Anda di halaman 1dari 12

Analisis Tingkat Rawan Banjir di Propinsi Jawa Timur

Dari Data Penginderaan Jauh dan SIG


Nanik Suryo Haryani, Fajar Yulianto dan Anneke K.S. Manoppo
Bidang Pemantauan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Ringkasan
Citra satelit penginderaan jauh menyajikan informasi sik suatu daerah, sehingga dapat
dianalisis dan diidentikasi untuk parameter kajian banjir. Tujuan penelitian adalah meng-
analisis data stelit pengideraan jauh menggunakan Sistem Informasi Geogras (SIG) untuk
menentukan zona potensi rawan banjir di Provinsi Jawa Timur. Penentuan zona potensi
rawan banjir dilakukan dengan pembobotan setiap indikator banjir sekaligus berfungsi se-
bagai variabel banjir, terdiri dari: penutup/penggunaan lahan, relief, jenis tanah, dan jenis
batuan. Hasil yang diperoleh adalah klasikasi zona tingkat rawan banjir yang dibedakan
menjadi 5 klas tingkat rawan banjir yang terjadi pada musim penghujan, lokasi daerah rawan
banjir serta luas daerah rawan banjir.
Kata kunci : Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geogras (SIG), Rawan Banjir, Va-
riabel Indikator Banjir
1 Pendahuluan
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang sulit diduga karena datang secara tiba-tiba,
dengan periodisitas yang tidak menentu, kecuali untuk daerah-daerah yang sudah menjadi lang-
ganan terjadinya banjir tahunan. Secara umum banjir adalah peristiwa dimana daratan yang
biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi dan kondisi topogra wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Ter-
jadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan inltrasi tanah, sehingga
menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air (Seyhan, 1990). Selain itu, terjadinya ban-
jir juga dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runo) yang meluap dan volumenya
melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem aliran sungai.
Berdasarkan fenomena geomorfologi, setiap bentuk lahan bentukan banjir dapat memberikan
informasi tentang tingkat kerawanan banjir beserta karakterisriknya (frekuensi, luas dan lama
genangan bahkan mungkin sumber penyebabnya). Maka dapat dikatakan bahwa, survei geomor-
fologi pada dataran aluvial, dataran banjir dan dataran rendah lainnya dapat digunakan untuk
memperkirakan sejarah perkembangan daerah tersebut sebagai akibat terjadinya banjir (Oya,
1973 dalam Suprapto,1998).
Penentuan zona daerah rawan banjir menggunakan satelit penginderaan jauh dan SIG dapat
dilakukan dengan memadukan antara fenomena banjir dan kemampuan data satelit. Citra
penginderaan jauh yang berupa citra Landsat atau citra Spot dapat menyajikan informasi sik
suatu daerah, sehingga dapat diidentikasi dan dianalisis untuk parameter kajian banjir, serta
analisis fenomena alam yang terjadi. Salah satu parameter yang digunakan adalah bentuk lahan
dan penutup/penggunaan lahan dianalisis dengan teknik SIG (Sistem Informasi Geogras) dan
diuji keakuratannya dengan menggunakan data sekunder seperti data daerah genangan dan data
hasil survei lapangan.
PIT MAPIN XVII, Bandung 10-12-2008
361
Daerah rawan banjir adalah daerah yang mudah atau mempunyai kecenderungan untuk terlanda
banjir. Daerah tersebut dapat diidentikasi dengan menggunakan pendekatan geomorfologi
khususnya aspek morfogenesa, karena kenampakan seperti teras sungai, tanggul alam, dataran
banjir, rawa belakang, kipas aluvial, dan delta yang merupakan bentukan banjir yang berulang-
ulang (Masahiko Oya, 1976 dalam Suprapto 1984) yang merupakan bentuklahan detil yang
mempunyai topogra datar.
Pada musim penghujan sering terjadi banjir di beberapa daerah di Jawa Timur, hal ini meng-
akibatkan kerugian bagi masyarakat yang terkena bencana banjir tersebut baik berupa korban
jiwa maupun harta. Kejadian bencana banjir di Jawa Timur ini sering terjadi setiap tahun pada
waktu musim penghujan. Salah satu kejadian banjir di Jawa timur pada tanggal 20 April 2007
mengakibatkan 7482 unit rumah, 37 unit tempat ibadah, 18 unit sekolah serta 4893,20 hektar
persawahan terendam air (BPPT, 2007). Mengingat kejadian banjir mengakibatkan kerugian
yang besar maka perlu adanya kajian untuk menganalisis potensi rawan banjir di wilayah Jawa
Timur.
Citra penginderaan jauh yang berupa citra Landsat dapat menyajikan informasi sik suatu
daerah, sehingga dapat dianalisis dan diidentikasi untuk parameter kajian banjir, serta analisis
fenomena alam yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, penentuan zona potensi rawan banjir
dilakukan dengan pembobotan setiap indikator banjir, dimana indikator tersebut yang sekaligus
berfungsi sebagai variabel banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan zona potensi
kerawanan banjir menggunakan data penginderaan jauh dan SIG.
2 Deskripsi wilayah penelitian
2.1 Letak Geogras dan Batas Wilayah
Letak geogras Provinsi Jawa Timur terletak pada: 111

0 BT - 114

4 BT (Bujur Timur) dan


7

12 LS - 8

48 LS (Lintang Selatan). Provinsi Jawa Timur terdiri dari 38 kabupaten/kota


yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kotamadya. Provinsi Jawa Timur mempunyai luas wilayah
sebesar 46.428,57 km
2
.
Batas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah: Sebelah timur Pulau Bali, sebelah barat Provinsi
Jawa Tengah, sebelah utara Laut Jawa dan Provinsi Kalimantan Selatan, dan di sebelah selatan
Samudera Indonesia.
Gambar 1: Batas administrasi Provinsi Jawa Timur
362
2.2 Kondisi Fisik Tanah
Berdasarkan Peta Tanah skala 1 : 2.500.000 tahun 1985 yang dibuat oleh Bakosurtanal, dan
kelas tanah ini berdasarkan USDA Soil Taxonomy tahun 1985 untuk Daerah Provinsi Jawa
Timur didominasi oleh jenis tanah Topouvents dengan diskripsi tanah Undeveloped, layered
soils of riverin oodplains of hot climates dan jenis tanah Ustipsamment dengan diskripsi tanah
undevelope sandy soils subject to seasonal moistures stress.
2.3 Iklim
Provinsi Jawa Timur memiliki tipe iklim A, B, C, D, E, F. Sebaran wilayah berdasarkan tipe
iklim adalah sebagai berikut: Tipe iklim A dan B sebarannya terdapat di Gunung Wilis dan
Gunung Ijen. Tipe iklim C dan D sebarannya terdapat di Tulungagung, Jember, Trenggalek dan
Pulau Madura. Tipe iklim E dan F sebarannya terdapat di Tuban, Pasuruhan, Probolinggo,
Situbondo dan Banyuwangi. Tipe iklim berdasarkan sebaran luas adalah 52% terdiri dari tipe
iklim D, sedangkan tipe iklim C sebarannya seluas 30 % (Balai KSDA Jawa Timur, 2006).
Berdasarkan data dari Badan Meterorologi dan Geosika (BMG), bulan kering di Provinsi Jawa
Timur terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan bulan basah pada bulan Januari
berkisar 240 mm. Suhu udara di Provinsi Jawa Timur termasuk tinggi antara 19,70

C 36,30

C.
3 Metodologi
3.1 Data
* Data primer yang digunakan terdiri dari: a. Data Satelit penginderaan jauh (Citra Landsat)
dengan resolusi 30 m. b. Digital Elevation Model - Shuttle Radar Topographic Mission (DEM-
SRTM) dengan resolusi 90 m. c. Data MTSAT-IR untuk akhir Desember 2007. d. Data TRRM
untuk akhir Desember 2007. * Data sekunder yang digunakan terdiri dari: a. Peta Rupa Bumi,
Peta Tanah dan Peta Geologi. b. Bahan-bahan literatur yang berhubungan dengan penelitian.
3.2 Metode
Metode yang digunakan untuk penetuan potensi rawan banjir adalah dengan pembobotan in-
dikator banjir yang sekaligus berfungsi sebagai variabel banjir. Variabel indikator banjir terdiri
dari 4 variable antara lain: penggunaan lahan/penutup lahan , relief atau kemiringan lereng,
jenis tanah dan jenis batuan/analisis geologi. Masing-masing variabel dilakukan pembobotan,
dimana besar kecilnya bobot dan nilai variabel berdasarkan variabel yang paling berpengaruh
terhadap kejadian banjir. Semakin besar pengaruh terjadinya banjir maka bobot dan nilai
variabel indikator banjir semakin besar.
Setelah dilakukan pembobotan kemudian dilakukan klasikasi tingkat kerawanan banjir yaitu
dengan cara mengalikan antara nilai variabel indikator banjir dengan bobotnya, dengan meng-
gunakan formula sbb.:
Rawan banjir = a NV (Lu) +b NV (Tp) +c NV (So) +d NV (Ro) (1)
Keterangan: a, b, c, d = Bobot masing-masing variabel NV = Nilai Variabel Lu = Penu-
tup/penggunaan Lahan Tp = Kemiringan Lereng So = Jenis Tanah Ro = Jenis batuan/geologi
363
Secara ringkas pelaksanaan penelitian seperti pada diagram alir berikut ini:
Gambar 2: Diagram alir penelitian
4 Hasil dan pembahasan
4.1 Analisis Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan hasil klasikasi citra landsat tahun 2002 untuk daerah Provinsi Jawa Timur di-
kelaskan menjadi 11 klas penggunaan lahan yang terdiri dari: hutan mangrove, hutan primer,
kampung, kota, lahan terbuka, perkebunan, rawa, sawah, semak, belukar, tambak dan waduk.
Hasil klasikasi citra lansat berupa Informasi spasial penggunaan lahan di Provinsi Jawa Timur
seperti pada Gambar 3 berikut ini.
Penutup/penggunaan lahan di Provinsi Jawa Timur yang terluas adalah kelas penutup/penggunaan
lahan sawah dan perkebunan masing-masing sebesar 28,92 % dan 23,84 % dari luas wilayah Pro-
vinsi Jawa Timur. Sedangkan penutup/penggunaan lahan yang paling kecil adalah rawa dan
hutan mangrove dengan masing-masing luas sebesar 0,02 % dan 0,04 %. Luas hasil klasikasi
penutup/penggunaan lahan dari citra landsat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Daerah yang mempunyai pengaruh besar atau berpotensi terjadinya banjir adalah pengguna-
an lahan berupa lahan terbuka hasil dari pembukaan lahan dari penggunaan lahan hutan atau
daerah yang menjadi daerah resapan. Selain itu di Daerah Provinsi Jawa Timur yang meru-
pakan lokasi rawan banjir adalah daerah di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo dan daerah
yang merupakan bottle neck Sungai Bengawan Solo yaitu di Kabupaten Ngawi dan Kabupaten
Bojonegoro.
364
Gambar 3: Informasi spasial penggunaan lahan Provinsi Jawa Timur
4.2 Analisis Topogra di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data penginderaan jauah Digital Elevation Model - Shuttle Radar Elevation Mission
(DEM-SRTM) tahun 2000, bahwa topogra daerah Jawa Timur bagian utara yang sering terjadi
banjir merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai dengan
100 m di atas permukaan laut, dimana daerah Jawa Timur bagian utara merupakan daerah
pantai yang terletak berdekatan dengan Laut Jawa.
Data penginderaan jauh DEM-SRTM tahun 2000 di Provinsi Jawa Timur seperti pada Gam-
bar 4-2, dari gambar tersebut menunjukkan bahwa daerah provinsi Jawa Timur mempunyai
kemiringan lereng sbb.:
0 8 % merupakan daerah datar dan landai
8 15 % merupakan daerah bergelombang sampai berbukit
15 25 % merupakan daerah berbukit
25 45 % merupakan daerah berbukit sampai bergunung
> 45 % merupakan daerah bergunung
Daerah yang berpotensi rawan banjir adalah daerah yang mempunyai topogra datar sampai
dengan daerah yang bertopogra landai dengan kemiringan lereng antara 0 8 %. Data dari
informasi spasial DEM-SRTM berikut (pada Gambar 4), ditunjukkan dengan warna putih, selu-
ruh kabupaten di Jawa Timur mempunyai daerah rendah yang berpotensi rawan banjir. Daerah
rendah yang berpotensi terjadinya banjir sebagian besar terdapat di daerah Pantai Utara Jawa
(yang meliputi Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Proboling-
go dan Situbondo) dan sebagian kecil terdapat di pantai selatan (meliputi Kabupaten Jember,
Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Banyuwangi).
4.3 Analisis Data Tanah di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Skala 1 : 250.000 tahun 1966 untuk Provinsi Jawa Timur terdiri
dari jenis tanah: Alluvial hidromorf, Alluvial Kelabu, Regosol, Grumusaol dan Latosol.
365
Tabel 1: Luas penutup/penggunaan lahan Provinsi Jawa Timur
NO PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha.) LUAS (%)
1 No Data 165174.76 3.86
2 Hutan Mangrove 1884.76 0.04
3 Hutan Primer 551269.76 12.87
4 Kampung 304142.92 7.10
5 Kota 50398.71 1.18
6 Lahan Terbuka 54316.62 1.27
7 Perkebunan 1021464.74 23.84
8 Rawa 669.95 0.02
9 Sawah 1239105.62 28.92
10 Semak Belukar 827271.08 19.31
11 Tambak 61753.11 1.44
12 Waduk 6942.39 0.16
Jumlah 4284394.42 100
Sumber: Hasil Interpretasi Citra Landsat . 2002
Gambar 4: Informasi spasial DEM-SRTM di Provinsi Jawa Timur
Tabel 2: Jenis tanah di Provinsi Jawa Timur
No Jenis Tanah Bahan induk Fisiogra
1 Alluvial Hidromorf Endapan Liat Dataran
2 Alluvial Kelabu Endapan Liat Dataran
3 Regosol Kelabu Endapan pasir dan batu liat Bukit lipatan
4 Grumusol Kelabu Endapan liat Dataran
5 Latosol Coklat Tuf volkan intermedier Volkan
6 Latosol Merah Tuf volkan basis Bukit Lipatan
366
Data jenis tanah di Provinsi Jawa Timur diperlihatkan pada Tabel 2. yang dapat dianalisis
seperti berikut ini:
a. Alluvial Hidromorf
Jenis tanah ini terjadi karena proses gleisasi yang kuat sehingga menyebabkan tanah ini
berwarna kelabu. Tanah jenis ini dikenal dengan jenis tanah Alluvial Hidromorf, jenis
tanah ini tersebar di dataran pantai yang bertopogra datar hingga bergelombang.
b. Alluvial Kelabu
Tanah Alluvial kelabu terbentuk dari hasil pengendapan sungai pada saat banjir di masa
lampau. Tanah ini berwarna kelabu hingga kelabu gelap. Jenis tanah ini dikenal dengan
Alluvial Kelabu Tua, jenis tanah ini tersebar di daerah yang bertopogra datar hingga
bergelombang.
c. Regosol
Tanah regosol ditampilkan dalam bentuk komplek regosol kelabu dan litosol. Tanah ini
berasal dari bahan induk batu pasir dan batu liat yang mempunyai siogra bukit lipatan.
Tekstur tanah umumnya kasar, struktur remah, dan konsistensi lepas. Pada umumnya
tanah ini berbentuk agrega, sehingga tanah ini peka terhadap erosi.
d. Grumusol
Tanah grumusol ditampilkan dalam bentuk grumusol kelabu dan grumusol kelabu tua.
Tanah ini berasal dari bahan induk endapan liat yang mempunyai siogra dataran.
e. Latosol Tanah latosol ditampilkan dalam bentuk latosol coklat, latosol coklat kemerahan
dan latosol merah kekuningan. Tanah ini dari bahan induk tuf volkan intermedier dan tuf
volkan masam
Secara geomorfologis daerah rawan banjir terdapat pada bentuk lahan marine, uvial, dan u-
vio marine (uvio marine merupakan gabungan bentuk lahan marine dan bentuk lahan uvial).
Bentuk lahan marine terbentang di sepanjang pantai yang bertopogra datar, seperti di pantai
utara Jawa Timur. Bentuk lahan uvial merupakan bentuk lahan yang dipengaruhi oleh ter-
bentuknya sungai dan perkembangannya. Bentuk lahan uvial dapat dijumpai di daerah yang
bertopogra datar hingga bergelombang, seperti di sepanjang Sungai Bengawan Solo dan Sungai
Brantas.
Gambar 5: Peta jenis tanah di Provinsi Jawa Timur
367
4.4 Analisis Jenis Batuan dan Geologi di Provinsi Jawa Timur
Peta Jenis Batuan Skala 1 : 250.000 tahun 1966 untuk Provinsi Jawa Timur diperlihatkan pada
Gambar 6. Adapun jenis batuan yang ada di Provinsi Jawa Timur terdiri dari batuan napal yang
berbentuk lunak, batuan abu/pasir dan tuf volkan (intermedier sampai basis), batu endapan,
batu kapur, batu pasir, endapan liat, endapan pasir, batuan tuf dan batuan volkan (intermedier,
masam dan basis).
Gambar 6: Peta jenis batuan di Provinsi Jawa Timur
Struktur Geologi Jawa Timur di dominasi oleh Alluvium dan bentukan hasil gunung api kwarter
muda, keduanya meliputi 44,5 % dari luas wilayah darat , sedangkan bantuan yang relatif juga
agak luas persebarannya adalah miosen sekitar 12,33 % dan hasil gunung api kwarter tua sekitar
9,78 % dari luas total wilayah daratan. Sementara itu batuan lain hanya mempunyai proporsi
antara 0 - 7%. Batuan sedimen Alluvium tersebar disepanjang sungai Brantas dan Bengawan
Solo yang merupakan daerah subur. Batuan hasil gunung api kwater muda tersebar dibagian
tengah wilayah Jawa Timur membujur kearah timur yang merupakan daerah relatif subur.
4.5 Analisis Data Curah Hujan di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan pengolahan data satelit penginderaan jauh MTSAT IR pada akhir bulan Desember
2007 yaitu tanggal 24 sampai dengan 28 dan 30 Desember 2007 dapat dilihat adanya peluang
hujan lebat selama beberapa hari yang terjadi hampir di seluruh Pulau Jawa estimasi peluang
hujan lebat dari hasil pengolahan data MTSAT IR ini didasarkan pada suhu puncak awan
(cloud-top temperate).
Klasikasi peluang hujan berdasarkan suhu puncak awan (Tct) dikelompokkan menjadi 4 klas
yaitu peluang hujan lebat Tct < -75

C, peluang hujan sedang -75 C Tct < -47

C, peluang
hujan ringan - 47

C Tct < -20

C, dan Tct -20

C
Berdasarkan data satelit penginderaan jauh MTSAT-IR (infra merah) bahwa terdapat peluang
hujan lebat pada akhir bulan Desember 2007 hampir di seluruh Pulau Jawa terutama di Provinsi
Jawa Timur, dalam gambar berikut ditunjukkan dengan warna biru, (Gambar 7).
Akumulasi curah hujan harian sebagai pemicu terjadinya banjir dapat dilihat pada Gambar 4-6.
Berdasarkan hasil pengolahan data satelit penginderaan jauh TRMM, sebagai contoh pada akhir
Desember 2007 menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur terdapat akumulasi curah hujan
yang tinggi yaitu antara 75 mm sampai dengan 125 mm yang ditunjukkan dengan warna hijau
serta curah hujan antara 125 mm/hari sampai dengan 175 mm/hari yang ditunjukkan dengan
warna kuning. Besarnya akumulasi curah hujan harian yang tinggi mengakibatkan terjadinya
368
Gambar 7: Potensi peluang hujan lebat pada tanggal 24 28 dan 30 Desember 2007 hasil pengo-
lahan citra infra merah MTSAT-1R
Gambar 8: Akumulasi curah hujan dari data TRMM
banjir di daerah tersebut.
Peta tingkat rawan banjir yang dihasilkan dari analisis sistem informasi geogra (SIG) meru-
pakan data statis, apabila ditambah dengan hasil pengolahan data MTSAT-IR yang merupakan
informasi spasial peluang hujan lebat. Berdasarkan hasil peta tingkat rawan banjir yang telah
dihasilkan seperti pada Gambar 9 ditambah hasil pengolahan data MTSAT maka dapat dija-
dikan untuk informasi spasial pemantauan potensi rawan banjir. Pemantauan potensi rawan
banjir dapat dilakukan secara harian.
369
4.6 Analisis Potensi Rawan Banjir di Provinsi Jawa Timur
Analisis potensi rawan banjir diperoleh dari hasil analisis Sistem Informasi Geogra (SIG) me-
lalui skoring dan pembobotan setiap variabel indikator banjir. Variabel indikator banjir terdiri
dari beberapa variable antara lain: penggunaan lahan/penutup lahan, relief atau kemiringan
lereng, jenis tanah dan jenis batuan (yang digunakan untuk analisis geologi).
Variabel indikator yang mempunyai pengaruh besar atau berpotensi terjadinya banjir adalah
penggunaan lahan berupa lahan terbuka hasil dari pembukaan lahan atau adanya konversi lahan
dari lahan /daerah yang digunakan untuk resapan menjadi lahan terbangun. Daerah Provinsi
Jawa Timur yang merupakan lokasi rawan banjir adalah daerah di sekitar aliran Sungai Benga-
wan Solo dan daerah yang merupakan bottle neck Sungai Bengawan Solo yaitu di Kabupaten
Ngawi dan Kabupaten Bojonegoro. Selain itu daerah pantai utara Jawa Timur yang selalu ter-
kena banjir adalah Kabupaten Lamongan, Tuban, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan
Situbondo.
Berdasarkan variabel indikator kemiringan lereng bahwa daerah yang berpotensi rawan banjir
adalah daerah yang mempunyai topogra datar sampai dengan daerah yang bertopogra landai
dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 - 8 %. Untuk wilayah Jawa Timur daerah yang
bertopogra datar sampai dengan landai yaitu daerah pantai utara Jawa Timur dan daerah
daerah di sekitar daerah aliran sungai Bengawan Solo.
Variabel indikator lain yang berpengaruh terjadinya banjir adalah jenis tanah dan jenis batu-
an. Analisis tanah terangkum dalam analisis geomorfologi. Secara geomorfologis daerah rawan
banjir terdapat pada bentuk lahan marine, uvial, dan uvio marine (uvio marine merupakan
gabungan bentuk lahan marine dan bentuk lahan uvial). Bentuk lahan marine terbentang di
sepanjang pantai yang bertopogra datar, seperti di pantai utara Jawa Timur. Sedangkan va-
riabel jenis batuan terangkum dalam analisis geologi. Di daerah sepanjang sungai Brantas dan
Bengawan Solo yang merupakan daerah subur terdiri dari batuan Alluvium, sedangkan wilayah
bagian tengah Jawa Timur yang membujur ke arah timur merupakan hasil gunung api kwarter
muda.
Hasil dari proses analisis Sistem Informasi Geogra (SIG) melalui skoring dan pembobotan
setiap variabel indikator banjir diperoleh informasi spasial tingkat kerawanan banjir di Provinsi
Jawa Timur seperti pada Gambar 9. Sedangkan hasil luas tingkat rawan banjir di Provinsi Jawa
Timur dapat dilihat pada Tabel 3, dimana daerah tingkat rawan banjir sangat rawan sebesar 6,95
% yang sebagian besar tersebar di daerah Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Surabaya,
Sidoarjo, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Tulungagung, Jember dan Jombang, serta sebagian terjadi
di Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan,Tuban, Lumajang, Malang dan Blitar.
Tabel 3: Luas tingkat rawan banjir di Provinsi Jawa Timur
No Tingkat Rawan Banjir Luas (Ha.) Luas (%)
1 Sangat Rawan 329709.90 6.95
2 Rawan 1162797.14 24.52
3 Cukup Rawan 644867.34 13.60
4 Kurang Rawan 821150.95 17.31
5 Tidak Rawan 1784540.77 37.62
Jumlah 4743066.10 100.00
370
Gambar 9: Informasi spasial potensi rawan banjir di Provinsi Jawa Timur
5 Kesimpulan
- Peta rawan banjir di Provinsi Jawa Timur yang dihasilkan dari analisis sistem informasi
geogra (SIG) dari variable penggunaan lahan, topogra/kemiringan lereng, jenis tanah
dan jenis batuan/analisis geologi terdiri dari 5 klas yaitu sangat rawan, rawan, cukup
rawan, agak rawan dan tidak rawan. Tingkat rawan banjir dalam klas sangat rawan dan
rawan berturut-turut sebesar 6,95 % dan 24,52 %.
- Lokasi tingkat rawan banjir yang termasuk dalam klas sangat rawan terdistribusi di Ka-
bupaten Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Ngawi, Madiun, Nganjuk,
Tulungagung, dan Jombang.
- Peta tingkat rawan banjir yang telah dihasilkan dari hasil analisis system informasi geogra
(SIG) dari beberapa parameter merupakan data permanent, apabila ditambah dengan
hasil pengolahan data MTSAT-IR yang merupakan informasi spasial peluang hujan lebat
harian maka dapat dijadikan untuk informasi spasial pemantauan potensi rawan banjir
secara harian.
Daftar pustaka
Balai KSDA Jawa Timur. 2006. Data Statistik Balai KSDA Jawa Timur 1- Departemen Kehu-
tanan. Jakarta.
Joyosuharto, S. 1985. Dasar-Dasar Pemikiran Klasikasi Bentuklahan. Fakultas Geogra,
UGM. Yogyakarta
Lillesand, TM dan Kiefer, 1990, Remote Sensing and Image Interpretation, Gajah Mada Uni-
371
versity Press, Yogjakarta
Lilik Kurniawan, Iwan G Tejakusuma, Heru Sri Naryanto, Suryana Prawiradisastra. 2007.
Rapid Assessment Bencana Indonesia 2007, Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan
Mitigasi Bencana, TPSA, BPPT, Jakarta.
Richard, JA, 1986, Remote Sensing Digital Image Analysis, S-Verlag, Berlin, Germany.
Suprapto Dibyosaputro, 1984. Flood Susceptibility And Hazard Survey of The Kudus Prawata
Welahan Area, Central Java. Indonesia. Thesis, ITC, Enschende, Netherlands.
Suprapto Dibyosaputro, 1988. Bahaya Kerentanan Banjir Daerah Antara Kutoarjo - Prembun,
Jawa Tengah (Suatu Pendekatan Geomorfologi). Fakultas Geogra, UGM. Yogyakarta.
Verstappen, H Th dan Zuidam, Van RA. 1975. ITC System of Geomorphological Survey. ITC
Textbooks of Photo Interpretation Vol VII. ITC Enschende, Netherlands.
372

Anda mungkin juga menyukai