Anda di halaman 1dari 27

Hukum Nikah

•Hukumnya boleh berubah mengikut


keadaan.

•Para ulama menyebutkan bahwa nikah


diperintahkan karena dapat mewujudkan maslahat;
memelihara diri, kehormatan, mendapatkan pahala
dan lain-lain. Oleh karena itu, apabila pernikahan
justru membawa madharat maka nikahpun dilarang.
Dari sini maka hukum nikah dapat dapat dibagi
menjadi lima:
WAJIB
Bagi orang yang kuat nafsu dan tidak mampu mengawal diri
daripada terjebak ke lembah maksiat sedangkan ia mampu
SUNAT
Bagi mereka yang mampu zahir dan batin dan mempunyai
keinginan untuk berkahwin bagi menambahkan takwa dan
menjauhi zina
MAKRUH
1. Bagi mereka yang tidak mampu memberi nafkah zahir dan
batin
2. Tidak mempunyai keinginan untuk berkahwin serta dapat
mengawal nafsunya
HARAM
1. Bagi mereka yang tidak mampu memberi nafkah zahir dan batin
kepada isterinya mahupun dirinya sendiri
2. Tidak mempunyai keinginan untuk berkahwin
3. Mempunyai niat yang tidak baik terhadap bakal isteri
1. Disunnahkan bagi orang yang memiliki syahwat (keinginan kepada
wanita) tetapi tidak khawatir berzina atau terjatuh dalam hal yang haram
jika tidak menikah, sementara dia mampu untuk menikah.
Karena Allah telah memerintahkan dan Rasulpun telah mengajarkannya.
Bahkan di dalam nkah itu ada banyak kebaikan, berkah dan manfaat yangb
tidak mungkin diperoleh tanpa nikah, sampai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda:
“Dalam kemaluanmu ada sedekah.” Mereka bertanya:”Ya Rasulullah ,
apakah salah seorang kami melampiaskan syahwatnya lalu di
dalamnya ada pahala?” Beliau bersabda:”Bagaimana menurut kalian,
jika ia meletakkannya pada yang haram apakah ia menanggung dosa?
Begitu pula jika ia meletakkannya pada yang halal maka ia
mendapatkan pahala.” (HR. Muslim, Ibnu Hibban)

Juga sunnah bagi orang yang mampu yang tidak takut zina
dan tidak begitu membutuhkan kepada wanita tetapi
menginginkan keturunan. Juga sunnah jika niatnya ingin
menolong wanita atau ingin beribadah dengan infaqnya.
 
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda:
“Kamu tidak menafkahkan satu nafkah karena ingin wajah Allah
melainkan Allah pasti memberinya pahala, hingga suapan yang kamu
letakkan di mulut isterimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, dinar yang kamu
nafkahkan untuk budak, dinar yang kamu sedekahkan pada orang
miskin, dinar yang kamu nafkahkan pada isterimu maka yang terbesar
pahalanya adalah yang kamu nafkahkan pada isterumu.” (HR. Muslim)
2. Wajib bagi yang mampu nikah dan khawatir zina atau maksiat jika tidak
menikah. Sebab menghindari yang haram adalah wajib, jika yang haram
tidak dapat dihindari kecuali dengan nikah maka nikah adalah wajib (QS. al
Hujurat:6). Ini bagi kaum laki-laki, adapun bagi perempuan maka ia wajib
nikah jika tidak dapat membiayai hidupnya (dan anak-anaknya) dan
menjadi incaran orang-orang yang rusak, sedangkan kehormatan dan
perlindungannya hanya ada pada nikah, maka nikah baginya adalah wajib.
3. Mubah bagi yang mampu dan aman dari fitnah, tetapi tidak
membutuhkannya atau tidak memiliki syahwat sama sekali seperti
orang yang impotent atau lanjut usia, atau yang tidak mampu
menafkahi, sedangkan wanitanya rela dengan syarat wanita tersebut
harus rasyidah (berakal).
Juga mubah bagi yang mampu menikah dengan tujuan hanya sekedar
untuk memenuhi hajatnya atau bersenang-senang, tanpa ada niat ingin
keturunan atau melindungi diri dari yang haram.
4. Haram nikah bagi orang yang tidak mampu menikah (nafkah lahir
batin) dan ia tidak takut terjatuh dalam zina atau maksiat lainnya, atau
jika yakin bahwa dengan menikah ia akan jatuh dalam hal-hal yang
diharamkan. Juga haram nikah di darul harb (wilayah tempur) tanpa
adanya faktor darurat, jika ia menjadi tawanan maka tidak
diperbolehkan nikah sama sekali.
Haram berpoligami bagi yang menyangka dirinya tidak bisa adil
sedangkan isteri pertama telah mencukupinya.
5. Makruh menikah jika tidak mampu karena dapat menzhalimi isteri,
atau tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan..
Juga makruh jika nikah dapat menghalangi dari ibadah-ibadah sunnah
yang lebih baik. Makruh berpoligami jika dikhawatirkan akan
kehilangan maslahat yang lebih besar.
Hikmah Syariat Nikah
1.Nikah adalah salah satu sunnah (ajaran) yang
sangat dianjurkan oleh Rasul Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam
2. Nikah adalah satu upaya untuk menyempurnakan
iman. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda:
3. Nikah adalah satu benteng untuk menjaga
masyarakat dari kerusakan, dekadensi moral dan
asusila. Maka mempermudah pernikahan syar’i
adalah solusi dari semu itu. Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam
4. Pernikahan adalah lingkungan baik yang
mengantarkan kepada eratnya hubungan keluarga,
dan saling menukar kasih sayang di tengah
masyarakat. Menikah dalam Islam bukan hanya
menikahnya dua insan, melainkan dua keluarga
besar.
5. Pernikahan adalah sebaik-baik cara untuk
mendapatkan anak, memperbanyak keturunan
dengan nasab yang terjaga, sebagaimana yang
Allah pilihkan untuk para kekasih-Nya:
6. Pernikahan adalah cara terbaik untuk
melampiaskan naluri seksual dan memuaskan
syahwat dengan penuh ketenangan.
7. Pernikahan memenuhi naluri kebapakan dan
keibuan, yang akan berkembang dengan
adanya anak.
8. Dalam pernikahan ada ketenangan,
kedamaian, kebersihan, kesehatan, kesucian
dan kebahagiaan, yang diidamkan oleh setiap
insan
Hikmah Syariat Nikah
1. Nikah adalah salah satu sunnah (ajaran) yang sangat dianjurkan
oleh Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam sabdanya:

“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu


menikah (jima’ dan biayanya) maka nikahlah, karena ia lebih
dapat membuatmu menahan pandangan dan memelihara
kemaluan. Barangsiapa tidak mampu menikah maka
berpuasalah, karena hal itu baginya adalah pelemah syahwat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Nikah adalah satu upaya untuk menyempurnakan iman.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

Barangsiapa memberi karena Allah, menahan kerena



Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah,
dan menikahkan karena Allah maka ia telah
menyempurnakan iman.” (HR. Hakim,dia berkata:
Shahih sesuai dg syarat Bukhari Muslim. Disepakati oleh
adz Dzahabi)
“Barangsiapa menikah maka ia
telah menyempurnakan separuh
iman, hendaklah ia
menyempurnakan sisanya.” (HR.
ath Thabrani, dihasankan oleh Al
Albani)
Kisah:
Al Ghazali bercerita tentang sebagian ulama, katanya:”Di awal
keinginan saya (meniti jalan akhirat), saya dikalahkan oleh
syahwat yang amat berat, maka saya banyak menjerit kepada
Allah. Sayapun bermimpi dilihat oleh seseorang, dia berkata
kepada saya:”Kamu ingin agar syahwat yang kamu rasakan itu
hilang dan (boleh) aku menebas lehermu? Saya jawab:”Ya”. Maka
dia berkata:”Panjangkan (julurkan) lehermu.” Sayapun
memanjangkannya. Kemudian ia menghunus pedang dari cahaya
lalu memukulkan ke leherku. Di pagi hari aku sudah tidak
merasakan adanya syahwat, maka aku tinggal selama satu tahun
terbebas dari penyakit syahwat. Kemduian hal itu datang lagi dan
sangat hebat, maka saya melihat seseorang berbicara pasa saya
antara dada saya dan samping saya, dia berkata:”Celaka kamu!
Berapa banyak kamu meminta kepada Allah untuk menghilangkan
darimu sesuatu yang Allah tidak suka menghilangkannya!
Nikahlah!” Maka sayapun menikah dan hilanglah godaan itu
dariku. Akhirnya saya mendapatkan keturunan.” (Faidhul Qadir
VI/103 no.8591)
3. Nikah adalah satu benteng untuk menjaga masyarakat dari
kerusakan, dekadensi moral dan asusila. Maka mempermudah
pernikahan syar’i adalah solusi dari semu itu. Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Jika datang kepadamu orang
yang kamu relakan akhlak dan
agamanya maka nikahkanlah, jika
tidak kamu lakukan maka pasti
ada fitnah di muka bumi dan
kerusakan yang besar.” (HR.
Hakim, hadits shahih)
4. Pernikahan adalah lingkungan baik yang mengantarkan
kepada eratnya hubungan keluarga, dan saling menukar
kasih sayang di tengah masyarakat. Menikah dalam Islam
bukan hanya menikahnya dua insan, melainkan dua
keluarga besar.
5. Pernikahan adalah sebaik-baik cara untuk mendapatkan
anak, memperbanyak keturunan dengan nasab yang terjaga,
sebagaimana yang Allah pilihkan untuk para kekasih-Nya:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus


beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami
memberikan kepada mereka isteri-isteri dan
keturunan.” (QS. ar Ra’d:38
6. Pernikahan adalah cara terbaik untuk melampiaskan naluri
seksual dan memuaskan syahwat dengan penuh ketenangan.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Sesungguhnya wanita itu menghadap dalam rupa setan


(menggoda) dan membelakangi dalam rupa setan, maka apabila
salah seorang kamu melihat seorang wanita yang
menakjubkannya hendaklah mendatangi isterinya, sesungguhnya
hal itu dapat menghilangkan syahwat yang ada dalam dirinya.”
(HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)
7. Pernikahan memenuhi naluri
kebapakan dan keibuan, yang akan
berkembang dengan adanya anak.
8. Dalam pernikahan ada ketenangan,
kedamaian, kebersihan, kesehatan,
kesucian dan kebahagiaan, yang
diidamkan oleh setiap insan.
Ciri – ciri pemilihan jodoh
Ciri-ciri bakal suami
beriman & bertaqwa kepada Allah s.w.t
bertanggungjawab terhadap semua benda
memiliki akhlak-akhlak yang terpuji
berilmu agama agar dapat membimbing bakal isteri dan anak-anak ke
jalan yang benar
tidak berpenyakit yang berat seperti gila, AIDS dan sebagainya
rajin berusaha untuk kebaikan rumahtangga
Ciri-ciri bakal isteri
beriman & solehah
rupa paras yang cantik dan elok
memiliki akhlak-akhlak yang terpuji
menentukan mas kahwin yang rendah
wanita yang subur
masih dara
berasal dari keturunan yang baik
bukan keturunan terdekat
         Di antara yang disunatkan dan digalakkan memilih
perempuan untuk dipinang ialah :
a.   Zuriat yang banyak
               Memilih perempuan yang boleh mendatangkan
zuriat yang banyak memanglah digalakkan oleh Islam.  Di
sini boleh diperhatikan dari sudut keluarganya
(keturunannya) di samping kesuburan tubuh badan  di
mana tidak menghalang  ianya hamil.  Selain itu, umur
juga boleh diambil kira bagi mengekalkan zuriat yang
banyak.
b.      Anak gadis / bujang
Pemilihan anak gadis amat dititik beratkan kerana di
mana usia gadis, kurang bebanan peribadi.  Segalanya-
galanya serba baru, dapat mengeratkan kasih sayang
tanpa gangguan.  Tenaga yang masih muda dapat
memberi sepenuh masa untuk suami.  Walau
bagaimanapun, memilih seorang janda juga digalakkan
sekiranya di sana ada tujuan yang baik untuk
memilihnya.
c.       Sedikit mas kahwin
Perempuan yang menjadi pilihan adalah sedikit
belanja mas kahwinnya di mana mudah bagi pihak
lelaki menjelaskannya dan sesuai dengan tuntutan
Islam.  Sekiranya terlalu besar mas kahwin itu, bukan
sahaja menjadi keberatan bagi lelaki malah boleh
memberi kesan yang negatif di masa akan datang.
d.      Bukan hubungan keluarga
Pemilihan ini bagi meluaskan skop keturunan di
mana keluarga akan bertambah ramai lagi dan
mental sesebuah keluarga itu boleh mempengaruhi
hidup.  Lebih-lebih lagi perhubungan sebuah
keluarga dengan  keluarga dalam menemukan jodoh.
Sesuai (kufu)
Persesuaian  adalah diperlukan untuk
memilih pasangan hidup lebih-lebih lagi
dalam dunia moden ini di mana wanita
mempunyai kedudukan yang agak 
sama dengan kaum lelaki malah
terdapat lebih dari lelaki.  Hal ini
kadangkala menjadi isu besar di
kalangan ibu dan bapa hari ini,  
kononya anak perempuannya tidak
sesuai berkahwin.  Tetapi dalam masa
yang sama  juga mereka  telah keluar
dan bebas bergaul tanpa dilarang oleh
ibubapanya.
Peminangan
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak lelaki
dan perempuan untuk melangsungkan perkahwinan mengikut tarikh
yang dipersetujui oleh kedua-dua pihak.
Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang
diterima oleh Islam.
Peminangan adalah permulaan proses perkahwinan.
Hukum peminangan adalah harus dan hendaklah bukan isteri orang,
bukan mahram sendiri, tidak dalam idah, dan bukan tunangan orang.
Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan
merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila berlaku keingkaran yang
disebabkan oleh lelaki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika
disebabkan oleh wanita, maka hendaklah dikembalikan, namun
persetujuan hendaklah dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat
bakal suami dan bakal isteri adalah sunat, kerana tidak mahu
penyesalan berlaku setelah berumahtangga. Anggota yang harus dilihat
bagi seorang wanita ialah muka dan kedua-dua tangan sahaja.
PERTUNANGAN adalah istilah yang digunakan
dalam masyarakat yang berarti bahwa seseorang
telah terikat janji dengan orang lain dengan maksud
untuk menikah nantinya. Di negara Barat,
“tunangan” atau pertunangan ini dapat berlangsung
selama bertahun tahun tanpa ada kepastian untuk
menikah dan lebih jauh lagi tanpa ada kesepakatan
apa pun.
Definisi “pertunangan “ dalam Islam adalah
kesepakatan pribadi dengan maksud untuk menikah
antara laki-laki muslim yang sesuai atau pantas
dengan perempuan muslim melalui walinya, yaitu
wali Amr. Penjelasan hal ini yaitu:
1. Kesepakatan pribadi maksudnya perjanjian
rahasia antara keduanya.
2. Laki-laki muslim yang pantas maksudnya
adalah dia harus seorang muslim, baligh, dan
bijaksana.
3. Perempuan yang pantas maksudnya adalah
dia harus seorang muslim, atau perempuan
ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani).
Dalam memilih pasangan wanita, perlu bagi kita
untuk mengingat hadits Rasulullah saw. Abu
Hurairoh menceritakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda :
”wanita dinikahi karena empat hal yaitu karena
kekayaannya, keluarganya, kecantikannya dan
agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya
karena jika tidak kamu akan menjadi orang
yang merugi.”
Hadits ini mengingatkan kita pada semua yang sudah
terjebak dalam kehidupan non Islam, dimana sekedar
mencari kesenangan materi dari pasangannya. Akhirnya
pertunangan dalam Islam haruslah tetap terjaga
kerahasiaannya dan jika hubungan keduanya terputus maka
keduanya dilarang untuk menceritakan apa yang telah
mereka bicarakan atau yang telah mereka lihat dari
keduanya.
Dalam Islam pertunangan bisa berlanjut pada pernikahan dan
juga bisa tidak tergantung pada keduanya. Allah SWT telah
menciptakan manusia dengan berbagai naluri yang
membutuhkan pemenuhan, dan Allah juga memberikan kita
solusi untuk memenuhinya. Diantara naluri-naluri manusia,
secara fitroh manusia mencari pasangan hidup dan untuk itu
kita memenuhi naluri tersebut melalui jalan pernikahan saja.
Setiap muslim harus ingat bahwa kita semua adalah hamba
Allah swt dan bukan menjadi budak manusia atau budak
nafsu.
Cara pertunangan dengan gaya Barat yang
buruk ini tidak boleh kita terapkan dalam
kehidupan kita, karena bertolak pada
firman Allah SWT :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya
ialah Dia telah menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram padanya,
dan dijadikannya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda pada kaum yang berfikir”.

Anda mungkin juga menyukai