4 Dasar-Dasar Teknik Dan Pengelolaan Air Limbah-Libre
4 Dasar-Dasar Teknik Dan Pengelolaan Air Limbah-Libre
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Sedangkan kriteria mutu air dari masing-masing kelas dijabarkan dalam Tabel 1. Pembagian
kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu air, dan kemungkinan
kegunaannya. Secara relatif, tingkatan mutu air Kelas Satu lebih baik dari Kelas Dua, dan
selanjutnya. Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan
kegunaannya bagi suatu peruntukan air. Air baku air minum adalah air yang dapat diolah
menjadi air yang layak sebagai air minum dengan mengolah secara sederhana dengan cara
difiltrasi, disinfeksi, dan dididihkan. Klasifikasi mutu air merupakan pendekatan untuk
menetapkan kriteria mutu air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar untuk penetapan baku
mutu air.
4
bahwa metode ini haruslah memberikan hasil pengukuran yang lebih akurat atau lebih teliti.
Perlu diketahui bahwa metode standar adalah metode analisis kualitas air yang
direkomendasikan oleh Assosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health
Association).
5. FAKTOR-FAKTOR PENETAPAN DALAM STANDAR
Ada beberapa faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan standar kualitas air,
yakni:
a. Kesehatan: faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan standar guna
menghindarkan dampak kerugian terhadap kesehatan.
b. Estetika: diperhatikan guna memperoleh kondisi yang nyaman
c. Teknis: faktor teknis ditinjau mengingat bahwa kemampuan teknologi dalam
pengolahan air sangat terbatas, atau untuk tujuan menghindarkan efek-efek kerusakan
dan gangguan instalasi atau peralatan yang berkaitan dengan pemakaian air yang
dimaksudkan
d. Toksisitas efek: ditinjau guna menghindarkan terjadinya efek racun bagi manusia.
e. Polusi: faktor polusi dimaksudkan dalam kaitannya dengan kemungkingan terjadinya
pencemaran air oleh suatu polutan
f. Proteksi: faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan atau melindungi
kemungkinan terjadinya kontaminasi.
g. Ekonomi: faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka menghindarkan kerugian-
kerugian ekonomis
Korelasi antara faktor-faktor pertimbangan di atas dengan beberapa parameter kualitas air yang
ditetapkan standarnya, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
3
a. Proses alamiah
Tanpa bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang mengandung pencemar, alam
sendiri memiliki kemampuan untuk memulihkan kondisinya sendiri atau yang disebut self
purification. Alam memiliki kandungan zat yang mampu mendegradasi pencemar dalam
air limbah menjadi bahan yang lebih aman dan mampu diterima alam itu sendiri,
diantaranya adalah mikroorganisme. Waktu yang diperlukan akan sangat tergantung dari
tingkat pencemarannya yang otomatis berkorelasi dengan tingkat kepadatan penduduk. Jika
kepadatan penduduk meningkat maka pencemaran pun akan sangat mungkin meningkat
sehingga proses alam untuk membersihkan dirinya sendiri akan memakan waktu yang
sangat lama. Sehingga akhirnya akan terjadi penumpukan beban limbah sampai dimana
kemampuan alam untuk dapat melakukan pembersihan sendiri (self purification) jauh lebih
rendah dibanding dengan jumlah pencemar yang harus didegradasi.
b. Sistem Pengolahan Air Limbah
Jika kapasitas alam sudah tidak sebanding dengan beban pencemar, maka satu-satunya
langkah yang harus ditempuh adalah dengan cara mengolah air limbah tersebut dengan
rangkaian proses dan operasi yang mampu menurunkan dan mendegradasi kandungan
pencemar sehingga air limbah tersebut aman jika dibuang ke lingkungan. Untuk air limbah
yang berasal dari aktivitas domestik dimana kandungan zat organic merupakan zat yang
paling dominan terkandung didalamnya, pengolahan yang dapat dilakukan dapat berupa
teknologi yang sederhana dan murah seperti cubluk kembar sampai pada pengolahan air
limbah komunal menggunakan teknologi pengolahan yang mutakhir.
9. DASAR-DASAR TEKNIK PENGELOLAAN AIR LIMBAH
9.1 Pengertian Air Limbah Domestik
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman
(real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.
(KepmenLH no 112/2003).
Air Limbah domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau
pemukiman termasuk didalamnya air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat cuci,
dan tempat memasak (Sugiharto, 1987).
9.2 Sumber Air Limbah Domestik
Air limbah domestik dapat bersumber dari pemukiman (rumah tangga), daerah komersial,
perkantoran, fasilitas rekreasi, apartemen, asrama dan rumah makan.
8
asam basa dalam darah, stimulasi susunan syaraf pusat, kerusakan saluran pencernaan,
dsb. Terhadap lingkungan kelebihan nitrogen dapat menyebabkan eutrofikasi.
i. Bahan anorganik lain
Bahan anorganik dalam air dapat berupa Ag, AL. As, Ba, Br, Cd, Cl, Cr, Cu, F, Hg,
H
2
S, PO
4
, Pb, Se, Zn, dan lain-lain. Efek terhadap kesehatan yang diakibatkan unsur-
unsur tersebut dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini.
Tabel 4. Parameter Bahan Anorganik
PARAMETER SIMBOL DAMPAK KESEHATAN
Perak Ag
Presipitasi protein, shock, meninggal dunia, argyria
(pigmentasi biru kulit)
Alumuinium Al Fibrosis paru-paru, merusak usus secara lokal, kematian
Arsenicum As Racun sistemik, kematian, alergi, kanker kulit
Barium Ba
Stimulasi sistem otot (Pencernaan, sirkulasi darah, otot-otot pada
umumnya), pada fase akhir didapat kelumpuhan urat syaraf dan
berhentinya fungsi otot jantung
Bromium Br
Depresi susunan syaraf pusat, emasiasi (kurus), gangguan kejiwaan,
kelalaian kulit seperti jerawat, iritasi saluran pernapasan, anestesia,
narbotik
Cadmium Cd
Oedema paru-paru, kerusakan sel usus, kerusakan pada tulang-tulang
(patah tulang yang multiple), kerusakan ginjal dan hipertensi
Chlor Cl2
Iritasi keras bagi seluruh pernapasan, tubuh kekurangan oksigen,
shock, kematian; keracunan sistemik, kerusakan hati, coma, kematian
Cobalt Co
alergi berbentuk asthma, eczema, fibrosis paru-paru, naiknya tekanan
disertai penyakit jantung, pembesaran kelenjar gondok
Chromium Cr
Bersifat korosif terhadpa kulit, selaput lendir dan tulang hidung;
percikan asamnya menyebabkan luka kecil tapi dalam, sukar sembuh
dan kanker paru-paru
Tembaga Cu Demam metal, iritasi lokal, kerusakan hati dan ginjal
Fluor F
Iritasi fluorisis, kelainan pada tulang dan gigi-geligi; gangguan alat
pencernaan; kelumpuhan anggota gerak; penyebab mutasi
Air raksa Hg
Keracunan, kerusakan jaringan mulut dan gusi bila masuk oral,
kerusakan ginjal pada Hg anorganik, kerusakan otak untuk Hg
organik, menimbulkan cacat bawaan pada anak lahir (minamata)
10
k. Parameter Biologis
Jenis mikroorganisme yang dapat ditemukan dalam air diantaranya algae, bacteria, virus,
jamur, protozoa, dll. Selain memiliki sifat pathogen parameter biologis juga dapat
menyebabkan efek rasa, warnadan bau pada air. Sebagai indicator keberadaan
mikroorganisme pathogen, maka digunakan keberadaan bakteri coli dalam air. Dengan
adanya bakteri coli, maka besar kemungkinan air telah tercemar oleh bakteri lainnya
yang juga bersifat pathogen.
l. Radioaktif
Efek yang dapat ditimbulkan oleh radioaktif dianataranya: kanker, leukemia, mengurangi
umur, dan dapat menyebabkan kematian. Selain itu radioaktif merupakan unsur kimia
yang memiliki paruh umur yang relative panjang. Data mengenai beberapa bahan
radioaktif yang dapat membahayakan kesehatan manusia dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 7. Material Radioaktif
Material Jenis Radiasi Waktu Paruh
Strontium 90 Beta 28 tahun
Strontium 89 Beta 51 tahun
Cesium 137 Beta-gamma 27 tahun
Carbon 14 Beta-gamma 5760 tahun
Iodine 129 Beta-gamma 17 juta tahun
Iodine 131 Beta-gamma 8 hari
Plutonium 239 Alpha 24400 tahun
Krypton 85 Beta 10,7 tahun
Tritium (H3) Beta 12,3 tahun
9.4 Komposisi Air Limbah Domestik
Komposisi air limbah domestik hampir lebih dari 99% berisi air itu sendiri sisanya adalah
kandungan pencemar dengan kuantitas sebagaimana digambarkan dalam skema berikut.
12
Gambar 1. Diagram Komposisi Air Limbah (sumber: Sugiharto, 1987)
Tabel 8. Komposisi Limbah Cair Domestik
Sumber : Duncan Mara dalam Sugiharto, 1987
Rata-rata timbulan air limbah yang dihasilkan dari pemukiman adalah sebagai berikut (Met Calf
&Eddy, 2003)
1. Apartemen
a) High-rise: 35 75 gal/orang/hari (tipikal: 50)
Limbah Cair
Air (99,9%)
Bahan Padat (0,1%)
Anorganik
Butiran
Karbohidrat (25%)
Protein (65%)
Organik
Lemak (10%)
Garam
Metal
13
Berdasarkan data pencemaran pada 35 kota utama di Indonesia, secara umum diperkirakan
setiap pertambahan 200.000 penduduk perkotaan akan meningkatkan kadar BOD pada badan air
sebesar 1 ppm. Maka secara umum, arahan strategi penanganan sistem off-site adalah sebagai
berikut:
Besarnya konsentrasi BOD pada badan air yang akan diturunkan
Setiap ppm penurunan BOD tersebut dikalikan dengan 200.000 jiwa yang menunjukkan
jumlah total penduduk yang akan dikelola air limbah domestiknya dengan sistem off site
Selanjutnya dipilih kawasan padat yang yang akan dan perlu dengan segera diterapkan
dengan sistem off-site
Pilih skala penanganan berdasarkan pertimbangan ekonomi dan finansial, dan tetapkan
kawasan yang sesuai untuk pengolahan air limbah skala komunal, skala modul (sekitar
1.000 KK) atau skala kawasan.
10.2 Ekonomi
Aspek ekonomi juga merupakan hal yang akan menentukan dalam pemilihan sistem
pengelolaan air limbah. Hal terpenting pada aspek ini adalah kelayakan secara ekonomis.
Kelayakan ekonomis antara biaya sanitasi off-site dan sistem sanitasi on-site terjadi pada titik
kepadatan sekitar 300 org/ha. Bila tingkat kepadatan penduduk lebih dari 300 orang/ha maka
pengolahan air limbah secara terpusat (off-site) menjadi layak dilakukan.
Maksimum net benefit-cost tercapai bila terjadi marginal fungsi benefit marginal fungsi cost
sama dengan nol atau pada simpangan terbesar antara dua fungsi tersebut. Artinya berapa besar
biaya pencemaran yang diperlukan dibandingkan dengan keuntungan secara ekonomi yang
diperoleh. Biaya pencemaran yang dimaksud adalah biaya pengobatan untuk penyakit yang
ditularkan melalui air, biaya bahan kimia PDAM dengan semakin menurunnya konsentrasi
BOD pada air bakunya karena adanya instalasi pengolahan air limbah tersebut dan lainnya.
Teknologi pengelolaan limbah yang digunakan untuk mencapai biaya efektif sangat bergantung
pada tingkat objektivitas yang harus dicapai. Penerapan teknologi pengolahan air limbah
bergantung pada standar effluent yang diperkenankan dan sampai tingkat mana kondisi
lingkungan yang akan diperbaiki. Misalnya, untuk kondisi sistem komunal mungkin effluent
pada jangka menengah diizinkan di bawah 100 ppm.
Pemilihan kapasitas sistem pengelolaan harus memenuhi skala ekonomi. Hal ini dimaksud
bahwa sistem yang dibangun harus memberikan pengembalian keuntungan yang optimal baik
pengembalian secara ekonomis (benefit) maupan finansial. Dengan demikian, jangan sampai
biaya/kapita dari satu sistem menjadi tinggi disebabkan oleh jumlah pelayanan yang tidak layak.
15
10.3 Sosial
Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yg berbeda sehingga akan
sangat terkait dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini akan sangat
mempengaruhi dan berdampak secara teknis terhadap konsep sanitasi yg akan diterapkan.
Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan oleh
pemerintah sangat terbatas, sedangkan penerapan sistem subsidi silang untuk konteks
penanganan air limbah tidak layak diterapkan secara kawasan. Jika seseorang dikenakan
pungutan atas jasa melebihi dari nilai jasa yang dia terima, maka orang tersebut dapat menolak.
Kondisi sosial juga akan membedakan tingkat pencemaran yang dihasilkan. Dibandingkan
dengan negara maju, umumnya tingkat BOD per kapita per hari di Indonesia tidak terlalu tinggi
karena masih sekitar antara 30 gram sampai dengan 40 gram. Jumlah ini akan berpengaruh
terhadap beban organik pada suatu pengolahan limbah
Bila tingkat kesadaran pada masyarakat kurang mampu akan pentingnya sanitasi dan
lingkungan bagi kesehatan, tentu akan mendorong mereka membentuk sistem sanitasi komunal.
Maka untuk membangun kesadaran ini sangat diperlukan dorongan motivasi yang antara lain
dengan mengeluarkan insentif sebagai stimulan.
10.4 Lingkungan
Aspek lingkungan yang mempengaruhi pengelolaan air limbah diantaranya:
Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara anaerob seperti septik tank Imhoff tank,
kolam anerobik dan sebagainya. Jadi pengolahan anaerob merupakan suatu tahap yang
penting dari seluruh rangkaian serial pengolahan limbah;
Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run off yang sangat besar dibanding
aliran air limbah, sehingga sistem sewer (saluran) terpisah antara air hujan dan air limbah
permukiman akan relatif lebih ekonomis dan sehat, kecuali untuk kawasan-kawasan
terbatas dapat diterapkan sistem interseptor;
Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut harus memperhatikan muka air tertinggi,
untuk sanitasi onsite penggunaan septik tank dengan upword flow yang disebut vertikal
septik tank dapat diterapkan;
Kepadatan 100 org/ha memberikan dampak pencemaran cukup besar terhadap lingkungan
maka kawasan-kawasan tertentu dengan masyarakat mampu dapat menerapkan sistem off
site pada kawasan tersebut;
Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan-kawasan dengan effluen yang dibuang ke
danau dan waduk, selain harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga harus
16
mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang akan memicu pertumbuhan algea biru dan
gulma yang akan menutupi permukaan air danau;
Kawasan perairan untuk wisata renang harus dijaga kadar COD tidak melebihi 5 ppm dan
tidak mengandung logam berat;
Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka penetapan kualitas effluan hasil
pengolahan limbah harus memperhitungkan kemampuan badan air penerima untuk
natural purification bagi berlangsungnya kehidupan akuatik secara keseluruhan.
10.4 Teknis dan Kesehatan
Penanganan secara teknis air limbah dimaksud agar input hardware ((konstruksi), proses,
output dan outcome memenuhi essensi kesehatan, diantaranya:
Jarak bidang resapan tangki septik dengan sumber air minum harus dijaga dengan jarak
>10m untuk jenis tanah liat dan >15 m untuk tanah berpasir;
Kepadatan 100 orang/ ha dengan menggunakan sanitasi setempat memberikan dampak
kontaminasi bakteri coli yang cukup besar terhadap tanah dan air tanah. Jadi bagi
pengguna sanitasi individual pada kawasan dengan kepadatan tersebut, penerapan
anaerobic filter sebagai pengganti bidang resapan dan effluennya dapat dibuang ke saluran
terbuka, atau secara komunitas menggunakan sistem off site sanitasi;
Air limbah dari toilet tidak boleh langsung dibuang ke perairan terbuka tanpa pengeraman
(digesting) lebih dari 10 hari terlebih dahulu, dan lumpurnya harus ada pengeraman 3
minggu untuk digunakan di permukaan tanah (sebagai pupuk);
Hasil pengolahan limbah cair harus dibebaskan dari bakteri coli dengan proses maturasi
atau menggunakan desinfektan. Dengan demikian setiap Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) harus dilengkapi salah satu dari kedua jenis sarana tersebut;
Sebaiknya alat-alat sanitair (WC, urinoir, kitchen zink, wash-basin dll) mnggunakan water
trap (leher angsa) untuk mencegah bau dan serangga keluar dari pipa buangan ke peralatan
tersebut. Penggunaan pipa pembuang udara (vent) pada sistem plumbing harus mencapai
cieling (plafon) teratas.
17
- Kemampuan membiayai
Diagram alir pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik dapat dilihat pada gambar 2.
11. 2 Alternatif Teknologi Sanitasi Sistem On-Site
Pada sistem on site ada dua jenis sarana yang dapat diterapkan yakni sistem individual dan
komunal. Pada skala individual sarana yang digunakan adalah septik dengan varian pada
pengolahan lanjutan untuk efluennya yakni :
1. Dengan bidang resapan
2. Dialirkan pada small bore sewer
3. Dengan evapotranspirasi
4. Menggunakan filter
Sedangkan tinja dari septik tank akan diangkut menggunakan truk penyedot tinja dan diolah di
IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja).
Gambar 2. Septic Tank
(Sumber: http://bennysyah.edublogs.org)
2
0
Gambar 3. Skema pemilihan system pengelolaan air limbah
20
21
IPLT sbg pengolahan lumpur perlu:
Digester sebagai pengeram lumpur sampai tingkat kompos dan
pembentukan gas methan dan membunuh bakteri bila mencapai kondisi
temperatur thermophilic
Pengeringan lumpur dgn menggunakan bak pasir menyaring supernatan
Pengolahan supernatant dgn serial unit-unit Kolam anaerobik, kolam
fakultatif dan kolam maturasi. Dapat juga dilakukan dgn alternatif
pengolahan dalam unit unit pengolahan aerobik dgn aerasi mekanik.
Pertimbangan alternatif atas dasar cost effektif.
1
2 3
4
5
1= digester
2= kolam anaerobic
3= kolam fakultatif
4= Kolam maturasi
5= bak pengering lumpur
6= badan air
Aliran lumpur
Supernatan
6
Gambar 6. Skema Pengolahan Lumpur di IPLT
25
Dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3
(tiga) sub-bagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi. Unit
pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) sub-bagian tata usaha dan kelompok jabatan
fungsional. Jumlah bidang pada dinas dan badan yang melaksanakan beberapa bidang urusan
pemerintahan paling banyak 7 (tujuh) bidang.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah telah mengatur lebih lanjut bahwa organisasi daerah yang berbentuk
dinas daerah sekurang-kurangnya terdiri dari sembilan macam dinas. Salah satunya adalah Dinas
Pekerjaan Umum yang mencakup Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Tata Ruang. Dengan
demikian, setidak-tidaknya fungsi bidang PLP (sektor Air Limbah, Persampahan, dan Drainase)
bisa dilekatkan kepada Dinas PU Daerah. Dan bila memang dibutuhkan, tidak tertutup
kemungkinan untuk ditingkatkan menjadi dinas tersendiri.
12.2 Alternatif Struktur Organisasi Pengelola PLP
Alternatif I: Salah satu sektor PLP menjadi dinas tersendiri
Struktur paling maksimal adalah Dinas yang menjalankan fungsi penyelenggara pelayanan publik satu
sektor PLP secara mandiri, sebagai contoh adalah Dinas Kebersihan yang menjalankan fungsi layanan
pengelolaan sampah. Hal semacam ini juga bisa berlaku untuk sektor air limbah dan drainase bila
kondisi daerah membutuhkannya dan pemerintah daerah memiliki kapasitas yang memadai. Dalam
kondisi pada contoh di atas, maka fungsi dari sektor air limbah dan drainase harus terakomodasi di
dalam dinas yang lain, misalnya Dinas PU.
Gambar 7. Contoh Struktur Dinas Sektor PLP Tertentu
Alternatif II: Pengelolaan PLP diwadahi sebagai dinas tersendiri
Bentuk berikutnya adalah dinas yang menjalankan fungsi PLP, dengan sektor-sektor PLP sebagai
bidangnya. Sebagai contoh, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi nomenklatur PLP, sehingga
bisa disebut Dinas PLP.
Kepala Dinas
Kebersihan
Umum & Keuangan
Sekretariat
Program&
Pengawasan
Reduksi Timbulan&
Daur Ulang
Kebersihan
Jalan&Taman
Pengangkutan &
Pemindahan
Pengelolaan TPA
26
Gambar 10. Contoh Struktur Bidang PLP sebagai Seksi dari Dinas
Alternatif V: Pengelolaan PLP dalam wadah campuran (bidang dan seksi)
Selain contoh alternatif di atas, dimungkinkan juga membuat struktur yang membedakan posisi antar
sektor dari Bidang PLP. Misalnya sektor air limbah setingkat bidang, sementara persampahan dan
drainase masing-masing merupakan seksi dan bergabung ke dalam bidang yang lain. Perhatikan
ilustrasi berikut ini:
Gambar 11. Contoh Struktur yang Membedakan Posisi Sektor PLP
Sesungguhnya tidak ada aturan baku mengenai nomenklatur SKPD, namun disarankan agar daerah
menyesuaikan dengan nomenklatur dari instansi vertical di tingkat pusat. Hal ini untuk memudahkan
kordinasi, baik antar pemerintah daerah (horizontal) maupun dengan level pemerintahan di atasnya.
Sekretariat
Bidang Lain
Seksi Lain
Bidang Lain
Kepala Dinas PU
Bidang Cipta
Karya
Seksi PLP
Bidang Lain
Sekretariat
Kepala Dinas
Cipta Karya
Bidang Air Limbah
Bidang Kebersihan
Seksi Persampahan Seksi Drainase
28
keuntungan, maka bentuk BUMD cukup layak dipertimbangkan. Bila lembaga bisa mendapatkan
pemasukan yang setidaknya berimbang dengan pengeluaran (=cost recovery), maka bentuk UPTD
yang menerapkan PPK-BLUD mungkin paling sesuai. Namun bila diperkirakan kondisi
pemasukan nantinya belum bisa mengkompensasi pembiayaan, maka bentuk UPTD barangkali
paling cocok sebagai operator. Sementara itu, fungsi regulasi dipegang oleh SKPD pembina
teknisnya.
Tabel 9. Urusan Pemerintah Daerah Terkait Sub Bidang Air Limbah
Sub-sub
Bidang
Peran Pemerintah Kabupaten/Kota
Peraturan
1. Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembangan PS air limbah di wilayah
kabupaten/kota mengacu pada kebijakan nasional dan provinsi
2. Pembentukan lembaga tingkat kabupaten/kota sebagai penyelenggara PS air
limbah di wilayah kabupaten/kota
3. Penetapan peraturan daerah berdasarkan NSPK yang ditetapkan oleh
pemerintah dan provinsi
4. Memberikan izin penyelenggaraan PS air limbah di wilayah kabupaten/kota
Pembinaan 1. Penyelesain masalah pelayanan di lingkungan kabupaten/kota
2. Pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pengembangan PS air limbah kabupaten/kota
3. Penyelenggaraan (bantek) pada kecamatan, pemerintah desa, serta kelompok
masyarakat di wilayahnya dalam penyelenggaraan PS air limbah
Pembangunan 1. Penyelengaraan pembangunan PS air limbah untuk daerah kabupaten/kota
dalam rangka memenuhi SPM
2. Penyusunan rencana induk pengembangan PS air limbah kabupaten/kota
3. Penanganan bencana alam tingkat lokal (kabupaten/kota)
Pengawasan 1. Monitoring penyelenggaraan PS air limbah di kabupaten/kota
2. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pengembangan air limbah di
kabupaten/kota
3. Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan SPM
12.4 Perencanaan Pengelola Air Limbah Domestik
Dinas Daerah/Lembaga Teknis Daerah (Dinas PU Kabupaten/Kota, Dinas Kebersihan
Kabupaten/Kota, dll), Badan, Masyarakat atau Kelompok Masyarakat, Perusahaan
Daerah Air Minum atau Perusahaan Daerah yang dibentuk khusus oleh
Kabupaten/Kota (seperti Perusahaan Daerah Air Limbah, BLU, UPTD, dll) dapat
melaksanakan pengelolaan prasarana dan sarana air limbah domestik.
30
Pada saat melakukan perencanaan pada master plan (Rancangan Induk) air limbah harus
direncanakan beberapa hal terkait dengan kelembagaan termasuk lembaga pengelola yang
diperlukan untuk mengelola:
Pembuangan air limbah sistem setempat
Pengelolaan air limbah sistem terpusat
Penentuan lembaga ini mengacu pada:
Jenis prasarana dan sarana yang akan dikelola
Volume prasarana dan sarana yang akan dikelola
Tingkat kesulitan teknologi yang digunakan
Bentuk pelayanan yang diinginkan
Jumlah penduduk yang dilayani
Luas daerah pelayanan
Klasifikasi daerah yang dilayani
12.4.1 Rencana Pengembangan Kelembagaan
Penyusunan kelembagaan adalah untuk menentukan bentuk badan pengelola air limbah yang efektif
dan efisien, sedangkan dasar pemilihan bentuk organisasi pengelola adalah dari dinas atau lembaga
yang sudah ada yang mempunyai banyak kesamaan atau jika terpaksa membuat lembaga baru apabila
dipandang lebih layak.
Pengembangan prasarana dan sarana air limbah selalu berdampak pada kebutuhan peningkatan
kapasitas kelembagaan, khususnya pada lembaga operator yang bertanggung jawab mengelola
prasarana dan sarana terbangun tersebut. Kebutuhan peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut,
umumnya berkorelasi langsung dengan peningkatan luas wilayah layanan dan peningkatan teknologi
yang dioperasikan. Bentuk lembaga operator pengelolaan air limbah dapat berbasis masyarakat
(swadaya) untuk skala komunal didalam kawasan dan berbasis lembaga (formil) untuk berbagai skala
pengelolaan.
12.4.2 Rencana Pengembangan Peraturan
Untuk menunjang keberhasilan pengelolaan air limbah di area studi, maka harus didukung oleh
peraturan-peraturan yang bersifat mengikat dan mempunyai sanksi-sanksi hukum dan
merekomendasikan pada pemerintah daerah agar diatur dalam peraturan daerah.
12.4.3 Rencana Pengembangan Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah maka dilakukan langkah-
langkah beriku :
a. Penyelenggaraan sosialisasi perlunya perilaku hidup bersih dan sehat.
Secara umum proses perubahan masyarakat yang diharapkan dari suatu kampanye publik adalah
sebagai berikut:
Meningkatnya kesadaran (Awareness)
Meningkatnya minat (Interest)
Tumbuhnya kebutuhan (Demand)
Adanya partisipasi dan tindakan (Action)
31
Pelaksanaan kampanye publik tersebut, harus direncanakan secara berkesinambungan agar proses
perubahan masyarakat tersebut dapat berlangsung hingga terwujudnya partisipasi (Action)
masyarakat secara luas dalam mendukung terwujudnya sistem pengelolaan air limbah yang efektif
dan efisien.
b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah, melalui
pemberian penghargaan dan sanksi.
c. Melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan pengelolaan
air limbah.
d. Sosialisasi untuk merubah perilaku supaya tidak membuang tinja di sembarang tempat (open
defecation free)
Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan baik dalam pelayanan pengumpulan, penyaluran,
pengolahan, maupun pembuangan akhir; jasa konsultansi, kontraktor, maupun pengadaan barang
khususnya kendaraan; dengan menyeimbangkan prinsip pengusahaan dalam pelayanan umum. Selain
itu, swasta dapat dilibatkan secara langsung untuk membantu masalah pembiayaan, operasional dan
pemeliharaan melalui program community development yang umumnya menjadi fokus utama untuk
perusahaan berskala besar.
12.4.4 Rencana Pendanaan
Sumber dana rencana investasi sarana dan prasarana air limbah pada dasarnya berasal dari dana hasil
pajak melalui APBD dan APBN atau dari dana hasil retribusi pelayanan air limbah. Sumber dana
investasi dari pajak dapat digolongkan sebagai sumber dana tidak langsung dan sumber dana dari
retribusi dapat digolongkan sebagai sumber dana langsung. Dengan demikian strategi pendanaan
investasi prasarana dan sarana air limbah dapat dibedakan sebagai berikut:
Strategi Pendanaan Investasi: 100% APBD
Strategi Pendanaan Investasi: sebagian APBD dan sebagian Retribusi Air Limbah
Strategi Pendanaan Investasi: 100% Retribusi Air Limbah
Pilihan strategi pendanaan tersebut, sangat tergantung dari kapasitas fiskal masing-masing daerah dan
kemampuan membayar retribusi masing-masing penduduk yang mendapat pelayanan. Sumber
pendanaan investasi dari pendapatan retribusi hanya dimungkinkan, apabila kelayakan keuangan
proyek memenuhi standard (IRR dan NPV).
Selain dana yang berasal dari pemerintah, dapat pula berasal dari swadaya masyarakat, sektor swasta,
maupun dana asing. Di era otonomi daerah saat ini memang untuk biaya pengelolaan air limbah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi pemerintah pusat juga harus paham akan tingkat
kemampuan setiap daerah yang berbeda-beda.