Anda di halaman 1dari 15

Menilai Kinerja

Implementasi Kebijakan
ERWIN AZIZI JAYADIPRAJA DEDEN MIFTAH
BAB IV ; Sub Bab 4.4, 4.5, dan 4.6
POKOK BAHASAN
1. Indikator Policy Out Come
2. Problema Pengukuran Kinerja
3. Pengembangan Dimensi
4. Metode pengukuran kinerja
INDIKATOR POLCY OUT COME
Menilai hasil implementasi suatu kebijakan.
Indikator out come disebut sebagai indicator dampak kebijakan (Polcy
impact).
Dampak kebijakan sangat berkaitan dengan kondisi masyarakat yang
menjadi kelompok sasaran kebijakan. Dari masyarakat miskin menuju
masyarakat yang lebih sejahtra.
Contoh: Program jampersal membuat seluruh ibu yang melahirkan di
Indonesia memiliki hak untuk menikmati pelayanan bidan dan atau
dokter dalam melakukan persalinan secara gratis.
Apa konsekuensinya? Dukun, AKI dan AKB
INDIKATOR POLCY OUT COME
Manfaat mengetahui dampak kebijakan
Menguji implementasi suatu pilot project apakah dapat dikembangan
menjadi suatu program.
Untuk menguji design suatu program yang paling efektif sehingga
ditemukan suatu cara untuk mengintegrasikan berbagai program.
Untuk menguji apakah modifikasi suatu program membuahkan hasil
atau tidak.
Mengambil keputusan terhadap keberlangsungan suatu program.
INDIKATOR POLCY OUT COME
Tantangan dalam meumuskan indikatir kebijakan:
Luasnya cakupan kebijakan.
Tujuan kebijakan sering tidak spesifik.
Karena dua hal ini, kebijakan menjadi sangat abstrak dan luas sehingga
tidak mudah untuk secara spesifik menyebut sebenarnya apa luas lingkup
kebijakan tersebut (pendidikan, kesehatan, pertanian, pendidikan dan
lain-lain). Luasnya cakupan ini membuat tujuan kebijakan menjadi tidak
dapat diidentifikasi secara tepat. Sebab semua hal yang dilakukan dapat
diklaim sebagai suatu tujuan kebijakan.
INDIKATOR POLCY OUT COME
Contoh: saat evaluator diminta mengevaluasi keberhasilan kebijakan
otonomi dan desentralisasi. Langkah yang dilakukan yaitu dengan
merinci:
Peningkatan kualitas pelayanan publik
Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Peningkatan daya saing daerah
PROBLEMA PENGUKURAN KINERJA
Problema yang terkait dengan pengukuran kinerja seperti indicator penilaian, lus
lingkup kerja, dan sumber daya manusia. Dampak yang ditimbulkan dari sulitnya
pengukuran kinerja adalah:
Monitoring Vs Evaluasi
Sequence perencanaan dan evaluasi yang tidak sesuai
Evaluasi tidak menggambarkan hasil kebijakan atau program
Evaluasi program Vs Kegiatan Rutin Pelayanan
PROBLEMA PENGUKURAN KINERJA
Monitoring Vs Evaluasi
Ex ante
Menilai kelayakan untuk diimplemntasikan.
On going process evaluation / monitoring / delivery mecanism
Menilai kebijakan dalam implementasinya. Sistem ini yang banyak
diterapkan terutama pada aspek keuangan.
Ex post evaluation
Menilai kebijakan dalam pencapaian tujuan saat program selesai
diimplementasikan. Jarang dilaksanakan Karen butuh waktu yang lama
(menunggu program selesai), informasi outcome sulit diperoleh dan
membutuhkan dana besar untuk pengumpulan datanya.
PROBLEMA PENGUKURAN KINERJA
Sequance antara perencanaan dan evaluasi tidak sesuai, disebabkan adanya:
Time pressure
pemerintah belum sempat melakukan evaluasi kinerja, mereka sudah harus
membuat perencanaan pembangunan yang baru.
Akibatnya, evalusi kinerja menjadi tidak berguna dan tidak dapat dimanfaatkan
secara maksimal informasi yang diperoleh.
Dampak selanjutnya adalah, pembangunan berikutnya tidak disusun berdasrkan
evaluasi implementasi yang diterapkan sebelumnya. Sehingga terjadi repetisi
kesalahan.
PROBLEMA PENGUKURAN KINERJA
Evaluasi tidak menggambarkan hasil kebijakan program
Banyak program dilakukan, sulit dievaluasi dengan baik.
Energi habis dalam pengawasan / monitoring untuk mengetahui output.
Lebih ke aspek finansial, tidak pernah melihat outcome
Fragmentasi monitoring membuat informasi dampak menjadi sulit
Diperparah dengan Jumlah tenaga evaluator minim
PROBLEMA PENGUKURAN KINERJA
Evaluasi program VS Kegiatan rutin pelayanan
Evaluasi kinerja dilakukan tidak hanya terhadap satu atau beberapa program,
tetapi juga pada pelayanan publik yang menjadi tugas rutin sehari-hari.
Mengisolasi / mengontrol variable-variable lain (kegiatan ruutin pelayanan /
sehari-hari) yang berkontribusi pada munculnya dampak atau hasil
implementasi suatu kebijakan.
Kenyataan ada banyak kebijakan yang tumpang tindih secara horizontal (antar
kementrian / SKPD) maupun vertical (antar tingkat pemerintah)

4.6. Pengembangan Dimensi
Upaya perbaikan perlu memperhatikan beberapa hal agar tidak mengulang
kesalahan yang sudah dilakukan.
Tidak hanya memperhatikan output tetapi juga outcome.
Banyaknya program yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan evaluasi
dengan baik.
Solusi yang dapat dilakukan adalah pemerintah hanya mengevaluasi program
program tertentu yg menjadi prioritas pemerintah dan merupakan program yg
langsung berkaitan dengan hajat hidup masyarakat luas.
Mengembangkan Metode Pengukuran Kinerja
Pengembangan indicator dilakukan dengan mengmbangkan
konsep-konsep yang seusia dengan program yang akan diukur
kinerjanya.

Contoh : mengukur keberhasilan suatu kebijakan yg bersifat
makro seperti Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
(P2KP).
Gambar 4.3 Impelementasi Kebijakan Proyek Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP)
P2KP
Output
Initial
Outcome
Intermediate
Outcome
Long-Term
Outcom
Tujuan pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan dengan
meningkatkan kesejahteraan &kemandirian melalui kegiatan
ekonomi produktif melalui program kredit modal dan pelatihan
Cakupan keluarga yg mendapat kredit modal hiba pembangunan
Aksesbilitas
Bias dan lain-lain
Peningkatan keterampilan
Peningkatan modal kerja
Perbaikan kondisi lingkungan
Peningkatan pendapatan
Peningkatan nilai jual aset tanah dan rumah
Peningkatan kesejahteraan

Anda mungkin juga menyukai