Anda di halaman 1dari 10

Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 1

STRUKTUR TRANSPARAN
DIMENSI BARU DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN

Harianto Hardjasaputra


1 PENDAHULUAN

Struktur transparan telah menjadi perkembangan yang menarik dalam dunia konstruksi
saat ini. Pada tahun 1970-an secara terbatas kita di Indonesia sudah mengenal juga,
yaitu dengan adanya struktur beton ekspose. Berbagai bangunan dirancang sedemikian
rupa sehingga struktur betonnya ditampilkan sebagai bagian dari arsitektur bangunan
tersebut.




Gambar 1 Pelat Wafel pada Tipe Beton ekspose pada Sistem.


Helmut Jahn (1) seorang Jerman-Amerika Arsitek mengemukakan Transparancy is
balancing act between Architecture and the art of engineering. Sedangkan para insinyur
terkemuka dari Stuttgart School, Leonhardt, Schlaich dan Sobek menekankan bahwa
prinsip the art of engineering yang penulis terjemahkan sebagai Seni Rekayasa
Struktur, menekankan bahwa prinsip seni pada teknik harus dapat diwujubkan dalam
setiap karya konstruksi. Kata teknik yang berasal dari kata yunani kuno techne, bila
diungkapkan lebih dalam lagi sebagai tindakan yang berasal dari naluri manusia yang
dengan dasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya, mempunyai keinginan untuk berkarya
lebih kreatif, sehingga dari keduanya akan lahir dalam karya nyata.

Struktur transparan menuntut peran dari para insinyur yang dalam proses
perancangannya berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan seni. Pada satu sisi
perancangan harus berdasarkan hukum mekanika disertai tanggung jawab demi
kekuatan dan keamanan struktur, tapi pada sisi yang lain perancangan bangunan pun
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 2
didasarkan pada persepsi seni yang mendalam. Kedua sisi ini akan bergabung secara
alamiah dalam wujud bangunan tersebut, yang kita kenal sebagai estetika.




Gambar 2 Solusi untuk Perencanaan detail merupakan fokus utama dari
struktur transparan, memperhatikan keseimbangan antara engineering dan art.

Thomas Aquinas (12261274) mengatakan, suatu objek dikatakan indah bila
keberadaan objek menimbulkan rasa kekaguman bila diamati. Persepsi kekaguman
dalam konteks arsitektur atau bangunan tentu saja bersifat subjektif, tapi secara umum
bila objek bangunan tersebut antara lain:

Ringan, tidak mengesankan sebagai struktur yang masif
Secara geometri terkesan langsing, yaitu bila ratio antara tebal dan bentang
minimum, contoh jembatan ultra panjang
Mempunyai bentuk yang unik (plastis), tapi sebenarnya mengikuti kaidah kaidah
mekanika yang secara alamiah mengikuti flow of force.
Menimbulkan rasa ingin tahu bagi para penggunanya.


2 PERANCANGAN STRUKTUR TRANSPARAN

Penulis membagi pengertian mengenai Transparan dalam dua kategori, yaitu:

1. Pengertian dari segi Struktur-nya sendiri, yaitu perancangan konstruksi dengan
menempatkan struktur itu sendiri sebagai elemen arsitektur dari bangunan itu
sendiri. Struktur akan secara transparan terlihat, tanpa ada tambahan elemen
arsitektur yang ditempelkan.
2. Pengertian dari segi State of the art of modern architecture, yaitu sebagai konsep
perancangan arsitektur untuk men-dematerialisasi-kan penutup (kulit) bangunan,
artinya pemakai bangunan cukup dipisahkan atau dilindungi dari alam dengan
penutup yang transparan (2). Material yang digunakan untuk mentransparankan
adalah kaca, sehingga kaca pun harus dapat berfungsi ganda, sebagai material
arsitektur dan material struktur.

Secara sistematis kita dapat mengkelompokan struktur transparan yang secara naturnya
merupakan struktur transparan, yaitu:

1. Struktur Kabel;
2. Struktur membran (Tekstil);
3. Kombinasi struktur kabel dan membran;
4. Struktur kaca.
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 3
Struktur kabel, struktur membran dan kombinasinya merupakan kelompok yang saat ini
paling banyak digunakan. Perkembangannya diawali dengan penggunaan jaringan kabel
untuk pembangunan Stadion Olimpiade Munich (1972), dimana bentuk arsitekturnya
sangat unik. Kontribusi Frei Otto dalam risetnya untuk teknik form finding sangat
menentukan perkembangan dari struktur ini.



Gambar 3 Olympic Stadion Munich (1972) untuk pertama kalinya Frei Otto, dkk,
menggunakan struktur kabel pada atap stadion, di mana bentuknya
didapat dengan proses form finding.


Struktur kaca merupakan tantangan bagi insinyur struktur pada perancangan gedung
untuk mengikuti trend dari arsitektur modern seperti yang dijelaskan sebagai kategori
kedua dari transparan. Sebagai kulit bangunan (facades) material kaca tidak lagi
dibingkai oleh rangka alumunium, tapi struktur kaca harus mampu memikul beban yang
bekerja. Struktur kaca pun digunakan sebagai atap bangunan yang harus mampu
memikul beban air hujan, salju ataupun beban lainnya yang ditentukan. Perkembangan
struktur kaca dimungkinkan oleh kemajuan dalam produksi kaca itu sendiri sebagai
material struktur yang saat ini dikatakan sudah memasuki generasi ke-4, yaitu
penggunaan teknologi nano.

Paper ini secara singkat akan membahas aspek-aspek teknis dari perancangan untuk
keempat struktur ini.

Struktur Kabel

Kabel sebagai material kostruksi sudah dikenal sejak jaman Mesir Kuno. Pada saat itu
kabel dibuat dari serat alami. Pada abad pertengahan, Leonardo da Vinci (1452-1519)
sudah membuat sketsa gambar konstruksi jembatan dengan sistem kabel penahan
girder jembatan. Saat ini penggunan kabel tidak hanya untuk jembatan, ataupun sebagai
tulangan pada struktur beton, tapi para arsitekpun menggunakannya untuk menciptkan
bangunan dengan ruang dalam yang luas, untuk menciptakan kesan ringan, anggun dan
transparan. Untuk gedung modern para Arsitekpun makin menyukai untuk menggunakan
struktur kabel sebagai struktur untuk fasade kaca dengan bidang permukaan yang luas,
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 4
agar dapat menciptakan kesan transparan. Melalui teknik prategang, suatu rekayasa
yang cerdik menjadikan struktur kabel merupakan struktur yang ringan, sederhana dan
mendukung perkembangan struktur yang transparan. Mengapa harus kabel
prategang? Melalui teknik prategang kabel sebagai elemen struktur yang hanya mampu
memikul aksial tarik, menjadi elemen struktur yang mampu aksial tekan dan mempunyai
kekakuan lentur. Gaya prategang pada struktur kabel 3D, mampu mestabilkan sistem,
dalam memikul berbagai kombinasi pembebanan, selama kabel-kabel dalam keadaan
kondisi tarik. Perilaku kabel non prategang dan kabel prategang dalam memikul beban
aksial dapat dilihat pada gambar 1. Untuk Kabel prategang (V 0), maka beban akan
dipikul oleh kabel bagian atas maupun bagian bawah, sehingga deformasi kabel pun
akan bertambah kecil, yaitu sebesar setengahnya l.












Gambar 4 Perilaku kabel tanpa prategang dan kebel dengan prategang
yang memikul beban aksial

Sedangkan perilaku kabel prategang dalam memikul beban P yang bekerja tegak lurus
ataupun beban lentur dapat dilihat pada gambar 2. Grafik hubungan antara Beban P dan
lendutan v memperlihatkan lendutan V kabel prategang (V 0) jauh lebih kecil daripada
kabel non prategang (V=0). Dari kedua contoh tersebut, terbukti bahwa gaya prategang
pada kabel selain akan meningkatkan kekakuan arah aksial juga akan meningkatkan
kekakuan lenturnya.











Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 5












Gambar 5 Perilaku kabel tanpa prategang dan kabel dengan prategang

Teknik prategang akan lebih efektif bila digunakan pada jaringan kabel untuk atap
bangunan 3 D yang dirancang sebagai bentuk lengkung ganda anti-klastis atau bentuk
pelana, yaitu lengkung ganda saling berlawanan, yaitu kedua kabel yang bersilangan
mempunyai lengkung berlawanan dengan posisi di atas dan di bawah. Dengan demikian
gaya prategang pada kedua kabel tersebut akan saling menstabilkan pada saat memikul
berbagai kondisi beban (lihat gambar 3)















Gambar 6 Aplikasi teknik prategang pada jaringan kabel dengan bentuk lengkung
ganda antiklastis menghasilkan sistem struktur yang stabil dan kaku.


Bila seluruh sistem jaringan kabel tersebut diberi gaya prategang, maka jaringan kabel
akan mampu pula memikul berbagai kombinasi pembebanan luar. Besarnya gaya
prategang yang diberikan , harus diberikan sedemikian besarnya sehingga kita dapat
menghindari adanya kabel dalam keadaan tanpa tegangan tarik. Hail ini untuk
menghindari terjadinya penurunan kekakuan struktur, yang menyebabkan membesarnya
deformasi. Transfer gaya prategang pada jaringan kabel, dilakukan dengan memasang
kabel utama pada tepi jaringan, dimana kabel utamanya harus dipasang dalam bentuk
lengkung. Dengan cara menarik kabel utama ini, maka gaya prategang akan ditransfer
pada seluruh jaringan.
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 6


Gambar 7 Prinsip transfer gaya prategang dari kabel tepi ke jaringan kabel [6 ]


Struktur Membran Struktur Teskstil

Struktur atap dengan jaringan kabel seperti pada Olympic Stadion Munich adalah sangat
mahal, karena jaringan kabel masih diperlukan penutup atap nya yang dibuat dari glass-
arcrylic , selain itu jaringan kabel memerlukan detailing pertemuan, ikatan ataupun
lintasan kabel yang sangat beragam dan mahal, mengandung sedikit elemen tipikal. Dari
segi pemeliharaan pun memerlukan biaya yang sangat tinggi. Karena itulah setelah atap
Olympic Stadion Munich, struktur kabel murni jarang atau hampir tidak ada digunakan
untuk atap stadion atau lainnya. Dari pengalaman tersebut Frei Otto, Schlaich
mengembangkan kombinasi penggunaan struktur kabel dan tekstil. Kombinasi kabel dan
tekstil ini yang saat ini berkembang, seiring dengan kemajuan produksi bahan tekstilnya
dalam hal strength dan durability. Struktur kabel dan tekstil ini oleh Frei Otto
dikategorikan sebagai Struktur Ringan.



Gambar 8 Konstruksi World Cup Stadion Stuttgart (2006) merupakan contoh kombinasi
antara struktur kabel dan tekstil yang sangat ringan dan efisien.

Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 7
Seperti halnya pada struktur kabel 3 D maka pada struktur tekstil haruslah pula
digunakan teknik prategang, agar diperoleh sistem struktur yang stabil mampu memikul
berbagai kombinasi beban. Seperti halnya pada jaringan kabel, tekstil sebagai material
yang fleksibel, akan sangat effektip diberi gaya prategang bila bentuk geometri nya
adalah lengkung ganda antiklastis atau bentuk pelana. Lihat gambar 9. Frei Otto dalam
riset nya memperkenalkan teknik form finding yang banyak dipakai oleh para arsitek.
Form finding adalah proses untuk menemukan bentuk struktur yang optimal, yaitu
struktur yang bentuknya akan memberikan kondisi paling efisien dari segi penggunaan
bahan konstruksinya. Kondisi ini dapat kita peroleh apabila material konstruksi hanya
mengalami tarik pada bidangnya (membran), tanpa adanya tegangan-tegangan akibat
momen lentur.

Gambar 9 Sama halnya pada jaringan kabel, apalikasi teknik prategang pada
struktur membran dengan bentuk lengkung ganda antiklastis menghasilkan sistem
struktur yang stabil dan kaku.

Tekstil yang dikategorikan sebagai material ringan sering diidentifikasikan sebagai
material dengan massa jenis yang kecil. Dalam Konteks struktur ringan lebih tepat bila
massa jenis ini kita korelasikan dengan kekuatan dari material tersebut, yang kita sebut
sebagai angka panjang putus, yaitu panjang terukur dari material tersebut yang dalam
keadaan tergantung akibat berat sendirinya sampai menjadi putus (Lihat Tabel 1).

Tabel 1 Panjang Putus beberapa material, khususnya untuk Struktur Ringan (5)

Material
Massa Jenis
(g/cm3)
Tegangan Putus
(N/mm2)
Panjang Putus
(km)
Steel 7.85 520 7
Al-alloy 2.70 360 13
Steel cable 7.85 1.77 23
Polyesterfibre 1.38 1.33 94
Glasfiber 2.50 2.4 96
Aramidfibre 1.42 2.7 190



Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 8
Dari tabel 1 di atas dapat dibandingkan dua material yang sering digunakan untuk
struktur ringan, yaitu kabel baja dan polyesterfibre (tekstil). Polyesterftbre dengan massa
jenis yang kecil mempunyai panjang putus 4 kali lebih panjang dari pada kabel baja.
Tidak heran, bila dalam perkembangan struktur ringan, saat ini banyak digunakan
material tekstil. Yang umum digunakan adalah polyesterftbre dengan lapisan PVC
(Polyvinyl Chlonde), Teflon atau Silicon. Perkembangan teknologi terbaru dari bahan
tekstil adalah digunakannya tekstil type polyesterftbre dengan lapisan PVC yang tahan
terhadap debu/kotoran dan sistem penenunan yang tahan terhadap sobekan. Hal ini
menjadikan material tekstil sebagai bahan yang tahan terhadap cuaca (durability) lebih
lama.


Struktur Kaca

Struktur ketiga yang penulis bahas adalah struktur kaca. Pengertian transparan bisa
mencakup kedua kategori untuk struktur transparan, seperti yang telah dijelaskan di
atas. Utuk bertahun tahun para insinyur sama sekali mengesampingkan kaca sebagai
material struktur. Tetapi sejak beberapa tahun lalu, pengetahuan khusus menegnainya
telah memungkinkan para insinyur untuk mengikuti State of the art of modern
architecture dalam penggunaan kaca sebagai material arsitektur dan struktur secara
bersamaan. Pengetahuan sifat sifat kaca seperti sifat sifat mekanis nya, penyaluran
tegangan pada kaca, dan teknik perancangan dimensi elemen struktur kaca terus
berkembang.
Penggunaan kaca secara intensif sebagai facades atau kulit bangunan pada arsitektur
gedung masa kini, memerlukan spesialisasi keahlian struktur kaca. Kombinasi struktur
kabel dan kaca merupakan solusi cerdas untuk struktur facades, yang memungkinkan
dematrialisasi kulit bangunan. Facades kaca tidak lagi memerlukan bingkai-bingkai
alumunium yang besar, cukup digunakan jaringan kabel prategang ataupun suspended
cable truss.




Gambar 10
Kiri: Frameless glass facades. Facades kaca tanpa penggunaan bingkai aluminium
Kakan: Facades kaca dengan struktur jaringan kabel prategang sebagai struktur
pemegang.





Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 9

Tipe lain dari teknik facades terkini adalah digunakannya kaca itu sendiri sebagai
penopang dari facades, dipasang sebagai rusuk-rusuk facades.


Gambar 11 Material kaca sendiri pun digunakan sebagai struktur bagi facades.

Tren arsitektur bangunan dematrialisasi tidak berhenti hanya pada teknik facades, tapi
saat kini memasuki trend dematrialisasai seluruh bangunan, sehingga material kaca
menjadi material konstruksi yang sangat penting. Seperti halnya material struktur
lainnya, diperlukan berbagai standard dan penelitian untuk mengetahui sifat fisik dan
mekanik dari kaca agar bisa digunakan sebagai material struktur. Lihat tabel 2 & 3.

Tabel 2 Allowable tension bending stress in MPa (7)












Tabel 3 Physical properties in Glass Engineering (7)

Behaviour
Natron-Kalk-
Silikatglser
Borosilikatglas
"Borofloat 40"
Density 2500 kg/m
3
2500 kg/m
3

Mohs-harderness 6 ca.6
Modulus Elasticity 7.10
4
MPa 7.10
4
MPa
Poisson Ratio 0.23 0.2
Linear Thermal Expansion
Coefficient
9.10
-6
K
-1
4.10
-6
K
-1

(20 bis 300
0
C) (20 bis 300
0
C)
Specific Thermal Capacity 0.2 Wh/(kgK) 0.2 Wh/(kgK)
Thermal Conductivity 1.0W (mK) 1.0W (mK)
Re-fracture Index 1.5 1.5

Type Vertical Glass Overhead Glass
Spiegelglas 18 12
VSG Miror Glass

22.5 15
25
ESG Casting Glass 50 50
Enameled 37 37
Miror Glass 30 30
Casting Glass 10 8
Wire 8 8
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia 10


Gambar 12 R 129 lens shaped structure radical vision for living nature ( 2)


3 PENUTUP

Tulisan ini merupakan studi yang dilakukan oleh penulis sebagai ketua pameran, pada
saat mempersiapkan materi pameran keliling Arsitektur Werner Sobek- Designing the
Future, yang mengunjungi kampus-kampus di berbagai kota besar di Jawa dan
Sumatera selama tahun 2009 2010.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada para pendukung pameran ini,
Goethe Institut, Universitas Pelita Harapan dan University of Stuttgart.


DAFTAR PUSTAKA

Werner Blaser, Helmut Jahn Transparency , Birkhaeuser Verlag, Basel, 1996
Architectural Exhibition catalog, Werner Sobek Designing the Future, Goethe Institut,
Werner Sobek GmbH &Co, Universitas Pelita Harapan, 2009
J. Schlaich, R. Wagner, "Bauen mit Seilen: Manuskript Institut fr Tragwerksentwurf-
und-Konstruktion - Universitat Stuttgart, 1992.
Schulitz, Sobek, Habermann, "Stah/bau Atlas", Institut fur Internationale Architekture -
Dokumentation Gmb H, Munchen, 1999.
Frei Otto, "Lightweight Principlc!', Information of the Institute for Lightweight Structure, IL
No. 24, 1997.
Alan Holgates, "The Art of Structural Engineering - The Work of J. Sch/aich and his
Team', Edition Axel Menges, Stuttgart / London, 1997.
Gerhard Sedlacek , Kurt Blank, Wilfried Laufts,Joachim Guesgen, Glas im Konstruktiven
Ingenieurbau, Ernst & Sohn 1999
Harianto Hardjasaputra, Teknologi Rancang Bangun dengan Struktur Ringan, Majalah
Konstruksi DATAPRO, No. 32 Th III April 2003.



Makalah ini disampaikan dalam rangka diseminasi informasi melalui Seminar HAKI.
Isi makalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis, dan tidak mewakili pendapat HAKI.

Anda mungkin juga menyukai