rekristalisasi terhadap sifat-sifat material. PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP SIFAT LOGAM Di bawah temperatur rekristalisasi, deformasi akan menyebabkan naiknya kekerasan, naiknya kekuatan, tetapi disertai dengan turunnya keuletan berarti logam menjadi getas. Hal ini berarti logam makin sukar dibentuk,suatu saat menjadi rapuh sehingga tidak dapat di deformasi lagi. Kenaikan kekuatan tiap jenis logam dan paduannya akibat pengerjaan dingin sangat tergantung kenaikan kerapatan dislokasi. PERUBAHAN SIFAT-SIFAT MEKANIK AKIBAT PENGERJAAN DINGIN Sifat materal deformasi Kekuatan tarik Kekuatan kekerasan Reduction area Perpanjangan (elongation) 10 20 30 40 50 60 70 deformasi akan menyebabkan naiknya kekerasan, naiknya kekuatan, tetapi disertai dengan turunnya keuletan Untuk mengembalikan ke sifat-sifatnya semula yaitu lunak dan ulet perlu dilakukan proses pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami pengerjaan dingin. PENGARUH PEMANASAN SETELAH PENGERJAAN DINGIN Perubahan sifat akibat pemanasan tergantung pada temperatur dan waktu pemanasan. Prinsip dasar bahwa pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami deformasi akan menurunkan kerapatan dislokasi. Besarnya pengurangan dislokasi tergantung pada kondisi pemanasannya (T dan t). Skematis (lihat diagram di bawah) perubahan sifat akibat pemanasan yaitu pada temperatur pemanasan yang bervariasi. Temperatur yang relatif rendah tidak ada penurunan kekuatan. Pada temperatur rekristalisasi , pengurangan kerapatan dislokasi sangat sedikit. Sebaliknya tegangan dalam sangat berkurang, sifat fisik lainnya misal tahanan listrik spesifik akan turun. Hal ini disebut peristiwa recovery, didefinisikan sebagai pulihnya sifat-sifat fisik pada logam yang telah di deformasi, tanpa adanya perubahan struktur mikro. PERUBAHAN SIFAT AKIBAT PEMANASAN : RECOVERY DAN REKRISTALISASI.
Temperatur S i f a t
m a t e r a l
recovery recrystallization Grain growth PEMANASAN DI BAWAH TEMPERATUR REKRISTALISASI AKAN MENYEBABKAN DUA HAL, YAITU: Terjadi gerakan dislokasi difusi yang disebut gerakan memanjat (climb). Bila gerakan ini menghasilkan pertemuan dislokasi-dislokasi yang berlawanan tanda, maka keduanya akan saling meniadakan. Tetapi peristiwa ini tidak mengurangi kerapatan dislokasi, sehingga kekuatan tidak turun dan keuletan tidak naik. Adanya pengaturan kembali susunan dislokasi yang tadinya kurang teratur menjadi lebih teratur. Peristiwa ini disebut Poligonisasi yang modelnya diperlihatkan di bawah. Peristiwa ini memulihkan sifat-sifat fisik. GERAKAN DISLOKASI MEMANJAT (CLIMB) Positive climb Removal of a row of atoms Negative climb Addition of a row of atoms POLIGONISASI Pemanasan pada temperatur lebih tinggi dari temperatur rekristalisasi akan menimbulkan pengintian butir butir baru. Temperatur rekristalisasi besarannya sekitar 0.4 - 0.5 titik cair logam yang dinyatakan dalam Kelvin atau T rek = 0,4 - 0.5 x T cair (K) Peristiwa rekristalisasi secara skematis tampak sebagai berikut: (a) Pengerolan dingin (b) Pemanasan: pengintian (c) Pertumbuhan butir-butir baru Logam yang mengalami deformasi dingin akan naik kekuatannya akibat naiknya kerapatan dislokasi. Tampak perubahan struktur mikro adalah butir-butir yang pipih. Logam yang telah mengalami deformasi memiliki energi dalam yang tinggi. Bila temperatur pemanasan mencapai atau melampaui temp rekristalisasi maka timbul inti-inti baru yang kerapatan dislokasinya rendah.
Inti baru akan tumbuh menggantikan butir-butir lama. Proses rekristalisasi dikatakan selesai bila seluruh butir- butir lama yang pipih digantikan oleh butir baru yang memiliki ukuran sama. Seluruh butir-buitir baru mempunyai kerapatan dislokasi yang relatif rendah sehingga sifatnya lunak. Dengan proses seperti di atas maka logam yang memiliki sifat getas akibat proses pengerjaan dingin dapat di lunakkan dan memiliki sifat ulet kembali sehingga siap untuk dilanjutkan proses deformasi sampai mencapai ukuran yang diminta. PENGARUH DEFORMASI TERHADAP TEMPERATUR REKRISTALISASI Temperatur rekristalisasi yaitu saat mulai terjadinya nukleasi inti-inti baru, bukanlah suatu titik yang tetap sebagaimana halnya titik cair logam. Deformasi menyebabkan kenaikan energi dalam pada logam yaitu dalam bentuk kerapatan dislokasi yang lebih tinggi. Pemanasan merupakan masuknya energi aktivitasi yang digunakan untuk mengubah dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain dengan tingkat energi yang rendah. Logam yang tingkat energinya tinggi akan lebih mudah berubah kearah yang lebih stabil, sehingga energi aktivitasi yang dibutuhkan lebih rendah. Berarti bahwa temperatur pemanasan untuk menimbulkan pengintian dan energi aktivasi lebih rendah pada logam yang telah mengalami deformasi. Temperatur rekristalisasi selain tergantung dari jenis logam, dipengaruhi juga oleh derajat deformasi pada logam tersebut. Artinya semakin besar deformasinya maka temperatur rekristalisasi akan semakin rendah yang dinyatakan sebagai daerah dengan temperatur 0,4 0,5 T cair (K).
PENGARUH DEFORMASI DAN PEMANASAN TERHADAP BESAR BUTIR Deformasi yang semakin besar akan menyebabkan bertambah tingginya energi dalam. Berarti di dalam logam makin banyak tempat atau titik-titik yang memiliki energi tinggi. Nukleasi inti-inti baru akan dimulai dari tempat yang memiliki energi tinggi, yaitu pada batas butir (grain boundaries). Maka dapat dikatakan logam yang mengalami deformasi besar akan mempunyai banyak inti baru bila dipanaskan sampai temperatur rekristalisasi. Inti-inti akan tumbuh dan rekristalisasi akan sempurna bila butir-butir baru telah bertemu satu dengan lainnya. Bila pertumbuhan butir lebih banyak maka akan lebih cepat bertemu dan akhirnya ukuran butir akan lebih halus. Kesimpulan : rekristalisasi pada logam yang telah mengalami deformasi akan menghasilkan butir yang semakin halus bila deformasi semakin besar. Sebaliknya, deformasi yang relatif kecil akan menghasilkan rekristalisasi dengan butir yang kasar. PENGARUH DEFORMASI TERHADAP BESAR BUTIR SETELAH PROSES PEMANASAN (REKRISTALISASI) Besar Butir - D Deformasi - - kritis Tampak ada regangan minimum yang dapat menimbulkan rekristalisasi. Bila deformasi sangat kecil, maka energi dalam kecil, sehingga tidak akan timbul perubahan meskipun diberi masukan energi aktivasi. Dengan cara diatas maka besar butir logam dapat diatur. Cara ini disebut metoda regangan-anil (strain anneal). Gambar di atas, menggambarkan pengaruh derajat deformasi terhadap besar butir setelah mengalami rekristalisasi pada suatu temperatur pemanasan. PENGARUH DEFORMASI DAN TEMPERATUR PROSES REKRISTALISASI TERHADAP BESAR BUTIR HUBUNGAN ANTARA BESAR BUTIR HASIL REKRISTALISASI DENGAN DEFORMASI DAN TEMPERATUR PEMANASAN (a) aluminium (b) tembaga Tampak di daerah rekristalisasi menghasilkan butir-butir yang sangat kasar yaitu pada logam diberi deformasi besar kemudian dipanaskan pada temperatur yang relatif tinggi. Setelah itu dilakukan proses anil, maka terjadilah pengurangan energi batas butir, yaitu ditunjukkan dengan luas permukaan butir berkurang. Dengan kata lain terjadi penggantian butir-butir yang halus dengan butir- butir yang kasar, berarti ada pertumbuhan atau pengkasaran butir. Peristiwa ini disebut rekristalisasi sekunder (secondary recrystalization). Tampak di daerah rekristalisasi menghasilkan butir-butir yang sangat kasar yaitu pada logam diberi deformasi besar kemudian dipanaskan pada temperatur yang relatif tinggi. Setelah itu dilakukan proses anil, maka terjadilah pengurangan energi batas butir, yaitu ditunjukkan dengan luas permukaan butir yang berkurang. Dengan kata lain terjadi penggantian butir-butir yang halus dengan butir - butir yang kasar, berarti ada pertumbuhan atau pengkasaran butir. Dengan kata lain terjadi penggantian butir-butir yang halus dengan butir - butir yang kasar, berarti ada pertumbuhan atau pengkasaran butir. Peristiwa ini disebut rekristalisasi sekunder (secondary recrystalization).
Proses di atas seperti dilakukan pemanasan dimaksudkan untuk membedakan dengan rekristalisasi primer, yaitu proses pengintian butir-butir baru yang tumbuh sampai menggantikan butir-butir yang terdeformasi.
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK. Kekuatan dan keuletan logam yang telah di deformasi dapat diatur dengan mengubah-ubah kondisi pemanasannya, yaitu temperatur dan waktu pemanasannya. Logam yang di proses dengan pengerjaan dingin bersifat keras dan kuat, tetapi relatif getas. Disebut grade : cold drawn; hard; atau extra hard. Bila logam tersebut di anil pada temperatur yang relatif tinggi, maka sifatnya akan berubah menjadi lunak dan ulet, sehingga dinamai fully annealed. Pemanasan pada temperatur yang sedikit lebih rendah akan menghasilkan grade hard dan lebih rendah lagi temperaturnya menghasilkan hard atau hard dan seterusnya. SIFAT LOGAM PADA TEMPERATUR TINGGI Tujuan pengerjaan panas (hot working): Pada temperatur tinggi logam bersifat lunak dan ulet, Yang mengakibatkan gaya pembentukan yang jauh lebih kecil untuk menghasilkan deformasi yang lebih besar (e.g. Proses rolling)
Terjadi perbaikan struktur mikro pada logam yang terjadi deformasi pada temperatur tinggi. Recovery, recrystalization, dan grain growth
Perbaikan struktur mikro terjadi pada saat pemanasan benda kerja (sebelum proses deformasi) serta pada saat terjadi deformasi. Pada logam coran, mempunyai kelemahan dan kekurangan, yaitu: Selama proses pembekuan akan terjadi segregasi yaitu tidak homogennya komposisi kimia. Segregasi dapat berupa: 1. segregasi mikro dan 2. Segregasi Blok. Selanjutnya pada benda coran umumnya terdapat struktur pilar (columnar structure) yang bersifat rapuh.
SIFAT LOGAM PADA TEMPERATUR TINGGI STRUKTUR PILAR (COLUMNAR STRUCTURE) PADA BENDA COR Slag Inklusi yang mengelompok dan relatif besar ukurannya sering dijumpai pada benda coran. Selain itu banyak dijumpai cacat rongga. Segregasi dapat berkurang dengan adanya pemanasan. Pada temperatur tinggi peristiwa difusi akan lebih mudah berlangsung, sehingga efeknya akan lebih menjadi homogen komposisi kimia. Proses pemanasan untuk mengurangi segregasi disebut proses homogenisasi. - Coran:
- Segregasi: 1. Segregasi Mikro 2. Segregasi Blok
Cacat rongga:
Pemanasan Pemberian efek shacking saat proses solidifikasi Segregasi mikro Pemanasan Homogenisasi (proses Difusi) Menutup dan mengatur akibat deformasi pada temperatur tinggi Pada waktu deformasi panas, struktur pilar akan berubah menjadi butir yang equiaxial dan halus. Inklusi yang mengelompok akan terpecah dan tersebar. Cacat rongga akan menutup dan mengatur akibat deformasi pada temperatur tinggi khususnya bila diberi tegangan tekan. Peristiwa penyatuan ini seperti proses las tempa (forging welding). Seluruh proses ini akan memperbaiki sifat-sifat mekanik logam. Benda coran, misal baja cor dalam bentuk ingot atau billet akan menjadi lebih baik sifatnya bila telah di bentuk dengan pengerjaan panas. Misal menjadi pelat dan baja profil melalui proses pengerolan panas.
PERBAIKAN STRUKTUR MIKRO PADA LOGAM COR. Columnar (bersifat rapuh) Pemanasan Equiaxial (bersifat kuat) Inklusi mengelompok Pemanasan Menyebar (homogenisasi) MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS Pada pengerjaan panas, bahwa logam akan bersifat lunak. Selanjutnya logam akan menerima deformasi yang relatif besar tanpa menjadi retak. Deformasi pada temperatur tinggi didefinisikan sebagai proses pembentukan logam diatas temperatur rekristalisasi. Temperatur rekristalisasi sekitar 0,4 0,5 x titik cair (K), maka batas pengerjaan panas dan pengerjaan dingin menjadi lebih jelas. Deformasi diatas temperatur rekristalisasi akan disertai oleh peristiwa pelunakan, yaitu terdiri dari mekanisme recovery, rekristalisasi termasuk pertumbuhan butir. Proses pelunakan tergantung dari jenis logam, temperatur pengerjaan serta kecepatan proses deformasi atau laju regangan. MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS Hasil dari proses pengerjaan Panas: Logam bersifat lunak Dapat dideformasi secara besar tanpa terjadi retak pada logam Perbaikan struktur mikro dalam logam Terdapat scale pada permukaan logam
MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS Deformasi pada temperatur tingggi didefinisikan secara lebih tegas sebagai proses pembentukan yang dilakukan diatas temperatur rekristalisasi logam yang diproses Temperatur rekristalisasi: (4/5)*Tmelting(K) Temperatur rekristalisasi Baja: 500 - 700 o C Temperatur rekristalisasi Tembaga: 250 400 o C MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS Peristiwa pelunakan Recovery Rekristalisasi Pertumbuhan butir Deformasi diatas temperatur rekristalisasi Peristiwa pelunakan Besarnya pelunakan dari masing-masing mekanisme tergantung: jenis logam, temperatur pengerjaan, serta kecepatan proses deformasi atau laju regangannya. MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS
Umumnya logam yang di deformasi pada temperatur tinggi akan mengalami rekristalisasi selama proses deformasi dan setelah deformasi. Proses tersebut dinamakan rekristalisasi dinamis dan rekristalisasi statis. Rekristalisasi dinamis yaitu proses rekristalisasi selama berlangsungnya proses deformasi. Rekristalisasi statis yaitu proses rekristalisasi sesudah proses deformasi. Hal ini terjadi pada logam-logam yang mempunyai energi salah tumpuk (stacking fault energy) yang kecil, misalnya tembaga. Pada logam yang memiliki energi salah tumpuk kecil, mekanisme recovery hanya sedikit peranannya dalam pelunakan sehingga energi pendorongnya akan cukup besar maka terjadi rekristalisasi. MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS PROSES PENGERJAAN PANAS PADA LOGAM DENGAN ENERGI SALAH TUMPUK YANG RENDAH : REKRISTALISASI DINAMIS TERJADI SELAMA PROSES DEFORMASI. Logam yang memiliki energi salah tumpuknya tinggi misal aluminium, meskipun di deformasi pada temperatur tinggi seringkali mempunyai struktur butir memanjang yang tidak mengalami rekristalisasi tetapi memiliki sifat lunak. Hal diatas disebabkan besarnya peranan pelunakan oleh mekanisme recovery, khususnya recovery dinamis. Batang aluminium yang mengalami proses ekstrusi memiliki penampang struktur mikro memanjang dengan ditunjukkan butir-butir yang memanjang di bagian dalam. Pada bagian permukaan tampak butir-butir mengalami rekristalisasi yaitu rekristalisasi statis. Umumnya proses pengerjaan panas dilakukan secara berurutan misal proses pengerolan panas dan proses tempa yang bertahap, diusahakan agar proses terakhir memiliki temperatur tidak jauh dari temp rekristalisai. Maksudnya agar mendapatkan produk dengan butir halus yang lebih kuat dan lebih ulet. MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS SKEMA MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS TERHADAP LOGAM DENGAN ENERGI SALAH TUMPUK YANG TINGGI : RECOVERY DINAMIS TERJADI SELAMA PROSES DEFORMASI KESIMPULAN Mekanisme pelunakan pada deformasi panas di temperatur tinggi akan memiliki logam bersifat lunak dan tetap lunak meskipun dideformasi dan tidak adanya pengerasan regangan bahkan terjadi peristiwa pelunakan yang terus menerus selama proses deformasi panas. MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS Batas atas temperatur pengerjaan panas adalah sekitar 50 100 o C dibawah titik cairnya Umumnya, proses pengerjaan panas dilakukan secara berurutan, misalnya proses pengerolan panas dan proses tempa yang bertahap. Untuk itu diharapkan tahap terakhir dari proses pembentukan berada tidak jauh diatas temperatur rekristalisasi agar didapatkan produk dengan butir yang halus.