AISYAH AMELIA Z R WATTIMENA (2009-83-043) 1 Laporan Kasus April 2014 RHINOSINUSITIS MAKSILARIS ACUTE ET CAUSA DENTOGEN PADA ANAK BAB I PENDAHULUAN Secara embriologik sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannnya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etoid telah ada saat bayi lahir, sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superir rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan di seluruh dunia. Sinusitis didefenisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
BAB II LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : An. FL Umur : 8 tahun Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : - Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Latuhalat Berat Badan : 20 Kg
II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Hidung kanan tersumbat. Anamnesis Terpimpin : Pasien datang dengan keluhan hidung kanan tersumbat yang sudah dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai nyeri tekan pada hidung, mendengkur pada saat pasien tidur, nyeri kepala sebelah kanan seperti berdenyut-denyut, dan bengkak pada pipi kanan setiap pagi hari dengan onset yang sama. Keluhan pilek atau batuk tidak dialami pasien. Pasien juga mengeluh ada cairan yang mengalir ke dalam tenggorokan. Bau (?). Riwayat penyakit dahulu : dulu sering epitaksis Riwayat kebiasaan : sering bersin di pagi hari 2 minggu yang lalu Riwayat keluarga : tidak ada riwayat atopi : tidak ada Riwayat pengobatan : tidak ada III. PEMERIKSAA FISIK a. Pemeriksaan Telinga Kanan Kiri 1. Daun Telinga Bentuk : Normal Normal Ukuran : Normal Normal Sikatriks: tidak ada tidak ada Infeksi : Tidak ada tidak ada Tumor : Tidak ada tidak ada 2. Depan Telinga Abses/Fistel : tidak ada tidak ada Sikatriks : tidak ada tidak ada Nyeri Tekan : tidak ada tidak ada 3. Belakang Telinga Abses/Fistel : tidak ada tidak ada Sikatriks : tidak ada tidak ada Nyeri Tekan : tidak ada tidak ada
lanjutan.... kanan kiri 4. Liang Telinga : lapang lapang Edema : tidak ada tidak ada Serumen : tidak ada tidak ada
5. Membran tympani: intak intak Hiperemis : tidak ada tidak ada Warna : putih putih Perforasi : tidak ada tidak ada Refleks Cahaya: (+)/lengkap (+)/lengkap
Pemeriksaan Hidung kanan kiri 1. Bagian luar hidung Bentuk : normal normal Kelainan kulit : tidak ada tidak ada Nares anterior : normal normal 2. Rhinoskopi Anterior Cavum nasi : sempit lapang Dasar rongga hidung - Sekret (sifat) : (-) (-) - Edema/polip : (+) (-) Konka: - Permukaan : licin licin - Warna : hiperemis merah muda - Sekret (sifat) : (-) (-) - Ukuran : edema (+) (-)
3. Septum nasi - Warna : hiperemis +/- - Permukaan (Deviasi) : -/- - Edema (hipertrofi) : -/- - Ekskoriasi : -/- - Perforasi : -/- 4. Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan Palpasi Facial dan Sinus 1. Palpasi facial : regio buccal dextra edema (+), regio supra-orbital nyeri tekan (+) 2. Sinus paranasalis : nyeri tekan sinus maksilaris dextra (+) 3. Transiluminasi : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan Gigi, Mulut, Kerongkongan dan Tenggorokan 1. Mulut Abses/Fistel : tidak ada Sikatriks : tidak ada Nyeri Tekan : tidak ada 2. Gigi Karies : molar 1,2 & 3 dan premolar 1 & 2 dextra bagian atas Abses : tidak ada Gusi : pembengkakan (-) 3 . Kerongkongan Orofaring - Dinding dorsal * Permukaan : licin * Granula : (+) * Deformitas : tidak ada * Post Nasal Drip : (+)
3. Tenggorokan : Tidak diperiksa 4. Kelenjar limfe regional : KGB tidak teraba 5. Kelainan Lain : Tidak ada
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium Darah : tidak dilakukan Urine : tidak dilakukan Bakteriologis : tidak dilakukan Lain-lain : tidak dilakukan 2. Pemeriksaan Radiologi Foto x-ray sinus paranasalis waters: tidak dilakukan.
V. RESUME Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan hidung kanan tersumbat yang sudah dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai nyeri pada hidung, mendengkur pada saat pasien tidur, nyeri kepala sebelah kanan seperti berdenyut-denyut, dan bengkak pada pipi kanan setiap pagi hari dengan onset yang sama. Keluhan pilek atau batuk tidak dialami pasien. Pasien juga mengeluh ada cairan yang mengalir ke dalam tenggorokan. Bau (?) Riwayat penyakit dahulu : sering epitaksis. Riwayat kebiasaan : tidak ada. Riwayat keluarga : riwayat atopi tidak ada. Riwayat pengobatan : tidak ada
VI. DIAGNOSA Rhinosinusitis maksilaris acute dextra et causa dentogen
VII. DIAGNOSA BANDING Rinitis Vasomotor, Inverted Papilloma
VIII. PENGOBATAN Klindamisin 3x150 mg/hari (1 minggu) Prednisolon 3x tablet Tripolidin + Pseudoefedrin HCL (Eflin) 3 x tablet Konsul dokter gigi (pasien belum ke bagian radiologi untuk di foto, sehingga pasien juga tidak dapat dikonsultasikan ke bagian gigi dan mulut)
IX. ANJURAN Hindari suhu dingin dan rawat gigi.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI
FISIOLOGI SINUS (1) bertindak sebagai ruang untuk resonansi suara, (2) memberikan perlindungan ke otak dari trauma, (3) melembabkan udara (4) meringankan kerangka wajah, namun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk setiap teori-teori ini.
DEFINISI Sinusitis definisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak-anak yang terkadang diabaikan. ETIOLOGI selesma (common cold) infeksi bakteri Alergi polip hidung kelainan anatomi seperti deviasi septum, hipertrofi konka sumbatan ostiomeatal (KOM) infeksi tonsil. Faktor yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. EPIDEMIOLOGI Diperkirakan 0,5%-10% ISPA mengakibatkan komplikasi sinusitis. Lasley memperkirakan sebanyak 6%-13% anak sampai usia 3 tahun pernah menderita sinusitis. Di poliklinik Pulmonologi anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari 823 pasien batuk kronik berulang, 73 pasien menderita sinusitis PATOFISIOLOGI Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium- ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar di dalam KOM. Organisme penyebab biasanya adalah streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae or Staphylococcus pyogenes. Organisme edema pada mukosa hidung, organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan saling bertemu silia tidak dapat bergerak ostium tersumbat terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus transudasi, mula- mula serous Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh beberapa hari tanpa pengobatan.
PATOFISIOLOGI Namun bila menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus akan menjadi media baik untuk terjadinya multiplikasi bakteri sekret dapat berubah menjadi purulen Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis bakterial memerlukan pengobatan antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil, inflamasi berlanjut hipoksia dan bakteri anaerob berkembang mukosa semakin membengkak menyebabkan rantai siklus yang terus berputar perubahan mukosa menjadi kronik hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. memerlukan operasi.
GEJALA KLINIS Hidung tersumbat yang dapat unilateral atau bilateral tergantung letak sinusitis. Dapat disertai nyeri/rasa tekanan pada wajah Sering nyeri alih pada regio supra-orbital, nyeri biasanya berdenyut-denyut Ingus dapat purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Pasien biasanya memiliki riwayat infeksi saluran nafas atas atau ditemukan adanya infeksi pada gigi atau ekstrasi sebelumnya. Keluhan nyeri atau rasa tekanan pada daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut.
GEJALA KLINIS Nyeri pada pipi menandakan sinusitis pada maksila, Nyeri diantara atau dibelakang kedua mata, menandakan sinusitis ethmoid Nyeri di dahi atau diselruh kepala menandakan sinusitis frontal. Sedangkan sinusitis sfenoid memiliki gejala nyeri yang dirasakan di verteks, oksipital belakang bola mata dan daerah mastoid. Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia dan halitosis.
DIAGNOSIS ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIS - Inspeksi sinus - Palpasi sinus - Transluminasi PEMERIKSAAN PENUNJANG - Foto polos posisi waters - CT Scan - MRI DIAGNOSIS BANDING Cystic fibrosis Inverted Papilloma PENATALAKSANAAN Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Selain itu juga dapat diberikan analgetik seperti paracetamol atau analgetik lainnya untuk meredakan nyeri dan sakit kepala. KOMPLIKASI Kelainan orbita ini antara lain edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses orbita dan dapat trombosisis sinus kavernosus. Kelainan intrakranial juga dapat menjadi komplikasi sinusitis akut, antara lain yaitu meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.
PROGNOSIS Dubia ad bonam BAB IV DISKUSI Pada kasus ini anak berumur 8 tahun sebagian sinus paranasal belum terbentuk sempurna sinus frontalis dan sinus sfenoid. sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun jadi infeksi sinus yang seharusnya bisa dimiliki oleh pasien anak ini terjadi pada sinus maksilaris atau sinus ethmoid kedua sinus ini sudah terbentuk sejak lahir. Dari anamnesis ditemukan keluhan utama hidung kanan tersumbat dan rasa nyeri kepala yang berdenyut-denyut keluhan yang dialami pasien baru terjadi seminggu yang lalu sejak datang ke poliklinik THT, hal ini sesuai dengan teori gejala klinis sinusitis akut maksilaris yang sudah dipaparkan pada kepustakaan.
Pemeriksaan fisik pada bagian mulut dan gigi ditemukan hampir semua gigi bagian atas pasien sudah mengalami karies juga terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada daerah sinus maksilaris dan regio supra-orbital, hal ini menunjukkan kesesuaian dengan teori yang ditemukan saat pemeriksaan fisik Pasien diminta melakukan pemeriksaan rontgen foto polos posisi waters di bagian radiologi, namun pasien sejak dikonsulkan sampai saat ini belum membawa hasil foto. Padahal pasien juga perlu untuk dikonsultasikan ke dokter gigi untuk diperiksa kausanya oleh karena sinusitis dentogen.
Diagnosa banding yang sudah dipaparkan pada tinjauan pustaka seperti cystic fibrosis dapat disingkirkan oleh karena memiliki karakteristik infeksi bronkopulmonal kronik, obstruksi jalan napas, malabsorpsi dan kegagalan pertumbuhan walaupun dapat sering bermanifestasi sumbatan hidung yang di dapatkan pada pasien ini namun karena adanya polip hidung.
Sedangkan inverted papilloma dapat disingkirkan juga karena merupakan tumor hidung yang dapat menyebabkan destruksi tulang walaupun memiliki gejala sumbatan hidung yang sama dan dapat menyebar ke sinus maksila.
Penatalaksanaan pada kasus ini hanya diberikan antibiotik, antiinflamsi dan pseudoefedrin + tripolidin yang bertujuan untuk menghentikan infeksi dan inflamasi yang tampak pada pemeriksaan fisis, namun tidak sempat diberikan analgetik untuk mengatasi nyeri kepala yang berdenyut-denyut pada pasien tersebut. Pasien juga perlu untuk diatasi masalah giginya, namun karena pasien tidak balik ke poliklinik, tidak diketahui bagaimana hasil dari pengobatan yang entah sudah dilakukan atau belum, dan sulit untuk menentukan prognosis dari pasien ini, namun secara teori kebanyakan pasien sinusitis akut prognosisnya baik BAB V KESIMPULAN Diagnosis rhinosinusitis maksilaris akut et kausa dentogen pada pasien kasus ini ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan tidak dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Namun, hal ini tidak mengurangi tingkat akurasi diagnosis yang ditemukan melalui anamnesis dari pemeriksaan fisik.
Penatalaksanaan rhinosinusitis maksilaris et kausa dentogen pada pasien ini hanya dilakukan tatalaksana konservatif umum, tanpa tatalaksana dentogen yang dilakukan oleh ahli gigi walaupun sudah direncanakan untuk dikonsulkan, namun pasien yang tidak kembali untuk memenuhi hasil setelah konsultasi radiologi terlebih dahulu.
Prognosis dari pasien ini tidak diketahui. Jika seandainya pasien tidak melakukan pengobatan lebih lanjut ditakutkan prognosis dari pasien ini jelek walaupun secara teori umumnya sinusitis akut memiliki prognosis yang baik.