Pada artikel sebelumnya kita telah membahas Siapakah Luqman yang Allah Abadikan
Namanya dalam Al Qur’an ?
َ َ ﺤﻜ ْﻤ
ٌ ﻤﻴ ﺪ
ِ ﺣ َ ﻣﻦ ﻛ ََﻔَﺮ ﻓَﺈ ِن اﻟﻠ
َ ﻪ ﻏ َﻨ ِﻲ ِ ﺸﻜ ُُﺮ ﻟ ِﻨ َْﻔ
َ َ ﺴﻪ ِ و َ ﺸﻜ ُْﺮ ﻓَﺈ ِﻧ
ْ َ ﻤﺎ ﻳ َ َﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻠﻪِ و
ْ َ ﻣﻦ ﻳ ْ نا
ِ ﺔأ َ ِ ْ ن اﻟ َ وَﻟ ََﻘﺪ ْ آﺗ َﻴ ْﻨ َﺎ ﻟ ُْﻘ
َ ﻤﺎ
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, dan Kami perintahkan
kepadanya, “Bersyukurlah kepada Allah”. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah,
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ” (Luqman : 12)
1/5
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur kepada-Nya atas hikmah
yang telah dianugerahkan kepada dirinya. Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di rahimahullah
menjelasakan bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur
kepada Allah atas apa yang telah Allah berikan kepada-Nya agar Allah senantiasa
memberkahinya dan terus menambah nikmat dan keutamaan kepada dirinya. Allah juga
menceritakan bahwa syukurnya orang yang bersyukur pasti manfaatnya akan kembali
kepada dirinya sendiri. Dan sebaliknya barangsiapa yang kufur dan enggan bersyukur
kepada Allah maka kerugian dan kesengsaraan juga akan kembali kepada dirinya sendiri.
(Lihat Tafsir As Sa’di)
Perintah Allah kepada Luqman dalam ayat ini menjadi pelajaran dan wasiat bagi kita
semua, hendaknya kita sebagai hamba harus senantiasa bersyukur kepada Allah.
Syukur maknanya adalah merealisasikan ketaatan kepada Allah yang telah memberi
nikmat dengan cara meyakininya dalam hati, memuji dengan lisan, dan melakukaan taat
dengan anggota badan. Maka yang terkait dengan syukur meliputi lisan, hati, dan juga
seluruh anggota badan.
Ada perbedaan antara syukur dan pujian. Seseorang bersyukur disebabkan karena
adanya nikmat dari Allah. Adapaun pujian ( )اﻟﺤﻤﺪpenyebabnya adalah adanya
kesempurnaan dari yang dipuji dan adanya pemberian darinya. Sehingga seorang
hamba memuji Allah disebabkan karena dua alasan, yaitu kesempurnaan Allah dan juga
memuji-Nya karena nikmat yang Allah berikan kepada hamba tersebut. Namun memuji
hanya terbatas dilakukan oleh lisan saja. Adapun bersyukur maka meliputi syukur
dengan hati, lisan, dan anggota badan.
Faidah Bersyukur
“Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri. “
2/5
Apa maksud ayat ini ? Para ulama tafsir menjelasakan bahwa pahala syukur akan
kembali kepada orang yang bersyukur. Maka ini merupakan manfaat yang akan kembali
kepada dirinya. Bukanlah maksudnya syukur akan kembali kepada Allah dan
memberikan manfaat untuk Allah, karena hakikatnya Allah tidak mendapat manfaat dari
ketaatan hamba-Nya dan tidak pula mendapat mudharat dari kemaksiatan hamba-Nya.
Oleh karena itu faidah dan manfaat dari besyukur kembalinya kepada orang yang telah
bersyukur tersebut.
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih maka (pahalanya) untuk dirinya sendir i “
(Fushilat : 46)
ن
َ ﻤﻬَﺪ ُو
ْ َﻢ ﻳ ِ ﺻﺎﻟ ِﺤﺎ ً ﻓَِﻸ َﻧُﻔ
ْ ِ ﺴﻬ َ ﻤ
َ ﻞ ِ َﻦ ﻋ
ْ ﻣ
َ َو
“ Dan barangsiapa yang beramal shalih maka untuk diri mereka sendirilah mereka
menyiapkan (tempat yang menyenangkan) “ (Ar Ruum : 44)
“ Seandainya orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, seluruh manusia dan
jin, mereka semua bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, maka
niscaya tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. “ (H.R Muslim) (Lihat at Tashiil li
Ta’wwil at Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawy )
ٌ ﻤﻴ ﺪ
ِ ﺣ َ ﻣﻦ ﻛ ََﻔَﺮ ﻓَﺈ ِن اﻟﻠ
َ ﻪ ﻏ َﻨ ِﻲ َ َو
“ Dan barangsiapa yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji. ” (Luqman : 12)
Perlu diingat, bahwa perbuatan orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah sama
sekali tidak akan memberi mudahrat bagi Allah dan sedikitpun tidak mengurangi
kekuasaan Allah karena Dia adalah Al Ghaniy (Zat Yang Maha Kaya dan Tidak
Membutuhkan Selainnya) . Demikian pula perbuatan orang-orang yang kufur tidak akan
mengurangi hikmah dan keadilan Allah, karena Dia adalah Al Hamiid (Zat Yang Maha
Terpuji)
3/5
Maka adanya orang yang bersyukur terhadap nikmat Allah dan ada pula orang-orang
yang berbuat kufur terhadap nikmat tersebut terdapat hikmah di dalamnya. Hikmahnya
adalah untuk membedakan keutaaman syukur dan bahayanya perbuatan kufur. Jika
tidak ada bedanya, maka kondisi manusia akan sama sehingga niscaya tidak bisa
terbedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Faidah Ayat
Surat Luqman ayat ke-12 ini mengandung beberapa faidah :
Demikian pembahasan surat Luqman ayat ke-12. Semoga Allah menjadikan kita termsuk
hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas setiap nikmat yang kita
dapatkan.
Baca Juga:
4/5
Artikel: Muslim.or.id
Sumber bacaan utama : Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin
Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
5/5
Wasiat Luqman (Bag. 2) : Laa Tusyrik Billah !
muslim.or.id/53861-wasiat-luqman-bag-2-laa-tusyrik-billah.html
ﻢ
ٌ ﻋﻈِﻴ ٌ ْ ك ﻟ َﻈُﻠ
َ ﻢ َ ﻪ إ ِن اﻟﺸْﺮ ْ ﺮ
ِ ك ﺑ ِﺎﻟﻠ ْ ُ ﻪ ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲ َﻻ ﺗ
ِ ﺸ ُ ُ ﻌﻈ
ِ َﻮ ﻳ
َ ﻫ
ُ و
َ ﻪ
ِ ِ ن ِﻻﺑ ْﻨ
ُ ﻤﺎ ْ ُل ﻟ
َ ﻘ َ ْوإ ِذ
َ ﻗﺎ َ
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah.
Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar. ” (Luqman : 13)
Maksudnya adalah janganlah menjadikan sesuatu selain Allah sebagai sekutu dalam
beribadah, dalam penciptaan dan takdir, serta dalam masalah nama dan sifat Allah.
Seperti yang kita ketahui bahwasanya tauhid dibagi menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyyah,
tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Maka kesyirikan pun mencakup syirik dalam
tiga tauhid di atas. Barangsiapa meyakini ada pencipta selain Allah maka dia telah
melakukan kesyirikan dalam rububiyyah. Barangsiapa meyakini bahwa ada yang berhak
untuk disembah selain Allah maka dia telah syirik dalam uluhiyyah. Dan barangsiapa
yang menyelisihi dan menolak nama dan sifat Allah maka dia telah syirik dalam asma’ wa
shifat. Larangan berbuat syirik mencakup larangan berbuat syirik dalam tiga bantuk
tauhid ini.
ْ ُ ُ ِ ﻢ ﻳ َﻠ ْﺒ
ْ َ وﻟ
ٍ ﻢ ﺑ ِﻈﻠﻢ
ْ ﻬ
ُ َ ﻤﺎﻧ
َ ﺴﻮا إ ِﻳ َ ﻣﻨ ُﻮا
َ ﻦآ
َ ﺬﻳ
ِ اﻟ
“ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
” ( Al An’am: 82). Para sahabat mearasa berat dan khawatir dengan turunnya ayat ini.
Mereka berkata, “ Siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya sendiri ?” Maka
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Itu bukanlah kezaliman seperti yang
kalian sangkakan. Ini adalah kezaliman sebagaimana yang telah diwasiatkan Luqman
kepada anaknya :
ﻢ
ٌ ﻋﻈِﻴ ٌ ْ ك ﻟ َﻈُﻠ
َ ﻢ َ ﻪ إ ِن اﻟﺸْﺮ ْ ﺮ
ِ ك ﺑ ِﺎﻟﻠ ْ ُ ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲ َﻻ ﺗ
ِ ﺸ
“Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah. Sesungguhnya
perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman : 13) (HR. Bukhari
dan Muslim)
Allah yang menciptakan dirimu, menjadikanmu dari ketiadaaan. Dialah yang telah
memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupanamu. Dialah yang
menyediakan berbagai hal yang bermanfaat untukmu. Dialah Allah yang telah
2/5
mengadakan, menyediakan, dan mempersiapkan itu semua untukmu. Jika demikian,
maka tidak ada seorangpun yang lebih besar haknya bagimu dibandingkan hak Allah.
Jika engkau mengurangi hak-Nya, maka itu meruapakan kezaliman yang paling besar.
Barangsiapa yang paling banyak perbuatan baiknya kepadamu, maka melakukan
perbuatan jelek kepadanya adalah perbuatan yang paling jelek dibandingkan perbuatan
jelek kepada yang lainnya. Karena sesungguhnya Allah lah Zat yang telah banyak berjasa
dengan berbuat baik kepadamu, memberimu segala sesuatu, dan juga mendidikmu. Jika
dirimu berbuat kejelekan kepada-Nya maka itu lebih besar dosanya daripada seandainya
engkau berbuat kejelekan kepada yang tidak berjasa kepadamu.
Hak Allah yang terbesar yang harus kita tunaikan adalah mentauhidkan-Nya dan tidak
sedikitpun berbuat syirik kepada-Nya. Maka barangsiapa yang tidak menunaikan hak ini
maka dia telah melakukan perbuatan kezaliman yang paling besar. Maka benarlah ketika
Allah berfirman :
ﻢ
ٌ ﻋﻈِﻴ ٌ ْ ك ﻟ َﻈُﻠ
َ ﻢ َ إ ِن اﻟﺸْﺮ
“ Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar. ” ( Luqman : 13)
Baca Juga: Penggunaan Jimat atau Rajah Tetap Syirik, Walau Berkeyakinan Sekedar
Sebab
َ َ ﻤﻦ ﻳ
ُ ﺸﺎء َ ِ ن ذَﻟ
َ ِﻚ ﻟ َ ﻣﺎ دُو
َ ﻔُﺮ
ِ ﻐ
ْ َ وﻳ
َ
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.“ (An Nisaa’ : 48)
ً ﻋﻈِﻴﻤﺎ
َ ً ﻓﺘ ََﺮى إ ِﺛ ْﻤﺎ
ْ ﺪا َ ﻓ
ِ ﻘ ِ ّ ك ﺑ ِﺎﻟﻠ
َ ﻪ ْ ﺮ ْ ُ ﻣﻦ ﻳ
ِ ﺸ َ و
َ
“ Barangsiapa yang berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar. “ (An Nisaa’ : 48)
ً ﻌﻴ ﺪا
ِ َ ﺿﻼ َﻻ ً ﺑ
َ ﺿﻞ َ ﻓ
َ ْ ﻘﺪ ِ ّ ك ﺑ ِﺎﻟﻠ
َ ﻪ ْ ﺮ ْ ُ ﻣﻦ ﻳ
ِ ﺸ َ و
َ
3/5
“ Barangsiapa yang berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An Nisaa’:116)
َ ﻤﻠ ُﻮ
ن ْ َ ﻬﻢ ﻣﺎ ﻛ َﺎﻧ ُﻮا ْ ﻳ
َ ﻌ ُ ْ ﻋﻨ َ ِ ﺤﺒ
َ ﻂ ْ َﻮ أ
َ َ ﺷَﺮﻛ ُﻮا ْ ﻟ ْ ََﻟ
“ Seandainya mereka berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan. “ (Al An’am : 88)
ﻦ
َ ﺮﻳ
ِ ﺳ َ ْ ﻦ اﻟ
ِ ﺨﺎ ِ وﻟ َﺘ َﻜ ُﻮﻧ َﻦ
َ ﻣ َ ُ ﻤﻠ
َ ﻚ َ ﺤﺒ َﻄَﻦ
َ ﻋ ْ َ ﺖ ﻟ َﻴ ْ َﻦ أ
َ ْ ﺷَﺮﻛ ْ ِ ﻚ ﻟ َﺌ
َ ِ ﻗﺒ ْﻠ
َ ﻦ
ْ ﻣ
ِ ﻦ ِ وإ ِﻟ َﻰ اﻟ
َ ﺬﻳ َ ْ ﻲ إ ِﻟ َﻴ
َ ﻚ ِ ﻘﺪْ أ ُو
َ ﺣ َ َ وﻟ
َ
“ Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu.
“Jika kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. “ (Az Zumar : 65)
ْ ِ ا َْﻹ:ل َ ُ َ
ﻪ ُ ﺷَﺮا
ِ ك ﺑ ِﺎﻟﻠ َ ،ﻪ
َ ﻗﺎ َ ﻮ
ِ ل ا ﻟﻠ ُ ﺑ َﻠ َﻰ ﻳ َﺎ َر:ﻗﻠ ْﻨ َﺎ
ْ ﺳ ُ -ﺛ ََﻼﺛ ًﺎ- ﺮ؟
ِ ِ ﺮ اﻟ ْﻜ َﺒ َﺎﺋ ْ ُ أَﻻ أﻧ َﺒﺌ ُﻜ
ِ َ ﻢ ﺑ ِﺄﻛ ْﺒ
” Maukah aku beritahukan kepadamu dosa besar yang paling besar?” –Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya tiga kali–. Kami (para Shahabat) menjawab, “Tentu, wahai
Rasûlullâh.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbuat syirik dengan
menyekutukan Allâh … “ (H.R Bukhari dan Muslim)
َ ْ ﺔو
ر
ٍ ﺼﺎ
َ ﻦ أﻧ
ْ ﻣ
ِ ﻦ
َ ﻤﻴ
ِ ِ ﻣﺎ ﻟ ِﻠﻈﺎﻟ
َ و
َ واهُ اﻟﻨﺎُر
َ ﻣﺄ َ ْ ﻪ اﻟ
َ َ َ ﺠﻨ ِ ﻋﻠ َﻴ ُ ّ م ا ﻟﻠ
َ ﻪ َ ﺣﺮ َ ﻓ
َ ْ ﻘﺪ ِ ّ ك ﺑ ِﺎﻟﻠ
َ ﻪ ْ ﺮ ْ ُ ﻣﻦ ﻳ
ِ ﺸ َ
“ Sesungguhnya orang yang berbuat syirik dengan mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. “ (Al Maidah :72)
Faidah-Faidah Ayat
1. . Bersikap lembut kepada orang yang diajak bicara agar nasihatnya bisa diterima.
Luqman memanggil kepada anaknya ( ( ) ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲWahai anakku) yang merupakan
panggilan lembut dan kasih sayang seorang bapak kepada anakknya.
2. . Sangat pentingnya nasihat ini, karena berasal dari seroang bapak yang amat
menyayangi anaknya. Ini menunjukkan nasihat dan wasiat yang disampaikan
merupakan perkara yang sangat penting.
3. . Haramnya perbautan syirik, karena Allah telah melarang (ﻪ ْ ﺮ
ِ ك ﺑ ِﺎﻟﻠ ْ ُ ) َﻻ ﺗ
ِ ﺸ
4. . Wajibnya untuk bertauhid, karena larangan dari berbuat syirik menuntut
seseorang untuk mentauhidkan Allah.
4/5
5. . Syirik merupakan kezaliman yang paling besar, karena Allah berfirman
(ﻢ
ٌ ﻋﻈِﻴ ٌ ْ ك ﻟ َﻈُﻠ
َ ﻢ َ )إ ِن اﻟﺸْﺮ
Semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita di atas jalan tauhid dan
menjauhkan diri kita dari berbagai bentuk perbuatan syirik.
Baca Juga:
Artikel: Muslim.or.id
Referensi :
(1). Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
(2). At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
5/5
Wasiat Luqman (Bag. 3) : Birrul Walidain
muslim.or.id/54118-wasiat-luqman-bag-3-birrul-walidain.html
“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu,
hanya kepada-Ku kalian akan kembali.” (Luqman : 14)
Berulang kali dalam banyak ayat Allah menyebutkan kewajiban untuk menunaikan hak
kedua orang tua setelah memerintahkan untuk menunaikan hak Allah, yaitu hanya
beribadah kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kesyirikan. Ini menunjukkan bahwa
hak kedua orang tua adalah hak yang terbesar setelah hak Allah dan rasul-Nya. Allah
Ta’ala berfirman dalam beberapa ayat-Nya :
ً ﺴﺎﻧﺎ
َ ﺣ
ْ ِﻦ إ ْ ً َ
ِ ْ ﺷﻴ ْﺌﺎ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ
ً ﺴﺎﻧﺎ ْ ْ َ َ و ﻗ َﻀ ﻰ ر ﺑ
َ ﺣ
ْ ِﻦ إ
ِ ْ ﻚ أﻻ ﺗ َﻌْﺒ ُﺪ ُوا إ ِﻻ إ ِﻳﺎه ُ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ َ َ َ
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.“ (Al Isra’: 23)
ً ﺴﺎﻧﺎ
َ ﺣ
ْ ِﻦ إ ْ ً َ ِﺑ ِﻪ
ِ ْ ﺷﻴ ْﺌﺎ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ
“ Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang tua. ” (Al An’am 151)
ً ﺴﺎﻧﺎ
َ ﺣ
ْ ِﻦ إ ْ َ ّ ن إ ِﻻ اﻟﻠ
ِ ْ ﻪ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ َ ﻞ ﻻ َ ﺗ َﻌْﺒ ُﺪ ُو
َ ﺳَﺮاﺋ ِﻴ
ْ ِ ﻣﻴﺜ َﺎقَ ﺑ َﻨ ِﻲ إ َ َ وَإ ِذ ْ أ
ِ ﺧﺬ ْﻧ َﺎ
“ Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada kedua orang tua.“ (Al Baqarah :
83). ( At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Tafsir Surat Luqman )
Baca Juga: Kenapa Seseorang Lari dari Anak, Istri, dan Orang Tuanya di Hari
Kiamat?
ُ ﺣﻤﻠ َﺘ
ﻦ
ِ ْ ﻣﻴ ُ ُ ﺼﺎﻟ
َ ﻪ ﻓِﻲ ﻋ َﺎ َ ِﻦ وَﻓ َ ً
ٍ ْﻪ وَﻫْﻨﺎ ﻋ َﻠﻰ وَﻫ
ُ ﻪ أﻣ
ُ ْ َ َ
“ Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab:
Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu
siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu orang yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya”
(HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, hasan).
Imam Mujahid menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah kesulitan ketika mengandung
anak. Imaam Qatadah menjelaskan maksudnya adalah ibu mengandung dengan penuh
usaha yang berat. ‘Atha’ al Kharasani menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah ibu
mengandung dalam keadaan kondisi lemah yang terus semakin bertambah lemah.
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Adziim)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelasakan bahwa hak ibu lebih wajib ditunaikan
daripada hak bapak. Allah Ta’ala menyebutkan apa yang dialami ibu berupa berat dan
kesulitan saat hamil mengisyaratkan bahwasanya hak ibu lebih besar. Kesulitan yang
dialami ibu tidaklah dialami oleh bapak, hanya ibu yang mengalami kesulitan dan rasa
berat tersebut. Memang benar bahwa bapak juga mengalami kesulitan yang lain seperti
misalnya ketika menceri nafkah atau kesulitan yang lain. Akan tetapi penderitaan fisik
bagi seorang ibu ketika hamil tidak seperti yang dialami oleh bapak. Oleh karena itu ibu
memiliki hak yang lebih besar untuk ditunaikan daripada bapak. (Tafsir Surat Luqman,
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah)
Baca Juga: Pulang Kampung Kesempatan Berbakti dan Berdakwah Kepada Orang
Tua
َ
ﺼﻴُﺮ َ ْ ﻚ إ ِﻟ َﻲ اﻟ
ِ ﻤ َ ْ ﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻲ وَﻟ ِﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ
ْ نا
ِ أ
“ Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku kalian akan
kembali.” (Luqman : 14)
ﻐﻴًﺮا
ِ ﺻ َ َ ﻤﺎ ﻛ
َ ﻤﺎ َرﺑﻴ َﺎﻧ ِﻲ َ ﻬ
ُ ﻤ
ْ ﺣ
َ ﻞ َرب اْر ُ و
ْ ﻗ َ
3/5
“Dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil” (Al Isra’: 24).
Dalam ayat ini didahulukan penyebutan syukur kepada Allah daripada kepada kedua
orang tua. Meskipun hak orang tua sangat besar, namun hak Allah tetap harus
didahulukan daripada hak-hak yang lainnya.
Baca Juga: Orang Tua Tidak Pernah Menafkahi, Wajibkah Anak Tetap Berbakti?
Faidah-Faidah Ayat
1. Ayat ini menunjukkan perhatian dari Allah kepada para hamba dalam berinteraksi
dengan kedua orang tua. Oleh karena itu Allah mewasiatkan para hamba untuk berbuat
baik kepada kedua orang tuanya.
2. Allah lebih kasih sayang kepada para orang tua daripada anak kepada kedua orang
tuanya, karena Allah lah yang memerintahkan anak untuk berbakti kepada kedua orang
tuanya tersebut.
3. Penjelasan tentang agungnya kedudukan berbakti kepada kedua orang tua karena
Allah menjadikannya sebagai wasiat untuk para hamba, yaitu sesuatu perjanjian yang
sangat ditekankan yang hendaknya ditunaikan..
5. Hendaknya para ibu bersabar ketika mengalami berbagai kesusahan dan rasa berat
yang dirasakan selama hamil, karena demikianlah hal yang dialami wanita ketika hamil,
sebagaimana Allah berfirman :
6. Ayat ini menunujukkan bahwa waktu minimal kehamilan normal adalah enam bulan.
Hal ini berdasarkan ayat :
ﻦ
ِ ْ ﻣﻴ ُ ُ ﺼﺎﻟ
َ ﻪ ﻓِﻲ ﻋ َﺎ َ ِوَﻓ
4/5
“ dan menyapihnya dalam dua tahun “
“ Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan “ (Al Ahqaf : 15).
Total seluruh masa hamil dan menyusui adalah 30 bulan, sedangkan masa menyusui
selama 24 bulan, sehingga minimal masa kehamilan seorang wanita normal adalah 6
bulan.
7. Wajib bersyukur kepada kedua orang tua sebagaimana wajibnya bersyukur kepada
Allah. Akan tetapi syukur kepada Allah lebih didahulukan daripada kepada kedua orang
tua. ( Lihat Tafsir Surat Luqman, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah)
Semoga kita dimudahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Kita berharap
mudah-mudahan Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita dan dosa kedua orang tua
kita.
Baca Juga:
Artikel: Muslim.or.id
Referensi :
1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
4. . At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
5/5
Wasiat Luqman (Bag. 4) : Tidak Boleh Taat Orang Tua
Dalam Perkara Maksiat
muslim.or.id/54448-wasiat-luqman-bag-4-tidak-boleh-taat-orang-tua-dalam-perkara-maksiat.html
1/5
َ ﺳﺒ ِﻴ
ﻞ َ ْﻣﻌُْﺮوﻓﺎ ً وَاﺗﺒ ِﻊ َ ﻤﺎ ﻓِﻲ اﻟﺪﻧ ْﻴ َﺎ َ ُﺣﺒ ْﻬ
ِ ﺻﺎ
َ َ ﻤﺎ وَ ُﻢ ﻓََﻼ ﺗ ُﻄ ِﻌْﻬٌ ْ ﻋﻠ َ َﺲ ﻟ
ِ ِﻚ ﺑ ِﻪ َ ْ ﻣﺎ ﻟ َﻴ
َ ك ﺑ ِﻲ ْ ُ ك ﻋ َﻠﻰ أ َن ﺗ
َ ِ ﺸﺮ َ ﺟﺎﻫَﺪ َا
َ وَإ ِن
ُ َ
نَ ﻤﻠ ُﻮ ْ ُ ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ
َ ْﻢ ﺗ َﻌ َ ِ ﻢ ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ
ْ ُ ﺟﻌُﻜ
ِ ﻣْﺮ َ ب إ ِﻟ َﻲ ﺛ ُﻢ إ ِﻟ َﻲ
َ ﻦ أﻧ َﺎْ ﻣ َ
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mentaati keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.“ (Luqman : 15)
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mentaati keduanya !“
1. . Tidak boleh mantaati kedaunya dalam melakukan perbuatan syirik karena tidak
ada ketaatan kepada makhluk dalam perbuatan maksiat kepada Allah Al Khaliq.
Hak Allah lebih wajib ditunaikan daripada hak kedua orang tua.
2. . Allah menggunakan ungkapan (ﻤﺎ َ ُ“ )ﻓََﻼ ﺗ ُﻄ ِﻌْﻬjangan mentaati keduanya ” dan tidak
menggunakan ungkapan (“ )ﻓﺎﻋﺼﻬﻤﺎselisihlah keduanya” karena ungkapan yang
pertama lebih lembut dan mudah diterima jiwa. Begitu pula tidak digunakan
ungkapan (“ )ﻻ ﺗﺒﺮﻫﻤﺎjanganlah berbuat baik kepada keduanya” atau (ﻻ ﺗﻘﻢ
“ )ﺑﺤﻘﻬﻤﺎjanganlah tunaikan hak keduanya” karena berbuat baik dan menunaikan
hak keduanya adalah kewajiban meskipun mereka menyuruh untuk berbuat
syirik.
Jika kedua orang tua masih punya hak meskipun memerintahkan kesyirikan, maka
bagaimana lagi jika mereka memerintahkan yang selain syirik ? Hal ini menunjukkan
bahwa menunaikan hak kedua orangtua merupakan perkara yang agung dan bukanlah
perkara yang remeh dalam Islam.
Bagaimanapun keadaan orang tua, kita diwajibkan oleh Allah untuk berbakti kepada
mereka, selama bukan merupakan perkara maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika
orang tua memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak
ada kewajiban untuk mentaati perintah mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda:
ف
ِ ﻌُﺮو َ ْ ﻓ ﻲ اﻟ
ْ ﻤ ِ ﺔ
ُ ﻋ
َ ﻤﺎ اﻟ ﻄﺎ
َ ﺔ إ ِﻧ
ٍ َ ﺼﻴ
ِ ﻌ
ْ ﻣ
َ ﻓﻲ
ِ ﺔ َ َ ﻃَﺎ
َ ﻋ
2/5
“ Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf” (HR
dan Muslim)
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.” (HR. Ahmad,
shahih)
ً ﻣﻌُْﺮوﻓﺎ
َ ﻤﺎ ﻓِﻲ اﻟﺪﻧ ْﻴ َﺎ
َ ُﺣﺒ ْﻬ
ِ ﺻﺎ
َ َو
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya, “ Adapun dalam berbuat baik
pada orang tua maka tetap harus dilakukan, oleh karena itu selanjutnya Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”. Adapun
mengikuti mereka dalam kekufuran dan maksiat maka tidak diperbolehkan.“ (Taisir Al
Karimir Rahman).
Adapun bentuk berbuat baik kepada orang tua yang kafir di antaranya adalah dengan
membantu memberikan harta jika mereka fakir dan miskin, berkata-kata lemah lembut
kepada keduanya, mendakwahi mereka, serta mendoakan mereka agar mendapatkan
hidayah Islam.
Baca Juga: Orang Tua Tidak Pernah Menafkahi, Wajibkah Anak Tetap Berbakti?
ُ َ ﻞﻣ
َ ﻤﻠ ُﻮ
ن ْ ُ ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ
َ ْﻢ ﺗ َﻌ َ ِ ﻢ ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ
ْ ُ ﺟﻌُﻜ َ ب إ ِﻟ َﻲ ﺛ ُﻢ إ ِﻟ َﻲ
ِ ﻣْﺮ ْ َ َ ﺳﺒ ِﻴ
َ ﻦ أﻧ َﺎ َ ْوَاﺗﺒ ِﻊ
“ .. dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.“ (Luqman : 15)
Maksudnya adalah kita diperintahkan agar mengikuti orang-orang mukmin yang kembali
bertaubat kepada Allah. Bertaubat dari perbuatan syirik menuju tauhid, dari maksiat
menuju taat, dan dari perbuatan fasik menuju istiqomah dan taqwa.
Faidah Ayat
Di antara faidah surat Luqman ayat 15 adalah :
ب إ ِﻟ َﻲ َ ﻞﻣ
ْ َ َ ﺳﺒ ِﻴ
َ ﻦ أﻧ َﺎ َ ْوَاﺗﺒ ِﻊ
ﻢ
َ ﺟﻬَﻨَ ِﺼﻠ ِﻪ
ْ ُ ﻣﺎ ﺗ َﻮَﻟﻰ وَﻧ
َ ِﻦ ﻧ ُﻮَﻟﻪ
َ ﻣﻨ ِﻴ ُ ْ ﻞ اﻟ
ِ ْ ﻤﺆ َ ﻪ اﻟ ْﻬُﺪ َى وَﻳ َﺘﺒ ِﻊْ ﻏ َﻴ َْﺮ
ِ ﺳﺒ ِﻴ ُ َﻦ ﻟ
َ ﻣﺎ ﺗ َﺒ َﻴ
َ ِ ﻣﻦ ﺑ َﻌْﺪ َ ﺳﻮ
ِ ل ُ ﻖ اﻟ ﺮ َ ُ ﻣﻦ ﻳ
ِ ِ ﺸﺎ ﻗ َ َو
ً ﺼ ﻴ ﺮا
ِ ﻣَ ت ْ ﺳﺎ ء َ َ
“ Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan
yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali. “ (An Nisa’:115)
1. . Seluruh makhluk, baik orang mukmin maupun kafir semuanya akan kembali
kepada Allah, karena Allah berfirman :
ُ
َ ﻤﻠ ُﻮ
ن ْ ُ ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ
َ ْﻢ ﺗ َﻌ َ ِ ﻢ ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ
ْ ُ ﺟﻌُﻜ َ ﺛ ُﻢ إ ِﻟ َﻲ
ِ ﻣْﺮ
“ kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.“
1. . Luasnya pengilmuan Allah Ta’ala terhadap segala sesuatu. Hal ini ditunjukkan
dalam potongan ayat :
4/5
ُ
َ ﻤﻠ ُﻮ
ن ْ ُ ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ
َ ْﻢ ﺗ َﻌ َ ِ ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ
“ kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.”
Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kesempurnaan sifat ilmu sehingga bisa
mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh seluruh hamba-Nya di dunia. Dalam
ayat ini sekaligus terdapat peringatan agar menjauhi amalan kejelekan sehingga tidak
terjerumus ke dalamnya, karena setiap amal kebaikan dan kejelekan akan mendapatkan
balasannya.
Baca Juga:
Artikel: Muslim.or.id
Referensi :
1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
5/5
Wasiat Luqman (Bag.5) : Setiap Amal Ada Balasannya di
Akhirat
muslim.or.id/54474-wasiat-luqman-bag-5-setiap-amal-ada-balasannya-di-akhirat.html
Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag. 4) : Tidak Boleh Taat Orang
Tua Dalam Perkara Maksiat
“ (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.“
(QS. Luqman : 16)
1/4
Sekecil Apapun Amalan Akan Mendapatkan Balasan
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ini adalah wasiat yang sangat bermanfaat
yang Allah Ta’ala ceritakan tentang Luqman Al Hakim agar setiap orang bisa
mencontohnya. Dosa dan kedzaliman sekecil apa pun, pasti Allah akan memberikan
balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik,
maka balasan yang diperoleh pun berupa kebaikan. Namun jika amalannya jelek, maka
balasan yang diperoleh pun berupa kejelkan.
ً ﺷﻴ ْﺌﺎ
َ ﺲ ُ َ ﻣﺔِ ﻓََﻼ ﺗ ُﻈ ْﻠ
ٌ ﻢ ﻧ َْﻔ َ ﻂ ﻟ ِﻴ َﻮْم ِ اﻟ ِْﻘﻴ َﺎ
َ ﺴ
ْ ﻦ اﻟ ِْﻘ َ ْ ﻀ ﻊ ُ اﻟ
َ ﻤﻮَازِﻳ َ َ وَﻧ
“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun . “ (QS. Al Anbiya’:47)
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya pula “ (QS. Al Zalzalah :7-8)
“ Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap
apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini
yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat
semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu
tidak menganiaya seorang juapun “ (QS. Al Kahfi : 49)
“ Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16).
Maksud “lathiif” dalam ayat ini adalah ilmu Allah itu bisa menjangkau sesuatu yang
tersembunyi dan tidaklah samar bagi Allah walaupun amat kecil dan lembut. Sedangkan
maksud “khabirr” maksudnya adalah Alalh mengetahui hal yang kecil, sampaipun jejak
semut sekali pun meskipun di malam yang gelap gulita. ( Lihat Tafsir Al Qur’an Al
‘Adzim)
“ Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16).
Nama Allah Al Khabiir maknanaya adalah Allah maha mengethaui segala sesuatu yang
tersembunyi.
َ ْ ﻒ اﻟ
ُ ﺧﻠ َﻖَ وَﻫُﻮَ اﻟﻠﻄ ِﻴ َ
ﺨﺒ ِﻴُﺮ َ ﻦ
ْ ﻣ ُ َ أَﻻ ﻳ َﻌْﻠ
َ ﻢ
“ Sejatinya yang menciptakan itu sangat mengetahui. Dan Dia adalah yang Maha Lembut dan
Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mulk: 14)
َ َ ﻤﺎ ﻳ
ﺸﺎُء ٌ إ ِن َرﺑﻲ ﻟ َﻄ ِﻴ
َ ﻒﻟ
“ Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. “ ( QS. Yusuf :
100 )
“ Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di
kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa “ ( QS. Asy Syuura : 19). (
Lihat Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman Syaikh Muhammad bin Shalih al
‘Utsaimin dan Fiqhul Asmaaail Husna )
Faidah Ayat
Di antara faidah surat Luqman ayat 16 adalah :
1. Pengajaran orang tua kepada anaknya tentang adanya pengawasan Allah kepada
seluruh hamba-Nya. Peringatan bahwasanya Allah melihat seluruh amal
perbuatannya.
3/4
2. Setiap amalan di dunia akan mendapat balasan di akhirat. Sekecil apapun akan
mendapatkan balasannya. Balasan amal kebaikan adalah kebaikan dan balasan
amal kejelekan adalah kejelekan.
3. Luasnya ilmu Allah meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun
tersembunyi. Tidak ada sesuataupun yang tersembunyi dari pengilmuan Allah
Ta’ala.
4. Penetapan dua nama Allah Al Lathiif dan Al Khabiir. Penyebutan dan
penggabungan dua nama sekaligus menunjukkan adanya kesempurnaan yang
berlebih yang semakin menunjukkan kesempurnamaan nama dan sifat Allah.
Baca Juga:
Penjaga-Penjaga Neraka
Dimanakah Letak Neraka?
Artikel: Muslim.or.id
Referensi :
1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimahullah
2. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
3. . Fiqhul Asmaaail Husna karya Syaikh ‘Abdurrozzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr
hafidzahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
4/4
Wasiat Luqman (Bag. 6) : Tiga Nasihat Penting
muslim.or.id/54945-wasiat-luqman-bag-6-tiga-nasihat-penting.html
“ Hai anakku, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).“ (Luqman :
17)
1/4
Tiga nasihat penting dalam ayat ini yaitu tentang mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi
mungkar, dan bersabar terhadap ujian yang menimpa seorang hamba.
“Dirikanlah shalat!”.
Maksudnya adalah seorang hamba harus mengerjakan ibadah shalat dengan benar-
benar memperhatikan secara sempurna berbagai rukun, syarat, wajib, dan hal-hal
penyempurna shalat. Hal ini mencakup baik dalam melaksanakan shalat wajib maupun
shalat sunnah.
Shalat merupakan tiang agama dan memiliki kedudukan yang agung dalam Islam.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َ َ ﺷ ﻬﺎد
،ةِ ﻗﺎم ِ اﻟﺼَﻼ َ ِو إَ ،ﻪ
ِ ل ا ﻟﻠ ُ ﻮ
ْ ﺳ
ُ ﺤﻤﺪًا َر َ ﻣ
ُ و أن َ ﻪ َ ن َﻻ إ ِﻟ
ُ ﻪ إ ِﻻ اﻟﻠ ْ ةأِ َ َ َ :ﺲ
ٍ ﻤ َ ﻋﻠ َﻰ
ْ ﺧ ُ ﺳَﻼ
َ م ْ ِ ﻲ اْﻹ
َ ِ ﺑ ُﻨ
ن
َ ﻀﺎَ ﻣ
َ ﻮم ِ َر
ْ ﺻ
َ و َ ،ﺖ ِ ْ ﺣﺞ اﻟ ْﺒ َﻴ َ و
َ ،ة ِ ء اﻟﺰﻛ َﺎ
ِ و إ ِﻳ ْﺘ َﺎ
َ
“ Islam dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan.” (HR Bukhari Muslim)
Shalat adalah amal yang akan dihisab pertama kali di akhirat sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ُ ُ ﺻﻼ َﺗ
ﻪ َ ﻪ
ِ ِ ﻤﻠ
َ ﻋ
َ
” Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat
adalah shalatnya.” (HR Tirmidzi, hasan)
ﺨﻄَﺎﻳ َﺎ
َ ْ ﻬﺎ اﻟ
َ ِﻪ ﺑ
ُ ﺤ ﻮ ا ﻟﻠ
ُ ﻤ
ْ َ ﻳ، ﺲ
ِ ﻤ َ ْ ت اﻟ
ْ ﺨ َ َ ا ﻟ ﺼﻠ
ِ ﻮا
“ Shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa. ” (HR. Bukhari dan
Muslim)
2/4
ﻞ د ُﻋ َﺎء ِ َﻢ اﻟﺼﻼ َةِ و
ْ ﻣﻦ ذ ُرﻳﺘ ِﻲ َرﺑﻨ َﺎ وَﺗ ََﻘﺒ ُ ﺟﻌَﻠ ْﻨ ِﻲ
َ ﻣِﻘﻴ ْ َرب ا
“ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku “ (Ibrahim : 40)
“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. “ (Thaha:14)
ً ﺣﻴ ّﺎ َ َ
َ ﺖ
ُ ﻣ َ ِﺻﺎﻧ ِﻲ ﺑ ِﺎﻟﺼَﻼةِ وَاﻟﺰﻛ َﺎة
ْ ُ ﻣﺎ د ُ ﻣﺎ ﻛ ُﻨ
َ ْﺖ وَأو َ ْ ﻣﺒ َﺎَرﻛﺎ ً أﻳ
َ ﻦ ُ ﺟﻌَﻠ َﻨ ِﻲ
َ َو
“ dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. “
(Maryam :31)
Keutamaan shalat tidak terhitung jumlahnya. Terdapat pula banyak ayat dan hadits yang
memerintahkannya. Wasiat tentang shalat sangatlah banyak dan beragam. Begitu pula
berbagai ancaman bagi yang meninggalkannya. Oleh karena itu penting bagi orangtua
untuk memperhatikan anaknya tentang masalah shalat ini, sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Luqman dan Allah abadikan dalam Al Qur’an agar bisa diambil
pelajaran bagi umat manusia.
ْ
ُ ْ ﻦ اﻟ
(ِﻤﻨﻜ َﺮ ِ َﻪ ﻋ
َ ْ ف وَاﻧ َ ْ ﻣْﺮ ﺑ ِﺎﻟ
ِ ﻤﻌُْﺮو ُ ) وَأ
“ dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar ”
Yang dimaksud perkara ma’ruf adalah segala sesuatu yang diperintahkan oleh syariat,
baik itu berkaitan hak Allah ataupun hak hamba. Sedangkan yang dimaksud perkara
yang mungkar adalah segala sesuatu yang diingkari dan dilarang oleh syariat baik yang
berkaitan dengan hak Allah maupun hak hamba.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah tidak lain adalah untuk amar ma’ruf
nahi mungkar. Rasul diutus untuk memerintahkan tauhid dan melarang dari syirik. Tidak
diragukan lagi bahwa perkara ma’ruf yang paling agung adalah tauhid, dan
kemungkaran yang paling jelek adalah kesyirikan kepada Allah.
3/4
Allah Ta’ala berfirman :
َ ُ
َ ﺟﺘ َﻨ ِﺒ ُﻮا ْ اﻟﻄﺎﻏ ُﻮ
ت َ ّ ن اﻋ ْﺒ ُﺪ ُوا ْ اﻟﻠ
ْ ﻪ وَا ُ وَﻟ ََﻘﺪ ْ ﺑ َﻌَﺜ ْﻨ َﺎ ﻓِﻲ ﻛ ُﻞ أﻣﺔٍ ر
ِ ﺳﻮﻻ ً أ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” “ ( An Nahl : 36)
َ َ َ
َ َ ﻪ َﻻ إ ِﻟ
ِ ﻪ إ ِﻻ أﻧ َﺎ ﻓَﺎﻋ ْﺒ ُﺪ ُو
ن ُ ﺣﻲ إ ِﻟ َﻴ ْﻪِ أﻧ
ِ ل إ ِﻻ ﻧ ُﻮ
ٍ ﺳﻮ
ُ ﻣﻦ ر
ِ ﻚ ِ ﺳﻠ ْﻨ َﺎ
َ ِ ﻣﻦ ﻗَﺒ ْﻠ َ ﻣﺎ أْر
َ َ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku“ (Al Anbiya’:25)
Nasihat 3: Bersabar
Perintah selanjutnya adalah :
َ
َ َ ﺻﺎﺑ
(ﻚ َ ﺻﺒ ِْﺮ ﻋ َﻠ َﻰ
َ ﻣﺎ أ ْ )وَا
Penyebutan perintah sabar setelah perintah amar ma’ruf nahi mungkar sangatlah tepat
dan sesuai, karena umumnya orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar
mendapatkan bahaya atau hal-hal yang tidak disukai. Boleh jadi mendapat celaan,
ancaman, kekerasan fisik, dan perkara lain yang tidak disukai. Oleh karena itu diperlukan
kesabaran dalam menghadapinya.
Yang semisal dengan makna ayat ini adalah firman Allah dalam surat Al ‘Ashr :
“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( Al ‘Ashr: 1-3).
Tiga nasihat di atas adalah tiga nasihat yang sangat penting. Oleh karena itu di akhir ayat
Allah menekankan hal ini dengan menyebutkan :
ِ ِ
“ Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).“
4/4
Semoga kita dimudahkan untuk bisa mengambil pelajaran dari nasehat Luqman dalam
ayat di atas dan kemudian mengamalkannya. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhmmad.
Baca Juga:
Artikel: Muslim.or.id
Referensi :
1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
4. . At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
5/4
Wasiat Luqman (Bag.7) : Jangan Sombong !
muslim.or.id/55541-wasiat-luqman-bag-7-jangan-sombong.html
“ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.“ (Luqman : 18)
1/4
Baca Juga: Sombong Kepada Orang Sombong Adalah Sedekah?
Hakikat Kesombongan
Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam
sabdanya :
َ
ﻪ
ُ ُ ﻮﺑ َ ن ﻳ َﻜ ُﻮ
ْ َن ﺛ ْ ﺤﺐ أِ ُﻞ ﻳَ ﺟُ ﻞ إ ِن اﻟﺮ ٌ ﺟُ ل َرَ ﻗﺎ َ ﺮ
ٍ ْ ﻦ ﻛ ِﺒْ ﻣ
ِ ةٍ ل ذَر َ ْ ﻣﺜ
ُ ﻘﺎ ِ ﻪِ ِ ﻗﻠ ْﺒ
َ ﻓﻲ ِ نَ ﻦ ﻛ َﺎ ْ ﻣَ ﺔ َ ْ ﻞ اﻟ
َ ﺠﻨ ُ َْﻻ ﻳ َﺪ
ُ ﺧ
س ُ ْ ﻏ َ و َ ْ ل اﻟ ْﻜ ِﺒ ُْﺮ ﺑ َﻄَُﺮ اﻟ
َ ﻤﺎ َ ْ ﺤ ﺐ اﻟ ٌ ﻤﻴ َ ﻗﺎ َ ﺔ ُ ُ ﻌﻠ
ِ ﻤ ﻂ ا ﻟﻨ ﺎ َ ﺤﻖ َ ﺠ ِ ُﻞ ﻳ ِ ﺟَ ﻪ
َ ل إ ِن اﻟﻠ ً َ ﺴﻨ
َ ﺣَ ﻪ ْ َ وﻧَ ﺴﻨ ًﺎَ ﺣَ
“ Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar
biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai
baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan
menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang
lain.“ (HR. Muslim)
Imam An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong
yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak
kebenaran” (Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi)
Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap
makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadist di atas
dalam sabda beliau, “sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang
lain”. Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau
menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan
orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih
dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih al
‘Utsaimin)
Maksud dari ayat ini adalah larangan memalingkan wajah dengan menoleh ke kanan
atau ke kiri ketika melewati atau berbicara dengan orang lain karena ada rasa
meremehkan dan merendahkan orang tersebut. Ini termasuk bentuk kesombongan
yang terlarang.
Yang benar tatkala berbicara dengan orang lain maka arahkanlah wajah kepada lawan
bicara. Sebagaimana hal ini diterangkan dalam hadits berikut :
2/4
واﻟﻤﺨﻴﻠﺔ،ﻤﺨﻴﻠ َﺔ ِ وإ ﻳ ﺎ ك وإ ﺳﺒ ﺎ ل ا ﻹ زا ر ﻓ ﺈ ﻧ ﻬ ﺎ ﻣ ﻦ ا ﻟ،ﺴ ﻂ
ِ َ ﻣﻨ ْﺒ
ُ و ﻟ ﻮ أ ن ﺗﻠ ﻘ ﻰ أ ﺧ ﺎ ك و و ﺟ ﻬ ﻚ إ ﻟﻴ ﻪ
ﻻ ﻳ ﺤﺒ ﻬ ﺎ ا ﻟﻠ ﻪ
Tidak termasuk larangan dalam ayat ini apabila seseorang berpaling dari hadapan
manusia karena menghindari dari melihat perkara yang terlarang, semisal jika bertemu
dengan wanita yang bukan mahram.
Baca Juga: Isbal Tanpa Bermaksud Sombong, Tetap Diingkari Oleh Nabi
ﺣﺎ
ً ﻣَﺮ
َ ض
ِ ﻓﻲ اﻷْر
ِ ﺶ
ِ ﻤ
ْ َ وﻻ ﺗ
َ
Maksud ayat ini adalah janganlah bersikap sombong dan angkuh. Janganlah melakukan
hal tersebut karena perbuatan tersebut dibenci oleh Allah. Oleh karenanya dalam
lanjutan ayat Allah Ta’ala berfirman :
ر
ٍ ﺨﻮ َ ل
ُ ﻓ ٍ ﺨﺘ َﺎ
ْ ﻣ ِ ُ ﻪ َﻻ ﻳ
ُ ﺤﺐ ﻛ ُﻞ َ إ ِن اﻟﻠ
“ Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ”
Faidah Ayat
1. Terdapat celaan terhadap dua hal yang merupakan kesombongan : berpaling dari
manusia karena sombong dan berjalan di muka bumi dengan angkuh.
2. Hendaknya ketika seseorang berbicara dengan orang lain maka melihat dan
menghadap ke wajah lawan bicaranya.
3. Dalam ayat di atas terdapat penetapan bahwa Allah mencintai hamba-Nya, Allah
berfirman :
ُ َل ﻓ
ٍ ﺨﻮر ٍ ﺨﺘ َﺎ
ْ ﻣ ِ ُ ﻪ َﻻ ﻳ
ُ ﺤﺐ ﻛ ُﻞ َ إ ِن اﻟﻠ
3/4
“ Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ”
1. Larangan dari bersikap sombong dan membanggakan diri baik dengan perbuatan
maupun dengan perkataan. Kata (ل ٍ ﺨﺘ َﺎ ُ ) artinya sombong dengan perbuatan.
ْ ﻣ
Sedangkan (ٍﺨﻮر
ُ َ )ﻓartinya sombong dengan perkataan.
Semoga kita bisa mengambil faidah dari ayat di atas dan kita berharap agar selalu
terhindar dari berbagai macam bentuk kesombongan dalam diri kita.
Baca Juga:
Artikel: Muslim.or.id
Referensi :
1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
4. . At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
4/4
Wasiat Luqman (Bag.8) : Bersikap Tawadhu’
muslim.or.id/55846-wasiat-luqman-bag-8-bersikap-tawadhu.html
“ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan pelankanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 19)
ﺮ
ِ ﻘ َ ْ واﻟ
ْ ﻔ ِ ْ ﻓ ﻲ اﻟ
َ ﻐﻨ َﻰ ِ َ ﺼﺪ
ْ ﻘ َ ُ ﺳﺄ َﻟ
َ ْ ﻚ اﻟ َ
ْ وأَ
“ Aku minta kepada-Mu agar aku bisa melaksanakan sikap pertengahan (kesederhanaan)
dalam keadaan kaya atau fakir. ” ( HR. Ahmad, shahih)
Makna (َﺼﺪ
ْ ﻘَ ْ )اﻟadalah sikap pertengahan dalam seluruh perkara. Allah Ta’ala juga
berfirman :
ً ﻚ ﻗَﻮَاﻣﺎ َ
َ ِ ﻦ ذ َﻟ
َ ْ ن ﺑ َﻴ ْ َ ﺴﺮِﻓُﻮا وَﻟ
َ ﻢ ﻳ َْﻘﺘ ُُﺮوا وَﻛ َﺎ ْ َ ﻦ إ ِذ َا أﻧَﻔُﻘﻮا ﻟ
ْ ُﻢ ﻳ َ وَاﻟﺬ ِﻳ
“ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al
Furqan : 67) (Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman)
Seorang mukmin hendaknya memiliki sifat tawadhu’, termasuk ketika berjalan. Sikap
tawadhu’ akan menjadikan seorang mulia. Hal ini dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam sabda beliau :
“ Dan tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah
akan meninggikannya” (HR. Muslim).
Baca Juga:
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah larangan
melampaui batas dalam berbicara dan berbicara keras dalam hal yang tidak bermanfaat.
Oleh karena itu disebutkan dalam ayat bahwa sejelek-jelek suara adalah suara keledai.
ﻪ َ ﻓﻰ
ِ ِ ﻗﻴ ْﺌ ِ ﻊ
ُ ﺟ ِ ْ ﻪ ﻛ َﺎﻟ ْﻜ َﻠ
ِ ﺐ ﻳ َْﺮ ِ ِ ﻫﺒ َﺘ
ِ ﻓﻰ
ِ ُ ﻌﻮد
ُ َ ﺬى ﻳ
ِ اﻟ، ء
ِ ﻮ
ْ ﻞ اﻟ ﺴ َ ﺲ ﻟ َﻨ َﺎ
ُ َ ﻣﺜ َ ْ َﻴ
“Tidak ada bagi kami permisalan yang jelek. Orang yang menarik kembali pemberiannya
adalah seperti anjing yang menjilat kembali muntahannya” (HR. Bukhari) (Tafsiir Al Qur’an
Al ‘Adzim)
Faidah Ayat
Manusia hendaknya berajalan dengan sikap yang pertengahahn. Tidak terlalu
tergesa-gesa dan tidak terlalu lambat karena keduanya tercela. Namun tetap
diperbolehkan dalam kondisi tertentu yang memang dibutuhkan untuk berjalan
cepat.
Tidak sepantasnya setiap insan berjalan cepat dan jangan pula berjalan lambat
sehingga tidak mendapatkan yang diinginkan. Adapun bersegera berjalan untuk
mendapatkan kebaikan maka Allah telah memerintahkannya asalkan tidak
melampaui batas, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ﻋ ﻮا
ُ ﺮ ْ ُ وﻻ َ ﺗ
ِ ﺴ َ ر
ِ ﻗﺎ َ ْ واﻟ
َ ﻮ َ ﺔ ْ ُ ﻋﻠ َﻴ ْﻜ
ِ َ ﻢ ﺑ ِﺎﻟﺴﻜ ِﻴﻨ َ و ِ َ ﺸﻮا إ ِﻟ َﻰ اﻟﺼﻼ
َ ،ة ُ ﻣ َ ﺔ
ْ ﻓﺎ َ ﻣ َ ِ ﻢ اﻹ
َ ﻗﺎ ُ ُ ﻌﺘ
ْ ﻤ َ إ ِذَا
ِ ﺳ
“Jika kalian mendengar iqomah, maka segeralah berjalanlah menuju shalat. Hendaknya anda
dalam kondisi tenang dan pelan. Jangan tergesa-gesa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3/4
َ ِ ﻮﺗ
ﻚ ْ ﺻ
َ ﻦ
ْ ﻣ
ِ ﺾ
ْ ﻀ ْ وا
ُ ﻏ َ
Namun dalam kondisi tertentu diperbolehkan meninggikan suara semisal ketika adzan,
khutbah, dan kondisi lain yang meemang diperlukan.
Meninggikan suara yang tidak pada tempatnya termasuk perbuatan haram, karena
Allah berfirman :
َ َ
ﺮ
ِ ﻤﻴ َ ْ ت اﻟ
ِ ﺤ ُ ﻮ َ َت ﻟ
ْ ﺼ ِ ﻮا ْ إ ِن أﻧ ْﻜ ََﺮ اْﻷ
َ ﺻ
Disebutkannya penyerupaan dalam ayat ini agar dihindari perbuatan yang semisal
tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻟﻴ ﺲ ﻟﻨ ﺎ ﻣﺜ ﻞ ا ﻟ ﺴ ﻮ ء
Ayat di atas menunjukkan bahwa suara keledai adalah suara yang tercela
Baca Juga:
Artikel: Muslim.or.id
Referensi :
1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
4/4
Siapakah Luqman yang Allah Abadikan Namanya dalam Al
Qur’an ?
muslim.or.id/53684-siapakah-luqman-yang-allah-abadikan-namanya-dalam-al-quran.html
Nama Luqman adalah di antara nama yang Allah Ta’ala sebutkan di dalam Al Qur’an.
Bahkan namanya diabadikan menjadi salah satu surat dalam Al Qur’an. Sebenarnya
siapakah Luqman itu? Apa saja nasihat Luqman yang ada dalam Al Qur’an? InsyaAllah
secara berseri kita akan membahas beberapa wasiat dan nasihat Luqman yang terdapat
dalam Al Qur’an. Pembahasan diawali dengan mengenal siapa itu Luqman Al Hakiim.
Siapakah Luqman ?
Allah Ta’ala sebutkan nama Luqman dalam Al Qur’an :
َ َ ﺤﻜ ْﻤ
ٌ ﻤﻴ ﺪ
ِ ﺣ َ ﻣﻦ ﻛ ََﻔَﺮ ﻓَﺈ ِن اﻟﻠ
َ ﻪ ﻏ َﻨ ِﻲ ِ ﺸﻜ ُُﺮ ﻟ ِﻨ َْﻔ
َ َ ﺴﻪ ِ و َ ﺸﻜ ُْﺮ ﻓَﺈ ِﻧ
ْ َ ﻤﺎ ﻳ َ َﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻠﻪِ و
ْ َ ﻣﻦ ﻳ ْ نا
ِ ﺔأ َ ِ ْ ن اﻟ َ وَﻟ ََﻘﺪ ْ آﺗ َﻴ ْﻨ َﺎ ﻟ ُْﻘ
َ ﻤﺎ
1/5
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, dan Kami perintahkan
kepadanya, “Bersyukurlah kepada Allah”. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah,
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. “ (QS. Luqman : 12)
Luqman adalah nama seorang lelaki. Mayoritas ulama menyebutkan bahwa Luqman
bukan Nabi, tetapi seorang lelaki shalih yang Allah Ta’ala karuniakan hikmah kepadanya.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa para ulama beselisih pendapat
apakah Luqman adalah nabi atau orang shalih yang bukan nabi. Mayoritas mengatakan
bahwa Luqman bukanlah nabi. Diriwayatkan dari ‘Ikrimah -jika memang benar shahih dari
beliau- bahwasanya Luqman adalah Nabi. Namun yang lebih tepat bahwa Luqman
bukanlah Nabi, akan tetapi beliau seorang lelaki yang bijaksana yang memiliki petunjuk
yang lurus. Allah Ta’ala karuniakan kepadanya banyak hikmah, sebagaimana firman Allah
Ta’ala :
“ Allah menganugerahkan Al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (QS. Al Baqarah : 269)
Imam Qatadah rahimahullah berkata, “Dia bukanlah nabi dan dia tidak diberi wahyu.”
Imam Mujahid rahimahullah berkata, “Luqman adalah seorang lelaki yang shalih namun
bukanlah seorang nabi.”
Terdapat banyak perbedaan mengenai profesi Luqman. Ada yang menyebutkan bahwa
Luqman adalah seorang penjahit. Ada pula yang mengatakan dia adalah tukang kayu.
Sebagian lagi menyebutkan bahwa beliau adalah penggembala. Dan adapula yang
mengatakan bahwa beliau adalah seorang qadhi (hakim).
Mengenai asalnya, ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Habasyah. Ada
pula yang menyebutkan bahwa asalnya dari Sudan.
Apa pekerjaaan dan dari mana asalnya tidaklah berpengaruh dan tidak penting. Yang
jelas beliau adalah seorang lelaki yang Allah Ta’ala beri hikmah. Allah Ta’ala menyebutkan
kepada kita di antara wasiat dan nasihat Luqman kepada anaknya di dalam Al Qur’an
agar kita mendapat manfaat dan mengambil faidah darinya. (Lihat at Tashiil li Ta’wiil at
Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy )
Baca Juga: Mengambil Faidah Dari Luqmanul Hakim Tentang Pendidikan Anak
ﺔ
َ ﻤ ِ ْ ن اﻟ
َ ْ ﺤﻜ َ َﻟ ََﻘﺪ ْ آﺗ َﻴ ْﻨ َﺎ ﻟ ُْﻘ
َ ﻤﺎ
2/5
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman,” (QS. Luqman : 12)
Hikmah pada asalnya memiliki arti bersesuaian dengan kebenaran. Maknanya adalah
meletakkan sesuatu pada tempatnya. Pemiliknya memiliki akal yang terbimbing dan
pemikiran yang lurus sehingga disebut seorang yang hakiim. Oleh karena itu Luqman
sering diberi julukan Luqman Al Hakiim.
Hikmah memiliki banyak makna yang disebutkan oleh para ulama, di antaranya :
(Lihat at Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al
‘Adawiy)
Inilah di antara beberapa makna hikmah yang dijelaskan oleh para ulama. Berbagai
penjelasan mengenai makna hikmah di atas tidak saling bertentangan, bahkan saling
melengkapi sehingga lebih menjelaskan tentang makna hikmah itu sendiri.
َ ُ ُ
ِ ﻣﺎ ﻳ َﺬﻛُﺮ إ ِﻻ أوْﻟ ُﻮا ْ اﻷﻟ ْﺒ َﺎ
ب َ َﺧﻴ ْﺮا ً ﻛ َﺜ ِﻴﺮا ً و َ ِ ﺔ ﻓََﻘﺪ ْ أوﺗ
َ ﻲ َ ﻤ ِ ْ ت اﻟ
َ ْ ﺤﻜ َ ْ ﻣﻦ ﻳ ُﺆ َ َ ﻣﻦ ﻳ
َ َﺸﺎُء و َ ﺔ
َ ﻤ ِ ْ ُﺆﺗ ِﻲ اﻟ
َ ْ ﺤﻜ
“Allah menganugerahkan hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).“ (QS. Al Baqarah: 269)
Allah Ta’ala menjelaskan tentang nikmat hikmah kepada Nabi Dawud ‘alaihissalam:
3/5
ِﺨﻄ َﺎب
ِ ْ ﻞ اﻟ ْ َﺔ وَﻓ
َ ﺼ َ ﻤ ِ ْ ﻪ وَآﺗ َﻴ ْﻨ َﺎه ُ اﻟ
َ ْ ﺤﻜ ُ َ ﻣﻠ ْﻜ َ َو
ُ ﺷﺪ َد ْﻧ َﺎ
“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan
dalam menyelesaikan perselisihan“ (QS. Shaad : 20)
Begitu pula Allah Ta’ala memberi hikmah kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salam :
ﺔ
َ ﻤ ِ ْ ب وَاﻟ
َ ْ ﺤﻜ َ ﻚ اﻟ ْﻜ ِﺘ َﺎ
َ ُ ﻤﺘ
ْ وَإ ِذ ْ ﻋ َﻠ
“ dan (ingatlah) di waktu Aku mengajari kamu kitab dan hikmah. “ (QS. Al Ma’idah : 110)
ً ﻚ ﻋ َﻈ ِﻴﻤﺎ
َ ْ ﻞ اﻟﻠ ّﻪِ ﻋ َﻠ َﻴ ُ َ ﻦ ﺗ َﻌْﻠ
َ ﻢ وَﻛ َﺎ
ْ َن ﻓ
ُ ﻀ ْ َﻟ
ْ ُ ﻢ ﺗ َﻜ
“ Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah
mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat
besar atasmu. “ (QS. An Nisaa;: 113)
Baca Juga: Nasehat Syaikh Ibnu Baz Kepada Supporter Klub Olahraga
InsyaAllah pada pembahasan selanjutnya kita akan bahas lebih rinci beberapa wasiat
Luqman dalam Al Qur’an.
Semoga kita senatiasa bisa mengambil faidah dari setiap kisah yang Allah Ta’ala
sebutkan dalam Al Qur’an.
Baca Juga:
Sumber bacaan utama : Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin
Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
5/5