Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS MASALAH

1. Ny. Luna, umur 69 tahun, memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM tipe 2.
a. Bagaimana hubungan usia, jenis kelamin, riwayat penyakit dengan keluhan
sekarang?
Keluhan yang dialami Ny. Luna adalah tanda seseorang mengalami demensia
(pikun). Sekitar 15% kasus demensia terjadi pada usia >65 tahun. Demensia
dapat terjadi pada pria maupun wanita namun pada kasus demensia vaskuler,
pria lebih sering ditemukan.
Riwayat penyakit yang dialami Ny. Luna dapat berkomplikasi menjadi
penyakit stroke non hemorrhagik karena pembentukan tromboemboli yang
terjadi terus-menerus. Persentase pasien stroke yang mengalami demensia
vaskuler atau demensia pasca stroke dilaporkan berkisar 16 - 48%.

2. Sejak 1,5 tahun yang lalu dia sukar berjalan karena kelemahan tubuh sebelah kanan.
a. Apa etiologi kelemahan tubuh sebelah kanan pada kasus?
Kelemahan tubuh sebelah kanan merupakan salah satu tanda seseorang
mengalami gangguan pembuluh darah pada otaknya. Gangguan pembuluh
darah ini disebabkan oleh penyakit stroke non hemorrhagik akibat terjadinya
tromboemboli sebagai komplikasi dari hipertensi dan DM tipe 2 yang dialami
oleh Ny. Luna.

3. DEMENSIA VASKULER
3. 1. Definisi
Definisi demensia menurut International Classification of Disease, 10th revision
(ICD-10) adalah suatu keadaan perburukan fungsi intelektual meliputi memori
dan proses berpikir, sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Gangguan memori khas mempengaruhi registrasi, penyimpanan dan pengambilan
kembali informasi. Dalam hal ini harus terdapat gangguan proses berpikir dan
reasoning di samping memori. Menurut WHO, demensia adalah sindrom
neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan
progresid disertai dengan gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi,
kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Gangguan fungsi kognitif
biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan motivasi.
Demensia vaskuler adalah suatu sindroma penurunan progresif kemampuan
intelektual yang menyebabkan kemunduran kognitif dan fungsional, yang
disebabkan oleh gangguan serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan
iskemik, juga disebabkan oleh penyakit substansia alba sistemik atau sekuelae
dari hipotensi atau hipoksia.
3. 2. Epidemiologi
Insiden dan prevalensi demensia vaskuler berbeda-beda di setiap negara. Hal ini
disebabkan karena belum adanya kriteria diagnostik yang baku untuk menentukan
adanya demensia. Do samping itu, kultur dan budaya suatu negara juga
berpengaruh dalam menentukan insiden dan prevalensi demensia vaskuler.
Di negara-negara barat, demensia vaskular (Dva) menduduki urutan kedua
terbanyak (20 - 25%) setelah penyakit Alzheimer (60 - 70%). Tetapi, Dva
merupakan tipe demensia yang terbanyak pada beberapa negara Asia dengan
populasi penduduk yang besar. Prevalensi Dva akan semakin meningkat dengan
meningkatnya usia seseorang, dan lebih sering dijumpai pada laki-laki. Persentase
pasien stroke yang mengalami demensia vaskuler atau demensia pasca stroke
dilaporkan berkisar 16 - 48%.
3. 3. Etiologi

Secara umum, etiologi terjadinya demensia adalah:


a. Degeneratif, misalnya pada demensia Alzheimer
b. Non degeneratif seperti faktor genetik, gangguan vaskular, dll.
c. Campuran
Penyebab lain yang mencapai kira-kira 10 persen di antaranya adalah demensia
Lewy body, penyakit Pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan
normal, demensia alkoholik, demensia infeksiosa (seperti HIV atau sifilis) dan
penyakit Parkinson. Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan
penatalaksanaan klinis berhubungan dengan penyebab yang reversibel seperti
kelainan metabolik (seperti hipotiroidisme), defisiensi nutrisi (misalnya defisiensi
vitamin B12 atau defisiensi asam folat), atau sindrom demensia akibat depresi.
3. 4. Klasifikasi
Klasifikasi demensia vaskuler secara klinis menurut Kelompok Studi Fungsi
Luhur PERDOSSI adalah:
1. Demensia pasca stroke
a. Demensia infark strategis
b. Demensia multiinfark
c. Demensia perdarahan intraserebral
2. Demensia vaskuler subkortikal
a. Lesi iskemik substansia alba
b. Infark lakuner subkortikal
c. Infark non lakuner subkortikal
d. Sindrom Binswager
3. Demensia vaskuler tipe campuran (Demensia Alzheimer dan Demensia
Vaskuler)
3. 5. Patofisiologi
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan
banyak faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Telah dilakukan beberapa

penelitian yang sampai sekarang belum mendapatkan gambaran yang jelas


bagaimana demensia terjadi.

Gambar 2.2. Gambaran Patologi Sel Saraf

Patologi dari penyakit vaskuler dan perubahan-perubahan kognisi telah diteliti.


Berbagai perubahan makroskopik dan mikroskopik diobservasi. Beberapa
penelitian telah berhasil menunjukkan lokasi dari kecenderungan lesi patologis,
yaitu bilateral dan melibatkan pembuluh-pembuluh darah besar (arteri serebri
anterior dan arteri serebri posterior). Penelitian-penelitian lain menunjukan
keberadaan lakuna-lakuna di otak misalnya di bagian anterolateral dan medial
thalamus, yang dihubungkan dengan defisit neuropsikologi yang berat. Pada
demensia vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada
otak dan menyebabkan penurunan kognitif.

Gambar 2.3 Mekanisme dari kerusakan white matter oleh faktor resiko
cardiovascular dan A.

Stress oksidatif dan inflamasi yang diinduksi dari faktor-faktor tersebut


bertanggungjawab terhadap kerusakan dari fungsi unit neurovaskular. Yang
menyebabkan hipoksia-iskemia, demielinisasi

axonal, dan penurunan potensi

perbaikan dari white matter dengan perubahan oligodendrycte progenitor cell.


Kerusakan dari white matter berkontribusi terhadap VCI dan AD.

Gambar 2.4. Pada vascular demensia, resiko cerebrovaskular menginduksi


disfungsi neurovascular yang menyebabkan disfungsi dan kerusakan dari otak.

Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder dari oklusi vaskular emboli


atau trombotik. Area otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah
substansia

alba

dari

hemisfera

terutama striatum dan thalamus .

serebral

dan

nuklei

abu-abu

dalam,

Gambar 2.5. Makroskopis korteks serebral pada potongan koronal dari


suatu kasus demensia vascular. Infark lakunar bilateral multipel mengenai
thalamus, kapsula interna dan globus palidus.

Mekanisme patofisiologi dimana patologi vaskuler menyebabkan kerusakan


kognisi masih belum jelas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam kenyataannya
beberapa patologi vaskuler yang berbeda dapat menyebabkan kerusakan kognisi,
termasuk trombosis otak, emboli jantung, dan perdarahan.

Gambar 2.3. Gambaran Letak Lesi pada Demensia Vaskular8

1. Infark Multiple
Dementia multi infark merupakan akibat dari infark multiple dan bilateral.
Terdapat riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala fokal

seperti hemiparesis, hemiplegi, afasia, hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering


disertai disarthia, gangguan berjalan (sleep step gait). Forced laughing/crying,
refleks babinski dan inkontinensia. CT scan otak menunjukan hipodens bilateral
disertai atrifi kortikal kadang disertai dilatasi ventrikel.
2. Infark Lakuner
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm yang disebabkan kelainan pada
small penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan subkortikal
akibat dari hipertensi. Pada 1/3 kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik.
Apabila menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensoris, TIA, hemiparesis
atau ataxia. Bila jumlah lakunar bertambah maka akan timbul sindrom demensia,
sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat yang berat terjadi lacunar state.
CT scan kepala menunjukan hipodensitas multiple dengan ukuran kecil, dapat
juga tidak tampak pada CT scan karena ukurannya yang kecil atau terletak di
batang otak. MRI kepala akurat untuk menunjukan adanya lakunar terutama di
batang otak, terutama pons.
3. Infark Tunggal
Strategic single infarc dementia merupakan akibat lesi iskemik pada daerah
kortikal atau subkortikal yang mempunyai fungsi penting. Infark girus angularis
menimbulkan gejala sensorik, aleksia, agrafia, gangguan memori, disorientasi
spasial dan gangguan konstruksi. Infark id daerah distribusi arteri serebri
posterior menimbulkan gejala anmnesia disertai agitatasi, halusinansi visual,
gangguan visual dan kebingungan. Infark daerah distribusi arteri arteri serebri
anterior menimbulkan abulia, afasia motorik dan apraksia. Infark lobus parietalis
menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku yang disebabkan gangguan
persepsi spasual. Infark pada daerah distribusi arteri paramedian thalamus
mengkasilkan thalamic dementia.
4. Sindroma Binswanger
Gambaran klinis sindrom Binswanger menunjukan demensia progresif dengan
riwayat stroke, hipertensi dan kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala
pseudobulbar palsy, kelainan piramidal,

gangguan berjalan (gait) dan

inkontinensia. Terdapat atropi white matter, pembesaran ventrikel dengan korteks


serebral yang normal. Faktor resikonya adalah small artery disease (hipertensi,
angiopati amiloid), kegagalan autoregulasi aliran darah di otak usia lanjut,
hipoperfusi periventrikel karena kegagalan jantung, aritmia dan hipotensi.

5. Angiopati amiloid cerebral


Terdapat penimbunan amiloid pada tunika media dan adventitia arteriola serebral.
Insidennya meningkat dengan bertambahnya usia. Kadang terjadi dementia
dengan onset mendadak.
6. Hipoperfusi
Dementia dapat terjadi akibat iskemia otak global karena henti jantung, hipotensi
berat, hipoperfusi dengan atau tanpa gejala oklusi karotis, kegagalan
autoregulasi arteri serebral, kegagalan fungsi pernafasan. Kondisi tersebut
menyebabkan lesi vaskular di otak yang multiple terutama di daerah white
matter.
3.6. Kriteria Diagnosis
Terdapat

beberapa kriteria diagnostik yang melibatkan tes kognitif dan

neurofisiologi pasien yang digunakan untuk diagnosis demensia vaskular.


Diantaranya adalah:

a. Kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,

fourth

edition, text revision (DSM-IV-TR). Kriteria ini mempunyai sensitivitias yang


baik tetapi spesifitas yang rendah. Rumusan dari kriteria diagnostik DSM-IVTR adalah seperti berikut:

b. Skor iskemik Hachinski


Riwayat dan gejala

Skor

Awitan mendadak

Deteriorasi bertahap

Perjalanan klinis fluktuatif

Kebingungan malam hari

Kepribadian relatif terganggu

Depresi

Keluhan somatik

Emosi labil

Riwayat hipertensi

Riwayat

penyakit

serebrovaskular
Arteriosklerosis penyerta 13

Keluhan neurologi fokal

Gejala neurologis fokal

Skor ini berguna untuk membedakan demensia alzheimer dengan demensia


vaskular. Bila skor 7 : demensia vaskular. Skor <4 : penyakit alzheimer.

c. Kriteria

the National

Institute of Neurological

Association International

pour

Disorders and Stroke-

la Recherch at

L'Enseignement

en

Neurosciences (NINDS-AIREN).
1) Kriteria untuk diagnosis probable vascular dementia:
A. Demensia
Didefinisikan dengan penurunan kognitif dan dimanifestasikan
dengan kemunduran memori dan dua atau lebih domain kognitif
(orientasi, atensi, bahasa,
kontrol motor,

fungsi

visuospasial,

fungsi

eksekutif,

praksis), ditemukan dengan pemeriksaan klinis dan

tes neuropsikologi, defisit harus cukup berat sehingga mengganggu


aktivitas harian dan tidak disebablan oleh efek stroke saja.
Kriteria eksklusi yaitu kasus dengan penurunan kesadaran, delirium,
psikosis, aphasia

berat

atau

kemunduran

sensorimotor

major.

Juga gangguan sistemik atau penyakit lain yang menyebabkan defisit


memori dan kognisi.
B. Penyakit serebrovaskular

Adanya

tanda

fokal

pada

pemeriksaan

neurologi

seperti

hemiparesis, kelemahan fasial bawah, tanda Babinski, defisit sensori,


hemianopia, dan disartria yang konsisten dengan stroke (dengan atau
tanpa riwayat stroke) dan bukti penyakit serebrovaskular yang relevan
dengan pencitraan otak (CT Scan atau MRI) seperti infark pembuluh
darah multipel atau infark strategi single (girus angular, thalamus,
basal

forebrain), lakuna ganglia basal multipel dan substansia alba

atau lesi substansia alba periventrikular yang ekstensif, atau kombinasi


dari yang di atas.
C. Hubungan antara dua kelainan di atas
- Awitan demensia 3 bulan pasca stroke
- Deteriorasi

fungsi

kognitif mendadak

atau

progresi

defisit

kognitif yang fluktuasi atau stepwise


2) Gambaran klinis konsisten dengan diagnosis probable vascular
dementia
A. Adanya gangguan langkah dini (langkah kecil marche a petits
pas, atau langkah magnetik, apraksi-ataxic atau Parkinson)
B. Riwayat unsteadiness dan jatuh tanpa sebab
C. Urgensi dan frekuensi miksi dini serta keluhan berkemih yang lain
bukan disebabkan oleh kelainan urologi
D. Pseudobulbar palsy
E. Perubahan

personaliti

dan

suasana

hati,

abulia,

depresi,

inkontinensi emosi, atau defisit subkortikal lain seperti retardasi


psikomotor dan fungsi eksekutif abnormal.
3) Gambaran klinis yang tidak mendukung demensia vaskular
A. Awitan dini defisit memori dan perburukan memori dan
fungsi kognitif lain seperti bahasa (aphasia sensori transkortikal),
ketrampilan motor (apraksia) dan persepsi (agnosia) yang progresif
tanpa disertai lesi fokal otak yang sesuai pada pencitraan
B. Tidak ada konsekuensi neurologi fokal selain dari gangguan kognitif
C. Tidak ada kerusakan serebrovaskular pada CT Scan atau MRI otak
4) Diagnosis klinikal untuk possible vescular dementia

A. Adanya demensia

dengan

tanda

neurologi

fokal pada

pasien tanpa pencitraan otak/tiada hubungan antara demensia dengan


stroke.
B. Pasien

dengan

defisit

kognitif

yang

variasi

dan

bukti

penyakit serebrovaskular yang relevan


5) Kriteria untuk diagnosis definite vascular dementia
A. Kriteria klinis untuk probable vascular dementia
B. Bukti histopatologi penyakit serebrovaskular dari biopsi atau
autopsi
C. Tidak ada neurofibrillary tangles dan plak neuritik
D. Tidak ada kelainan patologi

atau klinikal

yang dapat

menyebabkan demensia
6) Klasifikasi demensia vaskuler untuk tujuan penelitian kemungkinan
dibuat berdasarkan gambaran klinis, radiologis, dan neuropatologis,
untuk subkategori atau kondisi tertentu, seperti demensia vaskular
kortikal, subkortikal, sindroma Binswanger, dan demensia thalamus.

3. 7. Gejala Klinis
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular yaitu subkortikal, bervariasi
dan biasanya menggambarkan
aktivitas

harian

peningkatan

kesukaran

dalam menjalankan

seperti makan, berpakaian, berbelanja dan sebagainya.

Hampir semua kasus demensia vaskular

menunjukkan tanda dan simptom

motorik .
Tanda dan gejala fisik :
Kehilangan memori, pelupa
Lambat berfikir (bradifrenia)
Pusing
Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
Inersia
Langkah abnormal
Konsentrasi berkurang
Perubahan visuospasial
Penurunan tilikan
Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi, merencana dan

mengorganisasi
Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi akibat
kandung kemih yang hiperrefleksi.

Tanda dan gejala perilaku:


Perbicaraan tidak jelas
Gangguan bahasa
Depresi
Berhalusinasi
Tidak familiar dengan persekitaran
Berjalan tanpa arah yang jelas
Menangis dan ketawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral
menyebabkan

inkontinensi

emosional

(juga

dikenal

sebagai

afek

pseudobulbar)
Sukar menurut perintah
Bermasalah dalam mengurus uang

Riwayat pasien yang mendukung demensia vaskular adalah kerusakan


bertahap

seperti tangga (stepwise), kekeliruan nokturnal, depresi, mengeluh

somatik, dan inkontinensi emosional, stroke, dan tanda dan gejala fokal. Contoh
kerusakan bertahap adalah kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan
diikuti oleh periode yang stabil dan kemudian akan menurun lagi.
Awitan dapat perlahan atau mendadak. Didapatkan bahwa TIA yang lama dapat
menyebabkan penurunan memori yang perlahan sedangkan stroke menyebabkan
gejala yang serta-merta.
3. 8. Faktor Resiko
Faktor resiko demensia vaskuler yaitu6:
a. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan etnis(
Asia, Africo- American), jenis kelamin ( pria), pendidikan yang rendah,
daerah rural.
b. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok
cigaret, penyakit jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis,

menopause tanpa terapi penggantian estrogen, dan gambaran EKG yang


abnomal.
c. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan
pada hemostatis, konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres
psikologik, paparan zat yang berhubungan dengan pekerjaan ( pestisida,
herbisida, plastik), sosial ekonomi.
d. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya
adalah volume kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark.
3. 9. Diagnosis Banding
1. Penyakit alzheimer
Biasanya

demensia

vaskular

Alzheimer dengan pemburukan


serebrovaskular

selama

telah
yang

dibedakan
mungkin

dari

demensia

menyertai

tipe

penyakit

satu periode waktu. Walaupun pemburukan yang

jelas dan bertahap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus,

gejala

neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan


pada demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk
penyakit serebrovaskular.

2. Penurunan kognitif akibat usia


Apabila usia meningkat, terjadi kemunduran memori yang ringan. Volume
otak akan berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan hilang.
3. Depresi

Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon. Kadang-kadang
keliru dan pelupa.
4. Delirium
Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat.
disorientasi, pusing,
infeksi

inkoheren. Delirium disebabkan

Individu ini

keracunan

atau

yang dapat diobati. Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab

yang mendasari diatasi.


5. Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah:
Malnutrisi
Dehidrasi
Fatigue
Depresi
Efek samping obat
Gangguan metabolik
Trauma kepala
Tumor otak jinak
Infeksi bakteri atau virus
Parkinson
3. 10. Tata Laksana
a. Langkah Pencegahan
Sindrom demensia

vaskular

biasanya

disebabkan

oleh

stroke. Jadi,

prevensi (terapi primer) atau terapi sekunder stroke adalah kunci untuk
mencegah penurunan kognitif ini. Memodifikasi faktor resiko kemunduran
kognitif dapat membantu mencegah stroke dan demensia
resiko

yang

paling

penting

adalah

hipertensi.

vaskular.

Faktor

Penelitian

kohort

epidemiologi dan percobaan intervensi dengan pengobatan antihipertensi


menunjukkan kegunaan obat antihipertensi dalam mencegah demensia
vaskular. Pasien dengan merokok harus berhenti merokok karena dapat
menyebabkan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif.

Faktor diet

seperti hiperkolesterolemia juga dapat berperan.


Sedangkan dalam penelitian yang lain pula mendapati bahwa individu
yang yang melakukan aktivitas yang menstimulasi intelektual seperti

interaksi

sosial, catur, crossword puzzle dan bermain alat musik dapat

menurunkan resiko demensia secara signifikan.


b. Manajemen Terapi
Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah:
Mencegah terjadinya serangan stroke baru
Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
Mengurangi gangguan tingkah laku
Meringankan beban pengasuh
Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya

Penatalaksanaan terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa:


1. Non-Medikamentosa
a. Memperbaiki memori
The Heart and Stroke Foundation of Canada mengusulkan beberapa
cara untuk mengatasi defisit memori dengan lebih baik:

Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang


perlu dilakukan.

Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang hari


sebelum tidur. Ini dapat membina kapasiti memori

Menjauhi distraksi seperti televisi atau radio ketika coba


memahami pesan atau instruksi panjang.

Tidak tergesa-gesa mengerjakan sesuatu hal baru. Coba merencana


sebelum melakukannya.

Banyak bersabar. Marah hanya akan menyebabkan pasien lebih


sukar untuk mengingat sesuatu. Belajar teknik relaksasi juga
berkesan.

b. Diet
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko
demensia vaskular berhubungan dengan konsumsi lemak total. Asam
folat, vitamin B6 dan vitamin B12 yang rendah juga berhubungan
dengan peningkatan homosisteine yang merupakan faktor resiko stroke.

2. Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk
Progresifitas demensia vaskular dapat diperlambat jika faktor
resiko

vaskular seperti hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes

diobati. Agen
berulang.

anti

Pada

platlet

berguna

untuk mencegah

stroke

demensia vaskular, aspirin mempunyai efek positif

pada defisit kognitif. Agen antiplatelet yang lain adalah tioclodipine


dan clopidogrel.
Aspirin
Mencegah

platelet-aggregating

thromboxane

A2

dengan

memblokir aksi prostaglandin sintetase seterusnya mencegah


sintesis prostaglandin
Tioclodipine
Digunakan untuk pasien yang tidak toleransi

terhadap terapi

aspirin atau gagal dengan terapi aspirin.


Clopidogrel bisulfate
Obat antiplatlet yang menginhibisi ikatan ADP ke reseptor
platlet secara direk. Agen hemorheologik meningkatkan kualiti
darah dengan menurunkan viskositi, meningkatkan fleksibiliti
eritrosit, menginhibisi

agregasi

platlet

dan formasi trombus

serta supresi adhesi leukosit.


Pentoxifylline dan ergoid mesylate (Hydergine)
Dapat meningkatkan aliran darah otak. Dalam satu penelitian
yang melibatkan

29

pusat

di Eropa, didapatkan perbaikan

intelektual dan fungsi kognitif dalam waktu 9 bulan. Di


European

Pentoxifylline

Multi-Infarct

Dementia

Study,

pengobatan dengan pentoxifylline didapati berguna untuk pasien


demensia multi-infark.
b. Memperbaiki fungsi kognitif dan simptom perilaku
Obat untuk penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif dan
gejala perilaku dapat juga digunakan untuk pasien demensia vaskular.
Obat-obat demensia adalah seperti berikut:

3. 11. Prognosis
Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer.
Berdasarkan beberapa penelitian,

demensia vaskular dapat memperpendek

jangka waktu hidup sebanyak 50% pada lelaki, individu dengan tingkat
edukasi

yang

rendah

dan

pada individu dengan hasil uji neurologi yang

memburuk.
3. 12. SKDI
Tingkat kompetensi dokter : 3A

3A. Bukan gawat darurat


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Anda mungkin juga menyukai