Anda di halaman 1dari 13

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia- Nya
saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan referat yang berjudul Fibromyalgia.

Adapun laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik bagian
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta yang dilaksanakan di RSU Dr.
Slamet Garut. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Zulkarnain, SpPD yang telah
membimbing dalam penyelesaian Makalah ini serta pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan laporan kasus ini saya mohon kritik
dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap makalah ini
bermanfaat bagi pembacanya.

RSU Dr. Slamet Garut, Desembert 2013



















2

BAB I

PENDAHULUAN

Fibromyalgia adalah kelainan yang sering ditemui, dicirikan oleh adanya nyeri
musculoskeletal yang menyebar dengan penyebaran yang simetris, kekakuan, mudah
lelah, parestesi, dan gangguan tidur. Istilah fibromialgia baru muncul belum terlalu lama,
meskipun gejalanya telah banyak dibahas dalam literatur kedokteran sejak awal tahun 1900- an.
Baru pada tahun 1989, fibromialgia muncul pada salah satu buku teks reumatologi dengan istilah
fibrositis yang pada tahun 1990 diubah oleh American College of Rheuma- tology (ACR)
menjadi sindrom fibromialgia, mengingat istilah fibrositis yang kurang tepat. Bersama dengan
penyakit nyeri dan kelelahan kronik lainnya, fibromialgia dapat dikatakan sebagai beban
kesehatan yang besar yang belum dapat diatasi secara efektif oleh ilmu kedokteran barat
konvensional. Pasien rata-rata sudah berobat selama 5 tahun sebelum diagnosis yang tepat
ditegakkan. Lebih dari 50% pasien fibromialgia mengalami salah diagnosis dan menjalani
operasi yang tidak perlu. Setelah tatalaksana selama 7 tahun, 50% pasien fibromialgia belum
merasa puas dengan kesehatan mereka, 59% menilai kesehatan mereka tidak membaik atau
bahkan memburuk. Dengan kata lain tatalaksana medis saat ini belum menghasilkan perbaikan
pada status kesehatan maupun keparahan penyakit.














3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Fibromialgia adalah sindrom kelelahan kronik yang menyebabkan nyeri,kekakuan dan
kepekaan dari otot-otot, tendon-tendon, dan sendi-sendi. Seseorang dengan fibromialgia
memiliki tender points pada tubuhnya. Tender points adalah titik nyeri yang biasanya ada pada
daerah leher, bahu, punggung, pinggul, lengan dan telapak kaki. Jika titik tersebut ditekan maka
akan terasa kesakitan.1 Fibromialgia tidak termasuk dalam artritis karena tidak menyebabkan
reaksi peradangan ataupun menyebabkan kerusakan sendi, otot atau jaringan yang lainnya.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data di Amerika Serikat, kira-kira 20% pasien klinik rheumatologi adalah
pasien fibromyalgia, yang kebanyakan berusia 30-50 tahun. Dari data tersebut dapat dikatakan 1
dari 5 pasien yang berobat adalah fibromialgia. Thompson melaporkan fibromialgia sebagai
penyakit terbanyak kedua yang ditemui dalam praktek rheumatologis. Fibromyalgia lebih banyak
menyerang perempuan dibandingkan laki-laki, dengan rasio 9:1. Prevalensi fibromyalgia
pada populasi umum di Amerika Serikat untuk perempuan ialah 3,4%, sedangkan untuk laki-laki
0,5%. Fibromialgia juga lebih sering ditemukan pada perempuan di atas 50 tahun.1 Prevalensi
fibromyalgia meningkat pada orang dengan BMI yang tinggi,merokok, tingkat pendidikan yang
rendah, pengangguran, orang dengan tingkat stress yang tinggi. 2

2.3 ETIOLOGI

Hingga kini, penyebab pasti fibromialgia belum dapat ditemukan namun telah diketahui
bahwa fibromialgia dapat dipicu oleh stres emosional, infeksi, pembedahan, hipotiroidisme, dan
trauma. Fibromialgia juga telah ditemukan pada pasien yang terinfeksi hepatitis C, HIV,
parvovirus B19, dan lyme disease. Pendapat lain menyebutkan kurangnya latihan, penggunaan
otot secara berlebihan, dan perubahan metabolisme otot sebagai kemungkinan penyebab
fibromialgia.
Gangguan mekanisme nyeri pada SSP diperkirakan sebagai faktor penyebab sindrom ini.
Pasien dengan fibromialgia memiliki ambang nyeri yang lebih rendahdari pada mereka yang
tidak memiliki kelainan ini. Teori lain juga termasuk defisiensi hormon pertumbuhan,
abnormalitas axis hypothalamic-pituitary-adrenal,dan abnormalitas aktivasi respon stress
simpatetik. Faktor genetik diduga kuat sebagai penyebab dari sindrom ini karena first degree
realatives memiliki risiko terkena FMS 8 kali lebih besar. 2

2.4 PATOGENESIS

Meskipun penyebab pasti fibromialgia masih menjadi misteri, secara umum para ahli sepakat
mengenai adanya mekanisme pengolahan input yang tidak normal,khususnya input nyeri
(nosiseptif), pada sistem saraf pusat. Pada studi dolorimetri dan pemberian stimuli seperti panas,
dingin dan elektrik, ditemukan ambang rangsang yang rendah pada pasien fibromialgia. Pasien
4

fibromialgia mempersepsikan stimulinon-nosiseptif sebagai stimuli nosiseptif serta kurang
mampu mentoleransi nyeri yang seharusnya dapat ditoleransi oleh orang normal. Beberapa
kelainan fisiologik dan biokimia telah ditemukan pada susunan saraf pusat pasien fibromialgia
sehingga fibromialgia tidak lagi dapat disebut sebagai keluhan subjektif. Kelainan tersebut
adalah kadar serotonin yang rendah disfungsi poros hipotalamus hipofisis, kadar hormone
pertumbuhan yang rendah, kadar substansi P yang meningkat dan faktor pertumbuhan saraf yang
meningkat.1

Kadar Serotonin yang Rendah
Serotonin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam tidur, nyeri dan perubahan mood.
Serotonin yang disekresikan oleh ujung serat neuron rafe, dapatmenyebabkan perangsangan
daerah tertentu dari otak yang kemudian menyebabkantidur. Serotonin yang disekresi oleh radiks
dorsalis medula spinalis dapat merangsang sekresi enkefalin yang menimbulkan hambatan
presinaptik dan postsinaptik pada serabut nyeri. Kadar serotonin yang rendah diduga memiliki
peran dalam pathogenesis fibromialgia yaitu dengan menurunkan efek hambatan pada serabut
nyeri. Hal tersebut diperkuat dengan penemuan bahwa pasien fibromialgia ternyata memiliki
kadar serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya. Bukti lain menunjukkan bahwa obat
yang mempengaruhi serotonin ternyata tidak menunjukkan efek dramatis pada fibromialgia.

Disfungsi Poros Hipotalamus Hipofisis

Poros hipotalamus hipofisis berperan penting dalam respons adaptasiterhadap stres. Pada sistem
yang berfungsi normal, hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing hormone (CRH) yang
kemudian merangsang sekresi adreno-corticotropic hormone (ACTH) oleh hipofisis. ACTH
kemudian merangsang korteksadrenal mensekresi glukokortikoid yang berperan dalam respons
adaptasi terhadap stres.

Regulasi sirkadian sistem poros hipotalamus hipofisis sebagian dipengaruhi metabolisme
serotonin. Disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis diperkirakan sebagai akibat dari
rendahnya kadar serotonin. Sebaliknya, disfungsi sistem poroshipotalamus hipofisis juga
diperkirakan memperburuk abnormalitas kadar serotonin disistem saraf pusat.

Beberapa kelainan yang dapat ditemukan berkaitan dengan disfungsi sistem poros hipotalamus
hipofisis adalah kadar kortisol 24 jam yang rendah, hilangnyaritme sirkadian dengan peningkatan
kadar kortisol sore hari, hipoglikemia yang diinduksi insulin berkaitan dengan produksi ACTH
yang berlebihan, kadar hormon pertumbuhan yang rendah dan sekresi glukokortikoid yang
rendah. Selain itu ditemukan juga kadar kortisol bebas pada urin yang rendah, serta
berkurangnya respons kortisol terhadap corticotropin-re- leasing hormone pada pasien
fibromialgia.1

Kadar Growth Hormone yang Rendah

Growth hormone (GH) adalah suatu hormon yang berperan dalam pertumbuhan karena sifatnya
yang meningkatkan sintesis protein, meningkatkan penggunaan lemak untuk energi, menurunkan
pemakaian glukosa untuk energi, dan merangsang pertumbuhan tulang. Hormon tersebut secara
5

normal disekresi pada tahap dari tidur, sehingga gangguan tidur diduga dapat menurunkan
sekresinya.
Pada pasien fibromialgia ditemukan penurunan kadar GH yang penting untuk proses repair otot
dan kekuatan, yang diduga diakibatkan oleh gangguan tidur. Hal itu didukung oleh bukti adanya
hasil EEG yang menunjukkan gangguan tahapdari tidur normal (non-REM) dan gangguan
gelombang < yang berulang pada pasien fibromialgia.


Kadar Substansi P yang Meningkat
Substansi P adalah neurotransmiter yang dilepaskan bila akson distimulasi. Peningkatan kadar
substansi P meningkatkan sensitivitas saraf terhadap nyeri. Kadar substansi P yang tinggi
menyebabkan stimulus normal dipersepsikan sebagai stimulusnosiseptif oleh penderita
fibromialgia. Kadar substansi P yang meningkat di cairan serebrospinal pasienfibromialgia juga
mungkin berperan dalam menyebarkan nyeri otot. Peneliti pada studi yang independen
melaporkan kadar substansi P pada pasien fibromyalgia meningkat sampai 2-3 kali kadar pada
individu normal. Selain hal-hal di atas ditemukan juga abnormalitas lain seperti berkurangnya
aliran darah ke talamus, nukleus kaudatus, serta tektum pontine, yang merupakan area sig-
naling, integrasi, dan modulasi nyeri. Disfungsi saraf otonom diduga juga berperan dalam
fibromialgia, dengan ditemukannya hipotensi ortostatik setelah uji tilt table dan peningkatan
frekuensi denyut jantung istirahat terlentang. Penelitian dalam bidang genetik memperkirakan
adanya peran polimorfisme gen sebagai etiologi fibromialgia. Gen yang diperkirakan mengalami
abnormalitas adalah gen yang mengatur sistem serotonergik, katekolaminergik dan
dopaminergik.1

2.5 DIAGNOSIS

Anamnesis

Gejala yang biasa ditemukan pada pasien fibromialgia antara lain nyeri muskuloskeletal yang
menyebar, kekakuan, dan kelelahan. Gejala lain juga dapat muncul, di antaranya parestesi,
gangguan tidur, titik nyeri, dan lain-lain. Pada fibromialgia, nyeri bersifat menyebar dan di-
rasakan selama minimal 3 bulan, di atas dan bawah pinggang pada kedua sisi tubuh, bersamaan
dengan nyeriaksial.5 Nyeri punggung bawah (berasal dari bawah pinggang) dapat
menyebar hingga ke bokong dan tungkai. Nyeri lain dapat meliputi nyeri leher, bahu atas-
belakang, dan nyeri sendi. Nyeri tersebut timbul setelah olahraga ringan, dan dirasakan seperti
nyeri terbakar yang persisten dan mengganggu, atau nyeri tumpul yang konstan. Pada 75-90%
penderita fibromialgia, ditemukan kekakuan yang biasanya terjadi di pagi hari kemudian
membaik di siang hari atau bertahan sepanjang hari. Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah
kelelahan, mati rasa pada kaki dantangan, sering terbangun di malam hari dan sulit tidur kembali,
bangun pagi dengan rasa letih, merasa lebih kedinginan daripada orang-orang di sekitarnya,
fenomena Raynaud atau gejala mirip fenomena Raynaud, gangguan kognitif dengan
kesulitan berpikir dan kehilangan ingatan jangka pendek (loss of short-term memory), sakit
kepala tipe migrain, pusing, cemas, dan depresi. Gejala tersebut diperparah oleh stress atau
cemas, kedinginan, cuaca lembab, dan kerja terlalu keras. Sebaliknya, pasien merasa lebih baik
saat cuaca hangat dan liburan.

6



Pemeriksaan Fisik
Kriteria Diagnostik
Pada tahun 1990 kriteria diagnostik resmi untuk FM didirikan oleh American College of
Reumatologi (ACR).

Riwayat nyeri yang meluas : kronis, luas, nyeri muskuloskeletal berlangsung lama lebih
dari tiga bulan di keempat kuadran tubuh ("Nyeri yang meluas"didefinisikan sebagai
nyeri di atas dan di bawah pinggang pada kedua sisi tubuh juga pada daerah cervical,
dada anterior, tulang dada, atau punggung bawah) harus ada.
Nyeri pada 11 tempat dari 18 Point Tender Site dengan Palpasi : Ada delapan belas
tender point yang dokter cari dalam membuat diagnosis fibromyalgia. Menurut ACR
yang termasuk persyaratan, yaitu pasien harus memiliki 11 dari 18 poin tender untuk
didiagnosa dengan fibromyalgia. Sekitar empat kilo gramtekanan (atau sekitar 9 lbs.)
Harus diterapkan ke titik tender, dan pasien harusmenunjukkan bahwa lokasi tender point
terasa sakit.
Delapan belas tender point site :
1 & 2, tengkuk: bilateral, pada insersi otot suboccipital.
3 & 4, cervical bawah: bilateral, pada aspek anterior dari ruangintertransverse di C5-C7.
5 & 6, trapezius: bilateral, pada titik tengah batas atas.
7 & 8, supraspinatus: bilateral, di atas tulang belakang skapula dekat perbatasan medial.
9 & 10, Kedua tulang iga: bilateral, di persimpangan kostokondral kedua,hanya lateral
persimpangan pada permukaan atas.
11 & 12, lateral epikondilus: bilateral, cm 2 distal ke epicondyles.
13 & 14, glutealis: bilateral, dalam kuadran atas luar pantat di lipatan anterior otot.
15 & 16, Greater trokanter: bilateral, posterior ke trokanterika prominens.
17 & 18, Lutut: bilateral, di lapisan lemak proksimal medial.

7

Diagnosis fibromyalgia dapat ditegakkan apabila pasien memenuhi keduakriteria ACR 1990,
yaitu riwayat nyeri muskuloskeletal yang menyebar minimal 3 bulan dan nyeri yang signifikan
pada minimal 11 dari 18 tender points (Gambar 1) jika dilakukan palpasi dengan jari. Kriteria
ACR sangat bermanfaat dalam menegakkan diagnosis, meskipun beberapa pasien memiliki
jumlah tender sites yang lebih sedikit dan nyeri regional yang lebih, sehingga didiagnosis
fibromyalgia. Pemeriksaan neurologis muskuloskeletal dan laboratorium tetap normal pada
fibromyalgia.

Pemeriksaan penunjang
Tidak ada tes darah sederhana atau X-ray dapat memberitahu bahwa seseorang memiliki
fibromialgia. Diagnosis dibuat hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tes
darah atau X-ray untuk menyingkirkan penyakit yang mirip dengan fibromialgia. Kondisi-
kondisi ini termasuk:
tingkat hormon tiroid yang rendah (hypothyroidism),
penyakit paratiroid (menyebabkan tingkat kalsium darah yang meninggi),
penyakit-penyakit otot yang menyebabkan nyeri otot (seperti polymyositis),
penyakit-penyakit tulang yang menyebabkan nyeri tulang (seperti penyakit Paget),
kalsium darah yang meninggi (hypercalcemia),
penyakit-penyakit infeksius (seperti hepatitis, Epstein Barr virus, AIDS), dan
kanker

Meskipun tidak ada tes darah untuk fibromialgia, tes-tes darah adalah penting untuk
mengeluarkan kondisi-kondisi medis lain. Oleh karenanya, hormon tiroid dan tingkat-tingkat
kalsium darah diperoleh untuk mengeluarkan hypercalcemia, hyperparathyroidism,dan
hypothyroidism. Tingkat alkaline phosphatase (suatu enzim tulang) seringkali naik pada pasien
pasien dengan penyakit tulang Paget. Tingkat CPK (suatu enzim otot) seringkali naik pada
pasien-pasien dengan polymyositis, penyakit dengan peradangan otot yang tersebar. Oleh
karenanya, memperoleh tingkat-tingkat darah alkaline phosphatase dan CPK dapat membantu
dokter memutuskan apakah penyakit Paget dan polymyositis adalah penyebab dari nyeri-nyeri
tulang dan otot. Tes-tes jumlah darah komplit atau complete blood count (CBC) dan hati
membantu dalam diagnosis dari hepatitis dan infeksi-infeksi lain.
Fibromialgia dapat terjadi sendirian atau dalam hubungan dengan kondisi-kondisi rhematik
sistemik lain. Kondisi-kondisi rhematik sistemik merujuk pada penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan peradangan dan kerusakan pada banyak jaringan-jaringan dan organ-organ yang
berbeda di tubuh. Kondisi-kondisi rhematik sistemik yang berhubungan dengan fibromyalgia
termasuk systemic lupuserythematosus, rheumatoid arthritis, polymyositis, dan polymyalgia
rheumatica. Tes- tes darah yang sangat membantu dalam mengevaluasi penyakit-penyakit ini
termasuk erythrocyte sedimentation rate (ESR), serum protein electrophoresis (SPEP),
antinuclear antibody (ANA),dan rheumatoid factor (RF). Pada pasien-pasien dengan fibromialgia
tanpa penyakit-penyakit sistemik yang berhubungan, tes-tesdarah ESR, SPEP, ANA, dan RF
biasanya adalah normal.

DIAGNOSIS BANDING
1. Hipotiroid
Menurunnya produksi hormon tiroid pada kalenjar tiroid. Kalenjar tiroid sendiri bertugas
melepas hormon tiroid keseluruh tubuh lewat pembuluh darah. Pada kasus hipotiroid,
8

pelepasan ini tidak bisa terlaksana dengan baik sehingga berbagai aktivitas fisik dan
mental akan ikut terganggu.

2. Myasthenia gravis
Penyakit kronis dengan remisi dan relaps, dan ditandai oleh kelemahan dan cepatnya
otot-otot volunteer menjadi lelah sesudah suatu kegiatan, diikuti oleh pulihnya kekuatan
sesudah istrahat selama beberapa menit sampai beberapa jam.Ini disebabkan oleh
gangguan konduksi pada myoneural junction.

3. Multiple Sclerosis
Penyakit demyelinating yang mengenal serebelum, saraf optikus dan medulla spinalis
(terutama mengenai traktus kortikospinalis dan kolumna posterior), secara patologi
memberi gambaran plak multipel di susunan saraf pusat khususnya periventrikuler
subtansia alba. Gejala Klinia MS ; kelemahan umum, gangguan sensoris, nyeri, gangguan
blader, gangguan serebelum, gangguan batang otak dan gangguan fungsi luhur.



2.6 PENATALAKSANAAN

Secara keseluruhan tim multidisiplin diperlukan untuk tatalaksana fibromialgia secara optimal.
Tim multidisiplin tersebut terdiri atas spesialis rehabilitasi medik, psikiater, terapis fisik, dan ahli
lainnya. Tatalaksana fibromyalgia dapat dibagi menjadi tatalaksana medikamentosa dan non-
medikamentosa.

Non-Medikamentosa
Tatalaksana non-medikamentosa, selain untuk mengurangi nyeri, gangguan tidur serta
depresi juga digunakan untuk mengatasi kelelahan otot.

a. Edukasi pasien
Edukasi pasien merupakan salah satu tatalaksana fibromialgia yang paling
penting. Edukasi pasien harus dilakukan sebagai langkah pertamadalam tatalaksana
pasien fibromialgia. Pasien perlu diinformasikan mengenai penyakit yang sedang
dialaminya. Pasien juga perlu diinformasikan bahwafibromyalgia tidak menyebabkan
kelumpuhan dan tidak bersifat degeneratif, serta terdapat pengobatan untuk penyakit ini.1
b. Mengurangi stress
Konsultasi psikiatrik memiliki peran yang sangat penting dalam tatalaksana
depresi dan cemas pada pasien fibromialgia. Stres dalam kehidupan harus diidentifikasi
dan didiskusikan dengan pasien, dan pasienharus diberikan pertolongan mengenai
bagaimana menghadapi stres.1
c. Latihan
Untuk mengurangi nyeri, dapat dilakukan aplikasi panas dan dingin keotot secara
bergantian masing-masing 15-20 menit diselingi waktu untuk kembali ke suhu normal.
Pelatihan biofeedback yang intens (misalnya dua kali sehari untuk seminggu)
seringkali penting untuk nyeri otot yang kronik dan menyebar. Teknik tersebut terutama
berguna untuk otot-otot postural yang biasanya berfungsi tanpa disadari. Elektroda
9

permukaan ditempelkan ke atas otot untuk mendeteksi aktivitasnya. Pelatihan
biofeedback dilakukan untuk menolong pasien mengembalikan otot ke keadaan istirahat
normal setelah kontraksi.Teknik lain untuk mengurangi nyeri ialah spray and stretch
Vapocoolant spray disemprotkan dengan pola menyapu searah serat otot
untuk melemaskan otot, sambil dilakukan peregangan otot secara pasif oleh pasien atau
klinisi. Peregangan adalah elemen kunci dari pengurangan nyeri, meskipun
mekanismenya belum diketahui. Hal lain yang perlu diatasi pada pasien fibromialgia
adalah gangguan yang terjadi pada otot. Untuk itu, olahraga dapat menjadi solusi dan
penting untuk disarankan. Selain meregangkan dan memperkuat otot, olahraga juga dapat
meningkatkan kebugaran kardiovaskular Hal tersebut selanjutnya dapat menyebabkan
depresi, menurunnya rasa percaya diri, dan stres yang memicunyeri lebih lanjut. Olahraga
aerobik juga baik untuk pasien dan dimulai setelah terjadi perbaikan tidur serta
berkurangnya nyeri serta kelelahan. Olahraga dilakukan mula-mula pada level rendah dan
pasien sebaiknya berolahraga 20-30 menit, 3-4 hari seminggu. Terapi lain dapat
membantu dengan derajat yang berbeda-beda,misalnya injeksi, modifikasi perilaku,
hipnoterapi, kompresi iskemik, olahraga dan pengaturan stress namun, yang tidak boleh
dilupakan ialah perbaikan postur dan mekanika tubuh

Medikamentosa
Tatalaksana medikamentosa dapat digunakan untuk mengatasi nyeri,gangguan tidur serta
depresi dan kecemasan. Berikut adalah beberapa kategori yang paling umum digunakan obat
untuk fibromialgia.
a. Analgesik
Analgesik adalah obat penghilang rasa sakit. Mereka berkisar dari over-the-
counter acetaminophen (Tylenol) untuk obat resep, seperti tramadol (Ultram),dan
persiapan narkotika bahkan lebih kuat. Untuk subset dari orang dengan fibromialgia,
obat narkotika yang diresepkan untuk nyeri otot yang parah.
b. Anti-inflamasi nonsteroid Obat (NSAIDs)
Seperti namanya, obat anti-inflammatory drugs, termasuk aspirin,
ibuprofen(Advil, Motrin), naproxen dan sodium (Anaprox, Aleve), digunakan
untuk mengobati peradangan. Meskipun peradangan bukan merupakan gejala
fibromyalgia, NSAID juga mengurangi rasa sakit. Obat-obatan bekerja dengan
menghambat substansi dalam tubuh yang disebut prostaglandin, yang memainkan
peran dalam rasa sakit dan peradangan. Obat-obat ini dapat membantu meringankan
nyeri otot fibromyalgia dan dapat meredakan kram menstruasi dan sakit kepala sering
dikaitkan dengan fibromialgia.
c. Antidepresan
Obat ini bekerja sama dengan baik pada pasien fibromialgia dengan atau tanpa
depresi, karena antidepresan meningkatkan tingkat bahan kimia tertentu diotak
(termasuk serotonin dan norepinefrin) yang tidak hanya terkait dengan depresi, tetapi
juga dengan rasa sakit dan kelelahan. Meningkatkan tingkat bahan kimia ini dapat
mengurangi rasa sakit pada orang yang memiliki fibromialgia. Beberapa jenis
antidepresan untuk orang dengan fibromialgia,dijelaskan di bawah ini.
Antidepresan trisiklik.
Antidepresan trisiklik dapat membantu mempromosikan tidur restoratif pada
orang dengan fibromialgia. Obat ini juga dapat mengendurkan otot-otot
10

menyakitkan dan meningkatkan efek alami tubuh sakit-membunuh zatyang
disebut endorfin. Beberapa contoh obat trisiklik digunakan untuk mengobati
fibromialgia termasuk amitriptilin hidroklorida (Elavil, Endep),cyclobenzaprine
(Cycloflex, Flexeril, Flexiban), doksepin (Adapin,Sinequan), dan nortriptyline
(Aventyl, Pamelor). Kedua amitriptilin dancyclobenzaprine telah terbukti berguna
untuk pengobatan fibromyalgia.
Selective serotonin reuptake inhibitor.
Jika antidepresan trisiklik gagal digunakan antidepresan jenis selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRI). Seperti dengan trisiklik, digunakan untuk orang-orang
dengan fibromyalgia dalam dosis lebih rendah dari pada yang digunakan untuk
mengobati depresi. Dengan pelepasan serotonin,obat ini dapat mengurangi
kelelahan dan beberapa gejala lain yang terkait dengan fibromialgia. Kelompok
SSRI termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), dan sertraline (Zoloft).
SSRI
Dapat digunakan bersama dengan antidepresan trisiklik. Penelitian
telahmenunjukkan bahwa terapi kombinasi dari trisiklik amitriptilin dan
fluoxetine SSRI menghasilkan peningkatan lebih besar pada gejala fibromialgia
daripada salah satunya saja.
Campuran reuptake inhibitor
Beberapa antidepresan baru meningkatkan kadar serotonin dan norepinefrin baik
dan karena itu dicampur reuptake inhibitor. Contoh-contoh dari obat-obat ini
termasuk venlafaxine (Effexor), duloxetine(Cymbalta), dan (Savella). Secara
umum, obat ini bekerja lebih baik untuk sakit daripada SSRI, mungkin karena
mereka juga meningkatkan norepinefrin, yang mungkin memainkan peran lebih
besar dalam transmisi nyeri dari serotonin.
Benzodiazepin
Benzodiazepin kadang-kadang dapat membantu orang dengan fibromyalgia
dengan tegang, otot-otot yang menyakitkan dan menstabilkan gelombang otak
tidak menentu yang dapat mengganggu tidur nyenyak. Benzodiazepin juga dapat
meringankan gejala sindrom nyeri kaki, gangguan neurologisyang lebih umum di
antara orang dengan fibromialgia. Kelainan ini ditandai oleh sensasi tidak
menyenangkan di kaki dan dorongan tak terkendali untuk menggerakkan kaki,
terutama ketika beristirahat. Benzodiazepin biasanya hanya untuk orang-orang
yang tidak respon dengan terapi lain karena potensi untuk kecanduan.
Benzodiazepin termasuk clonazepam (Klonopin) dan diazepam (Valium).

Obat Lain
Irritable bowel syndrome (IBS)
Difenoksilat / atropin (Lotomil)
Suplemen serat atau pencahar untuk meringankan sembelit.
Loperamide (Imodium)
Untuk diare.
Alosetron (Lotronex)
Untuk pengobatan IBS berat dengan diare yang tidak
merespon pengobatan lain.
Lubiprostone (Amitiza)
11

Untuk pengobatan IBS dengan sembelit.
Obat antispasmodic
Obat tidur
Untuk memperbaiki kualitas tidur, digunakan trisiklik seperti
amitriptilin(10-50 mg), nortriptilin (10-75 mg), dan doksepin (10-25 mg) atau
obat lain seperti siklobenzaprin (10-40 mg), 1-2 jam sebelum tidur. Pemberian
obat tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki tahap 4 dari tidur pasien,sehingga
terjadi perbaikan klinis. Pengobatan diberikan mulai dari dosis rendah, dan
ditingkatkan bila perlu. Efek samping seperti konstipasi, mulut kering,
peningkatan berat badan, dan kesulitan berpikir juga perlu dipertimbangkan.
Selain obat di atas, trazodon atau zolpidem juga dapat memperbaiki kualitas
tidur.1




2.7 PROGNOSIS

Fibromialgia adalah gangguan jangka panjang. Kadang-kadang, gejala membaik.
Terkadang, rasa sakit mungkin bertambah buruk dan terus selama berbulan-bulan atau tahun.
Pasien yang tidak melakukan pengobatan akan mengakibatkan kondisi semakin memburuk.
Dengan pengobatan, gejala penyakit ini akan berkurang. Sangat penting bahwa setiap pasien
berpartisipasi dalam/perawatan sendiri.























12

















BAB III

KESIMPULAN

Fibromialgia adalah sindrom kelelahan kronik yang menyebabkan nyeri, kekakuan dan
kepekaan dari otot-otot, tendon-tendon, dan sendi-sendi. Fibromialgia terutama menyerang
wanita usia subur (80-90%), usia 20-50 tahun dibandingkan pria dengan rasio 9:1.
Fibromialgia dapat dipicu oleh stres emosional, infeksi, pembedahan, hipotiroidisme, dan
trauma.
Umumnya penderita akan mengalami rasa nyeri dan kaku di bagian persendian ataupun
otot. Rasa nyeri dirasakan luas dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Sering pula merasa lelah,
gelisah dan tidur yang tidak nyenyak. Nyeri dirasakan pada 11 tempat dari 18 Point Tender Site
dengan palpasi. Biasanya pemeriksaan penunjang tidak dilakukan, kecuali untuk menyingkirkan
diagnosis banding seperti hipotiroid, multiple sclerosis dan misteniagravis. Perawatan
fibromialgia sering membutuhkan pendekatan tim, antara dokter dan seorang terapis fisik,
profesional kesehatan lainnya, dan yang paling penting, diri sendiri, semua memainkan peran
aktif.
Pengobatan yang diberikan dapat berupa non-medikamentosa(seperti edukasi pasien,
mengurangi stress dan latihan), dan medikamentosa (seperti obatanalgetik, anti depresan, anti
inflamasi non steroid dan simptomatik). Fibromialgia ini dapat diatasi apabila penderita dapat
mengurangi faktor resiko dan mau menjalani pengobatan.Penderita yang tidak mau melakukan
pengobatan akan mengakibatkan kondisi semakin memburuk.








13

















DAFTAR PUSTAKA

1. Samuel JO, Ferius S, Siti AN, Saleha S, Majelis Kedokt Indonesia; Diagnosis danTata
Laksana Fibromialgia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Volum: 58, Nomor: 5,
Mei 20082.

2. dr. George D, dr. Wita JS, dr. Budi R, dr. Yuda T ; Panduan Praktis Diagnosis
danTatalaksana Penyakit Syaraf. Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal 132-
136,20093.

3. Winfield J. Fibromyalgia [Online]. 2007 Aug 15 [cited 2007 Dec 26]; Available
from:URL: http://www.emedicine.com/med/ topic790.htm 3.

4. Gilligand RP. Fibromyalgia [Online]. 2007 Jan 22 [cited 2007 Dec 26]; Availablefrom:
URL: http://www.emedicine.com/pmr/ topic47.htm

Anda mungkin juga menyukai