Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, gostuon7@gmail.com 085769467881 Jl. Pramuka No.27 Kemiling Bandar Lampung Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 08127904390 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi pada Tenaga Pengajar di SMP Negeri 29 Bandar Lampung
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh orang dewasa dan paling berbahaya dalam kehidupan modern. Hipertensi juga menyebabkan 40% orang dewasa pensiun dini dan menempati peringkat pertama sebagai penyebab stroke dan serangan jantung. Sekitar 20% dari semua orang dewasa menderita tekanan darah tinggi dan menurut statistik angka ini terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dan analisis data dengan uji statistik chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor usia (p=0,374) dan jenis kelamin (p=0,208) tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi, sedangkan faktor berat badan (p=0,001), riwayat genetik (p=0,024), riwayat penyakit sebelumnya (p=0,012) dan stres (p=0,002) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar yang ada di SMPN 29 B.Lampung. Kata Kunci : Faktor-faktor, Hipertensi, Tenaga Pengajar.
1. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 3. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
ABSTRACT
Hypertension is a disease that affects many adults and most dangerous in modern life. Hypertension is also caused 40% of adults retire early and was ranked first as the cause of stroke and heart attack. About 20% of all adults suffer from high blood pressure and according to statistics this number continues to increase.The study design is cross-sectional and data analysis use chi-square statistics which is a study to determine the factors may influence the incidence of hypertension in junior high school teachers in 29 B.Lampung. The result showed that age (p=0,374) and gender (p=0,208) did not have a relationship with the incidence of hypertension, while the weight factor (p=0,001), genetic history (p=0,024), history of previous illness (p=0,012) and stress (p=0,002) has a relationship with the incidence of hypertension in the existing teaching force in SMP 29 B.Lampung. This is proved by using the chi-square statistical test. Keywords : Factors, Hypertension, Teachers .
PENGANTAR
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh orang dewasa dan paling berbahaya dalam kehidupan modern. Hipertensi juga menyebabkan 40% orang dewasa pensiun dini dan menempati peringkat pertama sebagai penyebab stroke dan serangan jantung. Sekitar 20% dari semua orang dewasa menderita tekanan darah tinggi dan menurut statistik angka ini terus meningkat.[1] Menurut data Lancet (2008), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus bertambah. Di India misalnya jumlah penderita mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan akan menjadi 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksikan akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025.[2] Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2007 menunjukan prevelensi penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 8,3% per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita.[3]
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2005, bahwa jumlah penderita hipertensi di provinsi Lampung sebanyak 110.622 kasus dan merupakan penyakit terbesar keenam di Bandar Lampung.[4] Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi sendiri meliputi faktor internal (usia, genetik, gender/jenis kelamin) dan faktor eksternal (makanan, olahraga, merokok, berat badan berlebih, alkohol, stres, dan penyakit penyerta seperti ginjal, diabetes dan lain sebagainya).[5] Keberadaan faktor-faktor tersebut menandakan adanya bahaya terhadap jantung dan sirkulasi darah. Pekerjaan yang berat dan menguras energi baik secara fisik maupun mental bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan tubuh. Sebagai contoh pekerjaan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan tubuh adalah tenaga pengajar. Tenaga pengajar yang bekerja di dalam kota memiliki pekerjaan yang lebih berat dibandingkan yang berada di desa. Faktor kemacetan dan padatnya jam kerja biasanya mempengaruhi beratnya pekerjaan tenaga pengajar yang ada di kota. Sehingga tenaga pengajar yang ada di kota berisiko lebih tinggi terkena stres yang dapat menyebabkan peningkatan kejadian hipertensi.[6]
BAHAN DAN METODE
Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung Waktu penelitian dilakukan dari bulan Januari 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis survei analitik. Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Survei ini dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor risiko penyebab hipertensi.[7] Dalam penelitian ini jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah cross- sectional yang merupakan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMPN 29 Bandar Lampung dan melakukan pengumpulan data dalam satu waktu dan tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja. [7] Subjek penelitian adalah semua tenaga pengajar di SMPN 29 Bandar Lampung yang menderita hipertensi dan yang tidak menderita hipertensi. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 56 orang. Terdiri dari 46 tenaga pengajar perempuan dan 10 tenaga pengajar laki-laki.
HASIL 1. Hasil Analisis Univariat
2. Hasil Analisis Bivariat Variabel Hipertensi p value Tidak Ya N % N % Usia < 46 15 62,5 15 46,9 0,374 > 46 9 37,5 17 53,1 Jenis Kelamin
Tidak ada 14 58,3 8 25,0 0,024 Ada 10 41,7 24 75,0 Riwayat Penyakit
Tidak ada 14 58,3 7 21,9 0,012 Ada 10 41,7 25 78,1 Tingkat Stres
Normal 15 62,5 6 18,8 0,002 Tinggi 9 37,5 26 81,2
PEMBAHASAN Hasil uji chi square pada variabel usia didapatkan nilai p value 0,374. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMP Negeri 29 B.Lampung. Hal ini dapat terjadi mengingat jumlah responden lebih banyak berusia dibawah rata-rata yang berdasarkan hasil uji statistik sekitar 50% menderita hipertensi. Penyebab lain tidak ada hubungannya antara usia dengan hipertensi pada penelitian ini bisa disebabkan karena tekanan darah tinggi dapat terjadi akibat multifaktorial diantaranya karena riwayat genetik, riwayat penyakit sebelumnya, obesitas No Keterangan Presentase 1 Umur 46 >46
53,6 % 46,4 % 2 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
82,1 % 17,9 % 3 Berat Badan <23 23
42,9 % 57,1 % 4 Riwayat Genetik Tidak ada Ada
39,3 % 60,7 % 5 Riwayat Penyakit Sebelumnya Tidak ada Ada
37,5 % 62,5 % 6 Tingkat Stres Normal Tinggi
37,5 % 62,5 % 7 Tekanan Darah Normal Tinggi
42,9 % 57,1 % dan stres. Sehingga tidak menutup kemungkinan tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Termasuk orang berusia muda, meski prevalensinya rendah (20%).[5] Berdasarkan hasil uji chi square variabel jenis kelamin didapatkan nilai p value 0,208. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMP Negeri 29 B.Lampung. Penyebab jenis kelamin tidak berhubungan dengan hipertensi pada penelitian ini bisa disebabkan karena beberapa faktor. Menurut teori, laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang naik ketika rentang usia 35- 50 tahun.[8] Sedangkan pada perempuan hipertensi akan menyerang ketika telah memasuki masa menopause. Jumlah responden laki-laki yang lebih sedikit dibandingkan dengan responden perempuan dan jumlah perempuan yang memasuki masa menopause juga sedikit sehingga hal ini memungkinkan tidak terbuktinya hubungan antara faktor jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Hasil uji chi square didapatkan variabel berat badan dengan nilai p value 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMP Negeri 29 B.Lampung. Hal ini sesuai dengan teori Dr. Anna Palmer dan Prof. Bryan Williams (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi berat badan maka semakin tinggi pula tekanan darah.[5]
Selain itu, hipertensi juga bisa terjadi pada wanita muda dengan obesitas. Gejalanya yaitu terjadi peningkatan tekanan intrakranial tanpa adanya lesi massa yang diidentifikasi pada pencitraan kepala CT atau MRI.[9]
Hasil uji chi square pada variabel riwayat genetik didapatkan nilai p value 0,024. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat genetik dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMP Negeri 29 B.Lampung. Sekitar 70-80% kasus hipertensi essensial terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga sebelumnya. Jika kedua orang tua menderita hipertensi maka dugaan hipertensi tersebut menjadi lebih besar. Ini menunjukan bahwa faktor genetik berperan dalam kemunculan penyakit hipertensi.[10]
Hasil uji chi square variabel riwayat penyakit didapatkan nilai p value 0,012. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat genetik dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMP Negeri 29 B.Lampung. Aziza L et al (2010) menerangkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hiperkolesterolemia dengan hipertensi (p value = 0,001). Hubungan tersebut dipengaruhi berbagai mekanisme, di antaranya penurunan bioavailabilitas Nitric Oxide, peningkatan aktivitas vasokonstriktor (angiotensin II dan endothelin-1), penurunan sensitivitas garam, peningkatan stres oksidatif dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini dilaporkan bahwa kadar kolesterol darah pada subyek hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok prehipertensi, begitu pula kadar kolesterol darah pada prehipertensi lebih tinggi dibandingkan kelompok normotensi.[11] Hasil uji chi square pada variabel stres didapatkan nilai p value 0,002. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan stres dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMP Negeri 29 B.Lampung. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, takut, bersalah) dapat merangsang kelenjar suprarenal melepaskan hormon adrenalin dan hidrokortison dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah meningkat. Jika stres berlangsung lama tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.[12] Stres akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah pada organ-organ dalam sehingga terjadi peningkatan pada tekanan darah. Apabila stres berlangsung lama dan berkepanjangan maka tekanan darah tinggi pun menjadi kronik, sehingga timbul hipertensi.[13]
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel usia dan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi, dan terdapat hubungan yang bermakana antara variabel berat badan, riwayat genetik, riwayat penyakit, tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMPN 29 B.Lampung.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. T.Marwan Nusri , MPH selaku penguji. 2. drMarissa Anggraini, M.Pd,Ked, Ibu Anisa Kuswandari B, S.Psi selaku Pembimbing. DAFTAR PUSTAKA 1. Peter Wolff H. Hipertensi. Jakarta: PT.BIP Kelompok Gramedia. 2007 ; 1: 4-5 2. As Muhamaddun. Hidup Bersama Hipertensi.Jogjakarta : In-Books. 2010 ; 1 : 5-6 3. Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional Laporan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2007. Di akses pada : 10 November 2012. www.depkes.go.id 4. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Profil Kesehatan Provinsi Lampung, Bandar Lampung. 2005. Di akses pada : 10 November 2012. www.depkes.go.id 5. Anna Palmer Dr, Bryan Williams Prof. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2007 ; 14-16 6. National Safety Council, Widyastuti Palupi, Yulianti Devi. Stress Management. Jakarta : EGC. 2004 : 1 ; 6-8 7. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rhineka Cipta. 2010 : 3 ; 26-27 8. Ridwan Muhammad. Menjegal Mencegah Mengatasi Silent Killer. Semarang: Pustaka Widyamara. 2009. 9. Ginsberg Lionel. Lecture Notes Neurologi. Jakarta : Erlangga . 2007 : 9 ; 69-70 10. Dewi Sofia, Familia Digi. Hidup Bahagia dengan Hipertensi. Yogyakarta: A Plus Books. 2010. 11. Aziza L, Sjabani M, Mubarika Haryana S, Marsetyawan, Hamim Ahmad. Hubungan Polimorfisme Gen Angiotensin-Converting Enzyme Insersi/Delesi dengan Hipertensi pada Penduduk Mlati Sleman. Artikel Penelitian. Yogyakarta. Majalah Kedokteran Indonesia. 2010. 12. Refelina Widjadja. Penyakit Kronis dan Tindakan Secara Medis Maupun Tradisional. Jakarta : Bee Media Indonesia. 2009 : 5 ; 106-107 13. Al-Firdaus Iqra. Dampak hebat Emosi Bagi Kesehatan. Yogyakarta : Flasbooks. 2011 : 2 ; 34-35