Anda di halaman 1dari 5

Pada siswa yang sedang mengalami penurunan dalam belajar, siswa tersebut

membutuhkan motivasi belajar. Motivasi belajar yang didapatkan oleh siswa dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan teori belajar dari segi aspek kognitif,
behavior, dan humanistik. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya untuk
menggerakan dalam diri siswa yang mengakibatkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang diinginkan oleh individu belajar itu bisa tercapai. Pada
kegiatan belajar, prestasi siswa akan lebih baik jika siswa mempunyai dorongan
motivasi orang tua untuk berhasil jauh lebih besar dalam diri siswa tersebut.
Pendekatan teori belajar pada aspek kognitif sesuai dengan teori Bruner
menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.
Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau
bentuk, yaitu: enactive, iconic dan symbolic. Ketiga cara tersebut dapat dibantu oleh
para guru bahkan orang tua. Pertama, pengetahuan enaktif adalah mempelajari
sesuatu dengan memanipulasi objekmelakukan pengetahuan tersebut daripada
hanya memahaminya. Kedua, pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang
melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan
melalui sebuah gambar dalam benak mereka. Sedangkan Pembelajaran simbolik, ini
merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak
(seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan
pengalaman tersebut.
Hal tersebut dapat diterapkan oleh para siswa yang sedang mengalami
penurunan dalam belajar dikarenakan kurangnya motivasi belajar yang didapatkan
siswa. Pertama adalah siswa dapat menerapkan pengetahuan enaktif dengan cara
mempraktekkan langsung sesuatu yang cukup sulit dimengerti oleh siswa.
contohnya, pada mata pelajaran sejarah yang cukup sulit untuk dihafalkan, para
guru dapat membantu dengan cara membuat role play untuk siswa yang bertujuan
siswa memerankan peran yang terdapat di mata sejarah agar siswa dapat lebih

mudah mengingat. Selain itu, siswa menjadi tidak jenuh dalam belajar dan lebih
termotivasi untuk belajar lebih giat.
Kedua adalah pembelajaran ikonik dengan melalui gambaran. Melalui gambar,
siswa lebih mudah mengingat karena tidak terus-menerus melihat tulisan yang
monoton. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengajarkan siswa membuat mind
map. Pada pembuatan mind map, siswa diajarkan merangkum setiap bab dan di
dalam mind map tersebut ditambahakan gambar serta warna agar terlihat lebih
menarik. Tujuan dilakukannya mind map adalah agar dapat membuat siswa lebih
mudah mengingat dan juga menambah kreativitas siswa, dengan cara tersebut
siswa lebih termotivasi untuk belajar dan tidak lagi merasa stress ketika belajar.
Ketiga adalah pembelajan simbolik. Pembelajaran simbolik tersebut sering
digunakan ketika terdapat kata atau kalimat yang sulit di ingat. Jika terdapat kata
atau kalimat yang sulit dimengerti atau di ingat siswa akan lebih cepat merasa stress
dan akan mengalami penurunan dalam belajar. Pembelajaran dilakukan dengan
tujuan agar siswa lebih memahami kata atau kalimat yang sulit dimengerti. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara menggaris bawahi kata dan menggambar
simbol sesuai dengan kata atau kalimat tersebut.
Aspek yang kedua adalah aspek behavior dengan teori dari Thorndike, teori
behavioristik adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau halhal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan atau gerakan atau tindakan. Teori Thorndike mengaplikasikan Hukum
Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu
perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Hukum Latihan (law of exercise ), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/
dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Sedangkan Hukum
akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat
akibatnya

menyenangkan

dan

cenderung

diperlemah

jika

akibatnya

bila
tidak

memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi

sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan


cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan
yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan
diulangi.
Hal tersebut dapat diaplikasikan oleh siswa untuk meningkatkan motivasi belajar
pada siswa yang stress. Contohhnya siswa yang akan belajar mata pelajaran
matematika dengan melakukan tiga cara dari Thorndike hukum kesiapan yang
didukung oleh guru dan orang tua agar siswa tidak takut untuk belajar matematika.
Hukum kesiapan dapat berupa motivasi dan memberikasn respon positif terhadap
pelajaran matematikan kepada siswa. Jika motivasi dari guru dan orang tua sudah
terpenuhi, dapat dibantu dengan hukum latihan.
Hukum latihan dapat dinilai memperkuat kemampuan siswa untuk melakukan
suatu tugas yang diberikan guru mereka dan juga menambah percaya diri pada
siswa. contohnya, pada mata pelajaran matematika, semakin siswa memperbanyak
latihan mereka semakin mudah mereka mengerjakan tugas dan semakin menambah
percaya diri pada siswa. siswa yang diberikan banyak latihan akan lebih termotivasi
untuk belajar dan menambah tantangan untuk belajar karena siswa merasa dapat
mengerjakan dengan mudah, dengan begitu stress yang diamali oleh siswa semakin
kurang. Hukum latihan harus diberikan terus menerus, karena akan memberikan
stimulus kepada siswa juga untuk lebih meningkatkan diri untuk belajar.
Pada hukum yang terakhir yaitu hukum akibat. Hukum akibat dikaitkan dari
hukum kesiapan dan hukum latihan. Siswa yang sudah merasa siap dan termotivasi
untuk belajar matematika dan seringnya latihan yang dilakukan akan mendapatkan
hasil yang baik juga, akan tetapi jika siswa sudah sering latihan dan siswa tetap
gagal dalam melakukan tugas tersebut akan berakibat menurunnya motivasi belajar
dan megalami stress lebih tinggi. Hal tersebut harus terus dibimbing oleh guru dan
orang tua. Hal tersebut didukung oleh teori dari Bandura mengenai self-efficacy
yaitu, keyakinan diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika siswa sudah yakin
dengan sesuatu yang dikerjakan, siswa menjadi lebih termotivasi dan semakin tinggi
juga keyakinan diri yang terdapat di diri siswa tersebut.

Aspek yang terakhir adalah aspek humanistik. teori belajar humanistik proses
belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini
sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini
lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya
yang paling ideal. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Teori tersebut
sesuai dengan teori Abraham Maslow yang mengatakan bahwa individu berperilaku
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada setiap individu
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga
ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi lima hirarki.
Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa kasih sayang, penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini
mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia
mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Kelima kebutuhan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar pada siswa.
ketika siswa mendapatkan kebutuhan fisiologis seperti tidur, makan, dan kesehatan
fisik.pada siswa yang merasa dengan fisiknya akan lebih mudah untuk memahami
mata pelajaran dan lebih termotivasi untuk belajar. Contoh lain adalah ketika siswa
tidak cukup tidur, siswa tersebut akan tidak berkonsentrasi dalam belajar dan
susasana hati siswa tersebut mempengaruhi motivasi belajar siswa tersebut. kedua
kebutuhan rasa aman. Rasa aman yang dimiliki siswa yaitu ketika siswa dibimbing

oleh guru hingga siswa tersebut mengerti mata pelajaran yang dijelaskan oleh guru
tersebut. selain itu siswa akan lebih merasa aman jika guru tersebut tidak bersikap
keras terhadap siswa dan membuat siswa tidak merasa aman untuk belajar, hal
tersebut dapat mengurangi motivasi belajar pada siswa yang sedang stress belajar.
Ketiga adalah kebutuhan rasa kasih sayang. Rasa kasih sayang ini tidak jauh
beda dengan rasa aman pada siswa. siswa yang mendapatkan kasih sayang dari
guru tersebut akan lebih termotivasi untuk belajar dan siswa tidak akan stress
belajar. Rasa kasih sayang ini tidak hanya dari guru, akan tetapi dapat juga dari
teman sebaya. Kasih sayang dari teman sebaya akan bermanfaat bagi siswa karna
menambah motivasi belajar dan mengurangi stress belajar dengan cara belajar
bersama dan saling mendukung secara psikologis satu dengan lainnya. Rasa
penghargaan sangatlah penting bagi siswa yang sedang mengalami stress belajar.
Siswa akan lebih stress belajar jika siswa tersebut tidak merasa didukung atau
dipuji. Sebuah pujian walaupun hanya berupa pujian verbal dapat meningkatkan
motivasi belajar dan dapat mengurangi stress pada siswa. hal tersebut terjadi karena
siswa merasa dihargai setiap usaha untuk belajar dan hal tersebut dapat juga
meningkatkan self-efficacy pada siswa yang sudah dijelaskan pada aspek behavior.
Kelima adalah kebutuhan aktualisasi diri. Pada tahap terakhir ini, siswa akan
mengalami aktualisasi diri jika keempat kebutuhan tersebut sudah terpenuhi. Jika
keempat kebutuhan tersebut sudah terpenuhi siswa tidak lagi mengalami stress
belajar dan motivasi belajar siswa akan bertambah. Siswa yang sedang stress dapat
diaplikasikan terlebih dahulu dari tahap kognitif untuk pembentukan dasar, jika tahap
aspek kognitif sudah terpenuhi, berlanjut ke aspek behavior. Aspek behavior akan
membentuk motivasi belajar siswa, dan tahap untuk mengurangi stress belajar
terdapat pada aspek humanistik yang didukung oleh aspek kognitif dan behavior.

Anda mungkin juga menyukai