Kardiana Izza Ell Milla (FK Universitas Jember 2012)
Gambar: Perkebunan Tembakau di Jember
Mungkin kita sudah mengenal kata Non-communicable Disease (NCD), yaitu suatu penyakit kronis yang bukan disebabkan oleh infeksi atau transmisinya tidak melalui manusia ke manusia. NCD dapat berupa penyakit yang mempunyai durasi panjang dan berkembang secara lambat dan perlahan, atau dapat berupa penyakit yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Empat tipe NCD antara lain penyakit cardiovascular (serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit respirasi kronis (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), dan diabetes. NCD merupakan penyakit yang sangat berkembang pesat di negara berkembang seperti Indonesia dan sekitar 80% NCD yang terlambat mendapatkan pengobatan berujung pada kematian. Penyakit cardiovaskular adalah penyebab paling banyak kematian NCD (17,3 milyar orang pertahun), diikuti kanker (7,6 milyar), penyakit pernafasan (4,2 milyar), dan diabetes (1,3 milyar). NCD dipicu oleh berbagai faktor seperti penuaan, urbanisasi yang cepat, serta gaya hidup yang tidak sehat yang berdampak tekanan darah meningkat, peningkatan gula darah, tingginya kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah serta obesitas. Salah satu faktor resiko NCD yang sangat serius di Indonesia adalah paparan asap tembakau Berbicara tentang tembakau tentu tak lepas dari peran petani tembakau sebagai pengering tembakau. Tembakau ini merupakan tembakau yang ditanam semenjak awal musim hujan, dan dapat dipanen sebelum musim kemarau. Musim kemarau adalah masa panen tembakau dengan kualitas terbaik, misalnya tembakau jenis besuki vor oogst yang tumbuh subur di daerah Jember. Jember merupakan kota dengan pertanian tembakau terbesar di Indonesia sebagai pemasok tembakau kering sebagai bahan baku rokok. Bila anda akan menuju kota Jember, di sepanjang perjalanan anda akan menemui gudang-gudang besar tempat pengeringan tembakau hingga rumah- rumah kecil yang pelatarannya telah diubah menjadi tempat pengeringan tembakau. Rata-rata rumah itu merupakan rumah petani tembakau, yang berupaya mendapat rupiah lebih banyak dengan menjual tembakau yang sudah kering kepada pengumpul. Bukan hal baru bila rokok yang merupakan produk utama olahan tembakau adalah produk paling berbahaya bagi tubuh. Tercatat ada lebih 15 penyakit yang dapat ditimbulkan dari aktivitas merokok di antaranya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), penyakit kardiovaskuler dan berbagai penyakit lain yang sudah dipaparkan diatas. Sayangnya, petani tembakau termasuk pengering tembakau yang didominasi oleh sebagian besar wanita bukan perokok harus terpapar debu tembakau yang dapat mengakibatkan penyakit yang tak kalah menakutkan dibanding perokok.
Gambar: Proses Pengeringan Tembakau
Di antara wangi tembakau kering yang menguning terdapat debu-debu tembakau berpartikel kecil yang sangat mudah masuk ke dalam saluran nafas. Debu-debu yang mengumpul ini dapat menyebabkan fibrosis yang irreversibel yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas total paru. Gejala awal yang terjadi adalah demam, batuk, dan gejala asmatis. Apabila hal ini terus berlanjut maka selain terjadi fibrosis juga terjadi perbanyakan mukus bronkiolus, metaplasia sel, dan gejala bronkitis kronis lainnya. Kandungan nikotin yang tinggi pada debu tembakau juga dapat menyebabkan reaksi kerusakan alveolus dan pelebaran bronkiolus terminal ini atau yang disebut sebagai emfisema. Emfisema dan bronkitis kronis inilah merupakan tipikal penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang merupakan salah satu Non Communicable Disease (NCD). Penyakit PPOK merupakan penyakit yang berjalan lambat namun sangat cepat untuk merengut nyawa. Pemerintah telah membangun berbagai rumah sakit khusus untuk menangani penyakit- penyakit tersebut, misalnya pembangunan rumah sakit paru di kota-kota dengan industri tembakau besar. Namun, apakah dengan pembuatan rumah sakit khusus tersebut telah menyelesaikan penyakit tersebut? Tentu hal ini tak bisa dipastikan. Jika hanya dengan pelayanan kuratif, penyelesaian masalah PPOK ini seperti menutup lobang dengan cara menggali lobang di sekitarnya. Menyembuhkan satu pengidap PPOK akibat industri tembakau maupun pemakaian rokok tidak dapat menghentikan jumlah pengidap selanjutnya. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh terdiri atas promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Agar tak terjadi fenomena gali tutup lobang seharusnya dilakukan pelayanan kesehatan dengan mengedepankan paradigma kesehatan yakni promotif dan preventif saja. Dibutuhkan keberanian yang besar dari pemerintah untuk benar-benar menghentikan pendirian industri tembakau dan rokok meskipun cukai rokoknya sangat tinggi. Tentu saja, perlu keberanian yang besar juga bagi dokter untuk meningkatkan profesionalitas di bidang promotif dan preventif. Apakah anda berani?