara belum menyebar secara
merata dalam ruang di sebabkan inlet masih sebanding dengan outlet.


PEMBAHASAN
Pada Typikal Gedung kuliah ruang Kuliah MIPA UNM bukaan jendela
hanya satu permukaan dinding sehingga mengakibatkan aliran udara yang masuk
dan keluar sangat sedikit dan sulit, untuk mengatasinya harus di buat bukaan yang
bersebrangan supaya terjadi ventilasi silang. Kecepatan angin dalam kuliah ini
berkisar 0.1 m/s sampai dengan 0.4 m/s tidak terasa dan tidak berpengaruh pada
kenyamanan udara luar juga yang bersuhu tinggi 33,80 C tetapi kecepatan angin
cukup nyaman yaitu sebesar 1,6 m/dt . dengan melihat Gedung ini sebagai
gedung tengah, maka tidak dapat leluasa membuat bukaan kecuali pada ruang sisi
depan dan belakang dan penambahan dimensi bukaan jendela, demikian juga
dengan sebagian bukaan menggunakan kaca mati pada jendela sangat tidak tepat
karena tidak dapat leluasa memasukkan udara.
Kualitas Kenyamanan Termal jika ditinjau dari suhu rata-rata (C) pada
lantai 1 dan 2 secara umum masih berada di bawah standar 33,8 C sedangkan
pada lantai 3 nilai suhu rata-rata (C) sedikit lebih rendah dan menunjukkan
nilai sedikit perbedaan . Jika ditinjau dari segi ketinggian bangunan oleh faktor
kecepatan angin (m/s) dengan kondisi jam 12.00 wita , maka secara umum suhu
rata-rata (C) selama 7 hari pengukuran masih berada di bawah standar Mom dan
Wiesebrom dalam (Soegijanto, 1998) adalah sejuk nyaman suhu antara 20,5C sampai
dengan 22,8C (TE), nyaman optimal suhu antara 22,8C sampai dengan 25,8C (TE)
dan hangat nyaman suhu antara 25,8C sampai dengan 27,1C (TE).%
Hasil simulasi modifikasi melalui penambahan luasan bukaan external
pada beberapa zona mampu menaikkan kecepatan angin internal. Zona-zona
tersebut mendapatkan aliran angin langsung dengan nilai Cp positif. Sementara
pada zona tertentu, justru menurunkan kecepatan angin di dalam ruang. Untuk itu,
perluasan bukaan harus memperhatikan perbandingan besaran outlet dan inlet
Hedy C.Indrani(2008). Konfigurasi arsitektural yang telah menjadi tipe umum
untuk diterapkan didaerah beriklim tropis lembab, yakni dengan adanya naungan
penghalang sinar matahari langsung. Bentuk penghalang tersebut secara geometris
mempengaruhi besarnya angka Cd. Namun angka Cd ini tidak terpengaruh oleh
posisi bukaan menurut ketinggiannya Sangkertadi dkk(2001).
Penggunaan teknik simulasi numerik dengan perangkat paket CFD dapat
menghasilkan keluaran yang representatif untuk disajikan secara visual karena
Penggunaan teknik simulasi numerik ini pada akhirnya dapat memudahkan kita
untuk menyatakan secara kuantitatif bahwa ternyata faktor kecepatan angin dan
besaran bukaan ventilasi sangat berperan dalam mencapai tingkat kenyamanan
penghuni ruang Kussoy Wailan John (2001).

KESIMPULAN DAN SARAN
Apabila ditinjau dari faktor temperatur rata rata, sesuai gambar 2, maka
modifikasi yang memiliki nilai paling baik adalah modifikasi simulasi
penggunaan modifikasi 4 , dan yang terendah nilai temperatur rata-ratanya adalah
simulasi penggunaan modifikasi 4. Hal ini berlaku untuk lantai 2 dan lantai 3.
Selain itu, nilai temperatur rata-rata dari semua modfikasi pada lantai 2-3 dapat
disimpulkan masih dibawah standar, karena sebagian besar nilainya masih berada
di bawah angka 29C. akan tetapi dari simulasi bukaan 4 jendela ini mampu
menekan temperatur dari kondisi eksisting dengan jumlah 1,79C.

DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo Eko. (2009). Pengaruh Budaya dan Iklim dalam Perancangan
Arsitektur. PT. Alumni, Bandung.
Frick, Heinz, Ardiyanto Antonius, & Darmawan AMS. (2008). Ilmu Fisika
Bangunan. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Indrani Hedy C.(2008) .Dimensi Interior, Vol.6, NO.1,JUNI 2008: 9-23 10
Kussoy Wailan John (2001) Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 1, April 2011
Mom, C. P., Wiesebron, J. A., Courtice, R. & Kip, C. G. (1947). The application
of the effective temperature scheme to the comfort zone in the Netherlands
Indies. Chronica Naturae,
Norbert Lechner. (2007). Heating, Cooling, Lighting : Metode desain untuk
Arsiitektur. PT. RajaGrafindo. Jakarta.
Lippsmeier, Georg. (1984). Bangunan Tropis, Erlangga, Jakarta.
Lindley, James A. And James H. Whitaker. (1996). Agricultural Buildings and
Structures: Revised Edition. ASAE. St. Joseph, USA.
Olgay, V. (1963). Design with Climate: Bioclimatic Approach to Arvhitectural
Regionalism, Princenton University Press, Princenton.
Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistik Dalam
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Soegijanto. (1999). Bangunan Di Indonesia Dengan Iklim Tropis Lembab
Ditinjau Dari Aspek Fisika Bangunan. Institut Teknonolgi Bandung.
Bandung.
Szokolay, SV. (1980). Environment Science Handbook, Construction Press
Longman, London.
Sangkertadi dkk(2001). Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 29, No. 2, Desember
2001: 147 - 150
Tabel 1. Alat-alat perekam dan pengukuran
PARAMETER ALAT JUMLAH
Temperatur udara Thermo - Hygrometer
6 buah
Temperatur udara
Kelembaban Hygrometer 2 buah
Angin (kecepatan) Anemometer 1 buah
Mendapatkan Wet Bulb
Temperatur
Diagram Psikometrik
-
Temperatur Efektif (ET) dari
DBT
Diagram Temp. Efektif (ET Monogram)
-
Standar Kenyamanan Mom, et al., 1947 -
Perhitungan laju pergantian udara Rumus Boutet, 1987. -







Gambar 2 .Tabel Perbandingan nilai temperatur modifikasi simulasi , lantai 1 s/d
lantai 3

Anda mungkin juga menyukai