Anda di halaman 1dari 15

PENYULUHAN KEHUTANAN

Oleh:
La Ode Diara D1B5 12 036
Muh. Ikhsan D1B5 09 105
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
PENYULUHAN KEHUTANAN
Pokok Pembahasan:
I. Arti Penyuluhan
II. Pengertian Penyuluhan
III. Peran Penyuluh
IV. Fungsi Penyuluhan
V. Unsur-Unsur Penyuluhan
VI. Falsafah Penyuluhan
I. Arti Penyuluhan
Penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor, dalam arti kita
mampu memberi penerangan dari keadaan gelap menjadi terang. Samsuddin
menyebut penyuluhan sebagai usaha pendidikan non formal untuk mengajak
orang melakukan ide-ide baru.
Mardikanto (2003) mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan dengan
berbagai pemahaman seperti :
1. Penyebarluasan (informasi)
2. Penerangan
3. Pendidikan non-formal
4. Perubahan perilaku
5. Rekayasa sosial
6. Pemasaran inovasi
7. Perubahan sosial, dan
8. Pemberdayaan masyarakat
Menurut Ban dan Hawkins (1999), arti penyuluhan adalah bentuk
pendidikan orang dewasa.
Penyuluhan dapat diartikan sebagai sistem pendidikan di luar sekolah
untuk para petani (Suhardiyono, 1992)
Simpulan :
Berdasarkan uraian arti penyuluhan di atas maka dapat disimpulkan bahwa arti
penyuluhan itu sendiri adalah pemberi penerangan dari keadaan yang gelap
menjadi terang dalam bentuk pendidikan non-formal untuk memperoleh ide-ide
baru.
II. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan adalah keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi
informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat
sehingga bisa membuat keputusan yang benar (Ban dan Hawkins, 1999).
Penyuluhan adalah suatu pendidikan non formal bagi masyarakat pertanian
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka (Suhardiyono, 1992).
Penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan
berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya
yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang
bersangkutan (Margono, 1978).
Penyuluhan merupakan sistem pendidikan di luar sekolah, dimana mereka
belajar sambil berbuat untuk menjadi tahu, mau dan mampu menyelesaikan
sendiri masalah yang dihadapi secara baik, menguntungkan dan memuaskan
(Wiriaatmaja, 1986).
Simpulan:
Berdasarkan pengertian terkait penyuluhan di atas, maka dapat disumpulkan
bahwa penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan non formal yang melibatkan
masyarakat pertanian demi terciptanya perubahan perilaku.
III. Peran Penyuluh
Menurut Brunner dan Hsin (1949), peran penyuluhan yaitu untuk
membantu keluarga pedesaan dan membantu diri mereka sendiri dengan
menerapkan ilmu, baik fisik maupun sosial, dengan kegiatan pertanian, keluarga
dan masyarakat hidup.
Peran penyuluhan adalah sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau
cara-cara baru dalam budidaya tanaman agar petani lebih terarah dalam usaha
taninya, meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usaha
taninya (Kartasapoetra, 1994).
Menurut Mardikanto (2009), peran penyuluh adalah upaya perbaikan,
terutama perbaikan pada mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental maupun
ekonomi petani.
Simpulan:
Berdasarkan uraian peran penyuluh di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran
penyuluh adalah sebagai pendidik dan motivator terhadap petani guna
memperbaiki mutu hidupnya baik secara fisik, mental maupun ekonomi.
IV. Fungsi Penyuluhan
Secara keseluruhan fungsi-fungsi dalam penyuluhan pertanian dirakit
melalui peran fasilitator, stabilitator dan koordinator oleh fungsi pengaturan yang
didukung oleh fungsi penelitian di dalam pembangunan pertanian yang bersifat
nasional maupun regional. Fungsi-fungsi tersebut dalam sistem untuk
meningkatkan kualitas hidup fungsi pelaku utama yang sejajar dengan kemajuan
profesi lain, yaitu suatu kualifikasi kemandirian petani dalam pertanian yang
berkelanjutan (Jarmie, 1994).
Simpulan:
Berdasarkan uraian fungsi penyuluhan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
fungsi penyuluhan itu sendiri adalah memfasilitasi, menstabilisasi dan
mengkoordinasi orang yang menjalankan penyuluhan dalam hal ini yang sudah
sadar.
V. Unsur-Unsur Penyuluhan
Unsur-unsur penyuluhan menurut Cangara (2003) yaitu sebagai berikut :
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa
terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya
petani, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut komunikator.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud adalah suatu yang disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda.
3. Media
Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat
mengenai saluran atau media. Ada yang menilai media bermacam-macam
bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera
dianggap sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar
dan media massa lainnya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok, partai bahkan Negara. Sering juga disebut sebagai
khalayak, sasaran, komunikan, atau audience. Jika suatu pesan tidak
diterima oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai macam
masalah yang seringkali menuntut perubahan.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang difikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini biasa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang
sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi
sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan
media, meski pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas
empat macam yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,
lingkungan psokologis dan dimensi waktu.
Unsur-unsur penyuluhan pada prinsipnya merupakan semua faktor yang
terdapat pada kegiatan penyuluhan yang meliputi sumber, materi, metode, sasaran
dan tujuan penyuluhan (Ibrahim et. al, 2003).
1. Sumber penyuluhan
Sumber penyuluhan merupakan sumber penghasil materi awal sebelum
dilakukan penyuluhan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sumber penyuluhan
dapat berupa penyuluh, petani, lembaga penelitian pemerintah yang
melakukan penelitian.
2. Materi penyuluhan
Materi penyuluhan pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin
dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya
(Mardikanto, 1993). Undang-undang No. 16 Tahun 2006 menyebutkan
bahwa materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan
disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha
dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial,
manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan.
Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan,
terutama menyangkut kegiatan yang sedang dan akan segera dilaksanakan,
masalah yang sedang dan akan dihadapi, perubahan-perubahan yang
diperlukan (Mardikanto, 2009).
Menurut UU No. 16 Tahun 2006 Pasal 28 ayat (1), materi penyuluhan
dalam bentuk teknologi tertentu yang akan disampaikan kepada pelaku
utama dan pelaku usaha harus mendapat rekomendasi dari lembaga
pemerintah, kecuali teknologi yang bersumber dari pengetahuan
tradisional.
3. Metode penyuluhan pertanian
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara-cara penyampaian materi
penyuluhan secara sistematis hingga materi penyuluhan dapat dimengerti
dan diterima petani sasaran (Ibrahim et. al, 2003). Metode penyuluhan
yang akan dipilih harus selalu disesuaikan dengan karakteristik penerima
manfaatnya, sumberdaya yang tersedia atau yang dapat dimanfaatkan,
serta keadaan lingkungan diselenggarakan kegiatan penyuluhan tersebut
(Mardikanto, 2009).
4. Teknik penyuluhan
Teknik penyuluhan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber
atau penyuluh pertanian dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan,
menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta
menentukan bentuk penyajian pesan (Kusnadi, 1999). Dijelaskan lebih
lanjut bahwa bagi sasaran penyuluhan teknik penyuluhan berguna untuk
memudahkan menerima pesan. Sedangkan bagi penyuluh berguna untuk
mengembangkan bakat dalam bidang sastra dan kesenian, serta
meningkatkan kegencaran mengkomunikasikan inovasi dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan.
5. Media penyuluhan
Media penyuluhan adalah segala bentuk benda yang berisi pesan atau
informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan (Kementerian
Pertanian, (2010). Jenis-jenis media penyuluhan dapat dibedakan menjadi
empat yaitu 1) benda sesungguhnya dan tiruan, seperti benda
sesungguhnya, maket 2) tercetak seperti poster, diagram, buku 3) audiao
seperti kaset, CD 4) audio visual seperti film, video dan televisi.
Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi
petani untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya
lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan
sesuai dengan yang menjadi tujuan penyuluhan.
6. Sasaran penyuluhan
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa sasaran penyuluhan dibedakan
menjadi 3 kelompok sasaran yaitu 1) sasaran utama yaitu sasaran
penyuluhan yang secara langsung terlibat dalam kegiatan bertani dan
pengelolaan usaha tani. Termasuk dalam kelompok ini adalah petani dan
keluarganya. 2) sasaran penentu yaitu yang bukan pelaksana kegiatan
bertani dan berusaha tani. Termasuk dalam kelompok ini adalah
pengusaha, tokoh-tokoh informal, para peneliti dan para ilmuan. 3) sasaran
pendukung yaitu pihak-pihak yang secara tidak langsung maupung
langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan
pertanian, tetapi dapat diminta bantuannya guna melancarkan penyuluhan
pertanian. Termasuk kelompok ini adalah para pekerja sosial, konsumen-
konsumen, dan biro iklan.
Menurut Samsudin (1997) menyatakan bahwa unsur-unsur penyuluhan
terbagi atas :
1. Sumber penyuluhan (Tenaga penyuluh)
Seorang tenaga penyuluh harus mempunyai 3 paranan penting yaitu
sebagai fasilitator, sebagai mediator, dan sebagai dinamisator.
2. Materi penyuluhan
Agar penyuluhan itu dapat diterima dan dimanfaatkan oleh sasaran
penyuluh, maka syarat-syarat materi penyuluhan yang dibuat yaitu sesuai
dengan tingkat kemampuan sasaran, memiliki resiko kegagalan yang
relatif kecil, mudah dilakukan dan bersifat praktis, tidak bertentangan
dengan tata adat, memberikan keuntungan yang nyata bagi sasaran,
memotivasi para petani dan menggairahkan para petani.
3. Metode penyuluhan
Untuk mencapai tujuan kegiatan penyuluhan secara baik dan terarah,
dilakukan metode atau cara penyuluhan pertanian yang bersifat mendidik,
membimbing dan menerapkan sehingga petani dapat menolong dirinya
sendiri, memperbaiki pola pikir, tingkat kerja dan tingkat kesejahteraan
hidupnya.
4. Sasaran penyuluh
Sasaran penyuluhan yaitu siapa sebenarnya yang akan disuluh atau
ditujukan kepada siapa penyuluhan tersebut. Sehingga dalam konteks yang
demikian, sasaran penyuluhan adalah para petani beserta keluarganya.
Simpulan:
Berdasarkan uraian unsur-unsur penyuluhan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa unsur-unsur penyuluhan terdiri dari penyuluh sebagai penyampaian pesan,
materi yang dibawakan oleh penyuluh, media yang digunakan oleh penyuluh,
audiens sebagai yang disuluh, lingkungan dan umpan balik.
VI. Falsafah Penyuluhan
Para penyuluh agar dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka para penyuluh harus memahami
falsafah penyuluhan. Sebagaimana dikatakan oleh Asngari (dalam Slamet, 2003),
bahwa :
Pemahaman tentang falsafah sesuatu sangat penting sebagai dasar pengarah
suatu kegiatan. Falsafah membawa kita pada suatu pemahaman yang mendasari
atau menjadi landasan melaksanakan kegiatan yang lebih layak untuk
mendapatkan hasil yang prima. Hasil kegiatan yang prima tersebut terlebih
dalam rangka pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan memberikan
kepuasan semua pihak, baik para agen pembaharuan atau penyuluh, masyarakat
klien sebagai sasaran penyuluh, maupun pihak-pihak lainnya. Kesemuanya akan
kait mengait.
Kata falsafah atau filsafat memiliki pengertian yang beragam sepadan
dengan jumlah orang (pemikir) yang memberi pengertian, karena masing-masing
memiliki titik tolak latar belakang pemikiran, sudut pandang yang berbeda. Secara
etimologi, kata falsafah atau filsafat berasal dari kata philosophia. Philosophia
berasal dari kata philos artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan. Jadi
falsafah berarti cinta akan kebijaksanaan. Maksudnya bahwa orang yang
berfilsafat akan menjadi orang yang arif bijaksana. Falsafah juga berarti
mendambakan pengetahuan. Maksudnya dengan berfilsafat orang yang sangat
mengharapkan untuk mendapatkan pengetahuan yang sejati. Seorang filosof
adalah seorang pecinta, pencari kebijaksanaan atau pengetahuan (Hamersma,
1987).
Secara terminologi, falsafah atau filsafat diartikan sebagai suatu
pandangan hidup (Butt, 1961). Filsafat merupakan suatu asas atau pendirian yang
kebenarannya telah diterima dan diyakini untuk dijadikan landasar dasar dalam
menyelesaikan masalah-masalah hidup. Filsafat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan yang terdalam. Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
secara mendalam untuk menemukan inti sejati (Siswanto, 2008). Sedangkan
Dahama dan Bhatnagar (1980), mengartikan falsafah sebagai landasan pemikiran
yang bersumber kepada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan
harus diterapkan di dalam praktek.
Berkaitan dengan falsafah helping people to help themselves Gellerman
(2001) mencatat adanya 8 (delapan) peneliti yang menelusuri teori pemberian
bantuan yaitu :
1. Hubungan penasehat dan Aparat Birokrasi Pemerintah (Albert
Hirschman), melalui proses pembelajaran tentang : ide-ide baru, analisis
keadaan dan masalahnya yang diikuti dengan tawaran solusi dan
minimalisasi konfrontasi/ketegangan yang terjadi antara aparat pemerintah
dan masyarakat dan antar kelompok-kelompok masyarakat yang merasa
dirugikan.
2. Hubungan Guru dan Murid (John Dewey), dengan memberikan :
kesempatan untuk mengenali pengalamannya, stimulus untuk berfikir dan
menemukan masalahnya sendiri, memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian, tawaran solusi untuk dipelajari.
3. Hubungan manajer dan karyawan (Douglas McGregor), melalui pemberian
tanggungjawab sebagai alat kontrol diri.
4. Hubungan dokter dengan pasien (Carl Rogers), melalui pemberian saran
yang konstruktif dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan
atau diusahakannya sendiri.
5. Hubungan guru spiritual dengan murid (Soren Kierkegaard), melalui
pemahaman bahwa masalah atau kesalahan hanya dapat diketahui oleh
yang mengalaminya.
6. Hubungan organisator dan masyarakat (Saul Alinsky), melalui upaya
demokratisi, menumbuh-kembangkan partisipasi dan mengembangkan
keyakinan untuk memecahkan masalahnya sendiri.
7. Hubungan pendidik dan masyarakat (Paulo Freire), melalui proses
penyadaran dan memberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu
yang terbaik menurut dirinya sendiri.
8. Hubungan Agen pembangunan dan Lembaga Lokal (E.F. Schumacher),
melalui program bantuan untuk mencermati apa yang dilakukan seseorng
dan membantu agar mereka dapat melakukan perbaikan-perbaikan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya.
Berkaitan dengan itu, Kelsey dan Hearne (1955) menyatakan bahwa
falsafah penyuluhan harus berpijak kepada pengembangan individu di dalam
perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya. Untuk itu, ia mengemukakan
bahwa falsafah penyuluhan adalah berkerja bersama masyarakat untuk
membantunya agar mereka dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia.
Pendapat Kelsey dan Hearne mengandung pengertian bahwa: 1) penyuluh
harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat,
kehadiran penyuluh bukan sebagai penentu atau pemaksa tetapi ia harus mampu
menciptkan suasana dialogis dengan masyarakat dan mampu menumbuhkan,
menggerakkan, serta memelihara partisipasi masyarakat. 2) penyuluhan tidak
menciptakan ketergantungan, tetapi harus mampu mendorong semakin terciptanya
kreativitas dan kemandirian masyarakat agar semakin memiliki kemampuan untuk
berswakarsa, swadaya, swadana, bagi terselenggaranya kegiatan-kegiatan guna
tercapainya tujuan masyarakat. 3) penyuluhan yang dilaksanakan harus selalu
mengacu kepada terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan
harkatnya sebagai manusia.
Sejalan dengan Kalsey dan Hearne, Ensminger (1962) dalam
Mardikantoro (1993) merumuskan falsafah penyuluhan sebagai berikut :
1. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat.
2. Sasaran penyuluhan adalah segenap warga masyarakat untuk menjawab
kebutuhan dan keinginanya.
3. Penyuluhan bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu menolong
dirinya sendiri.
4. Penyuluhan adalah belajar sambil bekerja dan percaya dengan apa yang
dilihatnya.
5. Penyuluhan adalah pengembangan individu, pemimpin mereka dan
pengembangan dunianya secara keseluruhan.
6. Penyuluhan adalah suatu bentuk kerja sama untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.
7. Penyuluhan adalah kegiatan dua arah.
8. Penyuluhan adalah proses pendidikan yang berkelanjutan.
Menurut Asngari (dalam Slamet, 2003) mengatakan falsafah penyuluhan
adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah
perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan yakni orang semakin modern.
Sehubungan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses
pendidikan, di Indonesia dikenal adanya falsafah pendidikan yang dikemukakan
oleh Ki Hajar Dewantoro yang berbunyi :
1. Ing ngarso sung tulodo, mampu memberikan contoh atau teladan bagi
masyarakat sasarannya.
2. Ing madyo mangun karso, mampu menumbuhkan inisiatif dan mendorong
kreativitas, serta semangat dan motivasi untuk selalu belajar dan mencoba.
3. Tut wuri handayani, mau menghargai dan mengikuti keinginan-keinginan
serta upaya yang dilakukan mesyarakat petaninya sepanjang tidak
menyimpang/meninggalkan acuan yang ada, demi tercapainya tujuan
perbaikan kesejahteraan hidupnya.
Dalam khasanah keputusan penyuluhan pertanian, banyak kita jumpai
beragam falsafah penyuluhan pertanian. Berkaitan dengan hal itu, Ensminger
(1962) mencatat adanya 11 (sebelas) rumusan tentang falsafah penyuluhan. Di
Amerika Serikat juga telah lama dikembangkan falsafah 3-T : Teach, Truth and
Trust (Pendidikan, kebenaran dan kepercayaan). Artinya, penyuluhan merupakan
kegiatan pendidikan untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah
diyakini. Dengan kata lain, dalam penyuluhan pertanian petani dididik untuk
menerapkan setiap informasi (baru) yang telah diuji kebenarannya dan telah
diyakini akan dapat memberikan manfaat (ekonomi maupun non ekonomi) bagi
perbaikan kesejahteraannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, E. dan Hsin Pao Yang, E., 1949. Amerika Pedesaan dan Layanan
Ekstensi. Universitas Columbia. http//: www. Wikipedia Foundation,
Inc,com.
Butt, H.W., 1961. Principle and Philosophy of Ekstension Education in Kammath,
Ekstention Education in Community Development.
Cangara, H., 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Press. Jakarta.
Dahama, O.P and O.P Bhatnagar. 1980. Education and Comunication for
Development. Oxford and IBH Publishing CO. New Delhi.
Hamersma, H., 1987. Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat. Kanisius. Yogyakarta.
Ibrahim, et. al. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Bayu Meida
Publishing dan UMM Press. Malang.
Jarmie. 1994. Sistem Penyuluhan Pembangunan Pertanian di Indonesia. IPB.
Bogor.
Kartasapoetra, A. G., 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara.
Jakarta.
Kelsey, L.D and C.C. Hearne. 1955. Cooperative Extension Work. Comstok
Publishing Associates. Ithaca.
Kusnadi, T., 1999. Teknik Penyuluhan Pertanian Universitas Tebuka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Mardikanto, T., 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press. Surakarta.
, 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyluhan Pertanian. PUSPA.
Sukoharjo.
, 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University
Press. Surakarta.
Margono, S., 1978. Beberapa Catatan tentang Pengembangan Organisasi
Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluh Pertanian. IPB. Bogor.
, 1978. Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian. IPB.
Bogor.
Mulyana, D., 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Nasutian, Z., 1990. Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Samsudin, U., 1997. Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bina Cipta.
Bandung.
Siswanto, D., 2008. Orientasi Pemikiran Filsafat Sosial. Lima. Yogyakarta.
Slamet, M., 2003. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi
Daerah. Di dalam : Yustina I, Sudrajat A, penyunting. Membentuk Pola
Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.
Suhardiyono, L., 1992. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian.
Erlangga. Jakarta.
Van den Ban, A. W. and H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Wiriaatmadja, S., 1986. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Yasaguna. Jakarta.
Yorder, E.P., 1994. Outstanding Research Presentation: Professional
Competencies Needed by Extension Specialistand Agent in Iran.
Arlingtong. VA. USA.
Yustina dan Sudrajat. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan.
IPB Press. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai