Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil knsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandunga. Sebagi batasan ialah kehamila kurang
dari 22 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Rata-rata terjadi
114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian
abortus 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian
abortus sebenarnya mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka
chemical pregnancy loss yang tidak bias diketahui pada 2-4 minggu
setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan gamet (misalnya sperma dan
disfungsi oosit).
B. Tujuan dan Manfaat
Kami berharap dengan adanya makalah ini akan lebih bermanfaat dan
menambah wawasan pembaca khususnya kepada para tenaga medis tentang
abortus yang meliputi Pengertian, Etiologi, Patogenesis, Diagnosa, serta
bagaimana Prognosa dan Penatalaksanaannya.





2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehmilan, dimana janin
belum mampu hidup di luar rahim (belum viable), denga kriteria berat janin
<500 g.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh karena akibat-
akibat tertentu ) pada atau sebelum kehamilan tersebut 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan ( saifuddin AB,
dalam buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2006).
Jadi, istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Berdasarkan vareasi
berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu
hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau usia kehamilan
20 minggu ( terakhir, WHO/ FIGO 1998: 22 minggu ).
Menurut terjadinya abortus dibedakan menjadi :
a. Abortus Spontan
b. Abortus Provokartus
Abortus spontan yang disebut juga dengan miscar riage atau
keguguran, adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar
3

(buatan ) untuk mengakhiri kehhamilan tersebut. Angka kejadiannya sekitar
15-30 % dari seluruh kehamilan normal (Pilliteri, 2000). Jadi, abortus spontan
ini merupakan kegigiran kandungan yang disebabkan trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami. Insiden 19% dari seluruh kehamilan.
Seangkan yang disebuty abortus buatan, pengguguran aborsi atau
abortus Provokatus adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang
bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan yang tidak diinginkan. Jadi,
abortus provokatus merupakan pengguguran kandungan yang disengaja.
B. Etiologi
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan
umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya
(11 12 minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal
(Sayidun, 2001).
1. Faktor ovofetal
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya
menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal
untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40%
kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast
untuk melakukan implantasi dengan adekuat.
2. Faktor maternal
Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit
sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik
4

maternal tertentu lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan
abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa,
inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis
memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk
dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini
terjadi pada 50%-60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu
Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing
manis.
Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.
Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
Kelemahan otot leher rahim.
Kelainan bentuk rahim.
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus
adalah:

5

1. Faktor genetik
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang
paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi
(abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang
menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan. Poliploidi menyebabkan
sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi akibat kelainan kromosom.
Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan
yang berulang salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom
yang abnormal. Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan kariotipe
dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut.
Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesiadan
biayanya cukup tinggi.
2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul
pada 10-15 % wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus
bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran
trimester kedua.
6

Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia),
leimioma, dan endometriosis.
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan
kejadian abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks,
kongenital dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi
kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat
menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda. Defek pada
uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan
leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari
pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG),
histeroskopi dan laparoskopi (prosedur diagnostik).
Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah
pemeriksaan USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat
mengetahui adanya suatu mioma terutama jenis submukosa. Mioma
submukosa merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat mengganggu
implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya mioma pada pasien ini
maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan harus dipastikan
apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB pada pasien
ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan
operasi.
7

3. Faktor endokrin
Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20
% kasus.
Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan
tidak cukupnya produksi progesteron).
Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik
ovarium merupakan faktor kontribusi pada keguguran.
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus,
diabetes melitus dan defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya
tidak berkaitan dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981).
Pengendalian glukosa yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus
(Sutherland dan Pritchard, 1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya
sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai
kaitan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil
konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa
kematiannya.
4. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin
sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang. Organisme-
organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia,
8

Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan
Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan
berulang masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan
penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari
cairan pada servikal dan endometrial.
5. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan
darah dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena
kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah
terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang
antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi
cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan
darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus
berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan
peningkatan fragilitas kapiler.
6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut sering
meninggal dunia tanpa melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes
melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis) dapat diketahui
lebih mendalam melalui anamnesa yang baik. Penting juga diketahui
9

bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah menderita infeksi
berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat. Untuk
eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan laboratorium
seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk
menilai apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus
yang kemudian dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti
persalinan prematur.
7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling
besar menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan
bukti yang menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam
makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
8. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang
dianggap teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan
alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah
satu yang berperan.
9. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang
dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya.
Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang
secara emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan.
10

Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan
menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.
Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada terjadinya abortus
spontan yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik
bagi penderita untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha
mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus yang berulang
tersebut, sebelum penderita hamil guna mempersiapkan kehamilan yang
berikutnya.
C. Patogenesis
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan
secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat
proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau
diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum
uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih
melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan
11

pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 22, Janin biasanya
sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam
yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri
lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam
(Prawirohardjo, 2002).
D. Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas:
1. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, sematamata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa
indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-
alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
12

Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
E. Gambaran Klinis Abortus
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens
(threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus
inkompletus (incomplete abortion) atau abortus kompletus (complete
abortion), abortus tertunda (missed abortion), abortus habitualis (recurrent
abortion), dan abortus septik (septic abortion).
1. Abortus imminiens, merupakan abortus tingkat permulaan, terjadi
pendarahan pervagina, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik di dalam uterus.
Tanda dan Gejala Abortus Imminies, Meliputi:
Pendarahan sedikit / bercak
Kadang disertai rasa mulas / kontraksi
Periksa dalam belum ada pembukaan
Palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan ( uterus memberas
sebagaimana usia kehamilan)
Hasil tes kehamilan positif (+)
2. Abortus insipiens, merupakan abortus yang sedang mengancam yang
ditandai dengan servik yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi
masih berada lengkap didalam uterus.
Tanda dan Gejala :
13

Perdarahan banyak disertai bekuan
Mulas hebat (kontraksi makin lama makin kuat dan makin sering)
Ostium uteri eksternum mulai terbuka(serviks terbuka)
Pada palpasi : tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan
3. Abortus inkomplit atau komplit.
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal
(biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung,
banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena
masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing
(corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya
dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak
sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap,
maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu
dilakukan. Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah
isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan
berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan
epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali.
Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus
inkompletus atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan.
Tanda dan Gejala :
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
14

Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok.
4. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi
tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-
sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus
tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Pada pemeriksaan dalam,
serviks tertutup dan ada darah sedikit.
5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu
hamil, dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada
abortus habitualis (Jauniaux et al., 2006). Menurut Mochtar (1998),
abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut
atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau
spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah
patologis. Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan
kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
15

progesterone sesudah korpus luteum atrofis juga merupakan etiologi dari
abortus habitualis.
6. Abortus Septik (Septic abortion)
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau
abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-
syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan
abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci.
Tanda dan gejala:
Kanalis servikalis terbuka
Ada perdarahan
Demam
Takhikardia
Perdarahan berbau
Uterus membesar dan lembek
Nyeri tekan
Leukositosis
F. Diagnosis
Tindakan klinis yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya
abortus antara lain;
1. Terlambat haid atau amenoria kurang dari 20 minggu
16

2. Pemeriksaan fisik yang terdiri dari keadaan umum tampak lelah, terkanan
drah normal ataumenurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, dan
suhu badan normal atau meningkat ( jika keadaan umum buruk, lakukan
resusitan dan stabilisasi)
3. Adanya pendarahan pervagina yang dapat disertai keurnya jaringan janin,
mual dan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus ( rasa sakit atau keram
perut diatas daerah synopsis )
4. Pemeriksaan ginekologi meliputi inspeksi vulva dengan melihat
pendarahan pervagina, ada / tidaknya jarinan janin, dan tercium / tidak bau
busuk dari vulva inspekulo.
5. Pendarahan dari ka um uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/
tidaknya cairan atau jaringan busuk dari ostium
6. Pada pemeriksaaan dalam, dengan melihat porsio masih terbuka atau
sudah tertutup teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada saat perabaab adneksa, dan kavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri ( manjoer, dkk, 2004).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang umumnya dikakukan antaralain;
1. Tes kehamilan akan menunjukan hasil positif bila janin masih hidup
bahkan 2-3 hari setelah abortus
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
17

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Arif Mansjoer
dkk,2004 )
H. Komplikasi Abortus
1. Perdarahan
Pada abortus komplit, perdarahan akan terjadi banyak dan akan
mengakibatkan kematian. Sedangkan pada abortus inkomplit, perdarahan
akan terjadi terus-menerus sehingga dapat menyebabkan gangguan
koagulasi (Disseminated Intravascular Coagulation) yang pada akhirnya
akan menyebabkan anemia dan kematian.
2. Infeksi
Dampak pada perdarahan yang banyak akan mengakibatkan volume darah
berkurang, pasien (ibu) menjadi anemia dan daya tahan tubuh menurun
mengakibatkan kuman mudah masuk dan berkembang. Kuman yang bisa
menyebabkan infeksi pasca abortus adalah Escherica coli yang berasal
dari rektum menjalar ke vagina. Organ yang terserang antara lain:
Endometrium, Peritoneum.
3. Perforase akibat kuretase
Dampak dari kuretase akan menyebabkan perforasi pada dinding uterus
yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehamilan berikutnya.
4. Syok
Terjadi akibat syok hemorhagik, syok hipovolemik dan infeksi berat.


18

5. Ketidakberdayaan
Perasaan sedih akibat kehilanagn calon bayi menyebabkan pasien (ibu)
merasa tidak berdaya terutama kondisi ini akan semakin berat bila kondisi
ibu untuk melahirkan sangat terbatas misalnya klien (pasien) yang
terlambat menikah atau sulit mempunyai anak. Hal tersebut dapat
menimbulkan perasaan putus asa dan tidak berdaya.
I. Asuhan Keperawatan Pada Abortus
Format Asuhan Keperawatan Pada NY. S Dengan Diagnosa Medis
Abortus Incomplet.
I. Identitas pasien
Nama : NY. S
Umur : 37 tahun
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Nama suami : Tn. SM
Umur : 40 tahun
Alamat : Karasan Palbapang Bantul
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa medis : Abortus inkompit
Tanggal MRS : 11 oktober 2007 jam 00.15

19

II. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Klien mengeluh keluar darah lewat vagina sejak hari senin, terasa
nyeri pada perut dan pinggang, kencang-kencang, nyeri tidak
menyebar, skala 7.
2. Faktor pencetus
Kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit sekarang ini, klien
pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnose abortus imminent.
Klien hamil 5 buan/20 minngu, G
2
P
1
A
0
3. Timbul keluhan : Bertahap
4. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
Pasien dirumah sakit bedrest, tapi tetap nyeri di perut dan pinggang,
masi kencang-kencang dan akhirnya di bawa ke rumah sakit
5. Riwayat obserti
Menarche usia : 12 tahun
Menstruasi : Teratur setiap bulan selama 8 hari
Karakteristik : Nyeri pada hari prtama menstruasi
III. Riwayat keluarga
Keluaraga tidak ada yang menderita penyakit serius
IV. Riwayat kesehatan
Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
Kecelakaan atau oprasi : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
20

Imunisasi : Vaksin TT
Kebiasaan yang merugikan : Tidak ada
V. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Compos mentis
BB : 60 kg
TB : 158 cm
TTV : TD = 100/70 mmhg
RR = 28 x/menit
N = 92 x/menit
S = 37
0
C
Kepala : Mesochepal
Leher : Tidak ada peningkatan JVP
Telinga : Simetriskiri dan kanan, tidak ada serumen,
bersih dan tidak bau
Hidung : Simetris jalan nafas ancar
Tenggorokan : Tidak ada gangguan menelan
Dada : Payudara tidak mengelurkan asi
Abdomen : Tidak ada pembesaran vena abdomen,
nyeri tekan pada abdomen
Genitalia : Keluar lender darah, warna merah, tidak
ada hemoroid, terpasang DC ukuran 16
sejak 11 oktober 2007
Muskuloskeletal : gerakan normal, tidk ada gangguan, tidak
21

ada edema, tangan kiri terpasang infuse RL
20 tpm
VI. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS:
Pasie mengatakan nyeri
sekali pada perut bagian
bawah dan pinggang,
durasinya 5 menit,
rasanya mules sekali
skala 7
DO:
- Pasien meringis
menahan sakit
- Gelisah, merintih
kesakitan
- Focus pada diri
sendiri
- Tingkah laku
berhati-hati
- Posisi untuk
mengurangi nyeri
Kontraksi uterus Nyeri akut
22

DS:
Pasien mengatakan sejak
senin pagi keluar cairan
dan menggumpal
DO:
- Konjungtiva
anemis
- Pasien tampak
pucat
- Pasien lemah
Perubahan status
kesehatan
Cemas
DS:
Pasien mengatakan takut
dengan apa yang terjadi
nanti
DO:
- Kontak mata
buruk
- Gelisah
- Pandangan
sekilas
- Pergerakan
tanggan kaki
tidak bermakna
Perubahan status
kesehatan
Cemas
23

VII. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyama (nyeri akut) berhubungan dengan kontraksi
uterus
VIII. Intervensi keperawatan
DX : Gangguan rasa nyama (nyeri akut) berhubungan dengan
kontraksi uterus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 Jam
diharapkan nyeri dapat berkurang
Kriteria Hasil : Pasien dapat mengungkapkan rasa nyeri berkurang,
pasien tampak tenang dan rileks.













24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehmilan, dimana janin
belum mampu hidup di luar rahim (belum viable), denga kriteria berat janin
<500 g.
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan
umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya
(11 12 minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.
Diagnosa biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan,
melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak
tumbuhnya malah mengecilnya uterus.
Hal tersebut diatas akan membawa kita pada suatu planning terapi
serta pemilihan obat yang tepat dan efektif akan mempunyai pengaruh pada
suatu prognosa yang akan terjadi dikemudian hari.
B. Saran
Banyak kasus aborsi yang telah terjadi dimasyarakat khususnya
dikalangan remaja. Oleh karena itu, hal tersebut mengharuskan kita khususnya
sebagai petugas kesehatan untuk lebih memahami akan dampak dari abortus
tersebut. Sehingga kita dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat akan bahaya dari tindakan aborsi agar mereka dapat memahami
dan mencegah segala tindakan aborsi yang mungkin terjadi disekitar mereks.
25

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, M. Chrisdiono. 2007 . Obserti dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Stright, R. Barbara. 2001. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir: Edisi 3. Jakarta:
EGC

Sofian, Amru. 2011. Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Ed. 3, Jilid 2. Jakarta:
EGC

Mudzakkir dan Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan dan
Keperawatan. Yogyakarta: MERKID PRESS

NANDA, NOC, NIC.

Anda mungkin juga menyukai