Anda di halaman 1dari 34

PRIMADITYA ARDHIANTA 205.311.

070
RIZKA AISYA SAKINA 205.311.072
VIRA SARDIKA 205.311.073
DEFINISI
Keluhan muntah hebat, yang terjadi pada umur
gestasi < 20 minggu, sehingga segala yang dimakan
dan diminum akan dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
ketonuria dapat s/d umur gestasi 16-20 minggu.
Peningkatan -hCG dan estrogen primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
Faktor organik (perubahan letak sal cerna) &
Masuknya vili khorialis ke sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil + resistensi
imun ibu rx hipersensitivitas
Seropositivitas Helicobacter pylori 90% kasus
HG ditemukan bakteri ini
Psikologik
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
STADIUM I

KEADAAN UMUM
Mata cekung, turgor kulit berkurang, lidah kering

GIT
Muntah dgn intensitas sedang tinggi sampai gestasi 20 minggu
dgn intoleransi terhadap makanan dan minuman sehingga
asupan nutrisi ibu akan kurang dan terjadi penurunan berat
badan, dehidrasi, asidosis karena kelaparan

CARDIAC
Takikardi dgn meningkat 100x/menit
Hipotensi

RENAL
Urin masih normal
STADIUM II

KEADAAN UMUM
Apatis, lidah kotor, kulit pucat, demam subfebril

GIT
Gejala lebih berat dgn memuntakan semua yang
dimakan / diminum sehingga BB badan sangat cepat
turun dan haus berat

CARDIAC
Tekanan nadi > 100-140x /menit
Tekanan sistole turun sampai <80 mmHg
Lanjutannya
HEPAR
Pada sebagian kasus terjadi disfungsi hati sementara
sehingga kadang2 terjadi ikterus dan hiperbilirubinea

RENAL
Urin banyak bahan keton =KETONURIA karena tubuh
yang memerlukan energi tapi tidak memperoleh dari
glikogen tubuh yang sedikit sehingga terjadi
penggunaan lemak= LIPOLISIS sehingga dari hasil
metabolisme lemak tersebut akan terbentuk banyak
bahan keton. Maka untuk itu harus monitoring

STADIUM III

KEADAAN UMUM
Terjadi penurunan kesadaran derilium-koma
Sianosis

ORGAN
Gangguan jantung
Ginjal =protenuria
hepar =hiperbilirubinea, ikterus
PENUNJANG DASAR
Darah lengkap
Hb dan Ht naik relatif


Urinalisis
Ketonuria +3 = PENTING SEKALI
Protenuria
Azotemia = urea yang berlebih

Tes gula darah
Kadar glukosa tubuh rendah

USG

PENUNJANG PELENGKAP
Analisa gas darah
Gangguan asam basa
Elektrolit : hiponatremia, hipokalemia

Tes fungsi hati : SGPT& SGOT
ENCELOPATHY WERNICHE
ETIOLOGI
Karena kurang asupan nutrisi B kompleks yakni
tiamin

PATHOFISIOLOGIS
Dilatasi kapiler dan pendarahan mikro pada
daerah corpora mamilara ventrikel III-IV pada
otak

KLINIS
nistagmus, diplopia, penurunan kesadaran

RUPTURE ESOFAGUS
Rupture berakibat muntahan-muntahan
teraspirasi menjadi pneumothorax bilateral
dan pneumomediastinum
LASERASI
MALLORY-WEISS
Ditemukan lacerasi mukosa mirip celah
pada persambungan esofagastricum yang
terjadi karena muntah2 berat yang diikuti
hematemesis
Muntah terus-menerus (muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit empedu hanya
lendir, cairan empedu keluar darah), intoleransi
terhadap makanan dan minuman, BB menurun,
nyeri epigastrium,. Nadi meningkat 100 x/menit
dan tekanan darah sistole menurun. Mata cekung
dan lidah kering, turgor kulit berkurang, urine
normal.
Tingkat
I
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan
diminum akan dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan > 100-140
x/menit, tekanan sistole <80 mmHg, apatis,
kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus
positif, ketonuria, bilirubinuria, BB cepat
menurun.
Tingkat
II
Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang
atau berhenti, ikterus , sianosis, gangguan jantung dan
ginjal, bilirubinuria, dan proteinuria.
Komplikasi : ensefalopati wernicke (dilatasi kapiler dan
perdarahan mikro pada area corpora mamilaria ventrikel III
dan IV) gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental
akibat sangat kurangnya asupan makanan, termasuk
vitamin B kompleks.
Tingkat
III
Mulai terjadi pada trimester I. Gejala klinis yang
sering dijumpai adalah nausea, muntah,
penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang
berlebihan).
Perubahan fisis seperti tanda dehidrasi termasuk
hipotensi postural dan takikardi s/d 100 x/menit,
lidah kering, mata cekung, kulit pucat, turgor kulit
, ikterus, sianosis, subfebril, dan gangguan
kesadaran pada kondisi berat.
Tanda kehamilan (+) porsio lunak pada vaginal
touche, uterus besar sesuai besarnya kehamilan,
konsistensi lunak dan pada inspekulo serviks
berwarna biru (livide).
Gejala Dan
Tanda Klinis
Px penunjang dasar darah perifer lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG
Px penunjang pelengkap analisis gas darah,
tes fungsi hati dan ginjal, antibodi H. Pylori ,
amilase, lipase, TSH, FT3-4.
Lab : HG ditandai dengan dehidrasi, ketosis
(ketonuria 3), gangguan asam basa dan
elektrolit, juga dapat hiponatremia, hipokalemia,
serta hematokrit dan hemoglobin relatif, serta
proteinuria. Hipertiroid dan LFT abnormal dapat
dijumpai.
Pemeriksaan
Penunjang
D
I
A
G
N
O
S
I
S
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B
1
)
diplopia, palsi nervus cranialis ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang =
ensefalopati wernicke psikosis
korsakoff (amnesia, menurunnya
kemampuan untuk beraktifitas)
Hiperemesis tingkat III dapat
menimbulkan kematian
pertimbangan terminasi
kehamilan.
Fetal
Hiperemesis yang terus menerus
dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan
janin.
Penurunan berat badan yang kronis
risiko gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR).
KOMPLIKASI
Medikamentosa
Isolasi
Rehidrasi dan Suplemen
Vitamin
Diet
Terapi psikiatrik
Terminasi Kehamilan
Antiemetik seperti prometazin dan proklorperazin, jika respon metoklopramide 10
mg/8 jam sebagai dosis tunggal, jika respon kombinasi kortikosteroid dengan reseptor
antagonis H5-Hidrokstriptamin (5-HT3), 2x 24 jam gejala masih (+) obat berikut :
Vitamin B
1
, B
2
, B
6
, masing-masing 50-100 mg/hari serta vitamin B
12
, 200 g/hari/infus.
Antasida yang dianjurkan adalah asidrin 3x1 tablet/hari peroral atau milanta 3x1 tablet
perhari peroral atau magnam 3x1 tablet perhari peroral.
Sedativa yang biasa diberikan adalah antihistamin seperti dramamin. Jika diperlukan
diberikan fenobarbital 30 mg IM, 2-3 kali/hari atau diazepam IM, 5 mg 2-3 kali/hari.
Diet hiperemesis I untuk hiperemesis tingkat III atau berat. Makanan berupa roti kering
dan buah. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
Diet hiperemesis II bila rasa mual dan muntah berkurang. Berangsur mulai diberikan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini
rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
PENATALAKSANAAN
DEFINISI
Ulkus atau borok pada esofagus, lambung,
atau duodenum.
Pada kehamilan jarang dan 90% kasus
ulkus peptikum kronik yang mengalami
eksaserbasi.
ULKUS PEPTIKUM
Tipe golongan darah, stres, rokok, dan
faktor-faktor lain diduga sebagai
penyebab ulkus peranan relatif kecil
dalam terjadinya ulkus peptikum.
Penyebab utama (60% ulkus gaster dan
90% ulkus duodenum) inflamasi
kronik bakteri helicobacter pylori.
Nyeri epigastrik yang dapat hilang
dengan makanan ringan, antasida,
dan keluhan dapat diperberat
dengan minuman yang
mengandung alkohol, kopi, atau
aspirin.
Nyeri tekan pada daerah epigastrik.
Hematemesis dan melena dapat
terjadi pada keadaan kronik.
Gejala Dan
Tanda Klinis
Hitung jenis sel darah lengkap untuk
melihat keadaan anemia.
Deteksi H. Pilori antibodi.
Pemeriksaan darah dalam tinja
melena.
Endoskopi dilakukan bila ada indikasi
seperti terjadi hematemesis kronik
dan berat.
Pemeriksaan
Penunjang
D
I
A
G
N
O
S
I
S
PENATALAKSANAAN
Diet
Menghindari makanan yang merangsang lambung seperti makanan pedas.
Pola makan dipastikan teratur agar sekresi asam lambung tidak berlebih.
Medikamentosa
Obat-obatan yang diberikan dapat berupa :
Bismut pepto bismol (525 mg) 4 kali/hari dan metronidazol 250 mg 2
kali/hari selama 2 minggu.
Antasida.
H
2
antagonis, hati-hati diberikan pada trimester I kehamilan, seperti :
ranitidin 150mg 2x/hari
klimetidin 400 mg 2x/hari
famotidin 20 mg 2x/hari
Antikolinergik
Sedatif
Predisposisi genetik ke arah kedua
penyakit tersebut dengan
meningkatnya insiden pada kembaran
dan anggota keluarga dekat.
Infeksi atau imunologik dicurigai,
belum terbukti.
PENYAKIT PERADANGAN USUS
(INFLAMMATORY BOWEL DISEASE)-
Crohn dan Kolitis Ulserativa
Diagnosis

D
I
A
G
N
O
S
I
S
Maternal
Kehamilan tidak meningkatkan kemungkinan
serangan penyakit peradangan usus. Apabila
penyakit dalam keadaan tenang pada awal
kehamilan, jarang terjadi kekambuhan, tetapi
apabila timbul maka kekambuhan mungkin
parah.
Perempuan yang telah menjalani ileostomi
atau kolostomi biasanya dapat hamil dengan
baik. Komplikasi yang dapat terjadi berupa
malabsorbsi lemak, fat-soluble vitamin,
vitamin B
l2
, air, dan keseimbangan elektrolit.
Metode persalinan tidak dipengaruhi oleh IBD.
Fetal
Penyakit IBD yang aktif pada masa konsepsi
sering menimbulkan keguguran
flares selama kehamilan yang menyebabkan
berat badan lahir rendah dan prematuritas.
RISIKO
Perempuan hamil dengan IBD meningkatkan asam
folat dosis tinggi (5 mg/hari).
Kortikosteroid, dapat dianjurkan selama kehamilan,
dan, apabila diindikasikan, harus dilakukan
pembedahan.
5-aminosalisil asid (5-ASA) dan kortikosteroid
eksaserbasi akut IBD.
Loperamid diare.
Metronidazol untuk mengatasi penyakit anal dan
fistul.
Pembedahan konservatif angka kekambuhan 50%
pembedahan lebih lanjut.
Nyeri spontan dan tekan abdomen yang
menetap.
Nyeri dapat bermigrasi ke atas ~
tergesernya apendiks mengikuti kemajuan
kehamilan.
Masa nifas leukositosis biasanya ,
sering terjadi penyakit masa nifas lain
yang gejala dan tandanya mirip
apendisitis.
Anoreksia disertai tanda iritasi peritoneum
distensi dan ileus adinamik.
Gejala Dan
Tanda Klinis
USG masih belum terbukti efektif
pada pasien hamil karena
tergesernya sekum dan imposisi
uterus.
CT scan apendiks masih perlu
dievaluasi
Eksplorasi bedah.
Paruh pertama kehamilan,
laparoskopi
Pemeriksaan
Penunjang
D
I
A
G
N
O
S
I
S
APENDISITIS
Gambar. Perubahan posisi apendiks
seiring dengan kemajuan kehamilan
Ket : MO = bulan
PP= pascapartum
(Obstetri Williams, 2006)
CT scan apendiks. Atas. Apendiks (A), sekum (C), arteri (IA), dan vena (lV)
iliaka interna normal. Bawah. Apendiks meradang dan tidak opak (A)
yang berdiameter 15 mm dan memiliki fekolit di proksimal (a) (Obstetri
Williams, 2006).
Maternal
Risiko yang terjadi sangat berat
dengan mortalitas maternal dan fetal
yang tinggi. Semakin lama semakin
berkurang dan sekarang menjadi
sekitar 21% mortalitas maternal.
Apendisitis selama kehamilan tidak
berkaitan dengan infertilitas di
kemudian hari.
Fetal
Apendisitis meningkatkan
kemungkinan abortus atau persalinan
preterm, terutama apabila terjadi
peritonitis pembedahan untuk
apendisitis dilakukan usia gestasi >
23 minggu.
Di Indonesia, angka mortalitas fetal
didapatkan 27% keterkaitan sepsis
ibu-janin dan kelainan neurologis
neonatus pada kehamilan dengan
penyulit apendisitis.
RISIKO
Lebih baik melakukan operasi yang sebenarnya tidak perlu
daripada menunda intervensi sampai terjadi peritonitis
generalisata.
Antimikroba intravena sefalosporin generasi kedua atau penisilin
generasi ketiga. Apabila terdapat gangren, perforasi, atau flegmon
periapendiks, maka terapi antimikroba dapat dihentikan setelah
pembedahan.
Apabila tidak terjadi peritonitis generalisata maka
prognosis cukup baik.
Pada saat apendektomi jarang diindikasikan seksio
sesarea.
Kontraksi uterus sering terjadi pada peritonitis tokolitik, namun pada
apendisitis antepartum diberi pemberian cairan intravena, pemakaian
tokolitik meningkatkan risiko cedera paru.
Apendisitis terdiagnosis sering merangsang persalinan. Uterus besar sering
membantu melokalisasi infeksi post partum uterus mengecil dengan cepat
infeksi yang terlokalisasi pecah disertai keluarnya pus ke dalam rongga peritoneum
operasi abdomen akut beberapa jam pascapartum.

Anda mungkin juga menyukai