Anda di halaman 1dari 4

Aku Tahu Yah, Kau Yang Terhebat

Pemandangan hijau desa merupakan suatu yang sangat menyenangkan hati. Burung
bangau berterbangan, sungai-sungai yang dipenuhi dengan ikan-ikan yang besar, dan hal
yang paling menyenangkan ialah bertemunya dengan seorang yang paling berharga didunia
ini, ibu.
Tak kusangka sudah 10 tahun aku meninggalkan kampung halaman, pergi merantau
di negeri orang yang penuh tipu muslihat dan juga suka duka mencari ilmu dan nafkah.
Perkenalkan namaku Rizki Akbar, aku sekarang sudah bekerja disebuah perusahaan besar
bioteknologi di Jepang. 6 tahun sebelumnya aku medapatkan beasiswa untuk kuliah di
Universitas Tokyo, sebuah universitas terbaik di asia dan di dunia. Jujur, aku terkejut ketika
mendengar aku meraih beasiswa ini, sebuah impian yang luar biasa untuk seorang anak
miskin diperdesaan. Jangankan untuk kuliah di luar negeri, kuliah saja mungkin aku tidak
bisa. Ibuku hanya seorang guru biasa di sekolah negeri, dan ayahku sudah lama meninggal 3
tahun sebelum aku mendapatkan beasiswa. Sebagai seorang anak yang tua, aku hanya bisa
mencari nafkah paruh waktu dengan berkerja disebuah rental komputer, menyediakan jasa
ketik, atupun hal lainya agar kedua adekku dapat bersekolah dengan lancar dan kelak dapat
menaikkan tingkat ekonomi keluarga kami.
Tepat hari itu, setelah tamat SMA, ada tawaran dari seorang guruku, untuk mencoba
beasiswa dari jepang ini. Ahh, bagaimana mungkin, aku sempat menolak karena itu terlalu
tidak memukinkan tapi guru ku tetap bersiteguh untuk mengajakku untuk ikut program
beasiswa ini.
Nak, kau mempunyai otak yang cerdas, matematikamu dan sainsmu sangat bagus,
ikutlah, beasiswa ini beasiswa penuh, jadi kamu tidak perlu khawatir soal biaya hidup disana
Kata guruku. Bu, ibu tahu kan bahwa ayahku sudah meninggal, bagaimana dengan nafkah
hidup adek-adekku, aku harus membuat mereka tetap besekolah Ujar ku dan mengakhiri
percakapan kami berdua.
Tak kusangka ada paman ku yang mendengar pembicaraan ini dan memberitahukan
kepada ibukku. Sesampai dirumah, ibukku menghampiriku, aku melihat pamanku juga ada
disitu. Nak, ikutlah beasiswa itu. Tak perlu khawatir dengan pendidikan adekmu, ibu masih
mampu kok untuk membiayai sekolah mereka Ujar ibuku. Tapi bu... Ujar ku dan pamanku
memulai memasuki topik pembicaraan Rizki, paman juga akan membantu sekolah adek-
adekmu, jangan khawatir itu, pasti almaruh ayahmu akan bangga dengan hal ini Ujar
pamanku dengan memegang pundakku sambil tersenyum.
Melihat tanggapan ibuku dan pamanku, aku berubah pikiran dan mengikuti beasiswa
itu. Singkat cerita aku lulus dalam penerimaan beasiswa itu, ya Universitas Tokyo, aku
mendapatkanya, aku mengambil studi Bioteknologi, karena kutahu bahwa bioteknologi di
jepang sungguh terhebat didunia. Ibukku sangat senang, ia menangis bahagia melihat
kelulusan ku, adek-adekku juga disitu, mereka memelukku dengan erat dan berkat Kak,
kalau nanti pulang kerumah, jangan lupa beli Ultraman ya? Ujar adekku yang kecil. Akupun
hanya mengangguk dan tertawa melihat polosnya adekku. Aku kira Ayahku pasti senang
melihat prestasiku ini, jika ia masih hidup aku akan memeluknya dengan erat dan berkata
Yah, Istiratlah, jangan dipaksakan bekerja, setelah aku lulus dan mendapatkan pekerjaan di
Jepang, aku akan menaikkan haji untukmu dan ibu, dan tentu sebuah mobil yang ayah
idamkan sejak dulu.
10 tahun aku berada di Jepang, hari ini merupakkan hari libur di perusahaan tempat
aku kerja. Aku masih memiliki kontrak kerja di negara sakura ini selama 2 tahun, tak akan
kusiasiakan libur sebulan ini untuk kembali ke desa halaman.
Aku bersiap bergegas, dan mempersiapkan baju-bajuku kekoperku, dan tak
ketinggalan mainan Ultraman untuk adek kecilku. Akupun terdiam tanpa satu katapun,
sambil mengeluarkan air mata melihat foto terakhirku bersama ayahku. Entah kenapa, hal ini
terjadi, aku sangat merindukkan ayahku.
Rizki, ayok bantu ayah buat meja dan lemari ibumu ini Ujar ayahku.
Iya yah, dengan segera Ujarku dengan semangat.
Tepat 13 tahun yang lalu aku bersama-sama dengan ayahku memperbaiki perabotan rumah
yang rusak. Ayahku seorang pekerja di bengkel besi, dan tentu ia sangat mahir dalam
memperbaiki sesuatu.
Oke, sudah siap, ayok kita minum diluar Kata ayahku dengan semangat.
Iya yah Ujarku tak kalah semangat.
Tiba-tiba perut ayahku terasa sakit, dan kami tidak jadi untuk pergi keluar. Ibuku langsung
khawatir melihat ayahku ini. Aku pun langsung membawanya kerumah sakit terdekat.
Saya kira, bapak mengalami penyumbatan empudu, saya akan memberikan surat
rekomendasi untuk pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit umum Ujar seorang dokter yang
memeriksa ayahku.
Apa dok, penyumbatan empudu??? Ujarku dengan terkejut.
Saya belum terlalu yakin, tapi semoga pemeriksaan lebih lanju di RSU dapat
memberikan hasil yang lebih akurat Ujar sang dokter.
Kamipun langsung pulang kerumah, Ibukku langung bertanya apa gerangan yang
terjadi dan aku menceritakanya. Selang beberapa waktu selagi menunggu surat rujukan itu,
aku mencari tentang masalah penyakit itu dan ciri-cirinya ialah masuknya cairan empudu
kedalam darah sehingga wajah, mata dan kuku bewarna kuning. Aku melihat mata ayahku,
dan tepat sekali ciri-cirinya.
Keesokkan harinya kami pergi ke RSU, aku melihat ayahku tetap bugar, sewaktu aku
mengatakan dengan tersenyum bagaimana fisiknya, Ia mengatakan sama seperti dulu tak
berubah. Ayahku langsung melakukan tes ERCP, untuk melihat bagaimana keadaan
perutnya. Selagi menunggu hasil, para dokter menyarankan agar ayahku tidak pulang dan
masuk ke rawat inap.
5 hari kemudian, hasil tes mengatakan tidak ada batu empudu, mereka bingung
dengan hasil ini, mereka melakukan tes kedua untuk mendiagnosa penyakit sebenarnya
ayahku. Setelah tes kedua selesai, ayahku sempat tak sadarkan diri, kami sekeluarga sangat
panik. Seorang dokter mengatkan, Tenang dek, itu hanya efek obat bius, mungkin sembentar
lagi ia akan sadar. Aku pun menunggu suaranya dan syukurlah ayahku telah sadar.
Seminggu kemudian, para dokter memberikan hasil, bahwa ayahku terkena radang
pankreas, suatu penyakit yang sangat langka, bahkan dalam satu tahun hanya ada 1 orang
yang mengidapnya dan dokter mengatakan untuk dioperasi. Aku melihat muka ayahku, lalu
mengatakan Yah, gimana perasaan ayah Ujarku. Nak, jangan dengarkan perkataan
mereka, mereka bohong, ayah masih kuat kok, bahkan kalu kita lomba lari pasti ayah yang
menang Ujarnya dengan semangat.
Aku tahu, ayah memang seperti itu ia tidak ingin membuat khawatir keluarganya yang
penting menurutnya kebahagian adalah jika anak-anaknya bahagia. Selama ini ibukku yang
menjenguk ayahku. Selama 5 hari ini, aku tidak sempat menjenguk ayahku, karena harus
mengikuti lomba di Ibukota.
Sewaktu saat, ayahku merasa perutnya sudah sangat sakit, ibukku sangat khawatir,
para perawat langsung memanggil dokter untuk memeriksanya.
Bu, kita harus mulai operasi sekarang, saya rasa ada bagian didaerah usus bapak
yang bocor Ujar sang dokter. Para dokter pun bersiap-siap untuk melakukan operasi. Ibukku
langsung meneleponku, dan aku langsung bergegas, untuk kembali ke Rumah Sakit.
Operasipun dimulai dan menghabiskan waktu 5 jam. Lalu seorang dokter, mengatakan
kepada ibukku, Bu, penyakit bapak sudah sangat parah, radangnya sudah membengkak
sampai kehati, kami sudah membuang radangnya tapi tubuh bapak sangat lemas dan tingkat
keberhasilanya untuk sadar ialah 50:50, semoga Allah memberikan kekuatan untuk keluarga
dan keselamatan untuk bapak, sabar ya bu . Pada saat mendengar perkataan dokter itu, kami
langsung sedih, seorang yang hebat yang ada pada hidupku akan meninggalkan kami. Tapi
kami yakin, ayah akan sembuh.
Aku langsung memasuki ruang ICU untuk melihat ayahku. Ayahku untuk saat ini
masih dalam keadaan koma, dan aku melihat tekanan dan denyut jantungnya pada ECG yang
tidak stabil. Aku berharap semoga Allah memberikan kesambuhan.
Sudah 2 hari setelah operasi, ayahku masih koma. Ia harus dibantu dengan obat-
obatan untuk tetap berdetak jantungnya. Aku masih mendengar hembusan nafasnya, dan
denyutan jantungnya, seraya aku berkata dalam hati Yah, cepatlah sembuh dan kembali
bersama kami.
Kami para keluarga pasien, tunggu diruang tunggu. Pada suatu saat, ada panggilan
dari ICU untuk kami. Kami langsung bergegas ke ICU. Aku langsung terkejut melihat para
dokter berkumpul disamping ayahku, dan memompa dada ayahku dengan tanganya. Aku
langsung melihat grafik ECG yang semakin menurun, kami sangat sedih, sangat sedih. Dan
para dokterpun berhenti memompa dada ayahku, aku melihat grafik ECG yang sudah datar,
jantungnya sudah tidak berdetak lagi dan inilah masa-masa terakhirku bersama ayahku.
Aku mengusap air mataku, aduh ini sudah jam 11, aku takut ketinggalan pesawat ke
kampung halamanku. Aku langsung pergi kebandara, dan menaiki pesawat dengan menatap
pasti dan keyakinan yang kuat. Aku berkata dalam hatiku Aku tahu Yah, kau yang
terhebat.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai