Anda di halaman 1dari 9

S

E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
PERMODELAN TSUNAMI UNTUK PENENTUAN ZONA MITIGASI
DAN ANALISIS DAMPAK TERHADAP KEGIATAN PERIKANAN
DI WILAYAH PESISIR SENDANG BIRU
(Modeling Tsunami Zone for Determination of Mitigation and Analysis of Impact on Coastal
Areas of Fishing in Sendang Biru)
Fikrul Islamy
1
, Aida Sartimbul
2
, Nurin Hidayati
3
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Penelitian tentang permodelan pengaruh tsunami terhadap tataguna wilayah dilakukan pada Bulan
Januari sampai Maret 2011 di wilayah pesisir Sendang Biru, Malang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk
1) mengkaji dampak tsunami terhadap genangan, 2) membuat pemodelan simulasi tsunami, dan 3)
membuat peta awal daerah rawan bencana untuk kegiatan perikanan. Metode diskriptif digunakan dalam
penelitian ini dengan teknik pemodelan tsunami type Tunami N2, Unique Value Color ArcGis Analist untuk
tampakan genangan dan enam skenario model simulasi berdasarkan kekuatan gempa yaitu 6,5SR, 7SR,
7,5SR, 8SR, 8,5SR dan 9SR dengan data primer berupa data topografi, bathimetri, rupa bumi serta data
sekunder berupa data riwayat tsunami dengan mengambil lima titik (5 series) pengamatan RunUp (Ru2%).
Hasil menunjukkan bahwa gempa 6,5SR didapatkan nilai Ru2% Series1-5 masing-masing sebesar 5,668m;
1,518m; 1,567m; 1,659m; dan 4,610m. Gempa 7SR dengan nilai Ru2% Series1-5 masing-masing sebesar
10,217m; 2,813m; 3,074m; 3.236m; 9.019m. Gempa 7.5SR dengan nilai Ru2% Series1-5 masing-masing
sebesar 17,743; 5.020m; 5,473m; 5,667m; 15,792m. Gempa 8SR menunjukan Ru2% Series1-5 masing-
masing sebesar 32,169m; 9,196m; 10,351m; 10,424m; 28,527m. Gempa 8.5SR dengan nilai Ru2% Series1-5
masing-masing sebesar 57,252m; 20,154m; 29,224m; 21,369m; 42,365m. Gempa 9SR dengan nilai Ru2%
Series1-5 masing-masing sebesar 71,668m; 34,.413m; 33,352m; 31,535m; 45,813m. Hasil penelitian ini
menyarankan perlunya kewaspadaan terhadap bahaya tsunami pada skala gempa 7.5SR, 8SR, 8.5SR dan
9SR, karena efek genangannya mampu menurunkan produktifitas kegiatan perikanan dan perubahan
beberapa struktur ruang pesisir sekitar.
Kata kunci : Model Simulasi Tsunami, Tipe Tsunami, Perubahan Zona, Sendang Biru
Research on modeling the effect of the tsunami on land use in the area conducted from January to March 2011 in
the coastal region Sendang Biru, South Malang. This study aimed to 1) assess the impact of the tsunami on the puddle, 2)
create a tsunami simulation modeling, and 3) create a preliminary map of disaster-prone areas for fishing activities.
Descriptive method used in this study with tsunami modeling techniques Tunami type N2, Unique Color Value ArcGIS
analyst for Tampakan six inundation scenarios and simulation models based on the power of an earthquake of 6.5
magnitude, 7SR, 7.5 SR, 8SR, 9SR 8.5 SR and data primary form of data on topography, bathymetry, earth manner and
secondary data tsunami history by taking a five-point (5 series) observations of runup (Ru2%). The results showed that the
6.5 magnitude earthquake obtained values Ru2% Series1-5 each at 5.668 m, 1.518 m, 1.567 m, 1.659 m, and 4.610
m. Earthquake 7SR the value Ru2% Series1-5 each at 10.217 m, 2.813 m, 3.074 m, 3.236m; 9.019m. Earthquake
7.5SR the value Ru2% Series1-5 each at 17.743; 5.020m; 5.473 m, 5.667 m, 15.792 m. Earthquake 8SR shows
Ru2% Series1-5 each at 32.169 m, 9.196 m, 10.351 m, 10.424 m, 28.527 m. Earthquake 8.5SR the value Ru2%
Series1-5 each at 57.252 m, 20.154 m, 29.224 m, 21.369 m, 42.365 m. Earthquake 9SR value Ru2% Series1-5 each
at 71.668 m, 34, .413 m, 33.352 m, 31.535 m, 45.813 m. The results of this study suggest the need for vigilance against
the danger of a tsunami on the scale of the earthquake 7.5SR, 8SR, 9SR 8.5SR and, due to the effects puddle can reduce
fishery productivity and changes in the structure of the surrounding coastal areas.
Keywords: Tsunami Simulation Model, Tsunami Type, Zone Change, Sendang Biru
1.Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang angkatan 2006.
2.Dosen Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang; Pembimbing; I.
3.Dosen Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang; Pembimbing; II.
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu
daerah yang aktif di dunia dari sudut
geofisik karena terletak di ujung selatan
lempeng Eurasia yang berbatasan dengan
lempeng Indo-Australia memanjang dari
Andaman sampai Selatan Sumba dan
menerus ke Laut Banda. Sepanjang sisi
sebelah Barat Daya Maluku, Lempeng
Australia berbatasan dengan Lempeng
Caroline. Interaksi lempeng-lempeng ini
menyebabkan terjadinya gempa yang
menyebabkan deformasi bawah laut yang
kemudian diasumsikan sama dengan
deformasi muka laut. Terdapat 106
kejadian tsunami dalam kurun waktu mulai
tahun 1883 hingga tahun 2000, 90%
disebabkan oleh gempa tektonik, 9%
disebabkan oleh letusan gunung merapi dan
1% disebabkan oleh tanah longsor (Riadi,
2003). Sementara itu melihat dari tingginya
potensi tsunami di Indonesia tidak
sebanding dengan jumlah riset yang
berkembang terutama untuk wilayah selatan
Indonesia khususnya daerah Jawa Timur
maka perlu dilakukan penelitian tentang
permodelan simulasi serta dampak terhadap
perubahan zonasi di daerah Malang Selatan
khususnya Sendang Biru untuk
meningkatkan kontribusi aktif dalam
penanggulan bahaya tsunami sejak dini.
1.2 Perumusan Masalah
Tsunami menyebabkan kerusakan dan
kehancuran karena dampak dari
gelombangnya berupa banjir bandang,
perubahan struktur lahan, dan erosi.
Sebagai wilayah yang terletak pada
garis lempeng Eurasia, Jawa Timur
berpeluang besar mengalami tsunami.
Minimnya penelitian / informasi
tentang penyebab, proses terjadinya,
dampak dan lokasi terjadinya tsunami
mendorong untuk dilakukanya penelitian
berupa permodelan tsunami.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat simulasi tsunami
2. Pengkajian daerah rawan
bencana akibat tsunami di pesisir
Sendang Biru
3. Menganalisa dampak tsunami
terhadap kegiatan perikanan di
Sendang Biru
1.4 Kegunaan
Kegunaan penelitian ini yaitu :
1. 1.Bagi masyarakat, diharapkan
dapat digunakan sebagai
pedoman atau acuan dasar
mitigasi awal dalam
menanggulangi bahaya tsunami.
2. 2.Bagi instansi terkait, diharapkan
dari hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan atau
acuan untuk kegiatan pemantauan
dan pengawasan wilayah perairan
di Indonesia khususnya pesisir
Sendang Biru Malang Selatan.
3. 3.Bagi akademisi, menambah
pengetahuan tentang penggunaan
dan perkembangan teknologi
penginderaan jauh dalam bidang
perikanan.
1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan
Pesisir Sendang Biru pada bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2011.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Parameter Hasil simulasi tsunami
numerik 2D (TUNAMI N2) dengan
menggunakan pendekatan data bathymetri
30 Arc Second GEBCO.
Parameter perubahan zonasi dengan
menggunakan pendekatan data ASTER
GDEM 30m (ASTER Global Digital
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
Elavaion Model) dengan pendekatan
resolusi 30 x 30 perpixelnya, untuk
topografi daratan dengan perpaduan peta
BAKOLSUTANAL dan citra satelit Google
Earth premium picture.
2.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dan
analisis. Metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran atau peristiwa pada masa
sekarang.
2.3 Data dan Peralatan
Adapun data dan peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data
Data Bathymetri (30 Arc Second
GEBCO), Data Informasi sumber
aktivitas tsunami di Malang Selatan
sebagai acuan produksi kegiatan, Data
topografi permukaan Malang Selatan,
Data DEM 30 m wilayah Jawa Timur
dan Data citra Google Earth Resolusi
Premium.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada
umumnya berkaitan dengan peralatan
pengolahan citra yaitu:
a. Hardware
Laptop Pentium Dual-Core 2.16
GHz, 2 GB of RAM. Penggunaan
Laptop dengan spesifikasi ini dapat
mempercepat pengolahan data.
b. Software
Software yang digunakan dalam
Praktek Kerja Lapang ini meliputi :
Compaq Visual Fortran 6 untuk
mengolah bahasa pemograman
dan proses pembuatan produk
gambar digital sebagai dasar
animasi tsunami dan output
keterangan data .
OriginPro 8.1 untuk
mengkalkulasi data bathymetri
kedata matrix
Notepad++, untuk mengedit
data Bathymetri
Global Mapper 10 untuk
mengkonvert data bathymetri
*.nc ke *.xyz
Google Earth untuk literatur dan
sumber informasi aktivitas
tsunami.
Arc View GIS 3.1 untuk proses
Lay out peta citra hasil
Interpretasi.
MS Word 2003, untuk penulisan
laporan.
MS EXCEL 2003, untuk
penghitungan statistik.
2.4 Teknik dan Metode Pengumpulan
Data
a. Penentuan Posisi dan Data
Informasi Wilayah
Penentun posisi dan data informasi
wilayah merupakan syarat dasar untuk
wacana literatur dan digunakan untuk
melengkapi metode kegiatan. Penentun
posisi wilayah biasanya tergantung pada
topik yang ditentukan pelaku penelitian
yaitu Malang Wilayah Selatan
Lintang
-11.483 s/d -7.866 (Decimal Degrees)
11
o
28.98S s/d 7
o
52S (DM)
Bujur
111.7 s/d 114.32 (Decimal Degrees)
111
o
42E s/d 114
o
19.2E(DM)
b. Mendownload Data Bathymetri dan
Topografi
Tahap mendowload data merupakan
tahapa penentu dalam langkah ketahap
selanjutnya metode modelling dan simulasi
tsunami ini. Tahapan awal yaitu yang
dibutuhkan adalah koneksi internet lancar
sehingga mampu mendukung lancarnya
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
proses mendownload data. Selanjutnya
mendownload data melalui situs resmi
GEBCO yaitu:
https://www.bodc.ac.uk/data/online_deliv
ery/gebco/select/
Setelah itu mendownload data
dengan resolusi yang di tentukan. Untuk
sesi ini menggunakan resolusi 30 arc-
second sehingga klik tool GEBCO 08 Grid,
maka data yang dihasilkan dengan type file
*.nc
2.5 Pengolahan Data
a. Perhitungan Syarat Awal
Perhitungan syarat awal merupakan
mengkaji informasi posisi & identifikasi
sumber tsunami dengan mentabulasi
informasi data awal yaitu Kedalaman
sumber gempa (Focal depth (km)) dan
kekuatan gempa (Earthquake mag.
Mwconversion) melalui persamaan-
persamaan seperti pada Gambar 1
b. Perhitungan Data Matrix Tsunami
Hasil dari perhitungan syarat awal
berupa panjang gelombang tsunami
(Excitation Length (km)), lebar gelombang
tsunami (Excitation Width (km)), luas
gelombangtsunami (Excitation Length
(km)) dan tinggi gelombang tsunami
(Tsunami Height (m)) akan diformilasikan
kembali menjadi bentuk data matrik
bathimetri dan data matrix gelombang
seperti pada Gambar 2.
2.6 T (Time) dan H (High)
T (Time) dan H (High) merupakan
proses penentuan waktu tempuh untuk T
(time) dan tinggi gelombang tsunami
untuk H (High). Terdapat tiga link file
yang akan diregistrasi dan diolah agar
menghasilkan output file yang ingin
dicapai.
Informasi Posisi & Identitas Sumber Tsunami
Penentuan Wilayah Rawan &
Identitas Lokasi Tsunami
Entry to Formula
- Focal depth (km)
- Earthquake mag.
Mwconversion
Formula Process
Output Formula
- Excitation Length (km)
- Excitation Width (km)
- Excitation Length (km)
- Tsunami Height (m)
Data Perhitungan Syarat Awal
Export file to text
Data Matrix Tsunami
Data Perhitungan Syarat Awal
Mengkonversi nilai
- Excitation Length
(km)
- Excitation Width
(km)
Menjadi Koordinat
Decimal Degres
Edit Diagram X,Y,Z
- Kolom Table X & Y untuk
Nilai Koordinat Peta
- Kolom Table Z untuk Nilai
Tsunami Height (m) Sesuai
Jumlah Nilai Hasil Konversi
Matrix Process
Diagram Matrix
Tsunami
Gambar 1. Alur Perhitungan Syarat Awal Tsunami
Gambar 2. Alur Perhitungan Data Matrix Tsunami
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
2.7 Display Gerak dan Proses
pengolahan Citra
Display Gerak merupakan
pembuatan anamisi tsunami disertai
pembacaan statistika pergerakan gambar
berdasarkan waktu (T) dan tinggi (H)
terhadap titik pantul gelombang tsunami
yang ditentukan.
a. Pengolahan Mendapatkan Run
Up
Runup untuk gelombang acak
didefinisikan dengan
memperhitungkan keacakan. Ru2%
= elevasi, diukur dari SWL (still water
level), yang dilampaui oleh 2%
gelombang yang merambat pada
lereng pantai (Hughes, 2005), dengan
catatan untuk lereng kasar dan kedap
air.
Teori linier digunakan untuk
menghitung run up maksimum
sedangkan teori nonlinear digunakan
untuk menggambarkan pembangkitan
gelombang soliternya. Kriteria
gelombang pecah harus
diperhitungkan untuk mengetahui
apakah gelombang solitary tersebut
pecah ketika ketika menuju pantai
ataukah pada saat rundown.
b. Pengolahan Peta Zonasi
Penggunaan peta zonasi
menggunakan analisa countur
menggunakan data DEM 30 m.
Menggunakan software global mapper
data DEM 30 m kemudian diconvert
menjadi data countur dengan intervar
per 5 meter hingga per 1 meter untuk
mencapau data yang maksimal. Tahap
akhir tinggal menghasilkan output peta
yang menjadi syarat pengerjaannya.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Lokasi Penelitian
Departemen Kehutanan RI (2010)
menjelaskan Pantai Sendang Biru
terletak di sebelah selatan tepatnya di
Desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Tingkat II yang jaraknya kurang Iebih
69 km dengan lama perjalanan yang
ditempuh kurang Iebih 2,5 jam dari kota
Malang dan cagar alam Pulau Sempu
secara geografis terletak diantara 112
o
40'
45" 112
o
42'45" Bujur Timur dan
8
o
27'24" - 8
o
27'54- Lintang Selatan
sedangkan secara administrasi
pemerintah kawasan ini terletak di Desa
Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing
Wetan Kahupaten Tingkat II Malang.
Adapun lokasi yang menjadi tolak ukur
dalam penentuan Run Up awal dengan
penyebaran lima titik pengamatan yaitu:
Terminal 1 ( 8
0
27 48,5S_112
0
4223,4T)
Terminal 2 (8
0
26 26,2S_112
0
4032.4T)
Terminal 3 (8
0
25 55,6S_112
0
4059,7T)
Terminal 4 (8
0
25 1,03S_112
0
4236,3T)
Terminal 5 (8
0
25 1.52S_112
0
4334,7T)
3.2 Daerah dan Desain Model
a. Skenario Permodelan
Dari enam skenario perlakuan
permodelan yaitu 6,5 SR; 7 SR; 7,5 SR;
8 SR; 8,5 SR dan 9 SR dihasilakan pola
grafik disain pergerakan tsunami
seperti pada gambar 3:
2.7 Display Gerak dan Proses
pengolahan Citra
Display Gerak merupakan
pembuatan anamisi tsunami disertai
pembacaan statistika pergerakan gambar
berdasarkan waktu (T) dan tinggi (H)
terhadap titik pantul gelombang tsunami
yang ditentukan.
a. Pengolahan Mendapatkan Run
Up
Runup untuk gelombang acak
didefinisikan dengan
memperhitungkan keacakan. Ru2%
= elevasi, diukur dari SWL (still water
level), yang dilampaui oleh 2%
gelombang yang merambat pada
lereng pantai (Hughes, 2005), dengan
catatan untuk lereng kasar dan kedap
air.
Teori linier digunakan untuk
menghitung run up maksimum
sedangkan teori nonlinear digunakan
untuk menggambarkan pembangkitan
gelombang soliternya. Kriteria
gelombang pecah harus
diperhitungkan untuk mengetahui
apakah gelombang solitary tersebut
pecah ketika ketika menuju pantai
ataukah pada saat rundown.
b. Pengolahan Peta Zonasi
Penggunaan peta zonasi
menggunakan analisa countur
menggunakan data DEM 30 m.
Menggunakan software global mapper
data DEM 30 m kemudian diconvert
menjadi data countur dengan intervar
per 5 meter hingga per 1 meter untuk
mencapau data yang maksimal. Tahap
akhir tinggal menghasilkan output peta
yang menjadi syarat pengerjaannya.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Lokasi Penelitian
Departemen Kehutanan RI (2010)
menjelaskan Pantai Sendang Biru
terletak di sebelah selatan tepatnya di
Desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Tingkat II yang jaraknya kurang Iebih
69 km dengan lama perjalanan yang
ditempuh kurang Iebih 2,5 jam dari kota
Malang dan cagar alam Pulau Sempu
secara geografis terletak diantara 112
o
40'
45" 112
o
42'45" Bujur Timur dan
8
o
27'24" - 8
o
27'54- Lintang Selatan
sedangkan secara administrasi
pemerintah kawasan ini terletak di Desa
Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing
Wetan Kahupaten Tingkat II Malang.
Adapun lokasi yang menjadi tolak ukur
dalam penentuan Run Up awal dengan
penyebaran lima titik pengamatan yaitu:
Terminal 1 ( 8
0
27 48,5S_112
0
4223,4T)
Terminal 2 (8
0
26 26,2S_112
0
4032.4T)
Terminal 3 (8
0
25 55,6S_112
0
4059,7T)
Terminal 4 (8
0
25 1,03S_112
0
4236,3T)
Terminal 5 (8
0
25 1.52S_112
0
4334,7T)
3.2 Daerah dan Desain Model
a. Skenario Permodelan
Dari enam skenario perlakuan
permodelan yaitu 6,5 SR; 7 SR; 7,5 SR;
8 SR; 8,5 SR dan 9 SR dihasilakan pola
grafik disain pergerakan tsunami
seperti pada gambar 3:
2.7 Display Gerak dan Proses
pengolahan Citra
Display Gerak merupakan
pembuatan anamisi tsunami disertai
pembacaan statistika pergerakan gambar
berdasarkan waktu (T) dan tinggi (H)
terhadap titik pantul gelombang tsunami
yang ditentukan.
a. Pengolahan Mendapatkan Run
Up
Runup untuk gelombang acak
didefinisikan dengan
memperhitungkan keacakan. Ru2%
= elevasi, diukur dari SWL (still water
level), yang dilampaui oleh 2%
gelombang yang merambat pada
lereng pantai (Hughes, 2005), dengan
catatan untuk lereng kasar dan kedap
air.
Teori linier digunakan untuk
menghitung run up maksimum
sedangkan teori nonlinear digunakan
untuk menggambarkan pembangkitan
gelombang soliternya. Kriteria
gelombang pecah harus
diperhitungkan untuk mengetahui
apakah gelombang solitary tersebut
pecah ketika ketika menuju pantai
ataukah pada saat rundown.
b. Pengolahan Peta Zonasi
Penggunaan peta zonasi
menggunakan analisa countur
menggunakan data DEM 30 m.
Menggunakan software global mapper
data DEM 30 m kemudian diconvert
menjadi data countur dengan intervar
per 5 meter hingga per 1 meter untuk
mencapau data yang maksimal. Tahap
akhir tinggal menghasilkan output peta
yang menjadi syarat pengerjaannya.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Lokasi Penelitian
Departemen Kehutanan RI (2010)
menjelaskan Pantai Sendang Biru
terletak di sebelah selatan tepatnya di
Desa Tambakrejo, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Tingkat II yang jaraknya kurang Iebih
69 km dengan lama perjalanan yang
ditempuh kurang Iebih 2,5 jam dari kota
Malang dan cagar alam Pulau Sempu
secara geografis terletak diantara 112
o
40'
45" 112
o
42'45" Bujur Timur dan
8
o
27'24" - 8
o
27'54- Lintang Selatan
sedangkan secara administrasi
pemerintah kawasan ini terletak di Desa
Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing
Wetan Kahupaten Tingkat II Malang.
Adapun lokasi yang menjadi tolak ukur
dalam penentuan Run Up awal dengan
penyebaran lima titik pengamatan yaitu:
Terminal 1 ( 8
0
27 48,5S_112
0
4223,4T)
Terminal 2 (8
0
26 26,2S_112
0
4032.4T)
Terminal 3 (8
0
25 55,6S_112
0
4059,7T)
Terminal 4 (8
0
25 1,03S_112
0
4236,3T)
Terminal 5 (8
0
25 1.52S_112
0
4334,7T)
3.2 Daerah dan Desain Model
a. Skenario Permodelan
Dari enam skenario perlakuan
permodelan yaitu 6,5 SR; 7 SR; 7,5 SR;
8 SR; 8,5 SR dan 9 SR dihasilakan pola
grafik disain pergerakan tsunami
seperti pada gambar 3:
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
Dengan informasi tinggi gelombang
pada Ru2%tersaji pada tabel 1.
b. Skenario Permodelan
Menampakan skenario permodelan
dasar tsunami terhadap topografi
pembentuknya terlihat pada Gambar 4, 5
dan 6 :
3.3 Kajian Daerah Rawan Bencana
Tsunami
Parameter untuk memetakan wilayah
perencaan mitigasi yaitu dengan
mengadaptasi model genangan dari peta
genangan skenario 9 SR. Paremeter
acuannya selain gempa dengan skala
terbesar juga status besar tutupan lahan
Gempa
Tinggi
Tsunami
(m)
Panjang
Gelombang
(km)
Lebar
Gelombang
(km)
RunUp (Ru2%) tsunami (Meter)
series 1 series 2 series3 serie4 series5
6,5 SR 0,2 28,2 7,9 5,668 1,518 1,567 1,659 4,61
7 SR 0,4 50,1 14,1 10,217 2,813 3,074 3,236 9.019
7,5 SR 0,7 89,1 25,1 17,743 5,02 5,473 5,667 15,792
8 SR 1,3 158,5 44,7 32,169 9,196 10,351 10,424 28,527
8,5 SR 2,4 281,5 79,4 57,252 20,154 29,224 21,369 42,365
9 SR 4,2 501,2 141,3 71,136 34,413 33,352 31,535 45,813
Gambar 3. Grafik Permodelan Tsunami
Tabel 1. tinggi gelombang pada Ru2%
Gambar 4. Tampilan Gambar 3D Pembentukan Awal
Tsunami
Gambar 5. Tampilan Gambar 3D Pertengahan Proses
Tsunami
Gambar 6. Tampilan Gambar 3D Proses Pembentukan
Tsunami Di Daratan
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
akibat genangan tertinggi menjadi
landasan pertimbangan.
Gambar 7 menjelaskan bahwa daerah
terdampak dari adaptasi genangan hasil
skenario 9SR disimbolkan dengan
menggunakan tutupan garis-garis merah.
Adapun daerah yang bersinggung langsung
dengan garis garis merah tersebut yaitu
beberapa perkampungan di desa
Tambakrejo contohnya kampung baru
Pondodok dadap, sebagian pemukiman
sendang biru dan Kranjan Tambak rejo
serta beberapa penunjang aktivitas
perikanan yaitu PPP Pondokdadap yang
berada di pesisir Pantai Sendangbiru.
Besarnya peran PPP Pondokdadak
terhadap perkembangan perikanan tangkap
di Jawa Timur, menjadi prioritas utama
dalam mengkaji pembentukan wilayah
rawan bencana. Selain itu pula,
perkembangan penduduk yang mendukung
kegiatan perikanan menjadi tolak ukur
dalam perencanan wilayah mitigasi.
3.5 Penentuan Wilayah Mitigasi
Dalam penentuan wilayah mitigasi,
tahapan yang harus dikaji yaitu
mengetahui tinggi tutupan genangan
maksimal dan pemanfatan data topografi.
Kemudian dibagi menjadi 5 status zona
yaitu zona 1, 2, 3, 4 dan 5. Dari hasil
pembentukan pola ruang untuk kondisi
topografi yang diadaptasikan berdasarkan
genangan scenario 9SR, menunjukan
luas ruang 0,879 hectares dengan titik
koordinat 11240'33,2665"BT
825'20,1594"LS, Blok 2 menunjukan luas
ruang 4,356 hectares dengan titik
koordinat 11241'24,8594"BT
824'48,4107"LS, Blok 3 menunjukan luas
ruang 0,410 hectares dengan titik
koordinat 11242'28,5965"BT
824'13,3784"LS, Blok 4 menunjukan
luas ruang 0,368 hectares dengan titik
koordinat 11242'34,7728"BT
824'7,5233"LS dan Blok 5 menunjukan
luas ruang 0,969 hectares dengan titik
koordinat 11241'41,8302"BT
825'27,6184"LS.
Berdasarkan pendekan kemiringan
kontur yang di adaptasi dengan lokasi
wilayah zona aman 5 dihasilkan perencaan
rute evakuasi terhadap tsunami pada
Gambar. Penggunaan kemiringan kontur
tidak lebih dari 45o hal ini bertujuan
untuk mempermudah pijakan kearah zona
aman.
Untuk wilayah Sendang biru,
Kampung baru Pondokdadap, wilayah
PPP Pondokdadap dan sebagian
pemukiman Pondokrejo dianjurkan
Gambar 7. Peta Kajian Daerah Rawan Bencana Tsunami
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
menuju rute kearah titik 1. Untuk titik 2
dan 5 dibuat sebagai kebijakan cadangan
jika tidak berada atau telah melewati rute
1. Untuk wilayah kampong pantai dan
Krajan Tambakrejo dianjurkan melalui
rute ke arah titik 4 sementra rute kearah
titik 3sebagai kebijakan cadangan. Seperti
pada Gambar 8.
3.6 Analisa Dampak Tsunami Tehadap
Kegiatan Perikanan
a Dampak Tsunami Terhadap
Perikanan Tangkap
Dampak langsung yang diakibatkan
oleh tsunami untuk perikanan tangkap di
sekitar pantai Sendang biru khususnya
wilayah pelabuhan PPP Pondokdadap
pada skala 6,5SR dan 7SR yang
menghasilkan tinggi gelombang 2 dan 3
meter tsunami yaitu Pada garis pantai
terjadi peningkatan gelombang laut yang
mengakibatkan kapal kapal yang menepi
untuk aktivitas distribusi hasil tangkap ke
pelabuhan mengalami guncangan yang
cukup besar.
Pada gempa 7,5SR; 8SR; 8,5SR dan
9SR dengan tinggi golombang 5,473;
10,351; 29,224 dan 33,352 meter, sangat
mampu melumpuhkan segala aktivitas
dan memporak porandakan segala
sesuatu yang dilewati genangan tsunami.
b. Dampak Tsunami Terhadap
Kegiatan Pelabuhan
Dampak langsung yang diakibatkan
oleh tsunami terhadap pelabuhan di
sekitar pantai Sendang biru khususnya
wilayah pelabuhan PPP Pondokdadap
pada skala 6,5SR dan 7SR yang
menghasilkan tinggi
gelombang 2 dan 3 meter tsunami yaitu
gangguan siklus kegiatan pada wilayah kerja
laut dan memnculkan kepanikan pada pola
aktivitas di wilayah kerja darat.
Pada gempa 7,5SR; 8SR; 8,5SR dan 9SR
dengan tinggi golombang 5,473; 10,351;
29,224 dan 33,352 meter sangat
mengakibatkan dampak yang sangat buruk
yaitu melumpuhkan segala bentuk siklus
kegiatan mulai dari wilayah kerja darat dan
laut hingga separuh dampaknya pada
wilayah operasinal darat. Ancaman yang
sangat menghawatirkan adalah dengan
kemampuan gelombang yang mampu
meluluhlantahkan stuktur bangan sepanjang
garis pantai hingga radius 3 kilometer.
Kerusakan dan kehancuran karena tsunami
merupakan hasil langsung dari tiga faktor:
banjir bandang, dampak gelombang
terhadap struktur, dan erosi. Sementara
korban jiwa muncul karena tenggelamnya
orang-orang dan dampak fisik atau trauma
disebabkan terjebaknya korban dalam
Gambar 8. Peta Perencanaan Rute Evakuasi
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
golakan gelombang tsunami yang
membawa puingpuing. Arus kuat yang
disebabkan oleh tsunami menyebabkan
terjadinya erosi pada pondasi dan rubuhnya
jembatan atau dinding air laut.
Pengambangan dan tekanan arus menyeret
rumah dan membalikkan kendaraan.
Tekanan gelombang tsunami juga
meruntuhkan kerangka bangunan dan
struktur lainnya. Sementara, kerusakan yang
lumayan parah juga disebabkan oleh puing-
puing yang mengapung termasuk kapal,
mobil dan pepohonan yang dapat menjadi
benda-benda berbahaya ketika menghantam
gedung, dermaga dan kendaraan. Tekanan
kencang yang tiba-tiba dari tsunami juga
menghancurkan kapal-kapal dan fasilitas
pelabuhan, bahkan oleh tsunami kecil
sekalipun.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan
pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Permodelan tsunami dipantai Sendang
Biru menggunakan enam variasi skala
gempa yaitu 6,5SR; 7SR; 7,5SR; 8SR;
8,5SR dan 9SR. Dengan lima titik
stasiun pengamatan runup awal dan
dua titik sumber tsunami sehingga
dihasilkan tsunami untuk skala gempa
7,5SR; 8SR; 8,5SR dan 9SR
menunjukkan tingginya genangan
tsunami dan masuk dalam katagori
bahaya dan titik Pasut untuk Series1, 3,
dan 5 menunjukkan tingkat
peningkatan gelombang lebih tinggi
dibandingkan 2 dan 4
2. Genangan tertinggi terdapat pada
skenario 9SR dengan nilai 71,136
meter kemudian digunakan sebagai
pertimbangan penentuan ruang pada
kontur hingga menjadi menjadi lima
zona aman.
3. Dampak besar yang sangat
mempengaruhi kegiatan perikanan
yaitu tsunami untuk Skala gempa
7,5SR; 8SR; 8,5SR dan 9SR. Dampak
langsung yang diakibatkan oleh
tsunami terhadap perikanan tangkap &
pelabuhan yaitu rusaknya atau
hilangnya sarana dan prasarana
perikanan tangkap yang representatif,
Berkurangnya jumlah dan kualitas hasil
perikanan ditingkat konsumen dan
menurunnya nilai tambah produk,
menurunnya pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat pesisir dan
pulau-pulau kecil gangguan siklus
kegiatan memnculkan kepanikan pada
pola aktivitas di pelabuhan.
4.2. Saran
Perlunya kewaspadaan terhadap
bahaya tsunami pada skala gempa 7,5SR;
8SR; 8,5SR dan 9SR, karena efek
genangannya mampu menurunkan
produktifitas kegiatan perikanan dan
perubahan beberapa struktur ruang pesisir
sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan RI, Dinas
Kehutanan dan Perkebunan
Propinsi Malang. 2010 Penelitian
Di Pantai Sendang Bird Dan
Cagar Alam Pulau Sempu
Malang Selatan.
http://www.dephut.go.id/INFOR
MASI/PROPINSI/MALANG/m
alang.html, di akses tanggal 15
Oktober 2010, pukul 11.04 WIB.
Hughes, S. A. 2005 (Juli). Estimating
Irregular Wave Runup on
Rough, Impermeable Slopes. US
Army Corps of Engineers,
Dokumen ERDC/CHL CHETN-
III-70.
Riadi, A. G. 2003. Simulasi Nimerik
Penjalaran Tsunami Krakatau
1883. Fakulas Ilmu Bumi &
Teknologi Mineral Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T
S
E
C
R
E
T

Anda mungkin juga menyukai