COntoh Proposal Pasca
COntoh Proposal Pasca
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kecelakaan kapal tidak hanya berakibat fatal pada kapal, muatan dan awak kapal saja.
Pada beberapa kondisi, hal ini juga memberi akibat langsung pada lingkungan, baik laut
maupun pesisir, serta juga mempengaruhi kinerja industri pantai dan pesisir. Begitu pula
halnya dengan kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kapal tidak hanya mencakup
kerugian nominal akibat tidak mampu beroperasinya kapal dan hilangnya nilai muatan yang
di angkut, namun lebih jauh dari itu, kerugian akan meliputi biaya penanggulangan
pencemaran, kompensasi terhadap industri perairan laut dan pesisir yang terganggu, serta
kerugian akibat hilangnya kesempatan berusaha akibat pencemaran yang diakibatkannya.
Hal ini dibuktikan oleh kecelakaan yang menimpa kapal tanker MV NAHKODKA di laut
Jepang pada Januari 1997 [1] serta kapal tanker MV PRESTIGE di perairan barat laut
Spanyol pada November 2002 [2].
Dari dua kasus diatas, ada 4 masalah umum yang dihadapi dan harus dipecahkan, yakni:
1. Penemuan dan pengaplikasian teknologi dan hardware untuk penyelamatan
dan pengumpulan tumpahan bahan bakar serta polutan lainnya.
2. Kompensasi terhadap kerusakan lingkungan
3. Pembenahan dan penerapan peraturan internasional terhadap kapal-kapal
substandard dan Port State Control
4. Standar prosedur penanggulangan dan pelokalisiran wilayah yang terkena
dampak
Poin (1) dan (2) diatas dapat digolongkan sebagai upaya untuk memaksimalkan langkah
korektif yang dapat dilakukan pasca kecelakaan. Tanpa mengesampingkan peran kedua
poin tersebut, pada penelitian ini titik berat akan diberikan terhadap 2 poin terakhir, yang
merupakan upaya preventif terhadap meningkatnya kecenderungan kecelakaan kapal serta
upaya pro-aktif dalam menyiapkan langkah penanggulagan optimal jika seandainya
kecelakaan kapal yang berakibat fatal terhadap lingkungan terjadi.
Berkaitan dengan poin (3) hingga saat ini International Maritime Organization (IMO) telah
menghasilkan beberapa konvensi yang bertujuan untuk menjamin keselamatan
pengoperasian kapal dan pencegahan polusi seperti MARPOL, SOLAS, ISM CODE dan
lainnya [3]. Namun pada pelaksanaannya masih banyak sekali terdapat bias yang utamanya
disebabkan karena ketidaksiapan dari beberapa negara anggota yang telah
menandatangani konvensi tersebut dengan alasan keterbatasan biaya dan sumber daya
manusia. Hal ini diperparah lagi dengan kecenderungan perusahan pemilik kapal untuk
membeli kapal-kapal bekas, dan kemudian melakukan modofikasi secukupnya hanya untuk
memenuhi peraturan internasional modern, dan terkadang mereka memperlakukan kapal
bekas tersebut seperti layaknya kapal baru [4]. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap kelayakan kapal untuk beroperasi. Mengingat pembelian kapal-kapal bekas
merupakan salah satu solusi terhadap kelangkaan armada laut yang sulit dihindari, maka
dalam penelitian ini akan didisain sebuah machinery reliability database yang komprehensif.
Dalam database ini, semua component history dan catatan perawatan permesinan di kapal
akan ter-record dan akan menjadi acuan utama dalam pembuatan pola perawatan
permesinan terencana (planned maintenance system) [5]. Upaya ini sedikit banyak akan
menekan peluang kegagalan beroperasi dari permesinan di kapal dan diharapkan akan
menekan tingkat kecelakaan kapal di laut akibat gagal beroperasinya permesinan kapal
tersebut. Pemanfaatan database dan analisa keluaran dari database ini akan sangat
memudahkan perusahaan pemilik kapal untuk melakukan manajemen perawatan kapalkapalnya, dan jikalau hal ini bisa dijadikan standar dalam pola perawatan semua kapal
berbendera Indonesia, maka pihak Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) pun akan sangat
dimudahkan dalam memonitor kelayak-lautan permesinan kapal-kapal di Indonesia.
Diharapkan dalam penelitian ini, design umum database serta analisa keluaran dari
database tersebut dapat dibuat dalam bentuk modul-modul umum, dan pihak pemakai
(pemilik kapal, awak kapal serta Biro Klasifikasi) dapat mengembangkan modul tersebut
sesuai dengan hasil/keluaran yang mereka harapkan. Program pembuatan database
keandalan permesinan di kapal ini serta aplikasi pemakaiannya secara komprehensif
dengan pihak-pihak terkait (perusahan pelayaran, BKI, ITS, dan lainnya) akan menjadi
program utama yang pertama dalam penelitian ini.
Selanjutnya, berkaitan dengan poin (4), hingga saat ini Indonesia belum memiliki standar
prosedur penanggulangan dan pelokalisiran wilayah yang terkena dampak akibat
kecelakaan kapal. Jika pun ada, prosedur tersebut sangat parsial dan hanya mengatur
prosedur penanggulangan masing-masing pihak saja. Hal ini mungkin disebabkan karena
ketidakjelasan langkah antisipatif yang harus diambil, serta ketidaktahuan pihak terkait yang
mesti dilibatkan dalam penanggulangannya. Sebagai salah satu antisipasi dari kondisi ini,
maka pemahaman terhadap perlunya menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan
pencegahan polusi hendaknya ditunjang dengan usaha-usaha memberikan pengalaman
terlibat langsung dalam upaya penanggulangan kecelakaan kapal kepada semua pihak
yang berkaitan dan terkena dampak langsung. Hal ini bisa diakukan dengan menyiapkan
sebuah perangkat simulasi komputer dimana didalamnya dimungkinkan membuat skenario
kejadian kecelakaan kapal dan semua pihak yang terlibat dalam simulasi tersebut diberikan
akses ke server melalui sebuah unit komputer dihadapannya dan akan berperan sebagai
salah satu pihak yang terlibat langsung dalam penanggulangannya. Pihak-pihak yang bisa
dilibatkan meliputi: kapten kapal, pemilik kapal, Maritime Safety Agency, salvage company,
Gubernur daerah dimana kecelakaan terjadi, kepala/staf pelabuhan, kepala/staf organisasi
nelayan, kepala/staf stasiun pembangkit listrik setempat, kepala/staf pemadam kebakaran,
perwakilan dari pemilik kapal, surveyor, staf dari dinas lingkungan hidup, mass media,
tenaga sukarelawan, ahli dari perguruan tinggi, dan lainnya. Simulasi komputer ini dibuat
sedemikian rupa sehingga semua pihak yang terlibat memahami benar tugasnya serta
mudah menjalankan tugasnya dengan bantuan komputer. Dengan fasilitas internet, simulasi
dengan skala internasional (kecelakaan kapal asing dan kapal indonesia diperankan oleh
masing-masing pihak di negara yang berlainan) bisa dilakukan sehingga pengalaman
menghadapi permasalahan hukum laut internasional yang berkaitan dengan kecelakaan
kapal ini bisa didapatkan. Program simulasi komputer ini serta pelaksanaan simulasinya
akan menjadi program utama yang kedua dalam penelitian ini.
1.2. Roadmap Penelitian
Topik penelitian tentang ship safety operation hingga saat ini telah menjadi topik yang begitu
penting untuk dibahas. Hal ini sangat didasari oleh awarness berbagai pihak atas isu
lingkungan khususnya lingkungan laut serta isu keselamatan manusia (safety of life at sea).
International Maritime Organization dan organisasi lainnya telah mengeluarkan beberapa
aturan terbaru yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan instrumen yang lebih
kuat dalam melakukan proteksi terhadap lingkungan serta keselamatan di laut. Beberapa
peraturan baru tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
Guna mendukung usaha menekan tingkat kecelakaan kapal akibat kegagalan sistem di
kapal, maka penelitian ini juga dimaksudkan untuk mendisain pengembangan database
permesinan di kapal yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh pihak perusahaan pelayaran,
pemilik kapal, galangan, Biro Klasifikasi kapal dan pihak lainnya dalam melakukan
pendataan kegagalan permesinan di kapal serta menggunakan data tersubut dalam
menyusun strategi pemeliharaan kapal dan perbaikan disain sistem di kapal serta tujuantujuan lainnya.
Pada tahun 1995, setelah terjadinya bencana besar gempa bumi Hanshin dan Awaji di
Jepang, sebuah kelompok peneliti di Kobe melakukan studi tentang pola optimum
penanggulangan terhadap bencana alam dan bencana industri dalam skala besar [9]. Salah
satu subyek dasar yang diteliti adalah terkait dengan penerapan teknologi mutakhir dan
sumber daya manusia khususnya yang berhubungan dengan manajemen resiko terhadap
bencana yang terjadi. Metode yang dipergunakan adalah dengan melakukan evaluasi
terhadap proses penanggulangan bencana berdasarkan penilaian resiko yang
diakibatkannya. Hasil dari kelompok penelitain ini adalah berupa modifikasi terhadap sistem
pencegahan dan penanggulangan bencana yang telah ada pada saat itu.
Kelompok peneliti ini juga telah melakukan studi terhadap penanggulangan bencana
kecelakaan kapal yang mengakibatkan tumpahan minyak dalam jumlah besar. Penelitian ini
lebih dititik beratkan pada pola pengembangan teknologi yang bisa di pergunakan dalam
pengumpulan tumpahan minyak (oil spill recovery) disamping pengembangan sistem
manajemen resiko yang meliputi tata organisasi dan prosedur penanggulangannya.
Didasari oleh pentingnya penelitian tersebut di atas, Artana [10] mengembangkan simulasi
komputer yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi penanggulangan kecelakaan
kapal. Simulasi ini masih sangat sederhana dengan database yang kecil. Kelemahan
simulasi ini yaitu pada keterbatasannya untuk melakukan analisa hasil simulasi menjadi
suatu acuan dalam menyusun sistem dan prosedur penanggulangannya. Disamping itu
simulasi yang dikembangkan ini belum mampu melakukan penilaian terhadap keefisienan
simulasi tersebut. Simulasi yang dikembangkan ini sudah menggunakan jaringan LAN
sebagai media transformasi respon dari peserta simulasi.
Det Norske Veritas (DNV) [11] menyusun standar prosedur penanggulangan bahaya di laut
khususnya pada beberapa insiden yang menyebabkan terjadinya tumpahan minyak kelaut.
Sekalipun standar prosedur ini sangat komprehensif, namun tidak semua pihak dapat
mengaplikasikannya sebab sangat tergantung dengan kesediaan fasilitas dimana
kecelakaan kapal tersebut terjadi. Disamping itu, prosedur ini juga tidak memungkinkan
pihak-pihak lain selain yang ada di kapal untuk ikut berpartisipasi dalam proses
penanggulangannya.
Penelitian-penelitian lainnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana dilaut
umumnya bersifat sangat teknis (simulasi penyebaran tumpahan minyak [12], early
detection of fire onboard [13], dll) dan tidak memungkinkan kita untuk menggunakannya
dalam menyusun sistem dan prosedur pananggulangan yang optimal. Karena itu penelitian
yang diusulkan dalam proposal ini akan secara konmprehensif dilakukan dalam kerangka
sepertoi terlihat pada gambar dibawah ini.
Technology and
Hardware
Ship Safety
operation issues
Simulasi
Phisik
Kompensasi
kerusakan lingkungan
Sispro Penanggulangan
Marine Hazard
Schenario
development
Database
development
Simulasi
Komputer
Software
development
Simulasi
SISPRO
Development
Reliability
Database
Reduction on
accidents due to ship
and machinery
failures
Studi Pemilihan
Manajemen Peawatan
Kapal dengan Pendekatan
Kriteria Jamak
Penentuan Jadwal
Perawatan Sistem di
Kapal Dengan
Pendekatan Optimasi
RELIABILITY
DATABASE
Pengembangan Sistem
Manajemen Perawatan
Permesinan dg
Pendekatan RCM pada
Perusahaan Pelayaran
Pengembangan Paket
Program Simulasi Marine
Hazard dengan
menggunakan fasiltas
LAN dan Internet
Aplikasi Text Mining
Dalam Melakukan Textual
Data Anaysis pada
Simulasi Marine Hazard
MARINE
HAZARD
SIMULATION
Weather
Regulations
Traffic
Sea
Sea
State
State
Marine
Accident
and
incident
Human
Machinery
ship
Working
Environment
Penelitian yang diusulkan disini akan dilain pihak akan mencoba melihat dari sisi lainnya,
yakni pengembangan tool yang dapat digunakan untuk menunjang usaha-usaha
penanggulangan setelah insiden kapal terjadi.
Di era 90-an, World Maritime University (WMU) [16] secara kontinyu mencoba melakukan
simulasi penanggulangan bahaya dilaut dengan menggunakan fasilitas komunikasi telepon
dan dokumen. Informasi diberikan lewat telepon dan respon dan proses pelaporan
dilakukan dengan paper-based. Simulasi ini adalah inisiasi dari berkembangnya pola serupa
dengan pengembangan lebih lanjut berupa pemanfaatan e-mail dan internet dalam
pelaksanaannya.
Artana [17] mengembangkan simulasi komputer yang dapat digunakan untuk melakukan
simulasi penanggulangan kecelakaan kapal. Simulasi ini masih sangat sederhana dengan
database yang kecil. Kelemahan simulasi ini yaitu pada keterbatasannya untuk melakukan
analisa hasil simulasi menjadi suatu acuan dalam menyusun sistem dan prosedur
penanggulangannya. Disamping itu simulasi yang dikembangkan ini belum mampu
melakukan penilaian terhadap keefisienan simulasi tersebut. Simulasi yang dikembangkan
ini sudah menggunakan jaringan LAN sebagai media transformasi respon dari peserta
simulasi.
Sementara iti, proses terbitnya peraturan-peraturan internasional dalam penanggulangan
bencana di laut boleh dikatakan sudah sangat reaktif terhadap pengalaman terjadinya
beberapa bencana laut dan efek terhadap lingkungan. Setiap terjadi bencana di laut dalam
skala yang besar, lembaga pengatur khususnya IMO (International Maritime Organization)
telah merespon dengan cepat khususnya hal-hal yang berkaitan dengan re-design teknis
kapal yang dimaksudkan untuk mencegah bencana serupa terjadi lagi dan menekan
kemungkinan operator kapal melakukan kesalahan yang sama yang mengakibatkan
bencana tersebut. Namun harus disadari pula bahwa ada titik tertentu didalam usaha
penanggulangan bencana di laut dimana kita tidak mampu lagi mengabaikan faktor
kesalahan manusia dengan semata-mata melakukan disain ulang kapal dan sistem di
dalamnya. Kenyataan yang ada adalah bahwa seberapa jauhpun kita melakukan perbaikanperbaikan terhadap disain kapal maka faktor manusialah yang akan jauh lebih menentukan
dalam terjadinya kesalahan pengoperasian kapal yang mengakibatkan bencana. Dengan
demikian setiap metode pendekatan baru terhadap terciptanya sistem keselamatan di laut
harus mampu menciptakan sistem yang dapat memperbaiki performansi dari manusia
(operator kapal dan pihak yang terlibat dalam penanggulangan bencana di laut termasuk
masyarakat). Jika kita akan melakukan perbaikan ke arah ini, maka pendekatan yang
didisain harus memberi arah pada perbaikan faktor manusia dengan konsep yang rasional
dan sistematis dan salah satunya dapat dilakukan dengan melibatkan sebanyak mungkin
pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan bencana di laut untuk secara aktif terlibat
dan mendapat pengalaman di dalam proses penanggulangannya.
Salah satu ide dasar dari pengembangan sistem penanggulangan bencana di laut di dunia
saat ini adalah untuk menciptakan budaya keselamatan (safety culture) [18]. Safety culture
ini membutuhkan komitmen kita untuk mempelajari situasi dan kondisi dari bencana di laut
sebelum kita melakukan langkah-langkah penanggulangannya. Ini membutuhkan proses
pelatihan dan perbaikan perilaku serta metode dalam mengantisipasi dan mengatasi situasi
bencana yang terjadi di laut. Dan salah satu metode yang dapat menunjang proses transfer
slogan safety culture menjadi usaha nyata yang dapat di pahami oleh semua pihak yang
terlibat dalam kondisi bencana di laut adalah dengan menciptakan sebuah media simuasi
dimana kondisi dan situasi bencana di laut dapat diskenariokan dan usaha-usaha
penanggulangannya dapat secara sistematis disusun dengan mensimulasikan bencana
tersebut berikut usaha-usaha penanggulangannya. Metode ini juga memungkinkan
pelaksanaan pelatihan secara kontinyu mengingat rendahnya biaya yang dibutuhkan jika
dibandingkan dengan melakukan simulasi phisik.
Berkaitan dengan pengaruh faktor manusia di dalam inisiasi bencana di laut, Furusho [15]
memberikan alternatif pendekatan statistik dalam mengidentifikasi faktor kesalahan
manusia yang mengawali peluang terjadinya kecelakaan. Hasil dari penelitian seperti yang
tertuang di pustaka ini berupa rekomendasi-rekomendasi yang dimaksudkan untuk
menekan serendah mungkin faktor kesalahan manusia dalam pengoperasian kapal
khususnya di kamar mesin. Metode ini mungkin salah satu alternatif langkah preventif
bencana kecelakaan kapal dan tidak bisa dijadikan sebagai solusi penentuan langkah
korektif yang optimum jika kecelakaan sudah terjadi.
Det Norske Veritas (DNV) [11], lembaga klasifikasi kapal Norwegia, merupakan salah satu
lembaga klasifikasi kapal yang paling progresif dalam melakukan penelitian pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan kapal. DNV mengusulkan prosedur penilaian keselamatan
formal (Formal Safety Assessment) dalam struktur dan metodologi yang sistematis [22].
Metode ini menggunakan pendekatan resiko dan cost-benefit analysis dalam
mengembangkan prosedur dan peraturan-peraturan keselamatan kapal. Sekalipun FSA
mampu memberi guidelines dalam penyusunan peraturan yang mampu menurunkan resiko
terjadinya kecelakaan kapal dan proses penanggulangannya, namun metode ini hanya
dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal.
10
11
Grup 5
Grup 6
12
13
BKI
Research
Team
Server
ITS
14
terlibat berhak untuk mengambil data, data analisis serta fasilitas lainnya yang
disediakan oleh tim ITS.
f.
15
16
LPPM ITS
Ketua Tim
Peneliti
Direktur Program
Pasca Sarjana
Anggota Tim
Peneliti
Mahasiswa
S3
Mahasiswa
S2
Mahasiswa
S2
Gambar. 4
Mahasiswa
S3
Mahasiswa
S2
Mahasiswa
S2
Nama
NIP/NRP
Program Studi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PPSTK-ITS
PPSTK-ITS
PPSTK-ITS
PPSTK-ITS
PPSTK-ITS
PPSTK-ITS
PPSTK-ITS
S2/S3
S3
S3
S2
S2
Status
Semester
5
3
3
3
17
V. Jadwal Penelitian
No
1.
Activity
1st Year
1st
2nd
3rd
2nd Year
4th
1st
2nd
3rd
3rd Year
4th
1st
2nd
3rd
4th
2.
Survey:
a.Harapan dari shipyard/shipping company/classification society/etc.
b. Pengumpulan data dari shipyard/shipping company/classification society/etc.
c. SRIC (The Ship Reliability Investigation Committee)
d. Penanggulangan bahaya di laut ke lembaga terkait (Basarnas, gamat, AL, dll)
d. Survey tentang simulasi penanggulangan marine hazard yang ada saat ini
3.
Pengembangan awal:
a. Modul-modul perangkat lunak simulasi marione hazard
b. Modul-modul machinery reliability database
c. Prosedur pelaksanaan simulasi
d. Kebutuhan hardware lainnya
4.
5.
Evaluasi terhadap:
a. Marine hazard
b. Reliability database network
c. Multi-parties Simulation procedures
6.
18
7.
Seminar I
8.
9.
10.
Pelaporan
11.
12.
13.
Simulasi Internasional
14.
Seminar II
15.
16.
17.
Laporan Akhir
18.
19
TAHUN II
unit biaya
Volume
org-bln
10
1,000,000
10,000,000
10
1,000,000
10,000,000
10
1,000,000
Anggota Tim
org-bln
10
750,000
15,000,000
10
750,000
15,000,000
10
750,000
15,000,000
c.
org-bln
10
300,000
12,000,000
10
300,000
12,000,000
10
300,000
12,000,000
37,000,000
a. Bahan habis (papers, cartridges, transparencies, etc.)
unit
1,500,000
1,500,000
unit
1,500,000
6,000,000
37,000,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
500,000
1,500,000
500,000
1,500,000
c. Reference books
buah
500,000
1,500,000
unit
4,000,000
4,000,000
unit
250,000
1,000,000
250,000
1,500,000
250,000
1,500,000
f. Supporting Softwares
pck
2,500,000
5,000,000
2,500,000
5,000,000
2,500,000
5,000,000
pck
2,000,000
2,000,000
2,000,000
6,000,000
2,000,000
6,000,000
pck
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
21,000,000
18,500,000
18,500,000
Perjanalanan
a. Survey ke pelabuhan dan perusahaan pelayaran Jakarta
org-hari
750,000
4,500,000
750,000
4,500,000
750,000
org-hari
750,000
4,500,000
750,000
4,500,000
750,000
4,500,000
org-hari
750,000
4,500,000
750,000
4,500,000
750,000
4,500,000
150,000
1,200,000
150,000
1,200,000
150,000
1,200,000
750,000
3,000,000
750,000
3,000,000
750,000
3,000,000
org
org-hari
8
2
8
2
17,700,000
8
2
17,700,000
4,500,000
17,700,000
Sewa Komputer
b.
Biaya Internet
unit-bln
bulan
x
10
10
100,000
4,000,000
100,000
1,000,000
Total
x
10
10
100,000
4,000,000
100,000
1,000,000
5,000,000
x
10
10
100,000
4,000,000
100,000
1,000,000
5,000,000
5,000,000
pck
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
b. Pelaporan
pck
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
parties
200,000
400,000
200,000
800,000
200,000
2,900,000
3,300,000
800,000
3,300,000
Komunikasi
a. Surat menyurat Domestik
pck
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
pck
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
pck
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
Total
37,000,000
Total
10,000,000
Ketua Tim
total
a.
TAHUN III
unit biaya
b.
Total
Volume
total
Honorarium
Total
TAHUN I
unit biaya
Volume
total
6,000,000
6,000,000
6,000,000
Publikasi
a. Penerbitan di Jurnal Nasional
pck
500,000
500,000
2,000,000
500,000
2,000,000
pck
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
Total
TOTAL ANGGARAN PER TAHUN
2,000,000
2,000,000
89,600,000
89,500,000
89,500,000
20
Conference Proceeding, The Institute of Marine Engineering (IMARE), pp. 3-7, the UK
5. Artana, KB, Priyanta, D., Investigation on Ship Safety Management in Indonesia: The
Study to develop Failures Coding and Form as an Initial Step to Develop Ships
Machinery Database, funded by DGHE, 2000
6. International Maritime Organization (IMO), Chapter IX - Management for the Safe
Operation of Ships.
7. International Maritime Organization (IMO), International Convention for the Prevention of
Pollution from Ships, 1973, as modified by the Protocol of 1978 relating thereto
(MARPOL 73/78), Annex I: Prevention of pollution by oil
8. International Maritime Organization (IMO), Guidelines for approval of ballast water
management systems (G8)
9. K. Ishida & E. Nishikawa, Maritime Hazard Models for Simulation Exercise at MET
institutes, Proceeding of International Maritime Lecturers Association (IMLA 10), 1998,
St Malo France
10. Artana, KB, Yanif Dwi Kuntjoro, David Napiun, Pengembangan Perangkat Simulasi
Penanggulangan Marine Hazard Dengan Menggunakan Jaringan LAN, Seminar
Nasional Pasca Sarjana ITS, Agustus 2005
11. Det Norske Veritas (DNV), www.dnv.com
12. Akihara. J, Matsumoto. K, Development of Oil Spill Simulation Using Run Time Data,
Proc. International Symposium in Marine Engineering (ISME), October, 2005.
13. Ruminov. K, Ito. M, Genetic Algorithm of Early Detection System of Fire Onboard, Proc.
Techno-Ocean, Kobe, October 2004.
14. Hunt. M, Correlation data of Sea State and Probability of Capsized of Major Cargo Ship,
21
22