Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Bronkiektasis adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
dilatasi bronkus dan bronkiolus yang bersifat menetap serta penebalan dinding
bronkus. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang kronis, dan
inflamasi yang diikuti dengan pelepasan mediator.
1,2
Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang sering pada negara-
negara berkembang. Di negara-negara maju seperti A, bronkiektasis mengalami
penurunan sering dengan kemajuan pengobatan. !revalensi bronkiektasis lebih
tinggi pada penduduk dengan golongan sosial ekonomi yang rendah.
2,"
Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti.
Di negara-negara Barat, insidensi bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,"#
diantara populasi. $nsidensi bronkiektasis %enderung menurun dengan adanya
kemajuan pengobatan antibiotika. Akan tetapi perlu diingat bah&a insidensi ini
juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara dan kelainan kongenital.
",'
Di $ndonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai
penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini %ukup sering ditemukan diklinik-klinik
dan diderita oleh laki-laki maupun &anita. !enyakit ini dapat diderita mulai sejak
anak bahkan dapat berupa kelainan kongenital.
(, ), *
Bronkiektasis pada anak kebanyakan ditemukan pada usia prasekolah dan
usia a&al sekolah. Dari anamnesis diketahui adanya batuk yang produktif serta
pengeluaran banyak sputum yang biasanya berubah dari jernih menjadi
kekuningan bahkan kuning kehijauan yang berlangsung lebih dari ) minggu.
Batuk ditemukan pada +*# kasus bronkiektasis anak, sedangkan sputum
ditemukan pada ')# kasus.
1, *
Diagnosis penyakit didasarkan pada ri&ayat klinis dari gejala respirasi
yang bersifat kronik, seperti batuk tiap hari, produksi sputum yang kental dan
penemuan radiografi seperti penebalan dinding bronkus dan dilatasi lumen yang
terlihat pada ,- %an.
1
!ada bronkiektasis terjadi beberapa perubahan pada anatomi saluran
respiratorik. A&alnya, kelainan terlihat se%ara mikroskopis berupa dilatasi
1
fusiformis atau silindris bronkus subsegmental. Daerah yang terdiri dari dilatasi
dan konstriksi yang bergantian disebut sebagai varicose bronchiectasis. !ada
stadium selanjutnya terjadi dilatasi sakular.
1,(
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari
pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap, ditandai dengan dilatasi
kronik dan bersifat patologis. Bronkiektasis disebabkan oleh perubahan .
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan
otot-otot polos bronkus.
),*
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi dan
distorsi bronkus lokal yang bersifat patologik dan berjalan kronik, persisten
atau ireversibel. Kelaian bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis, otot polos
bronkus, tulang ra&an dan pembuluh-pembuluh darah bronkus yang terkena
umumnya bronkus ukuran sedang, sedangkan bronkus besar umumnya
jarang. Berdasarkan lokasinya, bronkiektasis dibagi menjadi /
0,+
1. etempat 1localized2 yaitu di lobus ba&ah, lobus tengah kanan atau
lingula, biasanya sebagai komplikasi dari pneumonia berat dapat juga
karena penyumbatan oleh benda asing, tumor atau penekanan dari luar
1kompresi oleh tuberkulosis kelenjar limfa2. Bronkiektasis di lobus atas
biasanya disebabkan oleh tuberkulosis atau aspergilosis brokopulmonar.
2. 3enyeluruh 1generalized2 biasanya karena infeksi sistem pernafasan
yang berulang disertai kelainan imunitas ataupun kelainan mucocilliary
clearance.
2
!enyebab lainnya adalah vaskulitis, defisiensi 4-1-antitripsin, A$D,
sindrom merfan, 56, sindrom syorgen dan sarkoidosis.
(,)
B. ETIOLOGI
Bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. 7amun
diduga bronkiektasis dapat timbul se%ara kongenital maupun didapat.
)
1.
Kelainan kongenital
Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam
kandungan. 8aktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan
memegang peranan penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital
biasanya mengenai hampir seluruh %abang bronkus pada satu atau kedua
bronkus. elain itu, bronkiektasis kengenital biasanya menyertai
penyakit-penyakit kongenital seperti 8ibrosis kistik, indroma
Kertagener, 9illiam ,ampbellsyndrome, 3ounier-Kuhn syndrome, dll.
2,(
2.
Kelainan didapat
0,+
a. $nfeksi
Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderia
pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. !neumonia
merupakan komplikasi pertusis maupun influen:a yang diderita
semasa anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya. Aspergillosis
bronkopulmonalis alergi dapat menyebabkan bronkiektasis karena
infasi jamur pada saluran nafas yang kemudia merusak saluran nafas.
b. ;bstruksi
;bstruksi bronkus dapat disebabkan oleh berbagai ma%ama sebab
seperti korpus lienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar
lainnya terhadap bronkus. 3enurut penelitian para ahli diketahui
bah&a infeksi ataupun obstruksi bronkus tidak selalu nyata
1automatis2 menimbulkan bronkiektasis.
%. 7on infeksi
3
!aparan substansi toksik yaitu terhirupnya gas toksik 1amonia,
aspirasi asam dari %airan lambung, dll2.
C. ANATOMI
Dari gambar dapat kita lihat bah&a %abang utama bronkus kanan dan kiri
akan ber%abang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. !er%abangan
ini berlangsung terus menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin ke%il
sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminali, yaitu bronkiolus yang tidak
mengandung alveoli. Brokiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1
mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. eluruh saluran udara sampai pada tingkat ini
disebut saluran penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke
tempat pertukaran gas terjadi.
+
4
Gambar 1. Anatomi Bronkus.
Sumber : Luhulima !. 2""#. $rakea dan Bronkus. %iktat Anatomi Sistem
Anatomi &espiratorius. 'akassar : Bagian anatomi ()*+.
1"
etelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari
paru-paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobus primer memiliki
diameter <,( sampai 1 %m.
1<,11
-erdapat sekitar 2" per%abangan mulai dari trakea sampai sakkus
alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh septum.
5ubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Khon yang memungkinkan
komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja, namun jika seluruh
alveolus yang berjumlah sekitar "<< juta itu dibentangkan akan seluas lapangan
tennis
.+
Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh
kapiler-kapiler darah. Batas antara %airan dengan gas akan membentuk suatu
tegangan permukaan yang %enderung men%egah ekspansi pada saat inspirasi dan
%enderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan sebagai
lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi saat
inspirasi sekaligus men%egah kolaps saat ekspirasi.
+,12
!embentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh
kematangan sel-sel alveolus, en:im biosintetik utamanya alfa anti tripsin,
ke%epatan regenerasi, ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding alveolus.
Definisi surfaktan, en:im biosintesis serta mekanisme inflamasi yang berujung
pada pelepasan produk yang mempengaruhi elastisitas paru menjadi dasar
patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya.
+,1"
D. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan definisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan
dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel 1=2mm dalam diameter2 yang
5
merupakan akibat dari destruksi komponen mus%ular dan elasti% pada dinding
bronkus. >usaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses
infeksi, dan juga oleh pengaruh %ytokine inflamasi , nitrit okside dan netrophili%
protease yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sebagai respon terhadap
antigen.
1",1'
Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan se%ara langsung dari dinding
bronkus atau se%ara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan
nafas. ilia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan %airan berupa mu%us
yang normal melapisi jalan nafas. !artikel yang berbahaya dan bakteri yang
terperangkap pada lapisan mu%us tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan
dan kemudian dibatukkan keluar atau tertelan.
1",1(
-erlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan se%ara langsung atau
tidak langsung,daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi
inflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan
keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta
membentuk kantung atau sa%%us yang menyerupai balon yang ke%il. $nflamasi
juga meningkatkan sekresi mu%us. Karena sel yang bersilia mengalami kerusakan,
se%ret yang dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi
tempat berkembangnya bakteri. ?ang pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan
merusak dinding bronkus, sehingga manjadi lingkaran setan antara infeksi dan
kerusakan jalan nafas.
",0
Gambar 2. Bronkiektasis
Sumber : Alsaga,, +- 'ukty A. 2""#. Bronkiektasis. %asar.%asar /lmu
0enyakit 0aru- Surabaya : Airlangga *niversity 0ress.
1
E. DIAGNOSIS
1. 3anifestasi Klinis
6
3anifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi
sputum harian yang mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai
tahunan. putum yang ber%ampur darah atau hemoptisis dapat menjadi akibat
dari kerusakan jalan nafas dengan infeksi akut.
1",1(
@ariasi yang jarang dari bronkiektasis kering yakni hemoptisis
episodik dengan sedikit atau tanpa produksi sputum. Bronkiektasis kering
biasanya merupakan sekuele 1gejala sisa2 dari tuber%ulosis dan biasanya
ditemukan pada lobus atas.
1",1)
Aejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri dada
pleuritik, &hee:ing, demam, mudah lelah dan berat badan menurun. !asien
relatif mengalami episode berulang dari bron%hitis atau infeksi paru, yang
merupakan eksaserbasi dari bronkiektasis dan sering membutuhkan
antibiotik. $nfeksi bakteri yang akut ini sering diperberat dengan onsetnya
oleh peningkatan produksi sputum yang berlebihan, peningkatan kekentalan
sputum, dan kadang-kadang disertai dengan sputum yang berbau.
1,(
Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. -erjadi
hampir +<# pasien. Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan
infeksi saluran pernafasan atas yang akut. -etapi sebaliknya, pasien-pasien itu
mengalami infeksi yang diam.
1(,1)
putum yang dihasilkan dapat berbagai ma%am, tergantung berat
ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. putum dapat berupa
mukoid, mukopurulen, kental dan purulen dengan bau yang tidak sedap.
1)

Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan untuk membagi
karakteristik berat ringannya bronkiektasis. putum yang kurang dari 1< ml
digolongkan sebagai bronkiektasis ringan, sputum dengan jumlah 1<-1(< ml
perhari digolongjan sebagai bronkiektasis moderat dan sputum lebig dari 1(<
ml digolongkan sebagai bronkiektasis berat. 7amun sekarang, berat
ringannya bronkiektasis diklasifikasikan berdasarkan temuan radiologis.
1),1*
Bemoptisis terjadi pada ()-+2# pasien dengan bronkiektasis.
Bomoptisis mungkin terjadi massif dan berbahaya bila terjadi perdarahan
pada artetri bronkial. Bemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering,
&alaupun angka kejadan dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan.
1,0
7
Dyspnea terjadi pada kurang lebih *2# asien bronkiektasis tapi bukan
merupakan temuan yang universal. Biasanya terjadi pada pasien dengan
bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya.
1,2
9hee:ing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas
yang diikuti oleh destruksi dari %abang bronkus. eperti dyspnea, ini juga
mungkin merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma.
1,)
7yeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada ')#
pasien pada sekali observasi. !aling sering merupakan akibat sekunder pada
batuk kronik, tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut.
1,2
!enurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi
yang berta. Bal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori
berkaitan dengan peningkatan kerja pada batuk dan pembersihan sekret pada
jalan nafas. 7amun pada umumnya semua penyakit kronik disertai dengan
penurunan berat badan.
1
2. !emeriksaan !enunjang
elain dapat dilihat dari manifestasi kliniknya, bronkiektasis juga
dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, bronkografi
dan radiologis.
1),1*
F. PATOLOGI ANATOMI
-erdapat berbagai variasi bronkiektasi, baik mengenai jumlah atau
luasnya bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit.
)
!erubahan morfologis bronkus yang terkena/
1. Dinding bronkus
Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa
proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan ireversibel. !ada pemeriksaan
patologi anatomi sering ditemukan berbagai tingkatan keaktifan proses
inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Caringan bronkus yang mengalami
kerusakan selain otot-otot polos bronkus juga elemen-elemen elastis.
)
2. 3ukosa bronkus
3ukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel epitel
menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa, dan terjadi sebukan hebat sel-
sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut, pada mukosa akan terjadi
pengelupasan, ulserasi, dan pernanahan.
)
". Caringan paru peribronkial
8
!ada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara
lain berupa pneumonia, fibrosis paru atau pleuritis apabila prosesnya dekat
pleura. !ada keadaan yang berat, jaringan paru distal bronkiektasis akan
diganti jaringan fibrotik dengan kista-kista berisi nanah.
)
!ada tahun 1+(<, >eid mengklasifikasikan bronkiektasis sebagai berikut /
1. Bentuk tabung 1tubular,%ylindri%al, fusiform bronkiektasis2
@ariasi ini merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering
ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik.
1,(,)
2. Bentuk kantong 1sa%%ular bronkiektasis2
3erupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan adanya
dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat irreguler. Bentuk ini
kadang-kadang berbentuk kista.
1,(,)
". @ari%ose bronkiektasis
Bentuknya merupakan bentuk antara bentuk tabung dan bentuk kantong.
$stilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai
varises pembuluh vena.
1,(,)
G. DIAGNOSIS BANDING
8ibrosis kistik
Kelainan yang ditemukan dapat bias bervariasi dari pasien satu ke pasien lain,
namun banyak individu yang memiliki gambaran radiografi yang dapat
memperlihatkan bronkiektasis kronis disertai fibroti% kistik yang meliputi /
hiperinflamasi, penebalan dan dilatasi bronkus, peribronkial %uffing, mu%oid
impa%tion, kistik radiolusen , peningkatan tanda interstisial dan penyebaran
nodul .nodul.
',)
H. PENATALAKSANAAN
1,0,+
!engobatan pasien bronkiektasis terdiri dari 2 kelompok , yaitu /
1. !engobatan konservatif
a. !engelolaan umum meliputi,
i. 3en%iptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien.
ii. 3emperbaiki drainase se%ret bronkus .
iii. 3engontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian
antibiotik
b. !engelolaan khusus
i. Kemoterapi pada bronkiektasis
ii. Drainase se%ret dengan bronkoskopi
%. !engobatan simptomatik
a. !engobatan obstruksi bronkus , misalnya dengan obat
bronkodilator.
9
b. !engobatan hipoksia dengan pemberian oksigen.
%. !engobatan hemoptisis misalnya dengan obat- obat hemostatik.
d. !engobatan demam dengan pemberian antipiretik dan antibiotik.
2. !engobatan !embedahan
-ujuan pembedahan adalah untuk mengangkat 1reseksi2 segmen
atau lobus yang terkena. $ndikasinya pada pasien bronkiektasis terbatas
dan resektabel, yang tidak berespon terhadap tindakan-tindakan
konservatif yang adekuat , selain itu juga pada pasien bronkiektasis
terbatas , tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang
berasal dari daerah tersebut. !asien dengan hemoptisis massif seperti ini
mutlak perlu tindakan operasi.
I. PROGNOSIS
1. Kelangsungan hidup
!rognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat ringannya
serta luasnya penyakit &aktu pasien berobat pertama kali. !emilihan
pengobatan se%ara tepat 1konservatif dan pembedahan2 dapat
memperbaiki prognosis penyakit . !ada kasus . kasus yang berat dan
tidak diobati , prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari (-1(
tahun . Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia , empiema,
payah jantung kanan , hemoptisis dan lain- lain.!ada kasus-kasus tanpa
komplikasi berat dan difus disabilitasnya ringan.
',)
2. Kelangsungan ;rgan
Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan
ukuran sedang . Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi lapisan
mus%ular dan elasti% dari bronkus serta dapat pula menyebabkan kerusakan
daerah peri bron%hial . Kerusakan ini biasanya akan menyebabkan
timbulanya daerah fibrosis terutama pada daerah peribronkial.
)
10
BAB III
PENUTUP
Bronkiektasis adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
dilatasi bronkus dan bronkiolus yang bersifat menetap serta penebalan dinding
bronkus. Keadaan ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang kronis, dan
inflamasi yang diikuti dengan pelepasan mediator.
1,2
3anifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi sputum
harian yang mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai tahunan. putum
yang ber%ampur darah atau hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan jalan
nafas dengan infeksi akut.
1",1(
elain dapat dilihat dari manifestasi kliniknya, bronkiektasis juga dapat
didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, bronkografi dan
radiologis.
1),1*
!enatalaksanaan dari bronkiektasis dapat dilakukan se%ara konservatif
maupun pembedahan. !rognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat
ringannya serta luasnya penyakit &aktu pasien berobat pertama kali.
1,),0
11
DAFTAR PUSTAKA
1. 7atapra&ira B3. 2<<0. >espirologi Anak / Bronkiektasis. $DA$. ('<-'+
2. 6mmons 66. 2<<+. Bronchiectasis. &&&.emedi%ine.%om 1diakses pada
tanggal + eptember 2<1'2
". ;D>egan A9, Berman. 2<<+. Baum2s $e3tbook o, 0ulmonary %isease 1
th.
6ditor Cames D. ,rapo, 3D. 5ippi%ott 9illuams E 9alkins. !hiladelphia. !p
2((-*'
'. Benditt, C;. 2<12. Lung and Air4ay %isorder : Bronchiectasis.
&&&.mer%k.%om 1diakses pada tanggal 12 eptember 2<1'2
(. Bassan $. 2<1". Bronchiectasis. &&&.emedi%ine.%om 1diakses pada tanggal
12 eptember 2<1'2
). >ahmatullah !. 2<1<. Bronkiektasis. Buku A5ar /lmu 0enyakit %alam ilid //
6disi )etiga. 6ditor lamet uyono. Cakarta / Balai !enerbit 8KF$. !p 0)1-
0*1.
*. Alsagaff B, 3ukty A. 2<<+. Bronkiektasis. %asar.%asar /lmu 0enyakit 0aru,
urabaya / Airlangga Fniversity !ress. !p 2()-)1
0. Barker A8. 2<12. $he 7e4 6nglish ournal o, 'edicine : Bronkiektasis. !p
"')G 1"0"-+".
+. 9ilson 5 3. 2<12. 0ato,isiologi 80roses.0roses 0enyakit9 6disi enam. 6ditor
Bartanto Buria&ati, dkk. Cakarta / 6A,. !p *"*-'<.
1<. 5uhulima C9. 2<<+. $rakea dan Bronkus. %iktat Anatomi Sistem
&espiratorius. 3akasar / Bagian Anatomi 8KFB. !p 1"-1'.
11. 3es%han $. 2<<+. :bstrictive 0ulmonary %isease. Synopsis o, Analysis o,
&oentgen Sign in General &adiology. !hiladelphia. !p ((-().
12. Kusuma&idjaja K. 2<11. &adiologi %iagnostik 6disi )edua. 6ditor $&an
6kayuda. Cakarta / Balai !enerbit 8KF$. !p 1<0-1(.
1". utton D. 2<<+. $e3tbook o, &adiology and /maging volume 1. -ottenham /
,hur%hill 5ivingstone. !p '(, 1)", 1)', 1)0.
12
1'. 6ng !, ,heah 8K. 2<12. /nterpreting ;hest <.rays. 7e& ?ork / ,ambridge
Fniversity !ress. !p )*-)0
1(. !atel !>. Lecture 7otes &adiologi 6disi )edua. 6rlangga. Cakarta.
2<1<. hal '<-'1
1). Areif C. 2<12. 'edical /maging in 0atients 4ith ;ystic (ibriosis.
&&&.eradimaging.%om 1Diakses pada tanggal 1) eptember 2<1'2
1*. Ke t a i 5 B. 2 < < + . / n , e c t i o u s L u n g %i s e a s e . ( u n d a me n
t a l o , ;h e s t & a d i o l o g y , 2 nd6dition, 5oren B. Ketai >i%hard
5ofgren, Andre& C. 3eholi%, 6lseiver $n%.
13

Anda mungkin juga menyukai

  • Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Dokumen105 halaman
    Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
    Fadhli Quzwain
    100% (3)
  • Responsi CKD
    Responsi CKD
    Dokumen10 halaman
    Responsi CKD
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Gaya Hidup Dan Hipertensi Ku
    Gaya Hidup Dan Hipertensi Ku
    Dokumen15 halaman
    Gaya Hidup Dan Hipertensi Ku
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Pterigium
    Laporan Kasus Pterigium
    Dokumen23 halaman
    Laporan Kasus Pterigium
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    100% (5)
  • Ijhsdbaic
    Ijhsdbaic
    Dokumen12 halaman
    Ijhsdbaic
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • PDF PHBS
    PDF PHBS
    Dokumen29 halaman
    PDF PHBS
    Adoen Supriyadi
    Belum ada peringkat
  • Phbs RT PDF
    Phbs RT PDF
    Dokumen24 halaman
    Phbs RT PDF
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • SDGs Ditjen BGKIA PDF
    SDGs Ditjen BGKIA PDF
    Dokumen85 halaman
    SDGs Ditjen BGKIA PDF
    rahma r
    Belum ada peringkat
  • Phbs RT PDF
    Phbs RT PDF
    Dokumen24 halaman
    Phbs RT PDF
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Rokok
    Bahaya Rokok
    Dokumen5 halaman
    Bahaya Rokok
    Bethari Julie Anda Estelle
    Belum ada peringkat
  • Chapter L
    Chapter L
    Dokumen6 halaman
    Chapter L
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Ibu Hamil
    Ibu Hamil
    Dokumen2 halaman
    Ibu Hamil
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Poli
    Poli
    Dokumen2 halaman
    Poli
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Rokok
    Bahaya Rokok
    Dokumen5 halaman
    Bahaya Rokok
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Virus Herpes
    Virus Herpes
    Dokumen1 halaman
    Virus Herpes
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Rehab NN LM
    Lapkas Rehab NN LM
    Dokumen7 halaman
    Lapkas Rehab NN LM
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Obs-Gin, He, Kehamilan Risiko Tinggi
    Obs-Gin, He, Kehamilan Risiko Tinggi
    Dokumen8 halaman
    Obs-Gin, He, Kehamilan Risiko Tinggi
    Endriko Toreh
    Belum ada peringkat
  • Pasien Bell's Palsy
    Pasien Bell's Palsy
    Dokumen29 halaman
    Pasien Bell's Palsy
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat
  • Makala Had HD
    Makala Had HD
    Dokumen13 halaman
    Makala Had HD
    Anisa Iswari Pombaile-Ngurawan
    Belum ada peringkat