Anda di halaman 1dari 3

Hedonisme di Kalangan Generasi Muda

Budaya hedonisme sudah tidak asing lagi di kalangan kita, khususnya bagi para
pelajar dan mahasiswa. Mungkin diantara kita masih belum paham dengan istilah hedone itu
sendiri. Namun secara tidak sadar kita telah berada disekitarnya atau bahkan sudah ikut larut
ke dalamnya. Hedonisme adalah suatu pandangan hidup yang menganggap bahwa
kebahagiaan akan diperoleh dengan mengejar kesenangan dunia. Hedonisme berasal dari kata
hedone yang dalam bahasa Yunani berarti bersenang-senang. Budaya hedonisme itu sendiri
berasal dari budaya barat yang kemudian terbawa ke Indonesia lewat adanya globalisasi dan
kecanggihan teknologi di masa kini.
Generasi muda yang berbudaya hedonisme akan menganggap segala hal dalam sisi
kesenangan sesaat saja. Mereka cenderung memilih sesuatu yang instan tanpa perlu proses.
Itu semua juga didukung oleh segala hal yang semakin instan dan canggih di masa sekarang,
seperti menjamurnya gadget, makanan cepat saji, banyaknya mall modern dan jual beli
online, serta masih banyak lagi. Disamping itu banyak fakta yang kian marak bermunculan
tentang generasi muda yang tersangkut kasus narkoba, pesta miras, pergaulan bebas dan
lainnya.
Hedonitas makin merenggut jiwa luhur generasi muda bangsa. Sebagian besar dari
mereka berpendapat bahwa budaya hedone memiliki hubungan yang erat dengan gaya hidup
modern. Jika mereka tidak mengikuti budaya tersebut, maka mereka akan merasa ketinggalan
zaman. Oleh karena itu mereka berlomba-lomba untuk meraih eksistensi di dunia ini dengan
mengejar kesenangan pribadi. Semuanya dilampiaskan dengan berfoya-foya tanpa
memperhatikan lagi nilai agama, moral, maupun sejarah yang ada. Hal-hal yang berbau
kedaerahan seperti budaya-budaya daerah dan semangat gotong royong yang sepatutnya kita
junjung tinggi malah mereka abaikan. Cara pandang mereka pun sudah sangat tidak sesuai
dengan nilai dan budaya luhur Bangsa Indonesia.
Sebenarnya budaya hedonisme tidak hanya muncul pada generasi muda bangsa, tapi
juga muncul pada anak kecil maupun orang tua. Mereka semua ikut larut dalam budaya
hedone. Tetapi dampak terbesar akan muncul pada kalangan generasi muda kita. Mengapa?
Karena mereka adalah generasi penurus bangsa. Generasi yang akan mempimpin bangsa ini
di masa mendatang. Apabila budaya dan pola pikir mereka saja sudah salah, bagaimana
mereka dapat memimpin bangsa dan negara ini untuk beberapa tahun ke depan?
Bila begitu adanya, lalu apa yang dapat diharapkan dari generasi muda Indonesia
yang begitu carut-marut dengan perkembangan yang ada. Mereka sibuk berlari kesana-
kemari mencari yang tak pasti. Hanya mengejar kesenangan dan eksistensi diri. Nongkrong
disana-sini, supaya disebut anak gaul yang ngehits. Menghabiskan uang orang tua untuk
belanja, shopping ini dan itu. Bagi sebagian kalangan mungkin uang berapapun tidak akan
terbuang sia-sia untuk shopping dan berfoya-foya. Namun tidakkah sepantasnya uang itu
digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat? Mungkin mereka sengaja menutup mata
terhadap saudara-saudara kita diluar sana yang masih membutuhkan sesuap nasi. Kondisi ini
begitu kontras dengan realita yang ada. Seperti ada jurang pemisah antara si kaya dan si
miskin. Adanya hedonitas ini semakin memisahkan jarak antara jurang tersebut. Jika
dibiarkan maka lama-kelamaan persatuan dan kesatuan bangsa ini akan semakin berkurang.
Tidak hanya dari segi sosial saja, hedonitas juga membuat remaja berpikiran pendek.
Mereka menjadi malas untuk belajar karena bagi mereka nongkrong dan shopping lebih
menyenangkan dibanding harus menghadap buku berjam-jam untuk belajar. Akibatnya
kualitas sumber daya manusia akan berkurang. Bukan hanya itu saja, akibat lain yang timbul
adalah munculnya kondisi yang kurang harmonis antara remaja dan keluarganya, ini
dikarenakan adanya perselisihan yang terjadi. Semua menjadi individualis dan hanya
mementingkan kesenangan pribadi saja.
Lalu langkah apa yang bisa diambil untuk mengatasi hedonisme yang kian meracuni
pikiran masyarakat khususnya generasi muda? Hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan
mengurangi kebiasaan konsumtif, membatasi pemberian uang saku bagi remaja dan juga
mahasiswa, serta mengganti kebiasaan-kebiasaan nongkrong dan foya-foya dengan kegiatan
lain yang lebih bermanfaat. Selain itu, sekolah juga memiliki peran yang sangat besar dalam
pembentukan budaya generasi muda, karena mereka menghabiskan sebagian besar waktunya
di sekolah. Sekolah hendaknya dapat menegakkan aturan yang tegas mengenai kebiasaan-
kebiasaan siswa-siswinya seperti pemakaian seragam yang pendek, aksesoris yang
berlebihan, ataupun pemakaian barang-barang yang bermerk.
Penanaman budi pekerti bagi generasi muda juga merupakan solusi yang dapat
mengurangi budaya hedonisme. Ini merupakan tugas semua kalangan mulai dari orang tua,
sekolah, masyarakat, maupun pemerintahan. Diharapkan dengan ditanamkannya nilai-nilai
budi pekerti yang mulai luntur di kalangan remaja, kondisi moral mereka akan membaik.
Sehingga cara berpikir dan pola hidup mereka juga makin terarah, bahwa masa depan yang
cerah tidak dapat diraih dengan berfoya-foya, bahwa kebahagiaan sama sekali tidak identik
dengan hedonisme. Mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar serta
dapat memiliki tanggung jawab moral bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa yang
memegang peranan penting di masa akan datang.
Kita harus selalu mengingat bahwa masa depan bangsa ini dapat dilihat dari generasi
muda. Jika disesuaikan dengan kondisi dewasa ini, generasi muda penerus bangsa belum bisa
dikatakan menjadi harapan bangsa dengan adanya budaya hedonisme. Terlebih lagi generasi
muda adalah tonggak sebuah bangsa. Bangsa ini butuh generasi muda yang cerdas,
berakhlak, penuh dengan kerja keras dan tanggung jawab. Sehingga akan bangkitlah semua
persatuan dan kesatuan negeri ini. Tanpa ada bayang-bayang hedone lagi yang kian
meracuni pikiran masyarakat.


Ditulis oleh :
Sherly Nandya Putri
XII IPA 2 / 08

Anda mungkin juga menyukai