Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

A. SURAT PERMINTAAN VISUM










--------------------------------------------------------------------------------

No.Telepon : 0411-872777 / 879455 Makassar, 4 Juni 2014
No.Pol : VER/35/VI/2014/sekta
Perihal : Permintaan Visum et Repertum
Kepada
Yth. DIREKTUR RUMAH SAKIT
LABUANG BAJI
Di
Makassar

1. Rujukan :
a. Pasal 133 dan pasal 136 KUHAP
b. Undang-Undang No.2 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
c. Laporan Polisi Nomor: LP/ 236/ VI/ 2014/ Restabes Makassar/ Sek Mamajang Tanggal
4 Juni 2014
2. Bersama dengan ini dikirim seorang laki-laki / perempuan dengan identitas sebagai berikut:

Nama : Lk.ARDI
Tempat/ Tgl Lahir : Makassar/ Umur 18 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Jalan Mawa Timur No.21 Makassar

a. Orang tersebut diduga telah mengalami Penganiayaan Berat / Ringan di jalan Mawas
Makassar mengakibatkan luka diatas mata sebelah kiri karena kena busur.
b. Melapor ke kantor Polisi pada tanggal 4 Juni 2014, sekitar pukul 05.00 Wita.
c. Ditemukan polisi pada tanggal 4 Juni 2014, pukul 05.00 Wita.

3. Mohon bantuan untuk dilakukan pemeriksaan luar dan dibuatkan Visum et Repertumnya.

Yang menerima:
Nama : Andi Nurjannah Kaddiraja
Jabatan : Dokter Muda Forensik
Tanggal : 5 Juni 2014
Tanda tangan :
KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI SELATAN
RESORT KOTA BESAR MAKASSAR
SEKTOR MAMAJANG
Jalan Lanto Daeng Pasewang No.12 Makassar
-------------------------------------------------------------------
--
II.b
I.a
I.c I.b
B. Multiple Cause of Damage
Perlukaan : Luka tusuk pada mata sebelah kiri
Penyebab luka yang langsung (A-1) : Kerusakan permukaan dan jaringan
dibawah kulit
Penyebab mendasari (A-2) : Trauma benda tajam bermata dua
(busur)
C. Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, Terdapat satu buah
luka terbuka pada mata sebelah kiri tepi rata dengan ukuran satu kali nol koma tiga
sentimeter, yang membentuk dua buah sudut, kedua buah sudut lancip yang
berdasarkan absis dan ordinat sudut kanan bawah terletak satu sentimeter dari
sudut dalam mata kiri dan nol koma lima sentimeter di bawah lengkung alis mata
kiri, sudut kiri atas terletak satu koma dua sentimeter dari sudut dalam mata kiri dan
tepat di bawah lengkung alis mata kiri, bila dirapatkan luka membentuk garis
diagonal dengan panjang satu sentimeter, tampak bengkak disekitar luka, tidak
tampak jembatan jaringan, tebing luka tidak rata terdiri atas kulit dan otot yang
terpotong tidak rata, tampak perdarahan aktif melalui luka, terdapat nyeri tekan pada
luka.
D. Penatalaksanaan
Primary Survey
A : Airway : menilai secara cepat dan tepat adanya obstruksi
jalan napas dan menanganinya.
B : Breathing : menilai dan mengevaluasi gerakan napas (laju dan
dalam pernapasan).
C : Circulation : mengetahui sumber perdarahan dan mengelola
perdarahan tersebut, periksa nadi, warna
kulit, tekanan darah, dan kebutuhan untuk konsultasi
ahli bedah.
D : Disability : menentukan tingkat kesadaran menggunakan skor
GCS, menilai pupil, dan re-evaluasi A,B,C
E : Exposure/Environment: menjaga kehangatan pasien dengan memberi
selimut dan berada pada ruangan yang hangat.
Pada penilaian primary survey, pasien ini dalam keadaan stabil.
Pasien dalam keadaan sadar baik dengan tanda vital dalam batas normal.
Penatalaksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan luka melalui anamnesis
dengan menanyakan mekanisme terjadinya trauma dan bagian tubuh mana
saja yang mengalami trauma, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada
status lokalis mulai dari inspeksi bentuk dan keadaan luka sampai pada
palpasi.
Secondary Survey
Re-evaluasi keadaan pasien apakah masih dalam keadaan stabil atau
tidak. Pada reevaluasi keadaan pasien, pasien ini dalam keadaan stabil
maka dilanjutkan pemeriksaan pada luka. Pasien mengalami luka terbuka
pada mata kiri yang membutuhkan penanganan bedah minor.
Langkah penanganan luka yaitu :
a. Wound Cleansing
- Melakukan tindakan aseptic
- Semua jenis luka harus dibersihkan untuk mengeluarkan semua
jaringan yang rusak dan mengurangi jumlah bakteri dalam luka.
Proses ini dapat menyebabkan pasien kesakitan sehingga perlu
pemberian anatesi lokal di sekitar luka untuk mengurangi nyeri saat
pembersihan dilakukan.
- Mechanical srubbing, menggosok daerah luka dengan kasa steril yang
telah dibasahi larutan antiseptic.
- Dilusi dan irigasi 500-2000 cc atau 50-100 cc/panjang luka,tergantung
dari luas dan kotornya luka, larutan yang digunakan NaCl 0,9%,
dilanjutkan dengan betadine, lalu kembali irigasi dan dilusi sampai luka
benar-benar bersih.
b. Pencabutan busur
Ini dilakukan dengan pembedahan untuk mengeluarkan busur yang
tertancap.
c. Penutupan Luka
Jika luka bersih dan jaringan kulit dapat menutup, maka lakukan jahitan
primer. Jika luka bersih namun diperkirakan produktif, misalnya
kemungkinan infeksi, maka pasanglah drainase. Jika luka kotor, maka
lakukan perawatan luka terbuka selanjutnya dilakukan hekting sekunder.
d. Medikamentosa
Antibiotik, tujuan pemberian antibiotik adalah untuk profilaksis:
- Sediaan antibiotik disesuaikan dengan keadaan luka. Sediaan
antibiotik berupa topikal dan sistemik. Topikal dalam bentuk salep atau
tetes, sistemik berupa oral dan parenteral.
- Mengurangi pembentukan krusta yang dapat menghambat epitalisasi
pada proses penyembuhan luka.
- Mencegah kassa melekat pada luka dan mengganggu proses
penyembuhan.
- Mengurangi tingkat infeksi.





















BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Mata
Kelopak Mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.
1,2

Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata
yang dibutuhkan untuk penglihatan.
2

Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena
pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka
tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang
masuk.
2

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
1

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan
mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.
1

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
1

- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar
Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang
berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan
sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian
kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra.
Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di
kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup
bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet
yang menghasilkan musin.
1


Gambar 1. palpebra superior (kelopak mata atas)
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang.
3
Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin
bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
1

Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata
atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-
sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut
menjaga agar cornea tidak kering.
3

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1

- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan
jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
1


Bola Mata
Bola mata terdiri atas :
2

- dinding bola mata
- isi bola mata.
Dinding bola mata terdiri atas :
2

- sklera
- kornea.
Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.
2

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3
lapis jaringan, yaitu :
1

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera
disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk
ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter
iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di
badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal
iris di batas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris
yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan
ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina
dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan
ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek
dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula
lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

Gambar 2. Penampang horizontal mata

Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.
1
Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat,
tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm.
2

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.
1

Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut
kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan
dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat
episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan
koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding
luar ruangan suprakoroid.
2

Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.
1


Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :
1,2

1. Epitel
- Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
- Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
- Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40
m.
5. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.
1

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
1

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
1


Gambar 3. Penampang melintang kornea


Uvea
uvea merupakan dinding kedua bola mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian,
yaitu iris, badan siliar, dan koroid.
1,2

Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan
nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat
2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar
anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor
pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar
posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.
1

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar
saraf di bagian posterior yaitu :
1

1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.
2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis
yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk
dilatasi pupil.
3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan
pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris
terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris
dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm
temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu
longitudinal, radiar, dan sirkular.
1

Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan siliar dan
memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris
warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar
pupil yang disebut kripti.
2

Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri
atas otot-otot siliar dan proses siliar.
2

Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi ia
menarik proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula Zinn
sehingga lensa menjadi lebih cembung.
2

Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos.
2

Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya
diantara sklera dan. retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik.
Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina.
2


Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk.
2

Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil
akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.
1

Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma
dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :
1

1. Berkurangnya rangsangan simpatis
2. Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun
korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur
hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang
akan menjadikan miosis.
1

Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi
dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya
dikecilkan.
1


Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan
sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris.
1

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan
disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal.
Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua
komponen yaitu badan siliar dan uvea.
1

Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer
endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan
mata keluar ke salurannya.
1

Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut
tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior
perifer.
1


Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran
daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.
1,2

Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai
dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira ber-
diameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula
lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea.
2

Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat
putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk
dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam
bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah
terminal.
2

Retina terdiri atas lapisan:
1

1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller
Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel
bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
1

Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut
lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan
tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).
2


Gambar 5. Fundus okuli normal

Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata,
pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi.1
Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya
cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima
nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.2

Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan
berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih
melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi
lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada
ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang dewasa
terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras
daripada korteks.
2

Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks
makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.
2

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
1

- Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung
- Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
- Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
1

- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,
- Keruh atau spa yang disebut katarak,
- Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi
bertambah besar dan berat.
Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada
retina. Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.
2

Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang
yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar
orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum
dan zigomatikus.
1

Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga
hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding
medialnya.
1

Dinding orbita terdiri atas tulang :
1

1. Atap atau superior : os.frontal

2. Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. fenoid
3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatina
4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf
optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.
1

Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal
(V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V),
abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik.
1

Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf
infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.
1

Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar
lakrimal.
1

Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.
2


Otot Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot
penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :
1,2

1. Oblik inferior, aksi primer - ekstorsi dalam abduksi
sekunder - elevasi dalam aduksi
- abduksi dalam elevasi
2. Oblik superior, aksi primer- intorsi pada abduksi
sekunder - depresi dalam aduksi - abduksi dalam depresi
3. Rektus inferior, aksi primer - depresi pada abduksi
sekunder - ekstorsi pada abduksi
- aduksi pada depresi
4. Rektus lateral, aksi - abduksi
5. Rektus medius, aksi - aduksi
6. Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi
sekunder - intorsi dalam aduksi - aduksi dalam elevasi


Luka
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya
suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti
trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
Bentuk dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup.
4
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan atau luka dapat dibedakan
atas kekerasan yang bersifat:
5

a. Kekerasan Mekanik antara lain akibat kekerasan oleh benda tajam, kekerasan
oleh benda tumpul, tembakan senjata api.
b. Kekerasan Fisika antara lain akibat suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan
udara, akustik, radiasi.
c. Kekerasan Kimia antara lain akibat asam atau basa kuat.

Luka Akibat Benda Tajam
Luka akibat benda tajam adalah kelainan pada tubuh yang disebabkan
persentuhan dengan benda atau alat bermata tajam dan/atau berujung runcing
sehingga kontuinitas jaringan rusak/hilang.
5,6

Benda tajam adalah benda atau alat yang bermata tajam dan atau berujung
runcing atau dapat juga berujung runcing tetapi tidak bermata tajam, bermata tajam
artinya dapat untuk mengiris, berujung runcing artinya dapat untuk menusuk atau
mengoyak. Contoh alat: pisau dapur, pecahan kaca, silet, pedang, keris, cerulit,
kapak, belatih, bayonet dan lain-lain.
6

Macam kelainan akibat persentuhan dengan benda tajam:
6

a. Luka Iris (Incised Wound)
b. Luka Tusuk (Stab Wound)
c. Luka Bacok (Chop Wound)

Luka Iris (Incised Wound)
Adalah: luka akibat benda/alat yang bermata tajam yang terjadi dengan suatu
tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuh, contoh alat: pisau, pecahan
kaca, pisau silet, pedang, potongan seng.
6

Luka Bacok (Chop Wound)
Adalah: Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak
tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga agak besar.
6


Luka Tusuk (Stab Wound)
Batasan: Luka akibat benda/alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong dengan
permukaan tubuh. Contoh alat: belati, bayonet, pedang, keris, clurit, pacahan kaca,
benda-benda berujung runcing dengan penampang bulat/persegi empat/segitiga,
misalnya kikir, tanduk kerbau dll.
5




Bentuk luka
Tergantung lokasi luka dan bentuk penampang alat penyebab luka.
1. Pada alat-alat tubuh parenkim dan tulang, bentuk luka tusuk sesuai penampang
alat penyebabnya.
2. Pada kulit atau otot:
a. Alat pisau:
- Arah sejajar serat elastis/otot: bentuk luka seperti celah
- Arah tegak lurus serat elastis/otot: bentuk luka menganga
- Arah miring terhadap serat elastis/otot: bentuk luka asimetris
b. Alat ganco/lembing: bentuk luka seperti celah bila luka didaerah pertemuan
serat elastis/otot maka bentuk luka bulat (sesuai dengan penampang alat:
c. Alat penampang segitiga atau segiempat: bentuk luka bintang berkaki tiga
atau empat.

Ciri-ciri luka tusuk
Tergantung alatnya bermata atau tidak. Bila ada berujung runcing dan bermata
tajam:
a. Tepi luka rata
b. Sudut luka tajam, pada sisi tumpul dari alat, sudut luka kurang tajam
c. Pada sisi tajam dari alat, rambut ikut terpotong
d. Bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau, kadang-kadang ditemkan
memar disekitar luka
e. Ukuran dalam luka lebih besar daripada panjang luka

Sebab-sebab kematian pada luka tusuk:
a. Penyebab langsung
- Perdarahan
- Kerusakan alat tubuh yang penting
- Emboli udara
b. Penyebab tak langsung: sepsis atau infeksi

Cara kematian pada luka tusuk:
- Pembunuhan
- Bunuh diri
- Kecelakaan

Ciri-ciri luka tusuk pada pembunuhan:
1. Lokasi disembarang tempat, juga didaerah-daerah yang tak mungkin
dijangkau tangan sendiri
2. Jumlah luka dapat satu atau lebih
3. Adanya tanda-tanda perlawanan dari korban yang menyebabkan luka
tangkisan
4. Tidak ditemukan luka tusuk percobaan (tentative stabs)

Ciri-ciri luka tusuk pada bunuh diri:
1. Lokasi pada daerah-daerah yang ada alat tubuh penting dan dapat dicapai
oleh tangan korban sendiri, misalnya dada dan perut
2. Jumlah luka yang mematikan biasanya satu
3. Ditemukan luka tusuk percobaan disekitar luka utama, bergerombol dan
dengan kedalaman yang berbeda-beda
4. Tidak ditemukan luka tangkisan
5. Bila pada daerah yang ada pakaian, maka pakaian akan disingkirkan lebih
dahulu
6. Kadang-kadang tangan yang memegang senjata mengalami cadaveric
spasme
Pada kasus tertentu, hasil pemeriksaan luka tusuk kadang-kadang dapat
membantu menentukan alat atau benda penyebab luka yaitu, bila luka tusuk
dibagian tubuh yang bentuknya stabil, misalnya dada dan ditemukan beberapa alat
yang dicurigai sebagai penyebab luka, ditemukan patahan ujung senjata penyebab
luka, petunjuk lain yaitu:
a. Panjang luka adalah ukuran maksimal dari lebar senjata
b. Dalam luka adalah ukuran minimal dari panjang senjata.

Aspek Hukum Dan Medikolegal Dari Perlukaan
Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR
perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka. Dari aspek hukum, VeR
dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat
memenuhi delik rumusan dalam KUHP. Penentuan derajat luka sangat tergantung
pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman, keterampilan,
keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan sebagainya. Suatu
perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial dan
pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka
panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim dalam
menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa
keadilan.
7

Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga
tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana
maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan sedang (pidana maksimum 2 tahun 8
bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5
tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP
untuk penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan sedang, dan
pasal 351 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat. Setiap
kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga pasal tersebut. Untuk hal tersebut
seorang dokter yang memeriksa cedera harus menyimpulkan dengan menggunakan
bahasa awam, termasuk pasal mana kecederaan korban yang bersangkutan.
7

Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam
pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian,
diancam, sebagai penganiayaan ringan. Jadi bila luka pada seorang korban
diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau
komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
7

Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang) sebagaimana
diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit.
Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati penyakit akibat
kekerasan tersebut, maka korban dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
7

Rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat diatur
dalam pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun. Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif.
Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka
sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut
dimasukkan dalam kategori tersebut.
7

Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah:
7

Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian
Kehilangan salah satu panca indera
Mendapat cacat berat
Menderita sakit lumpuh
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

A. Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis dibuat berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang
dilakukan, setelah datadata yang dibutuhkan didapatkan kemudian dicoba untuk
ditarik satu kesimpulan atau beberapa assessment untuk membantu terapi yang
lebih efektif yang dibutuhkan oleh pasien.
Pada kasus ini didapatkan kronologi kejadian, korban datang diantar teman-
temannya, menggunakan baju kaos lengan pendek berwarna abu-abu berlumur
darah dan celana jeans panjang berwarna biru tua. Pasien datang karena terkena
busur di mata kiri pasien saat pasien pulang kerja dan sedang duduk dengan teman-
temannya di daerah mawas jalan onta baru pada pukul satu lewat dua puluh menit
waktu Indonesia tengah, pasien dibusur oleh dua orang yang sedang mengendarai
motor melewati daerah sekitar pasien. Pasien langsung dilarikan ke Rumah Sakit
Labuang Baji untuk dilakukan penanganan dan pemeriksaan.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan satu buah luka terbuka pada mata
sebelah kiri tepi rata dengan ukuran satu kali nol koma tiga sentimeter, yang
membentuk dua buah sudut, kedua buah sudut lancip, bila dirapatkan luka
membentuk garis diagonal dengan panjang satu sentimeter, tampak bengkak
disekitar luka, tidak tampak jembatan jaringan, tebing luka tidak rata terdiri atas kulit
dan otot yang terpotong tidak rata, tampak perdarahan aktif melalui luka, terdapat
nyeri tekan pada luka.
Dari anamnesis dan pemeriksaan luka, dapat ditarik kesimpulan luka
tersebut dapat sesuai dengan perlukan akibat trauma tajam bermata dua.

B. Penatalaksanaan
Luka tusuk yang merupakan luka terbuka haruslah ditangani dengan baik
untuk mengurangi resiko infeksi serta mempercepat kesembuhan pasien.
Pengobatan awal adalah dengan membersihkan luka menggunakan NaCl 0,9%,
lalu diberikan betadine kering. Setelah itu dilakukan pencabutan busur dengan
dilakukan pembedahan. Luka dijahit yang terlebih dahulu disuntikkan obat bius lokal
untuk mengurangi rasa nyeri. Selanjutnya luka yang telah dijahit ditutupi dengan
kassa steril yang telah diberi antiseptik. Selanjutnya untuk antibiotik dan analgesik
(obat anti nyeri) dapat diberikan peroral (diminum) untuk mengurangi gejala nyeri
dan mencegah infeksi. Penyuntikan vaksin Tetanus juga baik diberikan untuk
mencegah terjadinya tetanus.

C. Komplikasi
Penyembuhan luka tusuk, tergantung pada dalam luka, organ yang terkena
serta adanya infeksi sekunder atau tidak. Komplikasi serius dapat diminimalkan jika
luka tersebut dibersihkan dengan baik. Komplikasi dari luka tusuk sendiri bisa terjadi
jika perdarahan dalam yang dialami pasien cukup massive (banyak) yang dapat
mengakibatkan kegagalan sirkulasi.

D. Prognosis
Prognosis pada kasus luka tusuk sangatlah bergantung pada besar luka,
kedalaman luka daerah atau organ yang terkena dan ada tidaknya proses infeksi
yang terjadi. Pada pasien ini, luka tusuk yang dialaminya mengenai kulit, jaringan
pembuluh darah, mata dan perlu dirujuk ke dokter Spesialis Mata untuk melihat
kerusakan yang terjadi pada mata korban. Untuk kasus ini korban dapat kehilangan
salah satu panca inderanya yaitu kebutaan.


E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, Terdapat satu buah
luka terbuka pada mata sebelah kiri tepi rata dengan ukuran satu kali nol koma tiga
sentimeter, yang membentuk dua buah sudut, kedua buah sudut lancip yang
berdasarkan absis dan ordinat sudut kanan bawah terletak satu sentimeter dari
sudut dalam mata kiri dan nol koma lima sentimeter di bawah lengkung alis mata
kiri, sudut kiri atas terletak satu koma dua sentimeter dari sudut dalam mata kiri dan
tepat di bawah lengkung alis mata kiri, bila dirapatkan luka membentuk garis
diagonal dengan panjang satu sentimeter, tampak bengkak disekitar luka, tidak
tampak jembatan jaringan, tebing luka tidak rata terdiri atas kulit dan otot yang
terpotong tidak rata, tampak perdarahan aktif melalui luka, terdapat nyeri tekan pada
luka. Dari aspek medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan dalam
merinci luka dan kecederaan adalah untuk dapat membantu merekonstruksi
peristiwa penyebab terjadinya luka dan memperkirakan derajat keparahan luka.
Luka tusuk pada korban menyebabkan korban kehilangan salah satu panca
inderanya. Berdasarkan hal ini maka luka tersebut dapat digolongkan ke dalam
derajat luka berat.
















DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. h:1-12.
2. Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984.
h:1-8.
3. Mason H. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S.
Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People,
David Fulton Publishers, London, 1999. p:30-38.
4. Pusponegoro AD, 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, De Jong W,
penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, h. 66-88.
5. Rudiyanto A, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedokteran FKUI:
Edisi ke-1. Jakarta: EGC, h. 37-44.
6. Apuranto H. 2010. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
edisi ketujuh. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. Editor Hoediyanto. Hal
30-35.
7. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat
Luka, pdf, Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Universitas Riau.
2010.

Anda mungkin juga menyukai