Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ZAT



Penggunaan ilegal dan luas zat yang mempengaruhi otak telah menyebabkan suatu
malapetaka di masyarakat barat modern. Penyalahgunaan obat banyak dijumpai prevalensi
seumur hidup 6% dari seluruh penduduk AS, tetapi pada beberapa kelompok kecil tertentu
prevalensinya jauh lebih tinggi.
Penyalahgunaan dikatakan terjadi jika pasien menggunakan obat dengan cara yang
berbahay, melukai diri, menghancurkan diri dan memiliki kesulitan mengendalikan penggunaan
walaupun penggunaannya jarang serta mengalami gangguan fungsi sosial dan pekerjaan karena
penggunaannya.
Salah satu contoh dari pemyalahgunaan zat ialah penyalahgunaan marijuana atau kanabis.
Kanabis termasuk golongan zat adiktif. Kanabis merupakan nama singkatan dari tumbuhan
asalnya, yaitu Canabis sativa, yang merupakan tumbuhan Rami. Kanabis dikenal dengan sebutan
marijuana, pot, grass, weed, tea, Marry Jean, hemp, chasra, bhang, ganja, dagga, sinsemilla.
Marijuana memiliki bahan aktif berupa delta-9-tetrahydrocannabinol (THC). Potensi marijuana
tergantung dari konsentrasi THC yang terkandung dalam tumbuhan tersebut, yang ditentukan
oleh: bagian dari tumbuhan yang digunakan, keadaan iklim, dan tempat tanaman tersebut tumbuh
(geografik).
Kanabis telah digunakan sejak zaman dahulukala. Tercatat pada sejarah kuno
Cina, tahun 2737 B.C, kanabis digunakan untuk pengobatan Kaisar Sheng Nung (Brecher 1972).
Kanabis mulai dikenal di Eropa Barat tahun 500 B.C, dengan ditemukannya bibit tanaman
kanabis di Berlin. Kemudian pada tahun 1490 1553, Francois Rabelais menggambarkan
tentang intoksikasi marijuana, yang disebutnya dengan herb pantagruelion . Di Amerika
kanabis pertama kali dikenal di Hemispher barat, pada tahun 1545 A.D, yang dibawa oleh
bangsa Spanyol. U.S Pharmacopeia memasukkan marijuana sebagai ekstrak kanabis dari tahun
1850 1942.
Kanabis merupakan obat perdagangan gelap yang banyak disalahgunakan di Amerika
Serikat. Pada era tahun 1960-an dan 1970-an, marijuana sangat terkenal dikalangan pengguna
obat obat terlarang dari semua kalangan sosio-ekonomi dan semua etnis, lebih dari 40 juta
orang Amerika menggunakannya. Berdasarkan data dari National Institue on Drug Abuse
(NIDA), pada tahun1991, sepertiga dari seluruh populasi penduduk Amerika Serikat pernah
memakai kanabis, dan 5%-nya masih aktif sebagai pemakai. Dari persentase ini, kelompok usia
18 25 tahun sebanyak 50% pernah memakai kanabis dan 13% - nya masih aktif sebagai
pemakai.
Berdasarkan data dari National Institue on Drug Abuse (NIDA), pada tahun1991,
sepertiga dari seluruh populasi penduduk Amerika Serikat pernah memakai kanabis, dan 5%-nya
masih aktif sebagai pemakai. Dari persentase ini, kelompok usia 18 25 tahun sebanyak 50%
pernah memakai kanabis dan 13% - nya masih aktif sebagai pemakai.
Penyalahgunaan dan ketergantungan kanabis lebih sering timbul pada akhir masa
remaja dan awal usia 20 an. Apabila gangguan penggunaan zat bermula dari awal kehidupan,
hal itu sering kali berkaitan dengan keadaan kegagalan menyelesaikan sekolah dan suatu pola
yang hanya mampu mencapai jenjang pekerjaan yang rendah sepanjang hidup.
Marijuana jarang menyebabkan kasus kegawatdaruratan. Masalah timbul jika
marijuana digunakan dalam jangka waktu yang lama, pemakaian per oral, pemakaian bersama
dengan zat psikoaktif lain. Marijuana dapat mencetuskan psikosis pada individu dengan
kepribadian yang vulnarable, tapi hal ini tidak terjadi pada orang normal.
Beberapa kepercayaan (sebagai contohnya, Rastafarianisme) menganggap merokok
kanabis adalah sebagai bagian dari praktek religiusnya. Marijuana sering dihisap dengan pipa
atau atau bersamaan dengan rokok, dapat juga diingesti peroral melalui makanan atau miuiman.
Intoksikasi kanabis paling sering disebabkan oleh menghisap marijuana di dalam rokok (joint).
Bentuk lain adalah hasish, hash oil, delta-9-tetrahydrocannabiol (THC) (unsur aktif). Semua obat
tersebut dapat dihisap atau diingesti. Onset kerja setelah merokok adalah cepat. Ingesti oral
menyebabkan onset efek yang bertahap yang dapat berlangsung selama berjam jam. Kemajuan
teknik yang cepat di Amerika Serikat telah menghasilkan jenis marijuana yang poten yang
disebut sinsemilla (tanpa benih).



GAMBARAN KLINIS
Analisis objektif memberikan bukti yang paling dapat diandalkan perihal adanya
penggunaan akhir akhir ini atau saat ini, meskipun data ini mempunyai keterbatasan terhadap
penggunaan zat dimasa lalu atau tingkat penggunaan saat ini.
Reaksi yang ditimbulkan oleh kanabis pada masing masing individu bervasiasi, tergantung
dari: keadaan / suasana, kepribadian, dan konsentrasi THC.
Efek menyenangkan yang timbul dari menghisap marijuana adalah eforia, dan perasaan
rileks. Efek ini timbul beberapa menit setelah dihisap, mencapai puncaknya dalam waktu 30
menit, dan bertahan selama 2-4 jam. Di dalam tubuh manusia, delta-9-Tetrahidrocanabinnol
(THC) dengan cepat diubah menjadi 11-hidroksi-delta-9-THC. Konsentrasi reseptor kanabinoid
sangat tinggi terdapat di ganglia basalis, hipokampus, serebelum, sedangkan konsentrasinya di
corteks serebri lebih rendah. Reseptor ini tidak ditemukan di batang otak, sehingga efeknya
hanya minimal fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Marijuana biasanya dihisap bersama rokok, yang menyebabkan intoksikasi dalam
waktu 10 30 menit. THC dan metabolitnya larut dalam lemak dan terakumulasi dalam sel sel
lemak serta dapat disimpan dalam tubuh selama 30 hari; waktu paruhnya kira kira 50 jam.
Intoksikasi dapat berlangsung selama 2 4 jam tergantung dari dosisnya, tetapi perubahan
tingkah laku dapat berlangsung lebih lama. Penggunaan marijuana melalui ingesti oral
(contohnya: penambahan marijuana pada bahan- bahan makanan yang dibakar) menimbulkan
onset yang lebih lama, tapi efek toksiknya lebih hebat. Gejala gejala akan hilang 6 jam setelah
ingesti oral.
Gejala gejala dan tanda klinis yang timbul dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
- Gejala fisik:
Dapat berupa takikardi, hipertensi, injeksi konjungtiva, mulut kering, dan lapar. Gejala
yang timbul pada dasarnya adalah efek yang biasa saja dari ganja, tetapi pada pemakaian
yang pemula (naive) dirasakan berlebihan atau mengancam. Penggunaan dalam jumlah
banyak dan kronis bersifat karsinigenik.



- Gejala Psikologis:
Adanya perasaan nyaman, euforia ringan dan relaksasi. Terjadi perubahan ringan dan
penajaman persepsi (menghebat pada konsentrasi yang lebih tinggi), perasaan acuh tak acuh
dan perasaan waktu melambat. Sejumlah kecil orang mendapatkan rasa disforia pada
pemakaian kanabis, dan berkembang menjadi depresi, ansietas, panik, disosiasi atau bahkan
sindrom waham (biasanya paranoid, sering disertai depersonalisasi). Gangguan pada
penampilan psikomotor, perhatian, orientasi waktu dan memori (kemampuan belajar)
selama dan segera sesudah pemakaian adalah gangguan-gangguan yang lazim ditemukan.
Penggunaan yang sering dan kronismengakibatkan gangguan kognitif menyeluruh dan
gangguan fungsi sosial/pekerjaan.

Pemakaian kanabis biasanya terjadi dalam konteks penyalahgunaan polisubstansi, yang
paling sering dengan rokok, alkohol, dan kokain. Intoksikasi akut biasanya tidak memerlukan
pengobatan, tetapi gangguan delusional yang ringan, biasanya waham kejar, dapat terjadi dalam
keadaan panik akut yang singkat. Gejala yang jarang adalah depersonalisasi, halusinasi.
Pemakaian yang naif adalah rentan terhadap panik yang diinduksi oleh kanabis. Delirium toksik,
biasanya berhenti dengan sendirinya, dapat terjadi setelah diingesti atau diinhalasi dosis besar.
Pemakaian kanabis dapat mengeksaserbasi pasien skizofrenia pada pasien yang
sebelumnya stabil. Kanabis meningkatkan kadar lithium (eskalith) dan waktu paruh barbiturat.
Zat ini mempunyai efek psikologis tambahan pada amphetamin. Kombinasi kanabis-opiod dan
kanabis-alkohol dapat menyebabkan takikardi.










EFEK SAMPING

Jenis Faktor pencetus Gejala Pengobatan
Panik akut




Delirium
toksik



Flash back
(kilas balik)



Psikosis
kronik



Sindroma
amotivasional


Pemakaian yang tidak
berpengalaman, karakter histerikal
atau obsesional, pemberian oral


Dosis besar pemakaian oral




Berhari hari atau minggu setelah
dosis terakhir, sebelum riwayat
pemakaian halusinogen

Pemakaian berat yang lama dari
marijuana yang sangat poten atau
hashish; jarang di Amerika Serikat


Pemakaian berat dan lama,
eksistensi sindrom adalah
kontroversial

Kecemasan, depresi,
tanpa gejala psikotik



Konfusi, disorientasi,
halusinasi,
depersonalisasi, waham


Pengalaman seperti
halusinogen kecuali
singkat

Paranoia, waham,
halusinasi, panik,
perilaku kacau, kadang
kadang penyerangan

Apati, penurunan atensi,
pertimbangan buruk,
hubungan interpersonal
yang buruk
Menenangkan pasien,
kadang kadang
ansiolitik; episode
biasanya singkat.

Sebagian besar
menghilang dalam 12
sampai 48 jam;
diperlukan antipsikotik

Menenangkan pasien;
ansiolitik jika perlu


Antipsikotik




Tidak ada pengobatan
yang diketahui


KOMPLIKASI
1. Paru paru
Iritasi asap ganja menimbulkan bronkitis tak khas, suatu serangan seperti: asma, bahkan
destruksi permanen jaringan paru
2. Hidung dan tenggorokan
Terjadi sinusitis dan faringitis serta meningkatnya risiko timbulnya kanker
3. Sistem kardiovaskular
Kekuatan kontraksi otot jantung menurun, denyut jantung meningkat
4. Sistem imunitas
Penurunan daya tahan tubuh oleh karena THC menekan produksi sel limfosit sehingga risiko
terkena infeksi meningkat.
5. Sistem reproduksi
Pemakaian ganja yang berat pada pria berakibat menurunnya produksi sperma, sedangkan
pada wanita menghambat ovulasi. Pada wanita hamil THC menghambat pertumbuhan janin
olehkarena terganggunya oksigenasi.

6. Sistem endokrin
Kadar pelbagai hormin menurun termasuk testostero dan hormon pertumbuhan. Begitu pula
dilaporkan pengaruh ganja terhadap kadar prolaktin
7. Otak
Pemakai ganja berat mempeerlihatkan perubahan EEG. Pengaruh THC terhadap septum otak
dan sistim limbik berakibat pada kemampuan mengendalikan emosi. Ganja juga
mengakibatkan gangguan daya ingat dan persepsi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Evaluasi psikologis
2. Urinalisis untuk mendeteksi secara kualitatif adanya metabolit THC di dalam urin
Hasil tes urinalisa positif 7-10 hari setelah pemakaian kanabis, tapi pada pemakai berat dapat
positif sampai 2-4 minggu.
3. Foto toraks
4. EEG


KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN PENGGUNAAN KANABIS

Penyalahgunaan zat tanpa ketergantungan didefinisikan sebagai:
1. Terdapat pola penggunaan patologik.
2. Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan zat.
3. Jangka waktu minimal penggunaan zat itu paling sedikit 1 bulan.

Kriteria diagnostik Penyalahgunaan Kanabis tanpa Ketergantungan bedasarkan PPDGJ
II:
A. Pola penggunaan patologik: intoksikasi sepanjang hari; penggunaan kanabis hampir tiap hari
selama paling sedikit 1 bulan; ada episode episode gangguan waham kanabis.
B. Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan kanabis: misalnya minatnya
dalam aktivitas yang biasanya dilakukan sehari hari secara jelas menurun, kehilangan
kawan kawan, tidak masuk kerja, kehilangan pekerjaan, atau terlibat pelanggaran hukum
(selain dari hanya sekali ditangkap karena memiliki, membeli atau menjual zat itu)
C. Lama gangguan paling sedikit satu bulan.

Ketergantungan zat didefinisikan sebagai:
1. Terdapat toleransi atau sindrom putus obat (withdrawal)
2. Khusus ketergantungan kanabis diperlukan syarat terdapatnya pola penggunaan patologik
atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
Gambaran utama yang khas dari sindrom ketergantungan ialah keinginan (sering amat
kuat dan bahkan terlalu kuat) untuk memggunakan zat. Mungkin ada bukti bahwa mereka yang
menggunakan kembali zat setelah suatu periode abstinensia akan lebih cepat kambuh daripada
individu yang sama sekali tidak ketergantungan.
Kriteria diagnosis Ketergantungan kanabis berdasarkan PPDGJ II:
A. Terdapat pola pola penggunaan patologik atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan
akibat penggunaan kanabis.
Pola penggunaan patologik: intoksikasi sepanjang hari; penggunaan kanabis hampir tiap hari
selama paling sedikit satu bulan, terdapatnya episode episode Gangguan Waham Kanabis.
Hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan akibat penggunaan kanabis: misalnya, jelas
berkurangnya minat terhadap aktivitas yang biasa dilakukannya, kehilangan kawan kawan,
absen bekarja, kehilangan pekerjaan, atau terlibat persoalan hukum (bukan hanya sekali
tertangkap karena memiliki, menjual atau membeli zat terlarang).
B. Toleransi: kebutuhan untuk menambah jumlah kanabis secara jelas meningkat agar tercapai
efek yang dikehendaki, atau dengan penggunaan jumlah yang sama secara teratur terjadi
pengurangan efek secara jelas.
Gangguan mental organik kanabis terdiri dari:
1. Intoksikasi kanabis
2. Gangguan waham kanabis
Kriteria diagnosis gangguan waham kanabis menurut PPDGJ II:
A. Baru menggunakan kanabis
B. Timbul sindrom waham organik di dalam waktu 2 jam sesudah penggunaan zat itu.
C. Gangguan itu tidak menetap sesudah lebih dari 6 jam penghentian zat itu.
D. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya.


Kriteria diagnosis intoksikasi kanabis berdasarkan PPDGJ II:
A. Baru menggunakan kanabis
B. Takikardia
C. Paling sedikit terdapat satu dari gejala psikologik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2
jam sesudah penggunaan zat itu:
1. Euforia
2. Perasaan intensifikasi persepsi secara subyektif
3. Perasaan waktu berlalu secara lambat
4. Apati
D. Paling sedikit terdapat satu dari gejala fisik di bawah ini yang timbul dalam waktu 2 jam
sesudah penggunaan zat itu:
1. Kemerahan konjungtiva
2. Nafsu makan bertambah
3. Mulut kering
E. Efek tingkah laku maladaptif, misalnya kecemasan berlebihan, kecurigaan atau ide ide
paranoid, hendaya daya nilai, halangan dalam fungsi sosial atau pekerjaan
F. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau nmental lainnya.

Kriteria diagnostik untuk intoksikasi kanabis berdasarkan DSM IV:
A. Pemakaian kanabis yang belum lama.
B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya:
gangguan koordinasi motorik, euforia, kecemasan, sensasi waktu menjadi lambat, gangguan
pertimbangan, penarikan sosial) yang berkembang segera, atau segara setelah pemakaian
kanabis.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut, berkembang dalam 2 jam pemakaian kanabis:
1. Injeksi konjungtiva
2. Peningkatan nafsu makan
3. Mulut kering
4. Takikardia
D. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak diterangkan lebih baik oleh
gangguan mental lain.
Sebutkan jika:
dengan gangguan pervasi
DIAGNOSIS BANDING:
1. Skizofrenia
2. Gangguan depresi dengan atau tanpa ciri psikotik
3. Gangguan bipolar
4. Gangguan panik
5. Gangguan Anxietas
6. Intoksikasi alkohol
7. Gangguan delusional
8. Intoksikasi halusinogenik

PENATALAKSANAAN

Prinsip
1. Tentukan cara pemberian. Ingesti oral menghasilkan efek yang berlangsung sampai 12
jam atau lebih.
2. Periksalah pasien untuk adanya penyalahgunaan alkohol, kokain, stimulan lainnya,
sedatif-hipnotik, dan obat lain. Lakukan pemeriksaan saring toksikologi urin.
3. Periksalah pasien untuk gangguan psikotik, mood, dan kepribadian dasar.
4. Rujuklah pasien untuk pengobatan rawat jalan yang tepat jika diindikasikan.

Medikasi Mentosa
Medikasi biasanya tidak diperlukan, tetapi kecemasan yang berat dapat dihilangkan dengan
benzodiazepin sebagai contohnya lorazepam (ativan) 1 2 mg per oral, aprazolam (xanax) 0,5
1 mg peroral, klonazepam (klonopim) 0,25 0,5 mg per oral, atau oxazepam (serax) 10 30
mg peroral yang seringkali menyebabkan tidaur. Jika gejala psikotik menonjol, gunakan
haloperidol (haldol) 1 2 mg per oral atau intramuskular. Ulangi dalam 20 30 menit sesuai
keperluan.

Terapi untuk Gejala Psikologi
Psikosis/Gangguan Psikosis Akibat Penggunaan Ganja
1. Bila ditemukan pasien kehilangan kontak dengan realitas, perlu perawatan inap jangka
pendek.
2. Hendaklah diterangkan pada keluarga pasien bahwa masalah ini sifatnya sementaradan agar
membantu yang bersangkutan untuk mengembalikan penilaian realitasnya.
3. Antipsikotika dapat diberikan untuk jangka pendekdalam rangka mengatasi perilaku yang
tidak diinginkan, boleh diberikan haloperidol 5 mg / hari dalam dosis terbagi atau
khlorpromazin 25 150 mg per oral.reaksi psikotik yang tidak hilang dalam sehari hendaklah
dievaluasi tentang kemungkinan gangguan jiwa yang berat. Yang paling sering: skizofrenia
atau gangguan afektif.
Reaksi panik
1. Dilakukan pemeriksaan fisik untuk membedakan dengan intoksikasi obat lain (amfetamin,
halusinogenika, kokain)
2. Ambil darah 10 cc atau urin 50 cc untuk pemeriksaan toksikologis
3. Tentukan dosis yang digunakan dan lama pemakaian ganja
4. Yakinkan bahwa masalah ini akan teratasi dalam waktu 4 8 jam
5. Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang, berikan keyakinan dan kerabat / teman
diperbolehkan membantu talk him down
6. Derajat intoksikasi mungkin berfluktuasi dalam 5 jam atau lebih.
7. Tidak ada pengobatan yang khusus.
8. Bila anxietas tidak bisa diatasi, boleh diberi anxietas khlordiazepoksida 10 50 mg per oral,
dapat diulangi setelah 1 jam. Oleh karena menetapnya metabolit THK di dalam tubuh, pasien
diberitahu bahwa mereka mungkin mengalami perasaan intoksikasi ringan dalam 2 4 hari.
Bila reaksi memberat maka pada pasien dan keluarganya dikemukakan kemungkinan adanya
kormobiditas gangguan jiwa yang lain.
9. Rawat inap
Intoksikasi ganja
- Jarang menyebabkan kematian. Reaksi toksik terjadi pada penggunaan ganja dalam jumlah
besar. Penanganan seperti pada reaksi panik. Tempatkan pasien pada ruangan tenan untuk
mengurangi stimulasi.
Sindrom Otak Organik
- Terapi sama dengan reaksi panik
Keadaan putus ganja
- Kondisi klinis akibat putus ganja pada umumnya ringan dan segera menghilang dengan
sendirinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.






























DAFTAR PUSTAKA


1. American Psychiatric Association. Canabis related Disorder in Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders : DSM-IV. 4
th
edition. Washington. 1994.
2. Andreasen Nancy C, Black Donald W. Cannabis Use Disorders in Introductory Textbook
of Psychiatry. 3
rd
edition.1994
3. Departemen Kesehatan RI. Terapi Ketergantungan Ganja dalam Pedoman Terapi Pasien
ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif lainnya. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
2000. h30-35.
4. Flaherty Joseph A, Channon Robert A, Davis John M, editors. Psychoactive Substance
Abuse in a Lange Clinical Manual: Psychiatry Diagnosis & Therapy 88/89. Prentice-
Hall International Inc. United States Of America.1992.
5. Kaplan Harold I, Sadock Benjamin J, Grebb jack A. Cannabis-Related Disorders in
Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences Clinical Psychiatry.
7
th
edition. Infomed. Hongkong. 1994. p419-20.
6. Kleber D. Herbert, Leigh Hoyle, editor. Drug Dependence in Psychiatry in the Practice
of Medicine. Addison-Wesley Publishing Company. Sydney. 1983.
7. Kusuma Widjaja, Saputra Lyndon, editor. Intoksikasi Kanabis (Marijuana) dalam Dari A
sampai Z Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek. Professional Books. Jakarta. 1997.
8. Milby Jesse B. Addictive Behavior and Its Treatment. Springer Publishing Company.
New York. 1981.
9. Slaby Andrew E. Cannabis Intoxication and Delusional Disorders in Handbook of
Psychiatric Emergencies. Appleton & Lange. Connecticut.
10. Tomb David. Buku Saku Psikiatri. EGC. Jakarta. 2004.

Anda mungkin juga menyukai