Anda di halaman 1dari 3

Jantung Yang Terukir

Siang itu pak Rendi sedang mengukir sebuah patung yang sudah dipesan pelanggannya minggu
lalu, terlihat seorang bocah berumur 8 tahun menghampirinya, dan bocah itu adalah anaknya
sendiri, dia anak semata wayangnya. Anak itu menghampiri pak Rendi yang sedang bekerja
mengukir patung pesanan pelanggannya itu.
pak.. Marsel ingin beli jajanan yang di depan itu suara bocah itu dengan lugu,
apaan sih.. kamu ini gak lihat apa! bapak lagi sibuk kerja... jawab pak rendi dengan nada
keras.
Tapi pak.. Marsel ingin jajan. Suara keluhan anak itu.
sudah bapak bilang bapak lagi sibuk kerja kamu pengen bapak pukul. Pak rendi semakin
naik darah.
Saat itu itu juga pak rendi langsung mengambil rotan yang ada di dekatnya, dan memukul
anaknya itu dengan rasa kesal. Terdengar suara anak itu menagis kesakitan.
ampun.. pak.. ampun pak.. Marsel cuman pengen jajan pak. Suara anak itu sambil menangis
dan menahan kesakitan.
Mendengar suara anaknya itu pak Rendi bukannya merasa kasihan tapi dia semakin geram dan
memukulnya dengan keras.
Pak Rendi merupakan sesosok orangtua yang kasar dan keras terhadap anaknya, Marsel sering
kali mendapatkan pukulan dan bekas memar di tubuhnya, bekas pukulannya itu sering kali
meninggalkan bekas merah. Mungkin begitu kerasnya pukulan pak Rendi sama anaknya itu.
Pak Rendi tidak seperti orangtua kebanyakan, biasanya anak semata wayang selalu lebih
disayangi dan mendapatkan apapun keinginan anaknya, namun tidak pak Rendi walau Marsel
anak semata wayang, tapi dia berlaku keras terhadap anaknya itu, marsel sering kali terlihat
murung karena dia terkadang iri terhadap teman sebayanya yang mendapatkan kasih sayang dari
orangtuanya masing-masing, sering kali Marsel iri karena Apapaun kehendak temanya
sebayanya orangtua mereka sering memenuhi keinginan anaknya itu. Bahkan tetangga sekitarnya
pun tau kekasaran pak Rendi terhadap anaknya itu, sering kali tetangganya menasehati pak Rendi
untuk tidak kasar pada anaknya itu namun, bukanya nasehat itu ia terima, malah tetangganya itu
ia omeli habis-habisan.
Terkadang terbenak di pikiran Marsel untuk pergi dari tempat itu, tapi apa daya dia hanyalah
seorang bocah yang masih kecil yang masih belum cukup untuk mandiri, sebenarnya Marsel
mengerti jika dia ingin sesuatu pasti tidak dibolehkan atau dituruti keinginannyanya, bukanya
keinginannya dipenuhi malah bekas pukulan yang ia dapatkan. Tapi apalah mau dikata Marsel
hanyalah bocah kecil yang banyak sekali kemauan karena bocah seumuran dia selalu ingin
apapun yang dilihatnya.
Keesokan harinya terdengar pagi-pagi sekali suara jeritan di kamar Marsel.
aduhsakit. Suara marsel yang begitu menahan sakit.
Rasa sakit yang di alami Marsel pagi itu. Merupakan bekas pukulan rotan kemarin. Sebenarnya
Marsel sudah terbiasa menahan sakit yang dialaminya, karena bukan saat itu juga dia menahan
sakit itu melainkan setiap hari ia harus menjerit menahan sakitnya itu, entah seberapa seringnya
pak Rendi memukul anak semata wayang nya itu, semakin Marsel menangis menginginkan apa
yang dia inginkan semakin keras pula pukulan pak Rendi pada anaknya itu,
Suatu hari ketika pak Rendi bekerja di pekarangan rumahnya, tiba-tiba dia merasakan sakit di
dadanya, begitu sakitnya sampai dia tergeletak dan terbaring kaku di lantai, saat itu sedang tidak
ada siapapun di rumahnya, Marsel anaknya sedang pergi bermain dengan teman sebayanya.
Entah, berapa lama pak Rendi tergelatak disana hingga saat itu ada tetangganya melihat pak
rendi tergeletak di tempat itu, tetanganya langsung teriak minta tolong pada warga sekitar untuk
menggontongnya ke rumah sakit, Marsel tidak tau waktu bahwa bapaknya digotong ke rumah
sakit oleh warga sekitar. Hingga saat bapaknya tiba di rumah sakit dan mendapatkan perawatan
medis, baru Marsel tahu karena tetangganya menceritakan padanya. Bahwa bapaknya sedang
dirawat di rumah sakit.
Saat itu juga tetangganya membawa Marsel ke rumah sakit dimana bapaknya itu di rawat, di
perjalanan Marsel tidak berhentinya menangis mendengar bapaknya dibawa ke rumah sakit, ia
terus mamanggil-manggil bapaknya sambil menahan kesedihan di hatinya.
Sesampainya di rumah sakit Marsel dan tetangganya itu langsung bertanya pada perawat disana
tetang keadaan bapaknya itu, dan perawat di rumah sakit itu memberitahukan bahwa pak Rendi
sedang dibawa ke UGD dia terserang sakit jantung dan dia harus segera mendapatkan donor
jantung, mendengar kata perawat itu Marsel langsung meminta pada perawat itu bahwa dia siap
untuk mendonorkan jantungnya itu, sebenarnya ketika mendengar Marsel berbicara seperti itu
tetangga yang membawanya ke rumah sakit itu langsung terkejut mendengar kata itu, ia berpikir
bahwa Marsel hanyalah bocah anak kecil yang tidak tau apa-apa, tapi mendenger keseriusan
bocah itu. Perawat rumah sakit itu langsung membawa Marsel ke UGD untuk operasi
pengambilan jantungnya.
Dan sepertinya peristiwa yang terjadi itu adalah kehendak ilahi, tuhan memberikan cobaan dan
hidayah kepada keluarga itu.
Selama operasi berjalan Marsel masih teringat banyangan wajah ayahnya itu, dia masih ingin
hidup di dunia dan berharap untuk sekali ini saja ayahnya bisa menerima dia selayaknya seorang
anak yang ingin mendapatkan kasih sayang dari orangtua.
Tidak sadar waktu terus berlalu, operasi pun berjalan lancar, pak Rendi perlahan mulai sadar dan
terbangun, sepertinya jantung yang diberikan Marsel pada orangtuanya itu cocok, pak Rendi
tidak mengetahui bahwa dia bisa selamat dari maut, karena anaknya yang telah mendonorkan
jantung miliknya.
Saat pak Rendi terbangun terlihat ada seseorang yang mengunjunginya, teryata itu adalah
tetangganya sendiri, dialah yang membawa pak Rendi bersama warga membawanya ke rumah
sakit, dan dia juga yang mengantarkan Marsel kesana.
gimana pak rendi sudah baikan ucap tetangganya sambil tergenang air mata.
ya.. saya mulai baikan kenapa kamu kesini saya tidak perlu mendapat kunjungan dari anda
apalagi dengan tangisanmu itu. Jawab pak rendi dengan angkuh.
Pak Rendi masih belum berubah sifat angkuhnya, dan kasar terhadap anaknya. Masih belum
hilang dari dirinya, dia tidak tahu bahwa anaknya sudah tiada karena telah mengorbankan
jantung miliknya untuk bapaknya itu.
pak Rendi apa pak Rendi tidak tahu tentang apa yang menimpa pak Rendi dan anak bapak
jawab tetangganya itu sambil menahan haru dan air mata.
maksud kamu apa..? aku tidak perlu bantuan darimu..dan ada apa emang dengan anak ku...
jawab pak rendi dengan kasar.
pak Rendi terkena sakit jantung dan anak bapak dia sudah mengorbankan jantungnya untuk
bapak... jawabnya dengan kesal dan tidak tahan menahan air matanya itu.
apa maksud mu... jawabnya dengan nada kesal.
anak bapak dia sudah mati karena mengorbankan jantung miliknya untuk mngobati pak Rendi.
Jawabnya dengan nada kedihan yang begitu teramat.
Mendengar cerita tetangganya itu dia langsung mencoba bangun walau dengan kondisinya
dengan lemas. Tetangganya lalu menolongnya dengan medudukan pak Rendi ke kursi roda.
Pak Rendi dan tetangganya itu lalu pergi ke kamar mayat, dan teramat pak rendi menyesali
sikapnya itu dia tidak bisa menahan air matanya, melihat anak semata wayangnya sudah tidak
bernyawa dan terbaring di depannya. Pak Rendi lansung memeluk anaknya yang sudah terbaring
itu, dengan kesedihan dan penyesalan, dia terus membayangkan betapa jahatnya dia terhadap
anaknya itu, terbenak di pikiranya seandainya anaknya itu masih bisa diizinkan hidup oleh tuhan
dia ingin melakukan yang dari dulu yang seharusnya dia lakukan yaitu menyayangi dan
mengasihi anaknya itu. Pak Rendi lalu meminta para perawat disana agar dia di bawa pulang
beserta jasad anaknya itu.
Keesokan harinya ternyata anaknya masih belum dikuburkan, pak rendi masih belum menerima
kenyataan itu semua, anaknya masih ada di peti mati dan pak Rendi masih meratapi
kepedihanya. Saat dia melihat jasad anaknya itu, dia lalu berpikir untuk membuat ukiran jantung
tiruan untuk anaknya itu, sapanjang hari itu pun pak Rendi membuat ukiran jantung dan dia
menulis sebuah kallimat di ukiranya itu yang tertulis CINTAKU AKAN SELALU ABADI
UNTUKMU
Itulah pesan terkhir yang ditulis pak Rendi untuk anaknya itu dan memasang jantung tiruan itu
ke jasad anaknya itu.

Anda mungkin juga menyukai