Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

Bahasa Indonesia Keilmuan : Karakteristik Umum


Bahasa Indonesia keilmuan dapat dikenali secara umum, yang dapat dikenali dengan ciri
ciri :
1. Cendekia
2. Lugas dan jelas
3. Bertolak dari gagasan
4. Formal dan objektif
5. Ringkas dan padat
6. Konsisten
Karakterristik umum Bahasa Indonesia Keilmuan dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Mengidentifikasi Situasi Kebahasaan BIK
2. Mengidentifikasi Sifat Penalaran
3. Cara Pengungkapan / Pernyataan
Pembahasan :
1. Mengidentifikasi Situasi Kabehasaan BIK
Ciri keformalan BIK ditemukan dalam tatran kosakata, bentukan kata, dan kalimat. Dapat dipaparkan
sebagai berikut :
a. Kosakata formal dan tidak formal
Kosa Kata Formal Kosa Kata Tidak Formal
Seperti, sebagaimana Sepertinya, kayaknya, kayak
Tetapi, namun Tapi
Tidak Ndak, nggak
Lalu, kemudian Lantas
Hanya Cuma, cumak, cuman
Bagi, untuk Buat, pro, teruntuk

b. Bentuk Kata Formal dan Tidak Formal
Bentukan Kata Formal Bentukan Kata Tidak Formal
Bertemu Ketemu
Tertinggal Ketinggalan
Terbawa Kebawa
Menganalisis Menganalisa
Mengevaluasi Mengevaluir
Memindahkan Memindah
Sedangkan Sedang
Kutiplah, bacalah Kutip, baca


c. Keformalan Kalimat
Contoh :
1. Sedang yang dimaksud pengendalian adalah berkaitan dengan mengevaluasi dan
menganalisa apakah kegiatan tersebut sudah berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
2. Maka controllier mempunyai fungsi sebagai pengendali, oleh karena itu dalam penelitian
ini akan mencoba melihat sejauh mana hal hal yang di atas berkembang dalam
lingkungan perusahaan secara efektif.
3. Dalam penelitian ini akan mencoba melihat sejauh mana hal hal yang dikemukakan di
atas berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif.
Bandingkanlah !
1a. ....sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian adalah kegiatan mengevaluasi dan
menganalisis kesesuaian pelaksanaan progam dengan rencana yang telah ditetapkan.
2a. Controller mempunyai fungsi sebagai pengendali, oleh karena itu dalam penelitian ini
akan dicoba dikaji seberapa persen hal hal tersebut memengaruhi keefektifan kinerja
perusahaan.
3a. Penelitian ini akan mencoba melihat sejauh mana hal hal yang dikemukakan di atas
berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif.( fungsi subjek )
3b dalam penelitian ini akan dicoba melihat sejauh mana hal hal yang dikemukakan di atas
berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif.( fungsi keterangan )
Pada contoh kalima 1a kata sedang dapat diformalkan menjadi sedangkan, kata menganalisa
dapat diformalkan menjadi menganalisis. Keformalan pada tataran kalimat ditandai oleh adanya
penjelasan unsur wajib, yakni fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Pada kalimat 3 fungsi subjek dan keterangan tidak jelas. Fungsi frasa penelitian ini adalah
subjek maka tidak perlu diberi pengantar kata depan dalam dan sejenisnya. Jika kata daslam
penelitian ini berfungsi sebagai keterangan harus diikuti bentur verba pasif di- . untuk memenuhi ciri
formal, kalimat tersebut perlu diubah seperti pada kalimat 3a dan 3b.
2. Mengidentifikasi Sifat penalaran
Sifat penalaran dalam BIK adalah objektif dengan kata lain penggunaan BIK lebih
mementingkan apanya daripada siapanya atau subjeknya.
a. Keobjektifan
Keobjektifan penalaran BIK pertama dapat dicapai dengan menghindari penggunaan
kata ganti pesona, seperti saya, kami, dan kita. Yang kedua dengan menghindari
penggunaan kata yang bersifat ekstrem, misalnya harus, tentu, pasti dan sebagainya.



Bacalah dengan cermat kutipan berikut ini !

1. Kita tentu sering mendengar istilah tentang ilmu jiwa. 2. Barangkali yang mula- mula
terpikir oleh kita bahwa ilmu jiwa tentu membahas masalah ilmu jiwa. 3. Tidak
diragukan lagi bahwa keterangan sepeti itu masih samar dan tidak memberikan
penjelasan apa apa tentang topik itu karena tidak lebih dari mengulang kata kata
saja..... ( Makalah mahasiswa )

Contoh :
Perhatikan kata yang bercetak miring !
1. Kita tentu sering mendengar istilah tentang ilmu jiwa.
2. Barangkali yang mula mula terpikir oleh kita bahwa ilmu jiwa tentu membahas
masalah ilmu jiwa.
Penggunaaan kata ganti orang seperti kita memberikan kesan subjektif dan
seharusnya dapat diganti dengan menggunakan kata kerja pasif di- dan ter-. Begitu juga
penggunaan kata tentu, dan sebagainya memberikan kesan absolut dan memaksa.
Sebagai pengganti dapat menggunakan kata tentunya, seharusnya, yang
mengindikasikan sikap netral.
Bandingkanlah !
1a. Istilah ilmu jiwa sering terdengar atau didengar akhir akhir ini.
2a. Barangkali yang mula mula terpikirkan ialah bahwa ilmu jiwa tentunya membahas
masalah kejiwaan.
Berdasarkan contoh contoh tersebut ternyata bahwa dalam penggunaan BIK
yang ditekankan adalah keobjektifan. Kata kata yang digunakan netral atau tidak
memihak dan berorientasi pada gagasan atau objeknya. Penggunaan kata yang bersifat
subjektif, ekstren atau mutlak, dan emosional dihindari.
b. Kecendekian
Moeliono ( 1998 ) menyatakan bahwa Bahasa yang cendekia mampu membentuk
pernyataan yang tepat, seksama, dan abstrak. Kaliamt kalimat yang digunakan
mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku suku kalimatnya mirip dengan
proposisi logika. Sebab itu, jika sebuah kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua
buah gagasan yang menyatakan hubungan sebab akibat, dua gagasan beserta
hubungannya itu tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya.

Contoh :
1. Keterbukaan informasi di era global ini kemungkinan memengaruhi hilangnya sekat
sekat antar negara.
2. Keterbukaan informasi di era global mengakibatkan hilangnya sekat sekat
informasi dengan negara.
3. Suatu perencanaan apabila diikuti oleh pengendalian yang teratur dapat
menghasilkan penghematan penghematan di dalam perusahaan yang sekaligus
akan memperkuat kemampuan perusahaan dan memberi saran saran kepada
managemen.

Contoh kalimat satu tidak jelas menyatakn hubungan sebab akibat. Penggunaan kata
sambung kemungkinan adalah penandanya. Berbeda dengan kalimat dua hubungan
antar klausa dalam kaalimat dua tersebut jelas menunjukkan hubungan sebab akibat.
Penggunaan kata sambung mengakibatkan adalah penandanya. Pada kaliamt tiga
menyartakan tiga gagasan yang membingungkan pemahaman yakni, a. Perencanaan
yang diikuti pengendalian dapat menghasilkan penghematan, b. Memperkuat
kemampuan, dan c. Memberikan saran kepada managemen ?.


































3. Cara Pengungkapan / Pernyataan
A. Keringkasan dan kejelasan
Komunikasi keilmuan adalah komunikasi lugas dan langsung pada inti informasi.
Unsur bahasa yang digunakan juga lugas dengan menghindari kata- kata konotatif.
Komunikasi keilmuan harus langsung pada inti dengan menggunakan unsur bahasa,
misalnya kata / istilah yang memang diperlukan untuk memaparkan informasi
keilmuan.

Contoh :
(3) Tidak diragukan lagi bahwa kereterangan seperti itu masih samar dan tidak
memberikan penjelasan apa apa tentang topik itu karena tidak lebih dari
mengulang kata katanya saja.
Bandingkanlah :
(3a) tidak diragukan lagi bahwa keterangan seperti iu masih samar.
Kata masih samar berarti tidak memberikan penjelasan apa apa dan seterusnya.
B. Konsisten / Taat Asas
Penggunaan kata bahasa dalam karya keilmuan digunakan secara konsisten. Unsur
kebahasaan yang dimaksud adalah kosakata / istilah, bentukan kata, dan penggunaan
singkat. Dalam karya keilmuan jika sebuah istilah digunakan maka selanjutnya astilah
/ kata tersebut digunakan secara konsisten.

Contoh :
1a. Mula mula yang dilakukan peneliti adalah menghimpun data lapangan,
mengolahnya, dan memberikan penafsiran.
2a. Kumpulan data lapangan, hasil analisis, dan interpretasi adalah bagian yang
sangat penting dalam penelitian keilmuan.

Pada kalimat 1a kata menghimpun, mengolah, dan penafsiran menjadi kumpulan,
analisis, dan interpretasi kalimat 2a digunakan secara tidak konsisten.
Bandingkan !

1b. Mula mula yang dilakukanpeneliti adalah mengumpulkan datalapangan,
menganalisisnya, dan memberikan interpretasi.
2b. Kumpulan data lapangan, hasil analisis, dan interpretasi adalah bagian yang
sangat penting dalam penelitian.
Pada kalimat 1b dan 2b penggunaan kata mengumpulkan, menganalisis, dan interpretasi
menjadi kumpulan, analisis, dan interpretasi kalimat 2a digunakan dengan konsisten.





BAB 5
Bahasa Indonesia Keilmuan :
Karakteristik Khusus
1. Mengidentifikasi Bentukan Kata Keilmuan
Untuk mengungkapkan gagasan atau informasi keilmuan digunakan bentukan kata standart.
Bentukan kata standart adalah bentukan kata yang tunduk pada kaidah tata bahasa baku,
Bahasa Indonesia. Dalam konteks keilmuan, bentukan kata standart dapat memiliki tiga
bentuk, yakni : bentukan dengan cara (i) afiksasi, (ii) reduplikasi / pengulangan, (iii)
pemajemukan / penggabungan kata.
Contoh bentukan kata standart dan non standart :
Bentukan Kata Standart Bentukan Kata Non Standart
Bertemu
Ditemukan
Ketemu
Diketemukan
Terjepit
Terpeleset
Kejepit
Kepeleset
Mengubah Merubah, merobah

Contoh afiksasi standart dan non standart :
Afiksasi standart Afiksasi non standart
Pengubah, dan peubah Pengubah dan terubah
Pembimbing, terbimbing Pebimbing, bimbingab
Simpulan kesimpulan

Contoh pengulangan standart dan non standart :
Pengulangan standart Pengulangan non standart
Jari jari Jejari
Jala jala Jejala
Jaring jaring jejaring

Contoh penggabungan standart dan non standart
Penggabungan standart Penggabungan non standart
Rangkaian elektrik Rangkaian listrik
Jaring kerja elektrik Jaringan listrik
Konversi energi elektrik Konversi energi listrik

2. Mengidentifikasi pengembangan kosakata keilmuan
Ada dua teknik atau pola yang di tempuh, yakni (1) memberdayakan kosakata bahasa
Indonesia, (2) menyerap kosakata bahasa daerah atau bahasa serumpun, dan (3) menyerap
kosakata dari bahasa Inggris/asing lainya.
a. Pemberdayaan Kosakata Bahasa Indonesia (BI)
Pemberdayaan kosakata BI keilmuan dilakukan dengan empat cara, yakni (1)
pengaktifan kosakata yang lazim atau kosakata lama/klasik, (2) pemanfaatan afiks lama
BI, (3) mengkreasikan bentukan kata baru dengan cara analogi, dan (4) pengakroniman.
1) Kosakata BI yang lazim dan lama dengan acuan makna baru
Contoh :
Kosakata BI yang lazim Pedoman kosakata Bahasa
Inggis
Acuan Makna Baru
Baca, terbaca, Keterbacaan readibility Menyatakan sifat dan syarat
Sedia, tersedia, ketersediaan availability
Kikis, terkikis, keterkikisan aerodibilty

Kosakata BI Lama/Klasik Makna Lama Makna Baru
Liput, meliputi Menutupi, menyelubungi,
melingkupi
Padanan kata to cover atau
meng-cover berita
rujuk, merujuk, rujukan Menikah lagi dengan isteri
yang telah diceraikan
Padanan kata refer, to refer,
reference-referensi
Sunting, menyunting Lamar, melamar, lamaran Padanan kata kata edit, to
edit-mengedit

2) Pemanfaatan imbuhan/afiks lama BI untuk padanan afiks asing
Terkait dengan pengaktifan kosakata lama BI, Johanes (1983:151-174) mengusulkan
pemanfaatan 33 awalan, 2 sisipan, dan 1 akhiran untuk menerjemahkan istilah asing
dalam berbagai bidang keilmuan.

3) Kreasi bentukan baru dengan cara analogi
Pola analogi adalah cara mengkreasikan bentukanbaru berdasarkan pola
bentukan yang sudah ada. Bentukan kata yang sudah ada dapat berupa kata
berimbuhan, kata gabungan.

4) Pengakroniman/Akronimisasi
Akronim artinya singkatan berupa gabungan huruf awal/gabungan
sukukata/gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang ditulis dan
dihafalkan seperti kata yang wajar. Akronim dibentuk dengan pemenuhan tiga
syarat berikut ini : (1) berasal dari beberapa kata yang sering digunakan, (2) menjadi
istilah yang mudah dan baik dibaca diucapkan, (3) menjadi istilah yang dikenal
masyarakat bahasa.

b. Menyerap Kosakata Bahasa Daerah
Konsep keilmuan banyak juga memanfaatkan kosakata bahasa daerah,
mislanya kosakata (a) bahasa Jawa : anjlok, amrol, ammbruk, ampuh, ajek (b) bahasa
Sunda : njangsana, becus, nyeri, gurat, dan sebaginya. (c) dialek Jakarta : usut, usil,
elak dan sebaginya (d) bahasa Minangkabau : acuh, betik-terbetik, himbau,
lambung, gigih. Penyerapan kosakata daerah semata-mata didasarkan pada
kebutuhan. Tidak ada prioritas bahwa bahasa daerah tertentu lebih banyak diserap
dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya.
Dalam konteks keilmuwan, sumbangan kosakata bahasa daerah lebih
banyak berkaitan dengan kosakata sosio-budaya. Kosakata dimaksud antara lain :
aman, adil, asah, asih, asuh luhur, dan sebaginya. Untuk merawat dan
mempertahankan kohesi sosial kata kata seperti itu sangat sering digunakan.
c. Menyerap Kosakata Bahasa Inggris / Asing
Ada tiga cara yang lazim dilakukan untuk menyerap kosakata bahasa Inggris/
bahasa asing lain ke dalam kosakata keilmuan bahasa Indonesia, yakni cara : (a)
adopsi, (b) adaptasi, dan (c) terjemahan. Adopsi terpaksa dilakukan jika (i) konsep
keilmuan tidak terdapat dalam BI, (ii) dipertahankan makna autentiknya, (iii)
memang tidak dapat di Indonesiakan baik secara ucapan atau penulisannya, (iv) jika
diindonesiakn menghasilkan banyak sinonim/padan kata, dan (v) bersifat
internasional.
Kosakata adopsi bidang keolahragaan antara lain shuttle cock, smash dsb
pada permainan bulu tangkis. Di bidang pertinjuan dipertahankan penggunaan kata
knock out (KO), upper cut. Di bidang persepakbolaan digunakan kata-kata
tendangan penalthy, free kick. Kosakata / istilah sains yang belum diatur ketentuan
penulisannya, mengacu pada sistem internasional misalnya satuan ukuran ohm,
watt, coulomb.
Kosakata adaptasi, ditempuh dengan cara menyesuaikannya dengan lafal
atau penulisan bahasa Indonesia. Lazimnya kosakat kosakata keilmuan banyak
memanfaatkan kosakata adaptasi ini. Misalnya penyesuaian / penghilangan bunyi
asing pada glas, vernis, cholera berubah menjadi gelas, pernis, kolera. Penyesuaian
kosakata asing / Inggris dengan penulisan / ejaan BI banyak ditemukan di berbagi
bidang keilmuan. Nama-nama kimia seperti actinium, clorine, chromium dan
sebagainya.
Sarapan terjemahan dilakukan dengan cara menerjemahkan kata / istilah
tanpa mengubah makna konsep. Bentuk terjemahan yng dihasilkan ada dua macam,
yakni (a) sama (satu lawan satu/dua lawan satu), dan tidak sama (lebih pendek/lebih
panjang). Sarapan

Anda mungkin juga menyukai