Bahasa Indonesia keilmuan dapat dikenali secara umum, yang dapat dikenali dengan ciri ciri : 1. Cendekia 2. Lugas dan jelas 3. Bertolak dari gagasan 4. Formal dan objektif 5. Ringkas dan padat 6. Konsisten Karakterristik umum Bahasa Indonesia Keilmuan dibedakan menjadi 3, yaitu : 1. Mengidentifikasi Situasi Kebahasaan BIK 2. Mengidentifikasi Sifat Penalaran 3. Cara Pengungkapan / Pernyataan Pembahasan : 1. Mengidentifikasi Situasi Kabehasaan BIK Ciri keformalan BIK ditemukan dalam tatran kosakata, bentukan kata, dan kalimat. Dapat dipaparkan sebagai berikut : a. Kosakata formal dan tidak formal Kosa Kata Formal Kosa Kata Tidak Formal Seperti, sebagaimana Sepertinya, kayaknya, kayak Tetapi, namun Tapi Tidak Ndak, nggak Lalu, kemudian Lantas Hanya Cuma, cumak, cuman Bagi, untuk Buat, pro, teruntuk
b. Bentuk Kata Formal dan Tidak Formal Bentukan Kata Formal Bentukan Kata Tidak Formal Bertemu Ketemu Tertinggal Ketinggalan Terbawa Kebawa Menganalisis Menganalisa Mengevaluasi Mengevaluir Memindahkan Memindah Sedangkan Sedang Kutiplah, bacalah Kutip, baca
c. Keformalan Kalimat Contoh : 1. Sedang yang dimaksud pengendalian adalah berkaitan dengan mengevaluasi dan menganalisa apakah kegiatan tersebut sudah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 2. Maka controllier mempunyai fungsi sebagai pengendali, oleh karena itu dalam penelitian ini akan mencoba melihat sejauh mana hal hal yang di atas berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif. 3. Dalam penelitian ini akan mencoba melihat sejauh mana hal hal yang dikemukakan di atas berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif. Bandingkanlah ! 1a. ....sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian adalah kegiatan mengevaluasi dan menganalisis kesesuaian pelaksanaan progam dengan rencana yang telah ditetapkan. 2a. Controller mempunyai fungsi sebagai pengendali, oleh karena itu dalam penelitian ini akan dicoba dikaji seberapa persen hal hal tersebut memengaruhi keefektifan kinerja perusahaan. 3a. Penelitian ini akan mencoba melihat sejauh mana hal hal yang dikemukakan di atas berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif.( fungsi subjek ) 3b dalam penelitian ini akan dicoba melihat sejauh mana hal hal yang dikemukakan di atas berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif.( fungsi keterangan ) Pada contoh kalima 1a kata sedang dapat diformalkan menjadi sedangkan, kata menganalisa dapat diformalkan menjadi menganalisis. Keformalan pada tataran kalimat ditandai oleh adanya penjelasan unsur wajib, yakni fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan. Pada kalimat 3 fungsi subjek dan keterangan tidak jelas. Fungsi frasa penelitian ini adalah subjek maka tidak perlu diberi pengantar kata depan dalam dan sejenisnya. Jika kata daslam penelitian ini berfungsi sebagai keterangan harus diikuti bentur verba pasif di- . untuk memenuhi ciri formal, kalimat tersebut perlu diubah seperti pada kalimat 3a dan 3b. 2. Mengidentifikasi Sifat penalaran Sifat penalaran dalam BIK adalah objektif dengan kata lain penggunaan BIK lebih mementingkan apanya daripada siapanya atau subjeknya. a. Keobjektifan Keobjektifan penalaran BIK pertama dapat dicapai dengan menghindari penggunaan kata ganti pesona, seperti saya, kami, dan kita. Yang kedua dengan menghindari penggunaan kata yang bersifat ekstrem, misalnya harus, tentu, pasti dan sebagainya.
Bacalah dengan cermat kutipan berikut ini !
1. Kita tentu sering mendengar istilah tentang ilmu jiwa. 2. Barangkali yang mula- mula terpikir oleh kita bahwa ilmu jiwa tentu membahas masalah ilmu jiwa. 3. Tidak diragukan lagi bahwa keterangan sepeti itu masih samar dan tidak memberikan penjelasan apa apa tentang topik itu karena tidak lebih dari mengulang kata kata saja..... ( Makalah mahasiswa )
Contoh : Perhatikan kata yang bercetak miring ! 1. Kita tentu sering mendengar istilah tentang ilmu jiwa. 2. Barangkali yang mula mula terpikir oleh kita bahwa ilmu jiwa tentu membahas masalah ilmu jiwa. Penggunaaan kata ganti orang seperti kita memberikan kesan subjektif dan seharusnya dapat diganti dengan menggunakan kata kerja pasif di- dan ter-. Begitu juga penggunaan kata tentu, dan sebagainya memberikan kesan absolut dan memaksa. Sebagai pengganti dapat menggunakan kata tentunya, seharusnya, yang mengindikasikan sikap netral. Bandingkanlah ! 1a. Istilah ilmu jiwa sering terdengar atau didengar akhir akhir ini. 2a. Barangkali yang mula mula terpikirkan ialah bahwa ilmu jiwa tentunya membahas masalah kejiwaan. Berdasarkan contoh contoh tersebut ternyata bahwa dalam penggunaan BIK yang ditekankan adalah keobjektifan. Kata kata yang digunakan netral atau tidak memihak dan berorientasi pada gagasan atau objeknya. Penggunaan kata yang bersifat subjektif, ekstren atau mutlak, dan emosional dihindari. b. Kecendekian Moeliono ( 1998 ) menyatakan bahwa Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat, seksama, dan abstrak. Kaliamt kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Sebab itu, jika sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang menyatakan hubungan sebab akibat, dua gagasan beserta hubungannya itu tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya.
Contoh : 1. Keterbukaan informasi di era global ini kemungkinan memengaruhi hilangnya sekat sekat antar negara. 2. Keterbukaan informasi di era global mengakibatkan hilangnya sekat sekat informasi dengan negara. 3. Suatu perencanaan apabila diikuti oleh pengendalian yang teratur dapat menghasilkan penghematan penghematan di dalam perusahaan yang sekaligus akan memperkuat kemampuan perusahaan dan memberi saran saran kepada managemen.
Contoh kalimat satu tidak jelas menyatakn hubungan sebab akibat. Penggunaan kata sambung kemungkinan adalah penandanya. Berbeda dengan kalimat dua hubungan antar klausa dalam kaalimat dua tersebut jelas menunjukkan hubungan sebab akibat. Penggunaan kata sambung mengakibatkan adalah penandanya. Pada kaliamt tiga menyartakan tiga gagasan yang membingungkan pemahaman yakni, a. Perencanaan yang diikuti pengendalian dapat menghasilkan penghematan, b. Memperkuat kemampuan, dan c. Memberikan saran kepada managemen ?.
3. Cara Pengungkapan / Pernyataan A. Keringkasan dan kejelasan Komunikasi keilmuan adalah komunikasi lugas dan langsung pada inti informasi. Unsur bahasa yang digunakan juga lugas dengan menghindari kata- kata konotatif. Komunikasi keilmuan harus langsung pada inti dengan menggunakan unsur bahasa, misalnya kata / istilah yang memang diperlukan untuk memaparkan informasi keilmuan.
Contoh : (3) Tidak diragukan lagi bahwa kereterangan seperti itu masih samar dan tidak memberikan penjelasan apa apa tentang topik itu karena tidak lebih dari mengulang kata katanya saja. Bandingkanlah : (3a) tidak diragukan lagi bahwa keterangan seperti iu masih samar. Kata masih samar berarti tidak memberikan penjelasan apa apa dan seterusnya. B. Konsisten / Taat Asas Penggunaan kata bahasa dalam karya keilmuan digunakan secara konsisten. Unsur kebahasaan yang dimaksud adalah kosakata / istilah, bentukan kata, dan penggunaan singkat. Dalam karya keilmuan jika sebuah istilah digunakan maka selanjutnya astilah / kata tersebut digunakan secara konsisten.
Contoh : 1a. Mula mula yang dilakukan peneliti adalah menghimpun data lapangan, mengolahnya, dan memberikan penafsiran. 2a. Kumpulan data lapangan, hasil analisis, dan interpretasi adalah bagian yang sangat penting dalam penelitian keilmuan.
Pada kalimat 1a kata menghimpun, mengolah, dan penafsiran menjadi kumpulan, analisis, dan interpretasi kalimat 2a digunakan secara tidak konsisten. Bandingkan !
1b. Mula mula yang dilakukanpeneliti adalah mengumpulkan datalapangan, menganalisisnya, dan memberikan interpretasi. 2b. Kumpulan data lapangan, hasil analisis, dan interpretasi adalah bagian yang sangat penting dalam penelitian. Pada kalimat 1b dan 2b penggunaan kata mengumpulkan, menganalisis, dan interpretasi menjadi kumpulan, analisis, dan interpretasi kalimat 2a digunakan dengan konsisten.
BAB 5 Bahasa Indonesia Keilmuan : Karakteristik Khusus 1. Mengidentifikasi Bentukan Kata Keilmuan Untuk mengungkapkan gagasan atau informasi keilmuan digunakan bentukan kata standart. Bentukan kata standart adalah bentukan kata yang tunduk pada kaidah tata bahasa baku, Bahasa Indonesia. Dalam konteks keilmuan, bentukan kata standart dapat memiliki tiga bentuk, yakni : bentukan dengan cara (i) afiksasi, (ii) reduplikasi / pengulangan, (iii) pemajemukan / penggabungan kata. Contoh bentukan kata standart dan non standart : Bentukan Kata Standart Bentukan Kata Non Standart Bertemu Ditemukan Ketemu Diketemukan Terjepit Terpeleset Kejepit Kepeleset Mengubah Merubah, merobah
Contoh afiksasi standart dan non standart : Afiksasi standart Afiksasi non standart Pengubah, dan peubah Pengubah dan terubah Pembimbing, terbimbing Pebimbing, bimbingab Simpulan kesimpulan
Contoh pengulangan standart dan non standart : Pengulangan standart Pengulangan non standart Jari jari Jejari Jala jala Jejala Jaring jaring jejaring
Contoh penggabungan standart dan non standart Penggabungan standart Penggabungan non standart Rangkaian elektrik Rangkaian listrik Jaring kerja elektrik Jaringan listrik Konversi energi elektrik Konversi energi listrik
2. Mengidentifikasi pengembangan kosakata keilmuan Ada dua teknik atau pola yang di tempuh, yakni (1) memberdayakan kosakata bahasa Indonesia, (2) menyerap kosakata bahasa daerah atau bahasa serumpun, dan (3) menyerap kosakata dari bahasa Inggris/asing lainya. a. Pemberdayaan Kosakata Bahasa Indonesia (BI) Pemberdayaan kosakata BI keilmuan dilakukan dengan empat cara, yakni (1) pengaktifan kosakata yang lazim atau kosakata lama/klasik, (2) pemanfaatan afiks lama BI, (3) mengkreasikan bentukan kata baru dengan cara analogi, dan (4) pengakroniman. 1) Kosakata BI yang lazim dan lama dengan acuan makna baru Contoh : Kosakata BI yang lazim Pedoman kosakata Bahasa Inggis Acuan Makna Baru Baca, terbaca, Keterbacaan readibility Menyatakan sifat dan syarat Sedia, tersedia, ketersediaan availability Kikis, terkikis, keterkikisan aerodibilty
Kosakata BI Lama/Klasik Makna Lama Makna Baru Liput, meliputi Menutupi, menyelubungi, melingkupi Padanan kata to cover atau meng-cover berita rujuk, merujuk, rujukan Menikah lagi dengan isteri yang telah diceraikan Padanan kata refer, to refer, reference-referensi Sunting, menyunting Lamar, melamar, lamaran Padanan kata kata edit, to edit-mengedit
2) Pemanfaatan imbuhan/afiks lama BI untuk padanan afiks asing Terkait dengan pengaktifan kosakata lama BI, Johanes (1983:151-174) mengusulkan pemanfaatan 33 awalan, 2 sisipan, dan 1 akhiran untuk menerjemahkan istilah asing dalam berbagai bidang keilmuan.
3) Kreasi bentukan baru dengan cara analogi Pola analogi adalah cara mengkreasikan bentukanbaru berdasarkan pola bentukan yang sudah ada. Bentukan kata yang sudah ada dapat berupa kata berimbuhan, kata gabungan.
4) Pengakroniman/Akronimisasi Akronim artinya singkatan berupa gabungan huruf awal/gabungan sukukata/gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang ditulis dan dihafalkan seperti kata yang wajar. Akronim dibentuk dengan pemenuhan tiga syarat berikut ini : (1) berasal dari beberapa kata yang sering digunakan, (2) menjadi istilah yang mudah dan baik dibaca diucapkan, (3) menjadi istilah yang dikenal masyarakat bahasa.
b. Menyerap Kosakata Bahasa Daerah Konsep keilmuan banyak juga memanfaatkan kosakata bahasa daerah, mislanya kosakata (a) bahasa Jawa : anjlok, amrol, ammbruk, ampuh, ajek (b) bahasa Sunda : njangsana, becus, nyeri, gurat, dan sebaginya. (c) dialek Jakarta : usut, usil, elak dan sebaginya (d) bahasa Minangkabau : acuh, betik-terbetik, himbau, lambung, gigih. Penyerapan kosakata daerah semata-mata didasarkan pada kebutuhan. Tidak ada prioritas bahwa bahasa daerah tertentu lebih banyak diserap dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya. Dalam konteks keilmuwan, sumbangan kosakata bahasa daerah lebih banyak berkaitan dengan kosakata sosio-budaya. Kosakata dimaksud antara lain : aman, adil, asah, asih, asuh luhur, dan sebaginya. Untuk merawat dan mempertahankan kohesi sosial kata kata seperti itu sangat sering digunakan. c. Menyerap Kosakata Bahasa Inggris / Asing Ada tiga cara yang lazim dilakukan untuk menyerap kosakata bahasa Inggris/ bahasa asing lain ke dalam kosakata keilmuan bahasa Indonesia, yakni cara : (a) adopsi, (b) adaptasi, dan (c) terjemahan. Adopsi terpaksa dilakukan jika (i) konsep keilmuan tidak terdapat dalam BI, (ii) dipertahankan makna autentiknya, (iii) memang tidak dapat di Indonesiakan baik secara ucapan atau penulisannya, (iv) jika diindonesiakn menghasilkan banyak sinonim/padan kata, dan (v) bersifat internasional. Kosakata adopsi bidang keolahragaan antara lain shuttle cock, smash dsb pada permainan bulu tangkis. Di bidang pertinjuan dipertahankan penggunaan kata knock out (KO), upper cut. Di bidang persepakbolaan digunakan kata-kata tendangan penalthy, free kick. Kosakata / istilah sains yang belum diatur ketentuan penulisannya, mengacu pada sistem internasional misalnya satuan ukuran ohm, watt, coulomb. Kosakata adaptasi, ditempuh dengan cara menyesuaikannya dengan lafal atau penulisan bahasa Indonesia. Lazimnya kosakat kosakata keilmuan banyak memanfaatkan kosakata adaptasi ini. Misalnya penyesuaian / penghilangan bunyi asing pada glas, vernis, cholera berubah menjadi gelas, pernis, kolera. Penyesuaian kosakata asing / Inggris dengan penulisan / ejaan BI banyak ditemukan di berbagi bidang keilmuan. Nama-nama kimia seperti actinium, clorine, chromium dan sebagainya. Sarapan terjemahan dilakukan dengan cara menerjemahkan kata / istilah tanpa mengubah makna konsep. Bentuk terjemahan yng dihasilkan ada dua macam, yakni (a) sama (satu lawan satu/dua lawan satu), dan tidak sama (lebih pendek/lebih panjang). Sarapan