Anda di halaman 1dari 42

Wasiat Luqman (Bag.

1) : Bersyukurlah kepada Allah


muslim.or.id/53718-wasiat-luqman-1-bersyukurlah-kepada-allah.html

dr. Adika Mianoki, January 4,


Sp.S. 2020

Pada artikel sebelumnya kita telah membahas Siapakah Luqman yang Allah Abadikan
Namanya dalam Al Qur’an ?

Daftar Isi sembunyikan


1. Perintah untuk Bersyukur
2. Makna dan Hakikat Syukur
3. Tidak Bersyukur Berarti Kufur
4. Faidah Ayat

Perintah untuk Bersyukur


Kisah Luqman dalam Al Qur’an diawali dengan penyebutan anugerah hikmah kepadanya
dan perintah untuk bersyukur kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman :

َ َ ‫ﺤﻜ ْﻤ‬
ٌ ‫ﻤﻴ ﺪ‬
ِ ‫ﺣ‬ َ ‫ﻣﻦ ﻛ ََﻔَﺮ ﻓَﺈ ِن اﻟﻠ‬
َ ‫ﻪ ﻏ َﻨ ِﻲ‬ ِ ‫ﺸﻜ ُُﺮ ﻟ ِﻨ َْﻔ‬
َ َ ‫ﺴﻪ ِ و‬ َ ‫ﺸﻜ ُْﺮ ﻓَﺈ ِﻧ‬
ْ َ ‫ﻤﺎ ﻳ‬ َ َ‫ﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻠﻪِ و‬
ْ َ ‫ﻣﻦ ﻳ‬ ْ ‫نا‬
ِ ‫ﺔأ‬ َ ِ ْ ‫ن اﻟ‬ َ ‫وَﻟ ََﻘﺪ ْ آﺗ َﻴ ْﻨ َﺎ ﻟ ُْﻘ‬
َ ‫ﻤﺎ‬

“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, dan Kami perintahkan
kepadanya, “Bersyukurlah kepada Allah”. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah,
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ” (Luqman : 12)

1/5
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur kepada-Nya atas hikmah
yang telah dianugerahkan kepada dirinya. Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di rahimahullah
menjelasakan bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur
kepada Allah atas apa yang telah Allah berikan kepada-Nya agar Allah senantiasa
memberkahinya dan terus menambah nikmat dan keutamaan kepada dirinya. Allah juga
menceritakan bahwa syukurnya orang yang bersyukur pasti manfaatnya akan kembali
kepada dirinya sendiri. Dan sebaliknya barangsiapa yang kufur dan enggan bersyukur
kepada Allah maka kerugian dan kesengsaraan juga akan kembali kepada dirinya sendiri.
(Lihat Tafsir As Sa’di)

Perintah Allah kepada Luqman dalam ayat ini menjadi pelajaran dan wasiat bagi kita
semua, hendaknya kita sebagai hamba harus senantiasa bersyukur kepada Allah.

Baca Juga: Bersyukur Ketika Senang, Bersabar Ketika Mendapat Bencana

Makna dan Hakikat Syukur


Dalam firman Allah ( ِ‫ﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻠﻪ‬
ْ ‫( )ا‬beryukurlah kepada Allah) terdapat huruf lam yang
menunjukkan kekhususan dan keistimewaan. Artinya syukur secara mutlak hanyalah
boleh ditujukan kepada Allah saja dan tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.Oleh
karena itu seorang hamba wajib dalam hatinya hanya bersyukur kepada Allah.

Syukur maknanya adalah merealisasikan ketaatan kepada Allah yang telah memberi
nikmat dengan cara meyakininya dalam hati, memuji dengan lisan, dan melakukaan taat
dengan anggota badan. Maka yang terkait dengan syukur meliputi lisan, hati, dan juga
seluruh anggota badan.

Ada perbedaan antara syukur dan pujian. Seseorang bersyukur disebabkan karena
adanya nikmat dari Allah. Adapaun pujian (‫ )اﻟﺤﻤﺪ‬penyebabnya adalah adanya
kesempurnaan dari yang dipuji dan adanya pemberian darinya. Sehingga seorang
hamba memuji Allah disebabkan karena dua alasan, yaitu kesempurnaan Allah dan juga
memuji-Nya karena nikmat yang Allah berikan kepada hamba tersebut. Namun memuji
hanya terbatas dilakukan oleh lisan saja. Adapun bersyukur maka meliputi syukur
dengan hati, lisan, dan anggota badan.

Baca Juga: Sujud Syukur Setiap Selesai Shalat

Faidah Bersyukur

Allah Ta’ala menjelasakan :

ِ ‫ﺸﻜ ُُﺮ ﻟ ِﻨ َْﻔ‬


ِ ‫ﺴﻪ‬ َ ‫ﺸﻜ ُْﺮ ﻓَﺈ ِﻧ‬
ْ َ ‫ﻤﺎ ﻳ‬ ْ َ ‫ﻣﻦ ﻳ‬
َ َ

“Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri. “

2/5
Apa maksud ayat ini ? Para ulama tafsir menjelasakan bahwa pahala syukur akan
kembali kepada orang yang bersyukur. Maka ini merupakan manfaat yang akan kembali
kepada dirinya. Bukanlah maksudnya syukur akan kembali kepada Allah dan
memberikan manfaat untuk Allah, karena hakikatnya Allah tidak mendapat manfaat dari
ketaatan hamba-Nya dan tidak pula mendapat mudharat dari kemaksiatan hamba-Nya.
Oleh karena itu faidah dan manfaat dari besyukur kembalinya kepada orang yang telah
bersyukur tersebut.

Dalil-dail lain yang menyebutkan tentang hal ini di antaranya :

ِ ‫ﺻﺎﻟ ِﺤﺎ ً ﻓَﻠ ِﻨ َْﻔ‬


ِ ‫ﺴﻪ‬ َ ‫ﻤ‬
َ ‫ﻞ‬ ِ َ‫ﻦ ﻋ‬
ْ ‫ﻣ‬
َ

“ Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih maka (pahalanya) untuk dirinya sendir i “
(Fushilat : 46)

‫ن‬
َ ‫ﻤﻬَﺪ ُو‬
ْ َ‫ﻢ ﻳ‬ ِ ‫ﺻﺎﻟ ِﺤﺎ ً ﻓَِﻸ َﻧُﻔ‬
ْ ِ ‫ﺴﻬ‬ َ ‫ﻤ‬
َ ‫ﻞ‬ ِ َ‫ﻦ ﻋ‬
ْ ‫ﻣ‬
َ َ‫و‬

“ Dan barangsiapa yang beramal shalih maka untuk diri mereka sendirilah mereka
menyiapkan (tempat yang menyenangkan) “ (Ar Ruum : 44)

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ﻓﻰ‬ ِ ‫ﻚ‬َ ِ ‫ﻣﺎ َزادَ ذَﻟ‬ ْ ُ ‫ﻣﻨ ْﻜ‬


َ ‫ﻢ‬ ِ ‫ﺪ‬
ٍ ‫ﺣ‬
ِ ‫وا‬
َ ‫ﻞ‬
ٍ ‫ﺟ‬ ِ ْ ‫ﻗﻠ‬
ُ ‫ﺐ َر‬ َ ْ ‫ﻋﻠ َﻰ أ َﺗ‬
َ ‫ﻘﻰ‬ َ ‫ﻢ ﻛ َﺎﻧ ُﻮا‬
ْ ُ ‫ﺟﻨ ﻜ‬
ِ ‫و‬ ْ ُ ‫ﺴﻜ‬
َ ‫ﻢ‬ َ ْ ‫وإ ِﻧ‬ ْ ُ ‫ﺧَﺮﻛ‬
َ ‫ﻢ‬ ِ ‫وآ‬
َ ‫ﻢ‬
َ َ َ‫ﻟ‬
ْ ُ ‫ﻮ أن أوﻟ َﻜ‬
ْ
ً‫ﺷﻴ ْﺌﺎ‬َ ‫ﻣﻠ ْﻜ ِﻰ‬ ُ

“ Seandainya orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, seluruh manusia dan
jin, mereka semua bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, maka
niscaya tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. “ (H.R Muslim) (Lihat at Tashiil li
Ta’wwil at Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawy )

Baca Juga: Rahasia Syukur, Sabar, dan Istighfar

Tidak Bersyukur Berarti Kufur


Lawan dari syukur adalah kufur. Allah berfirman :

ٌ ‫ﻤﻴ ﺪ‬
ِ ‫ﺣ‬ َ ‫ﻣﻦ ﻛ ََﻔَﺮ ﻓَﺈ ِن اﻟﻠ‬
َ ‫ﻪ ﻏ َﻨ ِﻲ‬ َ َ‫و‬

“ Dan barangsiapa yang tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji. ” (Luqman : 12)

Perlu diingat, bahwa perbuatan orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah sama
sekali tidak akan memberi mudahrat bagi Allah dan sedikitpun tidak mengurangi
kekuasaan Allah karena Dia adalah Al Ghaniy (Zat Yang Maha Kaya dan Tidak
Membutuhkan Selainnya) . Demikian pula perbuatan orang-orang yang kufur tidak akan
mengurangi hikmah dan keadilan Allah, karena Dia adalah Al Hamiid (Zat Yang Maha
Terpuji)

3/5
Maka adanya orang yang bersyukur terhadap nikmat Allah dan ada pula orang-orang
yang berbuat kufur terhadap nikmat tersebut terdapat hikmah di dalamnya. Hikmahnya
adalah untuk membedakan keutaaman syukur dan bahayanya perbuatan kufur. Jika
tidak ada bedanya, maka kondisi manusia akan sama sehingga niscaya tidak bisa
terbedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.

Baca Juga: Keutamaan Orang Kaya Yang Bersyukur

Faidah Ayat
Surat Luqman ayat ke-12 ini mengandung beberapa faidah :

1. . Penjelasan adanya anugerah hikmah yang Allah berikan kepada Luqman.


2. . Hikmah terkadang Allah berikan kepada hamba-Nya yang bukan Nabi, karena
menurut jumhur ulama Luqman bukanlah termasuk Nabi.
3. . Wajibnya bersyukur kepada Allah, karen Allah memerintahkan ( ِ‫ﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻠﻪ‬
ْ ‫()ا‬
bersyukurlah kepada Allah )
4. . Syukur kepada Allah termasuk bagian dari hikmah, karena hikmah maknanya
adalah sesuai dengan kebenaran dan menempatkan sesuatu sesuai dengan
semestinya. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang bersyukur berarti dia telah
merealisasikan hal tersebut.
5. . Balasan syukur kembalinya kepada hamba yang telah bersyukur tersebut.
6. . Orang yang mendapat anugerah hikmah maka hendaknya lebih bersyukur
kepada Allah dibanding dengan yang tidak mendapatkannya.
7. . Allah tidak mendapat manfaat sedikitpun dari ketaatan orang yang berbuat taat,
bahkan ketaatan tersebut manfaatnya akan kembali kepada hamba itu sendiri.
8. . Perbuatan kufur tidak sedikitpun memberikan mudharat bagi Allah.
9. . Penentapan adanya dua nama bagi Allah yaitu Al Ghaniy (Zat Yang Maha Kaya dan
Tidak Membutuhkan Selainnya) dan Al Hamiid (Zat Yang Maha Terpuji) serta
kandungan sifat yang ada dalam dua nama tersbut.
10. . Allah disifat dengan dua sifat sekaligus yaitu ghinaa (tidak membutuhkan yang
lain) dan al hamd (yang terpuji). Tidak setiap yang ghaniy itu terpuji dan tidak
setiap yang terpuji itu ghaniy. Adapun Allah memiliki kedua sifat tersebut sekaligus
yang menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat Nya.

Demikian pembahasan surat Luqman ayat ke-12. Semoga Allah menjadikan kita termsuk
hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas setiap nikmat yang kita
dapatkan.

Baca Juga:

Syukur di Kala Meraih Sukses


Melestarikan Tauhid Dengan Dzikir dan Syukur

Penulis : Adika Mianoki

4/5
Artikel: Muslim.or.id

Sumber bacaan utama : Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin
Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

5/5
Wasiat Luqman (Bag. 2) : Laa Tusyrik Billah !
muslim.or.id/53861-wasiat-luqman-bag-2-laa-tusyrik-billah.html

dr. Adika Mianoki, January 10,


Sp.S. 2020

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag.1) : Bersyukurlah kepada Allah

Daftar Isi sembunyikan


1. Wasiat Pertama Luqman pada Anaknya
2. Mengapa Syirik Disebut Kezaliman yang Besar ?
3. Besarnya Bahaya Syirik
4. Faidah-Faidah Ayat

Wasiat Pertama Luqman pada Anaknya


Wasiat pertama Luqman kepada anaknya adalah tentang larangan berbuat syirik. Allah
Ta’ala berfirman :

‫ﻢ‬
ٌ ‫ﻋﻈِﻴ‬ ٌ ْ ‫ك ﻟ َﻈُﻠ‬
َ ‫ﻢ‬ َ ‫ﻪ إ ِن اﻟﺸْﺮ‬ ْ ‫ﺮ‬
ِ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬ ْ ُ ‫ﻪ ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲ َﻻ ﺗ‬
ِ ‫ﺸ‬ ُ ُ ‫ﻌﻈ‬
ِ َ‫ﻮ ﻳ‬
َ ‫ﻫ‬
ُ ‫و‬
َ ‫ﻪ‬
ِ ِ ‫ن ِﻻﺑ ْﻨ‬
ُ ‫ﻤﺎ‬ ْ ُ‫ل ﻟ‬
َ ‫ﻘ‬ َ ْ‫وإ ِذ‬
َ ‫ﻗﺎ‬ َ

“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah.
Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar. ” (Luqman : 13)

Laa Tusyrik Billah ! : Larangan Berbuat Syirik dalam Bentuk Apapun

Makna firman Allah :


1/5
‫ﻪ‬ ْ ‫ﺮ‬
ِ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬ ْ ُ ‫َﻻ ﺗ‬
ِ ‫ﺸ‬

“ Janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah “

Maksudnya adalah janganlah menjadikan sesuatu selain Allah sebagai sekutu dalam
beribadah, dalam penciptaan dan takdir, serta dalam masalah nama dan sifat Allah.

Seperti yang kita ketahui bahwasanya tauhid dibagi menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyyah,
tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Maka kesyirikan pun mencakup syirik dalam
tiga tauhid di atas. Barangsiapa meyakini ada pencipta selain Allah maka dia telah
melakukan kesyirikan dalam rububiyyah. Barangsiapa meyakini bahwa ada yang berhak
untuk disembah selain Allah maka dia telah syirik dalam uluhiyyah. Dan barangsiapa
yang menyelisihi dan menolak nama dan sifat Allah maka dia telah syirik dalam asma’ wa
shifat. Larangan berbuat syirik mencakup larangan berbuat syirik dalam tiga bantuk
tauhid ini.

Baca Juga: Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan?

Mengapa Syirik Disebut Kezaliman yang Besar ?


Diriwayatkan dari sahabat ‘Abdulah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ketika
turun ayat :

ْ ُ ُ ِ ‫ﻢ ﻳ َﻠ ْﺒ‬
ْ َ ‫وﻟ‬
ٍ ‫ﻢ ﺑ ِﻈﻠﻢ‬
ْ ‫ﻬ‬
ُ َ ‫ﻤﺎﻧ‬
َ ‫ﺴﻮا إ ِﻳ‬ َ ‫ﻣﻨ ُﻮا‬
َ ‫ﻦآ‬
َ ‫ﺬﻳ‬
ِ ‫اﻟ‬

“ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
” ( Al An’am: 82). Para sahabat mearasa berat dan khawatir dengan turunnya ayat ini.
Mereka berkata, “ Siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya sendiri ?” Maka
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Itu bukanlah kezaliman seperti yang
kalian sangkakan. Ini adalah kezaliman sebagaimana yang telah diwasiatkan Luqman
kepada anaknya :

‫ﻢ‬
ٌ ‫ﻋﻈِﻴ‬ ٌ ْ ‫ك ﻟ َﻈُﻠ‬
َ ‫ﻢ‬ َ ‫ﻪ إ ِن اﻟﺸْﺮ‬ ْ ‫ﺮ‬
ِ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬ ْ ُ ‫ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲ َﻻ ﺗ‬
ِ ‫ﺸ‬

“Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah. Sesungguhnya
perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman : 13) (HR. Bukhari
dan Muslim)

Kezaliman berarti mengurangi hak kepada yang seharusnya mendapatkannya.


Seseorang yang berbuat syirik berarti telah mengurangi hak Allah Ta’ala. Tidak ada
kezaliman yang lebih besar daripada perbuatan syirik, karena kezaliman syirik lebih
besar dari segala macam kezaliman yang lainnya.

Allah yang menciptakan dirimu, menjadikanmu dari ketiadaaan. Dialah yang telah
memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupanamu. Dialah yang
menyediakan berbagai hal yang bermanfaat untukmu. Dialah Allah yang telah

2/5
mengadakan, menyediakan, dan mempersiapkan itu semua untukmu. Jika demikian,
maka tidak ada seorangpun yang lebih besar haknya bagimu dibandingkan hak Allah.

Jika engkau mengurangi hak-Nya, maka itu meruapakan kezaliman yang paling besar.
Barangsiapa yang paling banyak perbuatan baiknya kepadamu, maka melakukan
perbuatan jelek kepadanya adalah perbuatan yang paling jelek dibandingkan perbuatan
jelek kepada yang lainnya. Karena sesungguhnya Allah lah Zat yang telah banyak berjasa
dengan berbuat baik kepadamu, memberimu segala sesuatu, dan juga mendidikmu. Jika
dirimu berbuat kejelekan kepada-Nya maka itu lebih besar dosanya daripada seandainya
engkau berbuat kejelekan kepada yang tidak berjasa kepadamu.

Hak Allah yang terbesar yang harus kita tunaikan adalah mentauhidkan-Nya dan tidak
sedikitpun berbuat syirik kepada-Nya. Maka barangsiapa yang tidak menunaikan hak ini
maka dia telah melakukan perbuatan kezaliman yang paling besar. Maka benarlah ketika
Allah berfirman :

‫ﻢ‬
ٌ ‫ﻋﻈِﻴ‬ ٌ ْ ‫ك ﻟ َﻈُﻠ‬
َ ‫ﻢ‬ َ ‫إ ِن اﻟﺸْﺮ‬

“ Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar. ” ( Luqman : 13)

Baca Juga: Penggunaan Jimat atau Rajah Tetap Syirik, Walau Berkeyakinan Sekedar
Sebab

Besarnya Bahaya Syirik


Di antara bahaya dan kejelekan perbuatan syirik adalah :

1. . Syirik adalah kezaliman yang paling besar sebagaimana penjelasan di atas.


2. . Syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni, jika seseorang mati dengan
membawa dosa syirik. Allah Ta’ala berfirman :

َ َ ‫ﻤﻦ ﻳ‬
ُ ‫ﺸﺎء‬ َ ِ ‫ن ذَﻟ‬
َ ِ‫ﻚ ﻟ‬ َ ‫ﻣﺎ دُو‬
َ ‫ﻔُﺮ‬
ِ ‫ﻐ‬
ْ َ ‫وﻳ‬
َ

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.“ (An Nisaa’ : 48)

3. Syirik merupakan kedustaan dan dosa kepada Allah

ً ‫ﻋﻈِﻴﻤﺎ‬
َ ً ‫ﻓﺘ ََﺮى إ ِﺛ ْﻤﺎ‬
ْ ‫ﺪا‬ َ ‫ﻓ‬
ِ ‫ﻘ‬ ِ ّ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬
َ ‫ﻪ‬ ْ ‫ﺮ‬ ْ ُ ‫ﻣﻦ ﻳ‬
ِ ‫ﺸ‬ َ ‫و‬
َ

“ Barangsiapa yang berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar. “ (An Nisaa’ : 48)

4. Syirik merupakan kesesaatan yang sangat jauh

ً ‫ﻌﻴ ﺪا‬
ِ َ ‫ﺿﻼ َﻻ ً ﺑ‬
َ ‫ﺿﻞ‬ َ ‫ﻓ‬
َ ْ ‫ﻘﺪ‬ ِ ّ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬
َ ‫ﻪ‬ ْ ‫ﺮ‬ ْ ُ ‫ﻣﻦ ﻳ‬
ِ ‫ﺸ‬ َ ‫و‬
َ

3/5
“ Barangsiapa yang berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An Nisaa’:116)

5. Syirik menghapus amal dan menghilangkan pahala kebaikan.

َ ‫ﻤﻠ ُﻮ‬
‫ن‬ ْ َ ‫ﻬﻢ ﻣﺎ ﻛ َﺎﻧ ُﻮا ْ ﻳ‬
َ ‫ﻌ‬ ُ ْ ‫ﻋﻨ‬ َ ِ ‫ﺤﺒ‬
َ ‫ﻂ‬ ْ َ‫ﻮ أ‬
َ َ ‫ﺷَﺮﻛ ُﻮا ْ ﻟ‬ ْ َ‫َﻟ‬

“ Seandainya mereka berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan. “ (Al An’am : 88)

‫ﻦ‬
َ ‫ﺮﻳ‬
ِ ‫ﺳ‬ َ ْ ‫ﻦ اﻟ‬
ِ ‫ﺨﺎ‬ ِ ‫وﻟ َﺘ َﻜ ُﻮﻧ َﻦ‬
َ ‫ﻣ‬ َ ُ ‫ﻤﻠ‬
َ ‫ﻚ‬ َ ‫ﺤﺒ َﻄَﻦ‬
َ ‫ﻋ‬ ْ َ ‫ﺖ ﻟ َﻴ‬ ْ َ‫ﻦ أ‬
َ ْ ‫ﺷَﺮﻛ‬ ْ ِ ‫ﻚ ﻟ َﺌ‬
َ ِ ‫ﻗﺒ ْﻠ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﻦ‬ ِ ‫وإ ِﻟ َﻰ اﻟ‬
َ ‫ﺬﻳ‬ َ ْ ‫ﻲ إ ِﻟ َﻴ‬
َ ‫ﻚ‬ ِ ‫ﻘﺪْ أ ُو‬
َ ‫ﺣ‬ َ َ ‫وﻟ‬
َ

“ Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu.
“Jika kamu berbuat syirik dengan mempersekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. “ (Az Zumar : 65)

7. Syirik merupakan dosa besar yang paling besar.

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ْ ِ ‫ ا َْﻹ‬:‫ل‬ َ ُ َ
‫ﻪ‬ ُ ‫ﺷَﺮا‬
ِ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬ َ ،‫ﻪ‬
َ ‫ﻗﺎ‬ َ ‫ﻮ‬
ِ ‫ل ا ﻟﻠ‬ ُ ‫ ﺑ َﻠ َﻰ ﻳ َﺎ َر‬:‫ﻗﻠ ْﻨ َﺎ‬
ْ ‫ﺳ‬ ُ -‫ﺛ ََﻼﺛ ًﺎ‬- ‫ﺮ؟‬
ِ ِ ‫ﺮ اﻟ ْﻜ َﺒ َﺎﺋ‬ ْ ُ ‫أَﻻ أﻧ َﺒﺌ ُﻜ‬
ِ َ ‫ﻢ ﺑ ِﺄﻛ ْﺒ‬

” Maukah aku beritahukan kepadamu dosa besar yang paling besar?” –Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya tiga kali–. Kami (para Shahabat) menjawab, “Tentu, wahai
Rasûlullâh.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbuat syirik dengan
menyekutukan Allâh … “ (H.R Bukhari dan Muslim)

8. Syirik menyebabkan pelakunya haram masuk surga.

َ ْ ‫ﺔو‬
‫ر‬
ٍ ‫ﺼﺎ‬
َ ‫ﻦ أﻧ‬
ْ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﻦ‬
َ ‫ﻤﻴ‬
ِ ِ ‫ﻣﺎ ﻟ ِﻠﻈﺎﻟ‬
َ ‫و‬
َ ‫واهُ اﻟﻨﺎُر‬
َ ‫ﻣﺄ‬ َ ْ ‫ﻪ اﻟ‬
َ َ َ ‫ﺠﻨ‬ ِ ‫ﻋﻠ َﻴ‬ ُ ّ ‫م ا ﻟﻠ‬
َ ‫ﻪ‬ َ ‫ﺣﺮ‬ َ ‫ﻓ‬
َ ْ ‫ﻘﺪ‬ ِ ّ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬
َ ‫ﻪ‬ ْ ‫ﺮ‬ ْ ُ ‫ﻣﻦ ﻳ‬
ِ ‫ﺸ‬ َ

“ Sesungguhnya orang yang berbuat syirik dengan mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. “ (Al Maidah :72)

Baca Juga: Membaca Al Quran Namun Berbuat Syirik

Faidah-Faidah Ayat
1. . Bersikap lembut kepada orang yang diajak bicara agar nasihatnya bisa diterima.
Luqman memanggil kepada anaknya ( ‫( ) ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲ‬Wahai anakku) yang merupakan
panggilan lembut dan kasih sayang seorang bapak kepada anakknya.
2. . Sangat pentingnya nasihat ini, karena berasal dari seroang bapak yang amat
menyayangi anaknya. Ini menunjukkan nasihat dan wasiat yang disampaikan
merupakan perkara yang sangat penting.
3. . Haramnya perbautan syirik, karena Allah telah melarang (‫ﻪ‬ ْ ‫ﺮ‬
ِ ‫ك ﺑ ِﺎﻟﻠ‬ ْ ُ ‫) َﻻ ﺗ‬
ِ ‫ﺸ‬
4. . Wajibnya untuk bertauhid, karena larangan dari berbuat syirik menuntut
seseorang untuk mentauhidkan Allah.
4/5
5. . Syirik merupakan kezaliman yang paling besar, karena Allah berfirman

(‫ﻢ‬
ٌ ‫ﻋﻈِﻴ‬ ٌ ْ ‫ك ﻟ َﻈُﻠ‬
َ ‫ﻢ‬ َ ‫)إ ِن اﻟﺸْﺮ‬

1. . Hendaknya ketika menjelaskan suatu hukum berikut disertai dengan alasannya,


sebagaimana Allah menjelaskan larangan syirik disertai penyebutan alasannya
yaitu karena syirik merupakan perbuatan kezaliman.
2. . Mengajak kepada tauhid dan memperingatkan dari syirik merupakan perkara
yang merupakan poros dan pondasi dalam dakwah, karena Luqman memulai
nasihat kepada anaknya dengan nasihat pertama berupa larangan dari berbuat
syirik sebelum menyampaikan nasihat yang lainnya.
3. . Arahan dan anjuran bagi para bapak untuk senantiasa menasihati anak-anaknya
dengan kebaikan.

Semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita di atas jalan tauhid dan
menjauhkan diri kita dari berbagai bentuk perbuatan syirik.

Baca Juga:

Parahnya Praktek Syirik Di Masa Kini


Apakah Mengikuti Hawa Nafsu Itu Syirik Akbar?

Penulis : Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Referensi :

(1). Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah

(2). At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

5/5
Wasiat Luqman (Bag. 3) : Birrul Walidain
muslim.or.id/54118-wasiat-luqman-bag-3-birrul-walidain.html

dr. Adika Mianoki, January 21,


Sp.S. 2020

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag. 2) : Laa Tusyrik Billah !

Daftar Isi sembunyikan


1. Alquran Surat Luqman:14
2. Perintah Birrul Walidain dan Betapa Agung Kedudukannya dalam Islam
3. Bakti kepada Ibu Lebih Utama
4. Bersyukur Kepada Keduanya Setelah Bersyukur Kepada Allah
5. Faidah-Faidah Ayat

Alquran Surat Luqman:14


َ ‫ووﺻﻴﻨﺎ اْﻹﻧﺴﺎن ﺑﻮاﻟ ِﺪﻳﻪ ﺣﻤﻠ َﺘﻪ أ ُﻣﻪ وﻫْﻨﺎ ً ﻋ َﻠ َﻰ وﻫْﻦ وﻓﺼﺎﻟ ُﻪ ﻓﻲ ﻋ َﺎﻣﻴ‬
‫ﺼﻴُﺮ‬ َ ْ ‫ﻚ إ ِﻟ َﻲ اﻟ‬
ِ ‫ﻤ‬ َ ْ ‫ﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻲ وَﻟ ِﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ‬
ْ ‫نا‬
ِ ‫ﻦأ‬ِ ْ َ ِ ُ َ ِ َ ٍ َ َ ُ ُ ْ َ َ ِ َْ َ ِ َ َ ِ َْ َ َ

“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu,
hanya kepada-Ku kalian akan kembali.” (Luqman : 14)

Baca Juga: Hukum Mencium Tangan dan Kaki Orang Tua

Perintah Birrul Walidain dan Betapa Agung


1/5
Perintah Birrul Walidain dan Betapa Agung
Kedudukannya dalam Islam
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua
orang tuanya. Allah memerintahkan untuk berbakti kepada keduanya setelah
menjelaskan tentang larangan berbuat kesyirikan. Ini menunjukkan berbuat baik kepada
kedua orang tua memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam.

Berulang kali dalam banyak ayat Allah menyebutkan kewajiban untuk menunaikan hak
kedua orang tua setelah memerintahkan untuk menunaikan hak Allah, yaitu hanya
beribadah kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kesyirikan. Ini menunjukkan bahwa
hak kedua orang tua adalah hak yang terbesar setelah hak Allah dan rasul-Nya. Allah
Ta’ala berfirman dalam beberapa ayat-Nya :

ً ‫ﺴﺎﻧﺎ‬
َ ‫ﺣ‬
ْ ِ‫ﻦ إ‬ ْ ً َ
ِ ْ ‫ﺷﻴ ْﺌﺎ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ‬

“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan


berbuat baiklah kepada kedua orang tua. “ (An Nisaa’:36)

ً ‫ﺴﺎﻧﺎ‬ ْ ْ َ َ ‫و ﻗ َﻀ ﻰ ر ﺑ‬
َ ‫ﺣ‬
ْ ِ‫ﻦ إ‬
ِ ْ ‫ﻚ أﻻ ﺗ َﻌْﺒ ُﺪ ُوا إ ِﻻ إ ِﻳﺎه ُ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ‬ َ َ َ

“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.“ (Al Isra’: 23)

ً ‫ﺴﺎﻧﺎ‬
َ ‫ﺣ‬
ْ ِ‫ﻦ إ‬ ْ ً َ ِ‫ﺑ ِﻪ‬
ِ ْ ‫ﺷﻴ ْﺌﺎ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ‬

“ Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang tua. ” (Al An’am 151)

ً ‫ﺴﺎﻧﺎ‬
َ ‫ﺣ‬
ْ ِ‫ﻦ إ‬ ْ َ ّ ‫ن إ ِﻻ اﻟﻠ‬
ِ ْ ‫ﻪ وَﺑ ِﺎﻟﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ‬ َ ‫ﻞ ﻻ َ ﺗ َﻌْﺒ ُﺪ ُو‬
َ ‫ﺳَﺮاﺋ ِﻴ‬
ْ ِ ‫ﻣﻴﺜ َﺎقَ ﺑ َﻨ ِﻲ إ‬ َ َ ‫وَإ ِذ ْ أ‬
ِ ‫ﺧﺬ ْﻧ َﺎ‬

“ Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada kedua orang tua.“ (Al Baqarah :
83). ( At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Tafsir Surat Luqman )

Baca Juga: Kenapa Seseorang Lari dari Anak, Istri, dan Orang Tuanya di Hari
Kiamat?

Bakti kepada Ibu Lebih Utama


Dalam ayat ini disebutkan bagaimana kesusahan seorang ibu ketika mengandung
anaknya :

ُ ‫ﺣﻤﻠ َﺘ‬
‫ﻦ‬
ِ ْ ‫ﻣﻴ‬ ُ ُ ‫ﺼﺎﻟ‬
َ ‫ﻪ ﻓِﻲ ﻋ َﺎ‬ َ ِ‫ﻦ وَﻓ‬ َ ً
ٍ ْ‫ﻪ وَﻫْﻨﺎ ﻋ َﻠﻰ وَﻫ‬
ُ ‫ﻪ أﻣ‬
ُ ْ َ َ

“ Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan


menyapihnya selama dua tahun “
2/5
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam :

،‫ﻚ‬َ ‫أ ُﻣ‬ ‫ﻦ أ َﺑ َﺮ‬


ْ ‫ﻣ‬
َ
‫ب‬ َ
ْ ‫ﻓﺎ ﻷ‬
َ ‫ﻗَﺮ‬ َ ‫ب‬ ْ ‫ ﺛ ُﻢ اﻷ‬، ‫ أﺑﺎك‬: ‫ﻦ أ َﺑ َﺮ ؟ ﻗﺎل‬
َ ‫ﻗَﺮ‬ َ
ْ ‫ﻣ‬ ُ ْ‫ُ ﻠ‬
َ :‫ﺖ‬

“ Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab:
Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu
siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu orang yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya”
(HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, hasan).

Apakah yang dimaksud firman Allah (‫ﻦ‬


ٍ ‫ﻫ‬ َ ‫ﻋﻠ َﻰ‬
ْ ‫و‬ َ ً ‫ﻫﻨ ﺎ‬ َ )?
ْ ‫و‬

Imam Mujahid menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah kesulitan ketika mengandung
anak. Imaam Qatadah menjelaskan maksudnya adalah ibu mengandung dengan penuh
usaha yang berat. ‘Atha’ al Kharasani menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah ibu
mengandung dalam keadaan kondisi lemah yang terus semakin bertambah lemah.
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Adziim)

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelasakan bahwa hak ibu lebih wajib ditunaikan
daripada hak bapak. Allah Ta’ala menyebutkan apa yang dialami ibu berupa berat dan
kesulitan saat hamil mengisyaratkan bahwasanya hak ibu lebih besar. Kesulitan yang
dialami ibu tidaklah dialami oleh bapak, hanya ibu yang mengalami kesulitan dan rasa
berat tersebut. Memang benar bahwa bapak juga mengalami kesulitan yang lain seperti
misalnya ketika menceri nafkah atau kesulitan yang lain. Akan tetapi penderitaan fisik
bagi seorang ibu ketika hamil tidak seperti yang dialami oleh bapak. Oleh karena itu ibu
memiliki hak yang lebih besar untuk ditunaikan daripada bapak. (Tafsir Surat Luqman,
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah)

Baca Juga: Pulang Kampung Kesempatan Berbakti dan Berdakwah Kepada Orang
Tua

Bersyukur Kepada Keduanya Setelah Bersyukur Kepada


Allah
Jika kita telah mengetahui bagaiamana beratnya kedua orang tua mengasuh dan
mendidik kita sejak kecil, maka menjadi kewajiban kita untuk berterima kasih dan
berbakti kepada keduanya. Allah Ta’ala berfirman :

َ
‫ﺼﻴُﺮ‬ َ ْ ‫ﻚ إ ِﻟ َﻲ اﻟ‬
ِ ‫ﻤ‬ َ ْ ‫ﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻲ وَﻟ ِﻮَاﻟ ِﺪ َﻳ‬
ْ ‫نا‬
ِ ‫أ‬

“ Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku kalian akan
kembali.” (Luqman : 14)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman :

‫ﻐﻴًﺮا‬
ِ ‫ﺻ‬ َ َ ‫ﻤﺎ ﻛ‬
َ ‫ﻤﺎ َرﺑﻴ َﺎﻧ ِﻲ‬ َ ‫ﻬ‬
ُ ‫ﻤ‬
ْ ‫ﺣ‬
َ ‫ﻞ َرب اْر‬ ُ ‫و‬
ْ ‫ﻗ‬ َ
3/5
“Dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil” (Al Isra’: 24).

Yang dimaksud bersyukur kepada Allah adalah dengan dengan mewujudkan


peribadatan hanya kepada-Nya, menunaikan hak-hak Allah, serta tidak menggunakan
nikmat yang Allah berikan untuk berbuat maksiat. Adapun bersyukur kepada kedua
orang tua yaitu berbuat baik kepada keduanya dengan berkata yang lemah lembut,
melakukan perbuatan yang baik, bersikap tawadhu’, menghormati dan memuliakan
mereka, membantu kebutuhan mereka, serta meninggalkan berbagai perkataan
maupun perbuatan yang menyakiti mereka”. (Taisiir Al Karimir Rahman Tafsir Surat
Luqman).

Dalam ayat ini didahulukan penyebutan syukur kepada Allah daripada kepada kedua
orang tua. Meskipun hak orang tua sangat besar, namun hak Allah tetap harus
didahulukan daripada hak-hak yang lainnya.

Baca Juga: Orang Tua Tidak Pernah Menafkahi, Wajibkah Anak Tetap Berbakti?

Faidah-Faidah Ayat
1. Ayat ini menunjukkan perhatian dari Allah kepada para hamba dalam berinteraksi
dengan kedua orang tua. Oleh karena itu Allah mewasiatkan para hamba untuk berbuat
baik kepada kedua orang tuanya.

2. Allah lebih kasih sayang kepada para orang tua daripada anak kepada kedua orang
tuanya, karena Allah lah yang memerintahkan anak untuk berbakti kepada kedua orang
tuanya tersebut.

3. Penjelasan tentang agungnya kedudukan berbakti kepada kedua orang tua karena
Allah menjadikannya sebagai wasiat untuk para hamba, yaitu sesuatu perjanjian yang
sangat ditekankan yang hendaknya ditunaikan..

4. Hak ibu lebih wajib ditunaikan daripada hak bapak.

5. Hendaknya para ibu bersabar ketika mengalami berbagai kesusahan dan rasa berat
yang dirasakan selama hamil, karena demikianlah hal yang dialami wanita ketika hamil,
sebagaimana Allah berfirman :

‫ﻦ‬ َ ً ُ ‫ﺣﻤﻠ َﺘ‬


ٍ ْ‫ﻪ وَﻫْﻨﺎ ﻋ َﻠﻰ وَﻫ‬
ُ ‫ﻪ أﻣ‬
ُ ْ َ َ

“ Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, ” (Luqman :


14)

6. Ayat ini menunujukkan bahwa waktu minimal kehamilan normal adalah enam bulan.
Hal ini berdasarkan ayat :

‫ﻦ‬
ِ ْ ‫ﻣﻴ‬ ُ ُ ‫ﺼﺎﻟ‬
َ ‫ﻪ ﻓِﻲ ﻋ َﺎ‬ َ ِ‫وَﻓ‬
4/5
“ dan menyapihnya dalam dua tahun “

Sementara dalam ayat lain Allah berfriman :

ً ‫ﺷﻬْﺮا‬ َ ‫ﻪ ﺛ ََﻼﺛ ُﻮ‬


َ ‫ن‬ ُ ُ ‫ﺼﺎﻟ‬ ُ ُ ‫ﻤﻠ‬
َ ِ‫ﻪ وَﻓ‬ ْ ‫ﺣ‬
َ َ‫و‬

“ Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan “ (Al Ahqaf : 15).

Total seluruh masa hamil dan menyusui adalah 30 bulan, sedangkan masa menyusui
selama 24 bulan, sehingga minimal masa kehamilan seorang wanita normal adalah 6
bulan.

7. Wajib bersyukur kepada kedua orang tua sebagaimana wajibnya bersyukur kepada
Allah. Akan tetapi syukur kepada Allah lebih didahulukan daripada kepada kedua orang
tua. ( Lihat Tafsir Surat Luqman, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah)

Semoga kita dimudahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Kita berharap
mudah-mudahan Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita dan dosa kedua orang tua
kita.

Baca Juga:

Kafirkah Kedua Orang Tua Nabi? (Antara Dalil Dan Perasaan)


Beberapa Adab Terhadap Orang Tua

Penulis : Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Referensi :

1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
4. . At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

5/5
Wasiat Luqman (Bag. 4) : Tidak Boleh Taat Orang Tua
Dalam Perkara Maksiat
muslim.or.id/54448-wasiat-luqman-bag-4-tidak-boleh-taat-orang-tua-dalam-perkara-maksiat.html

dr. Adika Mianoki, February 7,


Sp.S. 2020

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag. 3) : Birrul Walidain

Daftar Isi sembunyikan


1. Ketaatan pada Orang Tua Tidak Mutlak
2. Jika Orangtua Menyuruh Berbuat Syirik
3. Tetap Berbuat Baik Meskipun Orangtua Musyrik
4. Mengikuti Jalan Orang yang Taat
5. Faidah Ayat

Ketaatan pada Orang Tua Tidak Mutlak


Pembahasan ayat sebelumnya menjelaskan tentang wajibnya berbakti kepada orang tua
dan berbuat baik kepada mereka. Namun ketaatan kepada mereka tidak secara mutlak
dalam seluruh perkara. Selama itu dalam ketaatan pada Allah atau masih dalam
kebaikan, maka perintah mereka harus ditaati. Adapun jika mereka memerintahkan
untuk berbuat syirik, maksiat dan bid’ah, maka tidak ada ketaatan kepada keduanya.

Allah Ta’ala berfirman :

1/5
َ ‫ﺳﺒ ِﻴ‬
‫ﻞ‬ َ ْ‫ﻣﻌُْﺮوﻓﺎ ً وَاﺗﺒ ِﻊ‬ َ ‫ﻤﺎ ﻓِﻲ اﻟﺪﻧ ْﻴ َﺎ‬ َ ُ‫ﺣﺒ ْﻬ‬
ِ ‫ﺻﺎ‬
َ َ ‫ﻤﺎ و‬َ ُ‫ﻢ ﻓََﻼ ﺗ ُﻄ ِﻌْﻬ‬ٌ ْ ‫ﻋﻠ‬ َ َ‫ﺲ ﻟ‬
ِ ِ‫ﻚ ﺑ ِﻪ‬ َ ْ ‫ﻣﺎ ﻟ َﻴ‬
َ ‫ك ﺑ ِﻲ‬ ْ ُ ‫ك ﻋ َﻠﻰ أ َن ﺗ‬
َ ِ ‫ﺸﺮ‬ َ ‫ﺟﺎﻫَﺪ َا‬
َ ‫وَإ ِن‬
ُ َ
‫ن‬َ ‫ﻤﻠ ُﻮ‬ ْ ُ ‫ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ‬
َ ْ‫ﻢ ﺗ َﻌ‬ َ ِ ‫ﻢ ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ‬
ْ ُ ‫ﺟﻌُﻜ‬
ِ ‫ﻣْﺮ‬ َ ‫ب إ ِﻟ َﻲ ﺛ ُﻢ إ ِﻟ َﻲ‬
َ ‫ﻦ أﻧ َﺎ‬ْ ‫ﻣ‬ َ

“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mentaati keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.“ (Luqman : 15)

Baca Juga: Berikut Ini Bukan Durhaka Kepada Orang Tua

Jika Orangtua Menyuruh Berbuat Syirik


Apabila orang tua menyuruh untuk berbuat syrik, maka Allah melarang untuk
mentaatinya. Allah berfirman :

َ ُ‫ﻢ ﻓََﻼ ﺗ ُﻄ ِﻌْﻬ‬


‫ﻤﺎ‬ ٌ ْ ‫ﻋﻠ‬ َ َ‫ﺲ ﻟ‬
ِ ِ‫ﻚ ﺑ ِﻪ‬ َ ْ ‫ﻣﺎ ﻟ َﻴ‬ ْ ُ ‫ك ﻋ َﻠﻰ أ َن ﺗ‬
َ ِ ‫ﺸﺮ‬
َ ‫ك ﺑ ِﻲ‬ َ ‫ﺟﺎﻫَﺪ َا‬
َ ‫وَإ ِن‬

“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mentaati keduanya !“

َ ُ‫“ )ﻓََﻼ ﺗ ُﻄ ِﻌْﻬ‬janganlah kamu mentaati keduanya” terdapat dua faedah :


Dalam firman Allah (‫ﻤﺎ‬

1. . Tidak boleh mantaati kedaunya dalam melakukan perbuatan syirik karena tidak
ada ketaatan kepada makhluk dalam perbuatan maksiat kepada Allah Al Khaliq.
Hak Allah lebih wajib ditunaikan daripada hak kedua orang tua.
2. . Allah menggunakan ungkapan (‫ﻤﺎ‬ َ ُ‫“ )ﻓََﻼ ﺗ ُﻄ ِﻌْﻬ‬jangan mentaati keduanya ” dan tidak
menggunakan ungkapan (‫“ )ﻓﺎﻋﺼﻬﻤﺎ‬selisihlah keduanya” karena ungkapan yang
pertama lebih lembut dan mudah diterima jiwa. Begitu pula tidak digunakan
ungkapan (‫“ )ﻻ ﺗﺒﺮﻫﻤﺎ‬janganlah berbuat baik kepada keduanya” atau (‫ﻻ ﺗﻘﻢ‬
‫“ )ﺑﺤﻘﻬﻤﺎ‬janganlah tunaikan hak keduanya” karena berbuat baik dan menunaikan
hak keduanya adalah kewajiban meskipun mereka menyuruh untuk berbuat
syirik.

Jika kedua orang tua masih punya hak meskipun memerintahkan kesyirikan, maka
bagaimana lagi jika mereka memerintahkan yang selain syirik ? Hal ini menunjukkan
bahwa menunaikan hak kedua orangtua merupakan perkara yang agung dan bukanlah
perkara yang remeh dalam Islam.

Bagaimanapun keadaan orang tua, kita diwajibkan oleh Allah untuk berbakti kepada
mereka, selama bukan merupakan perkara maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika
orang tua memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak
ada kewajiban untuk mentaati perintah mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda:

‫ف‬
ِ ‫ﻌُﺮو‬ َ ْ ‫ﻓ ﻲ اﻟ‬
ْ ‫ﻤ‬ ِ ‫ﺔ‬
ُ ‫ﻋ‬
َ ‫ﻤﺎ اﻟ ﻄﺎ‬
َ ‫ﺔ إ ِﻧ‬
ٍ َ ‫ﺼﻴ‬
ِ ‫ﻌ‬
ْ ‫ﻣ‬
َ ‫ﻓﻲ‬
ِ ‫ﺔ‬ َ ‫َ ﻃَﺎ‬
َ ‫ﻋ‬

2/5
“ Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf” (HR
dan Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

‫ﻖ‬ َ ْ ‫ﺼﻴ َﺔِ اﻟ‬


ِ ِ ‫ﺨﺎﻟ‬ ِ ْ ‫ﻣﻌ‬ ٍ ْ‫ﺨﻠ ُﻮ‬
َ ‫ق ﻓ ِﻲ‬ ْ ‫ﻤ‬ َ َ ‫ﻪ ﻻ َ ﻃ َﺎﻋ‬
َ ِ‫ﺔ ﻟ‬ ُ ‫إ ِﻧ‬

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.” (HR. Ahmad,
shahih)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya


bahwasanya jangan disangka mentaati keduanya dalam perbuatan syirik adalah
termasuk bentuk ihsan (berbuat baik) kepada keduanya. Hak Allah tentu lebih
diutamakan dan didahulukan daripada hak siapapun. Tidak ada ketaatan kepada
makhluk dalam bermaksiat pada Al Khaliq (Sang Pencipta). Allah
Ta’ala tidaklah mengatakan, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka (‫) ﻓﻌﻘﻬﻤﺎ‬
َ ُ‫“ )ﻓََﻼ ﺗ ُﻄ ِﻌْﻬ‬janganlah mentaati
“durhakailah keduanya . Namun Allah Ta’ala katakan (‫ﻤﺎ‬
keduanya”, yaitu dalam berbuat syirik. Adapun dalam berbuat baik pada orang tua maka
tetap harus dilakukan. ” (Taisir Al Karimir Rahman)

Baca Juga: Hukum Mencium Tangan dan Kaki Orang Tua

Tetap Berbuat Baik Meskipun Orangtua Musyrik


Andaikan orang tua musyrik, seeorang anak tetap diwajibkan berbuat baik kepadanya.
Dalam lanjutan ayat Allah berfirman :

ً ‫ﻣﻌُْﺮوﻓﺎ‬
َ ‫ﻤﺎ ﻓِﻲ اﻟﺪﻧ ْﻴ َﺎ‬
َ ُ‫ﺣﺒ ْﻬ‬
ِ ‫ﺻﺎ‬
َ َ‫و‬

“ … dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik“ (Luqman : 15)

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya, “ Adapun dalam berbuat baik
pada orang tua maka tetap harus dilakukan, oleh karena itu selanjutnya Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”. Adapun
mengikuti mereka dalam kekufuran dan maksiat maka tidak diperbolehkan.“ (Taisir Al
Karimir Rahman).

Adapun bentuk berbuat baik kepada orang tua yang kafir di antaranya adalah dengan
membantu memberikan harta jika mereka fakir dan miskin, berkata-kata lemah lembut
kepada keduanya, mendakwahi mereka, serta mendoakan mereka agar mendapatkan
hidayah Islam.

Baca Juga: Orang Tua Tidak Pernah Menafkahi, Wajibkah Anak Tetap Berbakti?

Mengikuti Jalan Orang yang Taat


3/5
Selanjtnya Allah perintahkan :

ُ َ ‫ﻞﻣ‬
َ ‫ﻤﻠ ُﻮ‬
‫ن‬ ْ ُ ‫ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ‬
َ ْ‫ﻢ ﺗ َﻌ‬ َ ِ ‫ﻢ ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ‬
ْ ُ ‫ﺟﻌُﻜ‬ َ ‫ب إ ِﻟ َﻲ ﺛ ُﻢ إ ِﻟ َﻲ‬
ِ ‫ﻣْﺮ‬ ْ َ َ ‫ﺳﺒ ِﻴ‬
َ ‫ﻦ أﻧ َﺎ‬ َ ْ‫وَاﺗﺒ ِﻊ‬

“ .. dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.“ (Luqman : 15)

Maksudnya adalah kita diperintahkan agar mengikuti orang-orang mukmin yang kembali
bertaubat kepada Allah. Bertaubat dari perbuatan syirik menuju tauhid, dari maksiat
menuju taat, dan dari perbuatan fasik menuju istiqomah dan taqwa.

Faidah Ayat
Di antara faidah surat Luqman ayat 15 adalah :

1. . Haramnya mentaati kedua orang tua apabila mereka memerintahkan untuk


berbuat syirik. Termasuk dalam hal ini tidak boleh mantaati berbagai kemaksiatan
lain yang mereka perintahkan.
2. . Perbuatan kefasikan dan kekufuran yang dilakukan kedua orang tua tidaklah
menggugurkan hak keduanya untuk mendapatkan kebaikan. Allah memerintahkan
tetap berbuat baik kepada keduanaya meskipun mereka berdua kafir dan
memerintahkan untuk berbuat kekafiran.
3. . Wajibnya mengikuti jalannya orang-orang beriman. Allah berfirman :

‫ب إ ِﻟ َﻲ‬ َ ‫ﻞﻣ‬
ْ َ َ ‫ﺳﺒ ِﻴ‬
َ ‫ﻦ أﻧ َﺎ‬ َ ْ‫وَاﺗﺒ ِﻊ‬

“ .. dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku“

Dalam ayat lain Allah berfirman :

‫ﻢ‬
َ ‫ﺟﻬَﻨ‬َ ِ‫ﺼﻠ ِﻪ‬
ْ ُ ‫ﻣﺎ ﺗ َﻮَﻟﻰ وَﻧ‬
َ ِ‫ﻦ ﻧ ُﻮَﻟﻪ‬
َ ‫ﻣﻨ ِﻴ‬ ُ ْ ‫ﻞ اﻟ‬
ِ ْ ‫ﻤﺆ‬ َ ‫ﻪ اﻟ ْﻬُﺪ َى وَﻳ َﺘﺒ ِﻊْ ﻏ َﻴ َْﺮ‬
ِ ‫ﺳﺒ ِﻴ‬ ُ َ‫ﻦ ﻟ‬
َ ‫ﻣﺎ ﺗ َﺒ َﻴ‬
َ ِ ‫ﻣﻦ ﺑ َﻌْﺪ‬ َ ‫ﺳﻮ‬
ِ ‫ل‬ ُ ‫ﻖ اﻟ ﺮ‬ َ ُ ‫ﻣﻦ ﻳ‬
ِ ِ ‫ﺸﺎ ﻗ‬ َ َ‫و‬
ً ‫ﺼ ﻴ ﺮا‬
ِ ‫ﻣ‬َ ‫ت‬ ْ ‫ﺳﺎ ء‬ َ َ

“ Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan
yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali. “ (An Nisa’:115)

1. . Seluruh makhluk, baik orang mukmin maupun kafir semuanya akan kembali
kepada Allah, karena Allah berfirman :

ُ
َ ‫ﻤﻠ ُﻮ‬
‫ن‬ ْ ُ ‫ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ‬
َ ْ‫ﻢ ﺗ َﻌ‬ َ ِ ‫ﻢ ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ‬
ْ ُ ‫ﺟﻌُﻜ‬ َ ‫ﺛ ُﻢ إ ِﻟ َﻲ‬
ِ ‫ﻣْﺮ‬

“ kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.“

1. . Luasnya pengilmuan Allah Ta’ala terhadap segala sesuatu. Hal ini ditunjukkan
dalam potongan ayat :
4/5
ُ
َ ‫ﻤﻠ ُﻮ‬
‫ن‬ ْ ُ ‫ﻤﺎ ﻛ ُﻨﺘ‬
َ ْ‫ﻢ ﺗ َﻌ‬ َ ِ ‫ﻓَﺄﻧ َﺒﺌ ُﻜ ُﻢ ﺑ‬

“ kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.”

Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kesempurnaan sifat ilmu sehingga bisa
mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh seluruh hamba-Nya di dunia. Dalam
ayat ini sekaligus terdapat peringatan agar menjauhi amalan kejelekan sehingga tidak
terjerumus ke dalamnya, karena setiap amal kebaikan dan kejelekan akan mendapatkan
balasannya.

Baca Juga:

Orang Tua Dan Anak Saling Mengangkat Derajat Di Akhirat


Kafirkah Kedua Orang Tua Nabi? (Antara Dalil Dan Perasaan)

Penulis : Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Referensi :

1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

5/5
Wasiat Luqman (Bag.5) : Setiap Amal Ada Balasannya di
Akhirat
muslim.or.id/54474-wasiat-luqman-bag-5-setiap-amal-ada-balasannya-di-akhirat.html

dr. Adika Mianoki, February 9,


Sp.S. 2020

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag. 4) : Tidak Boleh Taat Orang
Tua Dalam Perkara Maksiat

Daftar Isi sembunyikan


1. Simaklah Al-Qur’an Surat Luqman:16 berikut ini
2. Sekecil Apapun Amalan Akan Mendapatkan Balasan
3. Allah Al Khabiir dan Al Lathiif
4. Faidah Ayat

Simaklah Al-Qur’an Surat Luqman:16 berikut ini


ْ َْ َ َ
‫ﻪ إ ِن‬ ُ ‫ت ﺑ ِﻬَﺎ اﻟﻠ‬
ِ ‫ض ﻳ َﺄ‬
ِ ‫ت أوْ ﻓِﻲ اﻷْر‬
ِ ‫ﻤﺎوَا‬
َ ‫ﺨَﺮةٍ أوْ ﻓِﻲ اﻟﺴ‬ َ ‫ل ﻓَﺘ َﻜ ُﻦ ﻓِﻲ‬
ْ ‫ﺻ‬ ٍ َ ‫ﺧْﺮد‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﺣﺒ ﺔ ٍ ﻣ‬ َ ‫ﻣﺜ َْﻘﺎ‬
َ ‫ل‬ ُ َ ‫ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲ إ ِﻧﻬَﺎ إ ِن ﺗ‬
ِ ‫ﻚ‬
‫ﺧﺒ ِﻴٌﺮ‬
َ ‫ﻒ‬ ٌ ‫ﻪ ﻟ َﻄ ِﻴ‬َ ‫اﻟﻠ‬

“ (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.“
(QS. Luqman : 16)

1/4
Sekecil Apapun Amalan Akan Mendapatkan Balasan
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa ini adalah wasiat yang sangat bermanfaat
yang Allah Ta’ala ceritakan tentang Luqman Al Hakim agar setiap orang bisa
mencontohnya. Dosa dan kedzaliman sekecil apa pun, pasti Allah akan memberikan
balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik,
maka balasan yang diperoleh pun berupa kebaikan. Namun jika amalannya jelek, maka
balasan yang diperoleh pun berupa kejelkan.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala :

ً ‫ﺷﻴ ْﺌﺎ‬
َ ‫ﺲ‬ ُ َ ‫ﻣﺔِ ﻓََﻼ ﺗ ُﻈ ْﻠ‬
ٌ ‫ﻢ ﻧ َْﻔ‬ َ ‫ﻂ ﻟ ِﻴ َﻮْم ِ اﻟ ِْﻘﻴ َﺎ‬
َ ‫ﺴ‬
ْ ‫ﻦ اﻟ ِْﻘ‬ َ ْ ‫ﻀ ﻊ ُ اﻟ‬
َ ‫ﻤﻮَازِﻳ‬ َ َ ‫وَﻧ‬

“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun . “ (QS. Al Anbiya’:47)

ُ ‫ﺷّﺮا ً ﻳ ََﺮه‬ َ ‫ﻣﺜ َْﻘﺎ‬


َ ٍ‫ل ذ َرة‬ ْ ‫ﻤ‬
ِ ‫ﻞ‬ َ َ‫ﺧﻴ ْﺮا ً ﻳ ََﺮه ُ و‬
َ ْ‫ﻣﻦ ﻳ َﻌ‬ َ ‫ﻣﺜ َْﻘﺎ‬
َ ٍ‫ل ذ َرة‬ ْ ‫ﻤ‬
ِ ‫ﻞ‬ َ َ‫ﻓ‬
َ ْ‫ﻤﻦ ﻳ َﻌ‬

“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya pula “ (QS. Al Zalzalah :7-8)

‫ﺻﻐِﻴَﺮة ً وََﻻ‬َ ‫ب َﻻ ﻳ ُﻐَﺎد ُِر‬ ِ ‫ل ﻫَﺬ َا اﻟ ْﻜ ِﺘ َﺎ‬ِ ‫ﻣﺎ‬َ ‫ن ﻳ َﺎ وَﻳ ْﻠ َﺘ َﻨ َﺎ‬


َ ‫ﻣﻤﺎ ﻓِﻴﻪِ وَﻳ َُﻘﻮﻟ ُﻮ‬ ِ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻣ‬
َ ‫ﺸِﻔِﻘﻴ‬ ُ ‫ﻦ‬
َ ‫ﻣﻴ‬
ِ ِ ‫ﺠﺮ‬ ُ ْ ‫ب ﻓَﺘ ََﺮى اﻟ‬
ْ ‫ﻤ‬ ُ ‫ﺿﻊَ اﻟ ْﻜ ِﺘ َﺎ‬
ِ ُ‫وَو‬
ً ‫ﺣ ﺪا‬ َ َ
َ ‫ﻚأ‬ َ ‫ﻢ َرﺑ‬ُ ِ ‫ﺿﺮا ً وََﻻ ﻳ َﻈ ْﻠ‬
ِ ‫ﺣﺎ‬ َ ‫ﻤﻠ ُﻮا‬ ِ َ ‫ﻣﺎ ﻋ‬
َ ‫ﺟﺪ ُوا‬ َ َ‫ﺼﺎﻫَﺎ وَو‬ َ ‫ﺣ‬ْ ‫ﻛ َﺒ ِﻴَﺮة ً إ ِﻻ أ‬

“ Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap
apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini
yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat
semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu
tidak menganiaya seorang juapun “ (QS. Al Kahfi : 49)

Walaupun kedzaliman tersebut sangat tersembunyi, Allah akan tetap membalasnya


karena Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺧﺒ ِﻴٌﺮ‬ ٌ ‫ﻪ ﻟ َﻄ ِﻴ‬


َ ‫ﻒ‬ َ ‫إ ِن اﻟﻠ‬

“ Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16).

Maksud “lathiif” dalam ayat ini adalah ilmu Allah itu bisa menjangkau sesuatu yang
tersembunyi dan tidaklah samar bagi Allah walaupun amat kecil dan lembut. Sedangkan
maksud “khabirr” maksudnya adalah Alalh mengetahui hal yang kecil, sampaipun jejak
semut sekali pun meskipun di malam yang gelap gulita. ( Lihat Tafsir Al Qur’an Al
‘Adzim)

Baca Juga: Apakah Orang Kafir akan Dihisab di Akhirat?

Allah Al Khabiir dan Al Lathiif


2/4
Dalam ayat ini disebutkan dua nama Allah sekaligus yaitu Al-Khabiir dan Al-Lathiif.

‫ﺧﺒ ِﻴٌﺮ‬ ٌ ‫ﻪ ﻟ َﻄ ِﻴ‬


َ ‫ﻒ‬ َ ‫إ ِن اﻟﻠ‬

“ Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16).

Nama Allah Al Khabiir maknanaya adalah Allah maha mengethaui segala sesuatu yang
tersembunyi.

Sedangkan nama Allah Al Lathiif memiliki dua makna :

1. Hampir sama maknanya dengan Al Khabiir, yaitu yang pengilmuannya meliputi


segala sesuatu yang tersembunyi. Dialah Dzat yang mengetahui hal-hal yang
mendetail pada segala sesuatu, yang ilmu-Nya sampai pada tingkatan meliputi
perkara-perkara batin dan yang tersembunyi, sebagaimana ilmu-Nya juga meliputi
perkara-perkara yang tampak. Allah Ta’ala berfirman :

َ ْ ‫ﻒ اﻟ‬
ُ ‫ﺧﻠ َﻖَ وَﻫُﻮَ اﻟﻠﻄ ِﻴ‬ َ
‫ﺨﺒ ِﻴُﺮ‬ َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬ ُ َ ‫أَﻻ ﻳ َﻌْﻠ‬
َ ‫ﻢ‬

“ Sejatinya yang menciptakan itu sangat mengetahui. Dan Dia adalah yang Maha Lembut dan
Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mulk: 14)

1. Maknanya adalah yang sampai kepada hamba-Nya dan kekasih-Nya berbagai


rahmat dan kebaikan tanpa disadari makhluk-Nya. Hal ini sebagaimana terdapat
dalam firman Allah :

َ َ ‫ﻤﺎ ﻳ‬
‫ﺸﺎُء‬ ٌ ‫إ ِن َرﺑﻲ ﻟ َﻄ ِﻴ‬
َ ‫ﻒﻟ‬

“ Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. “ ( QS. Yusuf :
100 )

‫ﺸﺎُء وَﻫُﻮَ اﻟ َْﻘﻮِي اﻟﻌَﺰِﻳُﺰ‬


َ َ ‫ﻣﻦ ﻳ‬ ٌ ‫ﻪ ﻟ َﻄ ِﻴ‬
َ ُ‫ﻒ ﺑ ِﻌِﺒ َﺎد ِهِ ﻳ َْﺮُزق‬ ُ ‫اﻟﻠ‬

“ Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di
kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa “ ( QS. Asy Syuura : 19). (
Lihat Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman Syaikh Muhammad bin Shalih al
‘Utsaimin dan Fiqhul Asmaaail Husna )

Baca Juga: Kebahagiaan Melihat Wajah Allah Ta’ala di Akhirat

Faidah Ayat
Di antara faidah surat Luqman ayat 16 adalah :

1. Pengajaran orang tua kepada anaknya tentang adanya pengawasan Allah kepada
seluruh hamba-Nya. Peringatan bahwasanya Allah melihat seluruh amal
perbuatannya.

3/4
2. Setiap amalan di dunia akan mendapat balasan di akhirat. Sekecil apapun akan
mendapatkan balasannya. Balasan amal kebaikan adalah kebaikan dan balasan
amal kejelekan adalah kejelekan.
3. Luasnya ilmu Allah meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun
tersembunyi. Tidak ada sesuataupun yang tersembunyi dari pengilmuan Allah
Ta’ala.
4. Penetapan dua nama Allah Al Lathiif dan Al Khabiir. Penyebutan dan
penggabungan dua nama sekaligus menunjukkan adanya kesempurnaan yang
berlebih yang semakin menunjukkan kesempurnamaan nama dan sifat Allah.

Baca Juga:

Penjaga-Penjaga Neraka
Dimanakah Letak Neraka?

Penulis : Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Referensi :

1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimahullah
2. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
3. . Fiqhul Asmaaail Husna karya Syaikh ‘Abdurrozzaq bin ‘Abdil Muhsin al Badr
hafidzahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

4/4
Wasiat Luqman (Bag. 6) : Tiga Nasihat Penting
muslim.or.id/54945-wasiat-luqman-bag-6-tiga-nasihat-penting.html

dr. Adika Mianoki, March 1,


Sp.S. 2020

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag.5) : Setiap Amal Ada


Balasannya di Akhirat

Daftar Isi sembunyikan


1. QS. Luqman Ayat 17
2. Nasihat 1: Mendirikan Shalat
2.1. Shalat adalah Syariat Para Nabi Terdahulu
3. Nasihat 2: Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
4. Nasihat 3: Bersabar

QS. Luqman Ayat 17


Dalam ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan tiga nasihat penting yang disampaikan oleh
Luqman kepada anaknya :
ُ َ ْ َ
ُ ‫ﻦ ﻋ َْﺰم ِ اْﻷ‬
ِ ‫ﻣﻮر‬ ْ ‫ﻣ‬ َ ِ ‫ﻚ إ ِن ذ َﻟ‬
ِ ‫ﻚ‬ َ َ ‫ﺻﺎﺑ‬ َ ‫ﺻﺒ ِْﺮ ﻋ َﻠ َﻰ‬
َ ‫ﻣﺎ أ‬ ُ ْ ‫ﻦ اﻟ‬
ْ ‫ﻤﻨﻜ َﺮِ وَا‬ ِ َ‫ﻪ ﻋ‬
َ ْ ‫ف وَاﻧ‬ َ ْ ‫ﻣْﺮ ﺑ ِﺎﻟ‬
ِ ‫ﻤﻌُْﺮو‬ ُ ‫ﻳ َﺎ ﺑ ُﻨ َﻲ أﻗِﻢ ِ اﻟﺼَﻼة َ وَأ‬

“ Hai anakku, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).“ (Luqman :
17)

1/4
Tiga nasihat penting dalam ayat ini yaitu tentang mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi
mungkar, dan bersabar terhadap ujian yang menimpa seorang hamba.

Baca Juga: Rahasia Syukur, Sabar, dan Istighfar

Nasihat 1: Mendirikan Shalat


Perintah pertama dalam ayat ini adalah mendirikan shalat :

(َ ‫)أ َﻗِﻢ ِ اﻟﺼَﻼة‬

“Dirikanlah shalat!”.

Maksudnya adalah seorang hamba harus mengerjakan ibadah shalat dengan benar-
benar memperhatikan secara sempurna berbagai rukun, syarat, wajib, dan hal-hal
penyempurna shalat. Hal ini mencakup baik dalam melaksanakan shalat wajib maupun
shalat sunnah.

Shalat merupakan tiang agama dan memiliki kedudukan yang agung dalam Islam.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ َ ‫ﺷ ﻬﺎد‬
،‫ة‬ِ ‫ﻗﺎم ِ اﻟﺼَﻼ‬ َ ِ‫و إ‬َ ،‫ﻪ‬
ِ ‫ل ا ﻟﻠ‬ ُ ‫ﻮ‬
ْ ‫ﺳ‬
ُ ‫ﺤﻤﺪًا َر‬ َ ‫ﻣ‬
ُ ‫و أن‬ َ ‫ﻪ‬ َ ‫ن َﻻ إ ِﻟ‬
ُ ‫ﻪ إ ِﻻ اﻟﻠ‬ ْ ‫ةأ‬ِ َ َ َ :‫ﺲ‬
ٍ ‫ﻤ‬ َ ‫ﻋﻠ َﻰ‬
ْ ‫ﺧ‬ ُ ‫ﺳَﻼ‬
َ ‫م‬ ْ ِ ‫ﻲ اْﻹ‬
َ ِ ‫ﺑ ُﻨ‬
‫ن‬
َ ‫ﻀﺎ‬َ ‫ﻣ‬
َ ‫ﻮم ِ َر‬
ْ ‫ﺻ‬
َ ‫و‬ َ ،‫ﺖ‬ ِ ْ ‫ﺣﺞ اﻟ ْﺒ َﻴ‬ َ ‫و‬
َ ،‫ة‬ ِ ‫ء اﻟﺰﻛ َﺎ‬
ِ ‫و إ ِﻳ ْﺘ َﺎ‬
َ

“ Islam dibangun di atas lima: persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan.” (HR Bukhari Muslim)

Shalat adalah amal yang akan dihisab pertama kali di akhirat sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ُ ُ ‫ﺻﻼ َﺗ‬
‫ﻪ‬ َ ‫ﻪ‬
ِ ِ ‫ﻤﻠ‬
َ ‫ﻋ‬
َ

” Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat
adalah shalatnya.” (HR Tirmidzi, hasan)

Shalat adalah amal penghapus dosa-dosa :

‫ﺨﻄَﺎﻳ َﺎ‬
َ ْ ‫ﻬﺎ اﻟ‬
َ ِ‫ﻪ ﺑ‬
ُ ‫ﺤ ﻮ ا ﻟﻠ‬
ُ ‫ﻤ‬
ْ َ‫ ﻳ‬، ‫ﺲ‬
ِ ‫ﻤ‬ َ ْ ‫ت اﻟ‬
ْ ‫ﺨ‬ َ َ ‫ا ﻟ ﺼﻠ‬
ِ ‫ﻮا‬

“ Shalat lima waktu, dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa. ” (HR. Bukhari dan
Muslim)

Shalat adalah Syariat Para Nabi Terdahulu


Shalat juga merupakan syariat para nabi dan rasul dari dahulu, di antaranya :

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdoa kepada Allah :

2/4
‫ﻞ د ُﻋ َﺎء‬ ِ َ‫ﻢ اﻟﺼﻼ َةِ و‬
ْ ‫ﻣﻦ ذ ُرﻳﺘ ِﻲ َرﺑﻨ َﺎ وَﺗ ََﻘﺒ‬ ُ ‫ﺟﻌَﻠ ْﻨ ِﻲ‬
َ ‫ﻣِﻘﻴ‬ ْ ‫َرب ا‬

“ Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku “ (Ibrahim : 40)

Allah juga memerintahkan kepada Musa ‘alaihis salam :

‫ﻪ إ ِﻻ أ َﻧ َﺎ ﻓَﺎﻋ ْﺒ ُﺪ ْﻧ ِﻲ وَأ َﻗِﻢ ِ اﻟﺼَﻼة َ ﻟ ِﺬ ِﻛ ْﺮِي‬


َ َ ‫ﻪ َﻻ إ ِﻟ‬
َ
ُ ‫إ ِﻧﻨ ِﻲ أﻧ َﺎ اﻟﻠ‬

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. “ (Thaha:14)

Nabi ‘Isa ‘alaihis salam berkata :

ً ‫ﺣﻴ ّﺎ‬ َ َ
َ ‫ﺖ‬
ُ ‫ﻣ‬ َ ِ‫ﺻﺎﻧ ِﻲ ﺑ ِﺎﻟﺼَﻼةِ وَاﻟﺰﻛ َﺎة‬
ْ ُ ‫ﻣﺎ د‬ ُ ‫ﻣﺎ ﻛ ُﻨ‬
َ ْ‫ﺖ وَأو‬ َ ْ ‫ﻣﺒ َﺎَرﻛﺎ ً أﻳ‬
َ ‫ﻦ‬ ُ ‫ﺟﻌَﻠ َﻨ ِﻲ‬
َ َ‫و‬

“ dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. “
(Maryam :31)

Keutamaan shalat tidak terhitung jumlahnya. Terdapat pula banyak ayat dan hadits yang
memerintahkannya. Wasiat tentang shalat sangatlah banyak dan beragam. Begitu pula
berbagai ancaman bagi yang meninggalkannya. Oleh karena itu penting bagi orangtua
untuk memperhatikan anaknya tentang masalah shalat ini, sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Luqman dan Allah abadikan dalam Al Qur’an agar bisa diambil
pelajaran bagi umat manusia.

Baca Juga: Maksud Sabar Itu Pada Awal Musibah

Nasihat 2: Amar Ma’ruf Nahi Mungkar


Perintah kedua dalam ayat ini adalah :

ْ
ُ ْ ‫ﻦ اﻟ‬
(ِ‫ﻤﻨﻜ َﺮ‬ ِ َ‫ﻪ ﻋ‬
َ ْ ‫ف وَاﻧ‬ َ ْ ‫ﻣْﺮ ﺑ ِﺎﻟ‬
ِ ‫ﻤﻌُْﺮو‬ ُ ‫) وَأ‬

“ dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar ”

Yang dimaksud perkara ma’ruf adalah segala sesuatu yang diperintahkan oleh syariat,
baik itu berkaitan hak Allah ataupun hak hamba. Sedangkan yang dimaksud perkara
yang mungkar adalah segala sesuatu yang diingkari dan dilarang oleh syariat baik yang
berkaitan dengan hak Allah maupun hak hamba.

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah tidak lain adalah untuk amar ma’ruf
nahi mungkar. Rasul diutus untuk memerintahkan tauhid dan melarang dari syirik. Tidak
diragukan lagi bahwa perkara ma’ruf yang paling agung adalah tauhid, dan
kemungkaran yang paling jelek adalah kesyirikan kepada Allah.

3/4
Allah Ta’ala berfirman :

َ ُ
َ ‫ﺟﺘ َﻨ ِﺒ ُﻮا ْ اﻟﻄﺎﻏ ُﻮ‬
‫ت‬ َ ّ ‫ن اﻋ ْﺒ ُﺪ ُوا ْ اﻟﻠ‬
ْ ‫ﻪ وَا‬ ُ ‫وَﻟ ََﻘﺪ ْ ﺑ َﻌَﺜ ْﻨ َﺎ ﻓِﻲ ﻛ ُﻞ أﻣﺔٍ ر‬
ِ ‫ﺳﻮﻻ ً أ‬

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” “ ( An Nahl : 36)

َ َ َ
َ َ ‫ﻪ َﻻ إ ِﻟ‬
ِ ‫ﻪ إ ِﻻ أﻧ َﺎ ﻓَﺎﻋ ْﺒ ُﺪ ُو‬
‫ن‬ ُ ‫ﺣﻲ إ ِﻟ َﻴ ْﻪِ أﻧ‬
ِ ‫ل إ ِﻻ ﻧ ُﻮ‬
ٍ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ﻣﻦ ر‬
ِ ‫ﻚ‬ ِ ‫ﺳﻠ ْﻨ َﺎ‬
َ ِ ‫ﻣﻦ ﻗَﺒ ْﻠ‬ َ ‫ﻣﺎ أْر‬
َ َ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku“ (Al Anbiya’:25)

Baca Juga: Kapankah Seseorang Dikatakan Mendapati Shalat Jama’ah?

Nasihat 3: Bersabar
Perintah selanjutnya adalah :

َ
َ َ ‫ﺻﺎﺑ‬
(‫ﻚ‬ َ ‫ﺻﺒ ِْﺮ ﻋ َﻠ َﻰ‬
َ ‫ﻣﺎ أ‬ ْ ‫)وَا‬

“dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.”

Penyebutan perintah sabar setelah perintah amar ma’ruf nahi mungkar sangatlah tepat
dan sesuai, karena umumnya orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar
mendapatkan bahaya atau hal-hal yang tidak disukai. Boleh jadi mendapat celaan,
ancaman, kekerasan fisik, dan perkara lain yang tidak disukai. Oleh karena itu diperlukan
kesabaran dalam menghadapinya.

Yang semisal dengan makna ayat ini adalah firman Allah dalam surat Al ‘Ashr :

َ ْ ‫ﻮا ﺑ ِﺎﻟ‬ َ ِ ‫ﻤﻠ ُﻮا اﻟﺼﺎﻟ‬ َ ِ َ‫ن ﻟ‬


‫ﺤﻖ‬ ْ ‫ﺻ‬َ ‫ﻮا‬
َ َ ‫وﺗ‬َ ‫ت‬ِ ‫ﺤﺎ‬ ِ ‫ﻋ‬
َ ‫و‬
َ ‫ﻣﻨ ُﻮا‬
َ ‫ﻦآ‬ ِ ‫( إ ِﻻ اﻟ‬2 ) ‫ﺮ‬
َ ‫ﺬﻳ‬ ٍ ‫ﺴ‬
ْ ‫ﺧ‬
ُ ‫ﻔﻲ‬ َ ْ ‫( إ ِن اْﻹ ِﻧ‬1 ) ‫ﺮ‬
َ ‫ﺴﺎ‬ ِ ‫ﺼ‬ َ ْ ‫واﻟ‬
ْ ‫ﻌ‬ َ
‫ﺮ‬
ِ ْ ‫ﻮا ﺑ ِﺎﻟﺼﺒ‬ ْ ‫ﺻ‬
َ ‫ﻮا‬َ َ ‫وﺗ‬
َ

“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( Al ‘Ashr: 1-3).

Menasehati untuk melaksanakan kebenaran seringkali diiringi dengan berbagai ujian


dan cobaan sehingga perlu adanya nasehat tentang kesabaran dalam menghadapainya.

Tiga nasihat di atas adalah tiga nasihat yang sangat penting. Oleh karena itu di akhir ayat
Allah menekankan hal ini dengan menyebutkan :

ِ ِ

“ Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).“

4/4
Semoga kita dimudahkan untuk bisa mengambil pelajaran dari nasehat Luqman dalam
ayat di atas dan kemudian mengamalkannya. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhmmad.

Baca Juga:

Jika Haidh Datang dan Belum Shalat Wajib


Memakai Siwak dan Minyak Wangi untuk Shalat Jum’at

Penulis : Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Referensi :

1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
4. . At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

5/4
Wasiat Luqman (Bag.7) : Jangan Sombong !
muslim.or.id/55541-wasiat-luqman-bag-7-jangan-sombong.html

dr. Adika Mianoki, March 31,


Sp.S. 2020

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag. 6) : Tiga Nasihat Penting

Daftar Isi sembunyikan


1. QS. Luqman Ayat 18
2. Hakikat Kesombongan
3. Memalingkan Muka Termasuk Kesombongan
4. Larangan Berjalan dengan Sombong
5. Faidah Ayat

QS. Luqman Ayat 18


Pelajaran sealnjutnya dalam kisah Luqman yang Allah abadikan dalam Al Qur’an adalah
mengenai bagaimana berinteraksi kepada sesama manusia, yaitu jangan bersikap
sombong. Allah Ta’ala brrfirman :
َْ
ُ َ‫ل ﻓ‬
ٍ ‫ﺨﻮر‬ ٍ ‫ﺨﺘ َﺎ‬
ْ ‫ﻣ‬ ِ ُ ‫ﻪ َﻻ ﻳ‬
ُ ‫ﺤﺐ ﻛ ُﻞ‬ َ ‫ﻣَﺮﺣﺎ ً إ ِن اﻟﻠ‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ﺶ ﻓِﻲ اﻷْر‬ ْ َ ‫س وََﻻ ﺗ‬
ِ ‫ﻤ‬ َ ‫ﺧﺪ‬
ِ ‫ك ﻟ ِﻠﻨﺎ‬ َ ُ ‫وََﻻ ﺗ‬
َ ‫ﺼﻌْﺮ‬

“ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.“ (Luqman : 18)

1/4
Baca Juga: Sombong Kepada Orang Sombong Adalah Sedekah?

Hakikat Kesombongan
Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam
sabdanya :

َ
‫ﻪ‬
ُ ُ ‫ﻮﺑ‬ َ ‫ن ﻳ َﻜ ُﻮ‬
ْ َ‫ن ﺛ‬ ْ ‫ﺤﺐ أ‬ِ ُ‫ﻞ ﻳ‬َ ‫ﺟ‬ُ ‫ﻞ إ ِن اﻟﺮ‬ ٌ ‫ﺟ‬ُ ‫ل َر‬َ ‫ﻗﺎ‬ َ ‫ﺮ‬
ٍ ْ ‫ﻦ ﻛ ِﺒ‬ْ ‫ﻣ‬
ِ ‫ة‬ٍ ‫ل ذَر‬ َ ْ ‫ﻣﺜ‬
ُ ‫ﻘﺎ‬ ِ ‫ﻪ‬ِ ِ ‫ﻗﻠ ْﺒ‬
َ ‫ﻓﻲ‬ ِ ‫ن‬َ ‫ﻦ ﻛ َﺎ‬ ْ ‫ﻣ‬َ ‫ﺔ‬ َ ْ ‫ﻞ اﻟ‬
َ ‫ﺠﻨ‬ ُ ْ‫َﻻ ﻳ َﺪ‬
ُ ‫ﺧ‬
‫س‬ ُ ْ ‫ﻏ‬ َ ‫و‬ َ ْ ‫ل اﻟ ْﻜ ِﺒ ُْﺮ ﺑ َﻄَُﺮ اﻟ‬
َ ‫ﻤﺎ‬ َ ْ ‫ﺤ ﺐ اﻟ‬ ٌ ‫ﻤﻴ‬ َ ‫ﻗﺎ‬ َ ‫ﺔ‬ ُ ُ ‫ﻌﻠ‬
ِ ‫ﻤ ﻂ ا ﻟﻨ ﺎ‬ َ ‫ﺤﻖ‬ َ ‫ﺠ‬ ِ ُ‫ﻞ ﻳ‬ ِ ‫ﺟ‬َ ‫ﻪ‬
َ ‫ل إ ِن اﻟﻠ‬ ً َ ‫ﺴﻨ‬
َ ‫ﺣ‬َ ‫ﻪ‬ ْ َ ‫وﻧ‬َ ‫ﺴﻨ ًﺎ‬َ ‫ﺣ‬َ

“ Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar
biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai
baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan
menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang
lain.“ (HR. Muslim)

Imam An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong
yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak
kebenaran” (Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi)

Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap
makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadist di atas
dalam sabda beliau, “sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang
lain”. Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau
menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan
orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih
dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih al
‘Utsaimin)

Baca Juga: Kesombongan Menghalangi Hidayah

Memalingkan Muka Termasuk Kesombongan


Termasuk bentuk kesombongan adalah memalingkan muka di hadapan manusia. Allah
Ta’ala berfirman :
َْ
ُ َ‫ل ﻓ‬
ٍ ‫ﺨﻮر‬ ٍ ‫ﺨﺘ َﺎ‬
ْ ‫ﻣ‬ ِ ُ ‫ﻪ َﻻ ﻳ‬
ُ ‫ﺤﺐ ﻛ ُﻞ‬ َ ‫ﻣَﺮﺣﺎ ً إ ِن اﻟﻠ‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ﺶ ﻓِﻲ اﻷْر‬ ْ َ ‫س وََﻻ ﺗ‬
ِ ‫ﻤ‬ َ ‫ﺧﺪ‬
ِ ‫ك ﻟ ِﻠﻨﺎ‬ َ ُ ‫وََﻻ ﺗ‬
َ ‫ﺼﻌْﺮ‬

“ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong).”

Maksud dari ayat ini adalah larangan memalingkan wajah dengan menoleh ke kanan
atau ke kiri ketika melewati atau berbicara dengan orang lain karena ada rasa
meremehkan dan merendahkan orang tersebut. Ini termasuk bentuk kesombongan
yang terlarang.

Yang benar tatkala berbicara dengan orang lain maka arahkanlah wajah kepada lawan
bicara. Sebagaimana hal ini diterangkan dalam hadits berikut :
2/4
‫ واﻟﻤﺨﻴﻠﺔ‬،‫ﻤﺨﻴﻠ َﺔ‬ ِ ‫ وإ ﻳ ﺎ ك وإ ﺳﺒ ﺎ ل ا ﻹ زا ر ﻓ ﺈ ﻧ ﻬ ﺎ ﻣ ﻦ ا ﻟ‬،‫ﺴ ﻂ‬
ِ َ ‫ﻣﻨ ْﺒ‬
ُ ‫و ﻟ ﻮ أ ن ﺗﻠ ﻘ ﻰ أ ﺧ ﺎ ك و و ﺟ ﻬ ﻚ إ ﻟﻴ ﻪ‬
‫ﻻ ﻳ ﺤﺒ ﻬ ﺎ ا ﻟﻠ ﻪ‬

“ Jika engkau bertemu saudaramu, berwajahlah ceria di hadapannya. Waspadalah dengan


menjulurkan celana di bawah mata kaki karena perbuatan tersebut termasuk kesombongan.
Segala bentuk kesombongan tidak dicintai oleh Allah. ” (HR. Ahmad, shahih)

Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa maksudnya janganlah


memalingkan wajah atau bermuka cemberut ketika berbicara dengan orang lain karena
merasa sombong dan angkuh.

Tidak termasuk larangan dalam ayat ini apabila seseorang berpaling dari hadapan
manusia karena menghindari dari melihat perkara yang terlarang, semisal jika bertemu
dengan wanita yang bukan mahram.

Baca Juga: Isbal Tanpa Bermaksud Sombong, Tetap Diingkari Oleh Nabi

Larangan Berjalan dengan Sombong


Dalam lanjutan ayat Allah Ta’ala berfirman :

‫ﺣﺎ‬
ً ‫ﻣَﺮ‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ﻓﻲ اﻷْر‬
ِ ‫ﺶ‬
ِ ‫ﻤ‬
ْ َ ‫وﻻ ﺗ‬
َ

“dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.”

Maksud ayat ini adalah janganlah bersikap sombong dan angkuh. Janganlah melakukan
hal tersebut karena perbuatan tersebut dibenci oleh Allah. Oleh karenanya dalam
lanjutan ayat Allah Ta’ala berfirman :

‫ر‬
ٍ ‫ﺨﻮ‬ َ ‫ل‬
ُ ‫ﻓ‬ ٍ ‫ﺨﺘ َﺎ‬
ْ ‫ﻣ‬ ِ ُ ‫ﻪ َﻻ ﻳ‬
ُ ‫ﺤﺐ ﻛ ُﻞ‬ َ ‫إ ِن اﻟﻠ‬

“ Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ”

Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud jangan


bersikap sombong yaitu begitu berbangga dengan nikmat dan akhirnya lupa pada
pemberi nikmat. Dan jangan pula merasa ujub terhadap diri sendiri.

Faidah Ayat
1. Terdapat celaan terhadap dua hal yang merupakan kesombongan : berpaling dari
manusia karena sombong dan berjalan di muka bumi dengan angkuh.
2. Hendaknya ketika seseorang berbicara dengan orang lain maka melihat dan
menghadap ke wajah lawan bicaranya.
3. Dalam ayat di atas terdapat penetapan bahwa Allah mencintai hamba-Nya, Allah
berfirman :

ُ َ‫ل ﻓ‬
ٍ ‫ﺨﻮر‬ ٍ ‫ﺨﺘ َﺎ‬
ْ ‫ﻣ‬ ِ ُ ‫ﻪ َﻻ ﻳ‬
ُ ‫ﺤﺐ ﻛ ُﻞ‬ َ ‫إ ِن اﻟﻠ‬

3/4
“ Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ”

Adanya peniadaaan kecintaan Allah terhadap orang yang sombong menunjukkan


adanya penetapan cinta Allah kepada orang yang tidak sombong.

1. Larangan dari bersikap sombong dan membanggakan diri baik dengan perbuatan
maupun dengan perkataan. Kata (‫ل‬ ٍ ‫ﺨﺘ َﺎ‬ ُ ) artinya sombong dengan perbuatan.
ْ ‫ﻣ‬
Sedangkan (ٍ‫ﺨﻮر‬
ُ َ‫ )ﻓ‬artinya sombong dengan perkataan.

Semoga kita bisa mengambil faidah dari ayat di atas dan kita berharap agar selalu
terhindar dari berbagai macam bentuk kesombongan dalam diri kita.

Baca Juga:

Hasad Antar Ulama, Ustadz dan Penuntut Ilmu


Dalam Islam, Lelaki Itu Jantan!

Penulis : Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Referensi :

1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah
4. . At Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy
hafidzahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

4/4
Wasiat Luqman (Bag.8) : Bersikap Tawadhu’
muslim.or.id/55846-wasiat-luqman-bag-8-bersikap-tawadhu.html

dr. Adika Mianoki, April 14,


Sp.S. 2020

Baca pembahasan sebelumnya Wasiat Luqman (Bag.7) : Jangan Sombong !

Daftar Isi sembunyikan


1. QS. Luqman Ayat 19
2. Berjalanlah dengan Tawadhu’
3. Adab Tatkala Berbicara
4. Faidah Ayat

QS. Luqman Ayat 19


Nasihat Luqman selanjutnya adalah pelajaran untuk senantiasa tawadhu’ dan tidak
sombong, baik ketika berjalan maupun berbicara. Allah Ta’ala berfirman :
َ َ
ِ ‫ﻤﻴ ﺮ‬ َ ْ ‫ت اﻟ‬
ِ ‫ﺤ‬ َ َ‫ت ﻟ‬
ُ ْ ‫ﺼﻮ‬ ْ ‫ﻚ إ ِن أﻧﻜ ََﺮ اْﻷ‬
ِ ‫ﺻﻮَا‬ َ ِ ‫ﺻﻮْﺗ‬
َ ‫ﻣﻦ‬
ِ ‫ﺾ‬
ْ ‫ﻀ‬ َ ِ ‫ﺸﻴ‬
ُ ْ ‫ﻚ وَاﻏ‬ ْ ‫ﻣ‬ ِ ْ‫وَاﻗ‬
َ ‫ﺼ ﺪ ْ ﻓ ِﻲ‬

“ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan pelankanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 19)

Berjalanlah dengan Tawadhu’


Allah Ta’ala berfirman :
1/4
َ ِ ‫ﺸﻴ‬
‫ﻚ‬ ْ ‫ﻣ‬
َ ‫ﻓﻲ‬
ِ ْ ‫ﺼﺪ‬ ْ ‫وا‬
ِ ‫ﻗ‬ َ

“ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan ”

Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan maksudnya adalah


bersikap pertengahan dalam segala hal, termasuk saat berjalan. Sikap pertengahan
dalam berjalan adalah tidak terlampau cepat namun juga tidak lambat. Sikap
pertengahan ini hendaknya diterapkan dalam segala hal. Oleh karena itu di antara doa
yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkanlah adalah :

‫ﺮ‬
ِ ‫ﻘ‬ َ ْ ‫واﻟ‬
ْ ‫ﻔ‬ ِ ْ ‫ﻓ ﻲ اﻟ‬
َ ‫ﻐﻨ َﻰ‬ ِ َ ‫ﺼﺪ‬
ْ ‫ﻘ‬ َ ُ ‫ﺳﺄ َﻟ‬
َ ْ ‫ﻚ اﻟ‬ َ
ْ ‫وأ‬َ

“ Aku minta kepada-Mu agar aku bisa melaksanakan sikap pertengahan (kesederhanaan)
dalam keadaan kaya atau fakir. ” ( HR. Ahmad, shahih)

Makna (َ‫ﺼﺪ‬
ْ ‫ﻘ‬َ ْ ‫ )اﻟ‬adalah sikap pertengahan dalam seluruh perkara. Allah Ta’ala juga
berfirman :

ً ‫ﻚ ﻗَﻮَاﻣﺎ‬ َ
َ ِ ‫ﻦ ذ َﻟ‬
َ ْ ‫ن ﺑ َﻴ‬ ْ َ ‫ﺴﺮِﻓُﻮا وَﻟ‬
َ ‫ﻢ ﻳ َْﻘﺘ ُُﺮوا وَﻛ َﺎ‬ ْ َ ‫ﻦ إ ِذ َا أﻧَﻔُﻘﻮا ﻟ‬
ْ ُ‫ﻢ ﻳ‬ َ ‫وَاﻟﺬ ِﻳ‬

“ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al
Furqan : 67) (Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksudnya berjalanlah dengan sikap


pertengahan. Jangan terlalu lambat seperti orang malas dan jangan pula terlalu cepat
seperti orang yang tergesa-gesa. Namun bersikaplah adil dan pertengahan dalam
berjalan, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.” (Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim)

Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah menjelaskan ayat ini bahwa maksudnya


berjalanlah dengan tawadhu’ dan sikap tenang. Jangan bersikap sombong dan takabbur
serta jangan pula berjalan seperti orang yang malas. ” (Taisir Al Karimir Rahman)

Seorang mukmin hendaknya memiliki sifat tawadhu’, termasuk ketika berjalan. Sikap
tawadhu’ akan menjadikan seorang mulia. Hal ini dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam sabda beliau :

‫ﻪ‬ َ ‫ﻪ إ ِﻻ َر‬ َ ‫ﺿ‬


ُ ‫ﻪ ا ﻟﻠ‬
ُ ‫ﻌ‬
َ ‫ﻓ‬ ِ ‫ﺣﺪٌ ﻟ ِﻠ‬
َ ‫ﻊأ‬َ َ ‫ﻮا‬
َ َ ‫ﻣﺎ ﺗ‬
َ ‫و‬
َ

“ Dan tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah
akan meninggikannya” (HR. Muslim).

Baca Juga:

Adab Tatkala Berbicara


Luqman kemudian mengajarkan pada anaknya bagaimana adab ketika berbicara. Allah
Ta’ala berfirman
2/4
َ َ
‫ﺮ‬
ِ ‫ﻤﻴ‬ َ ْ ‫ت اﻟ‬
ِ ‫ﺤ‬ ُ ‫ﻮ‬ َ َ‫ت ﻟ‬
ْ ‫ﺼ‬ ِ ‫ﻮا‬ ْ ‫ﻚ إ ِن أﻧ ْﻜ ََﺮ اْﻷ‬
َ ‫ﺻ‬ َ ِ ‫ﻮﺗ‬
ْ ‫ﺻ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﺾ‬
ْ ‫ﻀ‬ ْ ‫وا‬
ُ ‫ﻏ‬ َ

“ Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah larangan
melampaui batas dalam berbicara dan berbicara keras dalam hal yang tidak bermanfaat.
Oleh karena itu disebutkan dalam ayat bahwa sejelek-jelek suara adalah suara keledai.

Imam Mujahid rahimahullah berkata, “Sejelek-jelek suara adalah suara keledai.”


Barangsiapa yang berbicara dengan suara keras, maka ia mirip dengan keledai dalam hal
mengeraskan suara. Suara yang seperti ini dibenci oleh Allah Ta’ala. Disebutkan adanya
keserupaan menunjukkan akan keharaman bersuara keras dan tercelanya perbuatan
semacam itu sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ﻪ‬ َ ‫ﻓﻰ‬
ِ ِ ‫ﻗﻴ ْﺌ‬ ِ ‫ﻊ‬
ُ ‫ﺟ‬ ِ ْ ‫ﻪ ﻛ َﺎﻟ ْﻜ َﻠ‬
ِ ‫ﺐ ﻳ َْﺮ‬ ِ ِ ‫ﻫﺒ َﺘ‬
ِ ‫ﻓﻰ‬
ِ ُ ‫ﻌﻮد‬
ُ َ ‫ﺬى ﻳ‬
ِ ‫ اﻟ‬، ‫ء‬
ِ ‫ﻮ‬
ْ ‫ﻞ اﻟ ﺴ‬ َ ‫ﺲ ﻟ َﻨ َﺎ‬
ُ َ ‫ﻣﺜ‬ َ ْ ‫َﻴ‬

“Tidak ada bagi kami permisalan yang jelek. Orang yang menarik kembali pemberiannya
adalah seperti anjing yang menjilat kembali muntahannya” (HR. Bukhari) (Tafsiir Al Qur’an
Al ‘Adzim)

Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa merendahkan suara


adalah bentuk beradab dalam berbicara kepada manusia dan adab ketika berbicara
kepada Allah. Suara keledai adalah suara yang jelek dan menakutkan. Seandainya
mengeraskan suara dianggap ada faidah dan manfaatnya, tentu tidak disebutkan secara
khusus dengan suara keledai yang sudah diketahui hina dan pandirnya hewan tersebut.”
(Taisiir Al Kariimi Ar Rahman ).

Baca Juga: Sombong Kepada Orang Sombong Adalah Sedekah?

Faidah Ayat
Manusia hendaknya berajalan dengan sikap yang pertengahahn. Tidak terlalu
tergesa-gesa dan tidak terlalu lambat karena keduanya tercela. Namun tetap
diperbolehkan dalam kondisi tertentu yang memang dibutuhkan untuk berjalan
cepat.
Tidak sepantasnya setiap insan berjalan cepat dan jangan pula berjalan lambat
sehingga tidak mendapatkan yang diinginkan. Adapun bersegera berjalan untuk
mendapatkan kebaikan maka Allah telah memerintahkannya asalkan tidak
melampaui batas, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ﻋ ﻮا‬
ُ ‫ﺮ‬ ْ ُ ‫وﻻ َ ﺗ‬
ِ ‫ﺴ‬ َ ‫ر‬
ِ ‫ﻗﺎ‬ َ ْ ‫واﻟ‬
َ ‫ﻮ‬ َ ‫ﺔ‬ ْ ُ ‫ﻋﻠ َﻴ ْﻜ‬
ِ َ ‫ﻢ ﺑ ِﺎﻟﺴﻜ ِﻴﻨ‬ َ ‫و‬ ِ َ ‫ﺸﻮا إ ِﻟ َﻰ اﻟﺼﻼ‬
َ ،‫ة‬ ُ ‫ﻣ‬ َ ‫ﺔ‬
ْ ‫ﻓﺎ‬ َ ‫ﻣ‬ َ ِ ‫ﻢ اﻹ‬
َ ‫ﻗﺎ‬ ُ ُ ‫ﻌﺘ‬
ْ ‫ﻤ‬ َ ‫إ ِذَا‬
ِ ‫ﺳ‬

“Jika kalian mendengar iqomah, maka segeralah berjalanlah menuju shalat. Hendaknya anda
dalam kondisi tenang dan pelan. Jangan tergesa-gesa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hendaknya setiap manusia merendahkan suaranya, karena Allah berfirman :

3/4
َ ِ ‫ﻮﺗ‬
‫ﻚ‬ ْ ‫ﺻ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﺾ‬
ْ ‫ﻀ‬ ْ ‫وا‬
ُ ‫ﻏ‬ َ

“ Dan rendahkanlah suaramu.”

Namun dalam kondisi tertentu diperbolehkan meninggikan suara semisal ketika adzan,
khutbah, dan kondisi lain yang meemang diperlukan.

Meninggikan suara yang tidak pada tempatnya termasuk perbuatan haram, karena
Allah berfirman :
َ َ
‫ﺮ‬
ِ ‫ﻤﻴ‬ َ ْ ‫ت اﻟ‬
ِ ‫ﺤ‬ ُ ‫ﻮ‬ َ َ‫ت ﻟ‬
ْ ‫ﺼ‬ ِ ‫ﻮا‬ ْ ‫إ ِن أﻧ ْﻜ ََﺮ اْﻷ‬
َ ‫ﺻ‬

“ Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Disebutkannya penyerupaan dalam ayat ini agar dihindari perbuatan yang semisal
tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ﻟﻴ ﺲ ﻟﻨ ﺎ ﻣﺜ ﻞ ا ﻟ ﺴ ﻮ ء‬

“ Tidak ada bagi kami permisalan yang jelek “ (HR. Bukhari)

Ayat di atas menunjukkan bahwa suara keledai adalah suara yang tercela

Baca Juga:

Kesombongan Menghalangi Hidayah


Isbal Tanpa Bermaksud Sombong, Tetap Diingkari Oleh Nabi

Penulis : Adika Mianoki

Artikel: Muslim.or.id

Referensi :

1. . Tafsiir Al Qur’an Al ‘Adzim Surat Luqman karya Imam Ibnu Katsir rahimaullah
2. . Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman karya Sayaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah
3. . Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
rahimahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

4/4
Siapakah Luqman yang Allah Abadikan Namanya dalam Al
Qur’an ?
muslim.or.id/53684-siapakah-luqman-yang-allah-abadikan-namanya-dalam-al-quran.html

dr. Adika Mianoki, January 2,


Sp.S. 2020

Nama Luqman adalah di antara nama yang Allah Ta’ala sebutkan di dalam Al Qur’an.
Bahkan namanya diabadikan menjadi salah satu surat dalam Al Qur’an. Sebenarnya
siapakah Luqman itu? Apa saja nasihat Luqman yang ada dalam Al Qur’an? InsyaAllah
secara berseri kita akan membahas beberapa wasiat dan nasihat Luqman yang terdapat
dalam Al Qur’an. Pembahasan diawali dengan mengenal siapa itu Luqman Al Hakiim.

Daftar Isi sembunyikan


1. Siapakah Luqman ?
2. Luqman Mendapat Anugerah Berupa Hikmah
3. Mereka yang Mendapatkan Hikmah
4. Wasiat Luqman dalam Al Qur’an

Siapakah Luqman ?
Allah Ta’ala sebutkan nama Luqman dalam Al Qur’an :

َ َ ‫ﺤﻜ ْﻤ‬
ٌ ‫ﻤﻴ ﺪ‬
ِ ‫ﺣ‬ َ ‫ﻣﻦ ﻛ ََﻔَﺮ ﻓَﺈ ِن اﻟﻠ‬
َ ‫ﻪ ﻏ َﻨ ِﻲ‬ ِ ‫ﺸﻜ ُُﺮ ﻟ ِﻨ َْﻔ‬
َ َ ‫ﺴﻪ ِ و‬ َ ‫ﺸﻜ ُْﺮ ﻓَﺈ ِﻧ‬
ْ َ ‫ﻤﺎ ﻳ‬ َ َ‫ﺷﻜ ُْﺮ ﻟ ِﻠﻪِ و‬
ْ َ ‫ﻣﻦ ﻳ‬ ْ ‫نا‬
ِ ‫ﺔأ‬ َ ِ ْ ‫ن اﻟ‬ َ ‫وَﻟ ََﻘﺪ ْ آﺗ َﻴ ْﻨ َﺎ ﻟ ُْﻘ‬
َ ‫ﻤﺎ‬

1/5
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, dan Kami perintahkan
kepadanya, “Bersyukurlah kepada Allah”. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah,
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. “ (QS. Luqman : 12)

Luqman adalah nama seorang lelaki. Mayoritas ulama menyebutkan bahwa Luqman
bukan Nabi, tetapi seorang lelaki shalih yang Allah Ta’ala karuniakan hikmah kepadanya.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa para ulama beselisih pendapat
apakah Luqman adalah nabi atau orang shalih yang bukan nabi. Mayoritas mengatakan
bahwa Luqman bukanlah nabi. Diriwayatkan dari ‘Ikrimah -jika memang benar shahih dari
beliau- bahwasanya Luqman adalah Nabi. Namun yang lebih tepat bahwa Luqman
bukanlah Nabi, akan tetapi beliau seorang lelaki yang bijaksana yang memiliki petunjuk
yang lurus. Allah Ta’ala karuniakan kepadanya banyak hikmah, sebagaimana firman Allah
Ta’ala :

ً ‫ﺧﻴ ْﺮا ً ﻛ َﺜ ِﻴﺮا‬ ُ ِ ْ ‫ت اﻟ‬ ِ ْ ‫ﺆﺗ ِﻲ اﻟ‬


َ ِ ‫ﺔ ﻓََﻘﺪ ْ أوﺗ‬
َ ‫ﻲ‬ َ ْ ‫ﺤﻜ‬
َ ‫ﻤ‬ َ ْ ‫ﻣﻦ ﻳ ُﺆ‬ َ َ ‫ﻣﻦ ﻳ‬
َ َ‫ﺸﺎُء و‬ َ ‫ﺔ‬ َ ْ ‫ﺤﻜ‬
َ ‫ﻤ‬

“ Allah menganugerahkan Al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (QS. Al Baqarah : 269)

Imam Qatadah rahimahullah berkata, “Dia bukanlah nabi dan dia tidak diberi wahyu.”
Imam Mujahid rahimahullah berkata, “Luqman adalah seorang lelaki yang shalih namun
bukanlah seorang nabi.”

Terdapat banyak perbedaan mengenai profesi Luqman. Ada yang menyebutkan bahwa
Luqman adalah seorang penjahit. Ada pula yang mengatakan dia adalah tukang kayu.
Sebagian lagi menyebutkan bahwa beliau adalah penggembala. Dan adapula yang
mengatakan bahwa beliau adalah seorang qadhi (hakim).

Mengenai asalnya, ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Habasyah. Ada
pula yang menyebutkan bahwa asalnya dari Sudan.

Apa pekerjaaan dan dari mana asalnya tidaklah berpengaruh dan tidak penting. Yang
jelas beliau adalah seorang lelaki yang Allah Ta’ala beri hikmah. Allah Ta’ala menyebutkan
kepada kita di antara wasiat dan nasihat Luqman kepada anaknya di dalam Al Qur’an
agar kita mendapat manfaat dan mengambil faidah darinya. (Lihat at Tashiil li Ta’wiil at
Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al ‘Adawiy )

Baca Juga: Mengambil Faidah Dari Luqmanul Hakim Tentang Pendidikan Anak

Luqman Mendapat Anugerah Berupa Hikmah


Allah Ta’ala Ta’ala berfirman :

‫ﺔ‬
َ ‫ﻤ‬ ِ ْ ‫ن اﻟ‬
َ ْ ‫ﺤﻜ‬ َ ‫َﻟ ََﻘﺪ ْ آﺗ َﻴ ْﻨ َﺎ ﻟ ُْﻘ‬
َ ‫ﻤﺎ‬

2/5
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman,” (QS. Luqman : 12)

Hikmah pada asalnya memiliki arti bersesuaian dengan kebenaran. Maknanya adalah
meletakkan sesuatu pada tempatnya. Pemiliknya memiliki akal yang terbimbing dan
pemikiran yang lurus sehingga disebut seorang yang hakiim. Oleh karena itu Luqman
sering diberi julukan Luqman Al Hakiim.

Hikmah memiliki banyak makna yang disebutkan oleh para ulama, di antaranya :

Benar dan lurus dalam perkataan dan perbuatan


Meletakkan sesuatu sesuai dengan tempat yang selayaknya, berbicara sesuai
dengan kondisinya. Jika melihat kondisi yang membutuhkan keras, maka akan
bersikap dan berkata keras. Jika melihat kondisi yang membutuhkan sikap lembut
maka dia akan lembut dalam berucap.
Memiliki pemahaman yang baik dan benar, ilmu yang bermanfaat, dan ta’wil serta
tafsir yang benar dan bagus. Imam Qatadah rahimahullah ketika menafsirkan
hikmah dalam ayat ini berkata. “Maksudnya adalah pemahaman tentang Islam”.
Benar dalam keyakinan dan paham permasalahan agama serta memiliki
kecerdasan.
Akal yang sehat yang menghalangi pemiliknya dari jeleknya pemahaman.

(Lihat at Tashiil li Ta’wiil at Tanziil Tafsir Surat Luqman karya Syaikh Musthofa al
‘Adawiy)

Inilah di antara beberapa makna hikmah yang dijelaskan oleh para ulama. Berbagai
penjelasan mengenai makna hikmah di atas tidak saling bertentangan, bahkan saling
melengkapi sehingga lebih menjelaskan tentang makna hikmah itu sendiri.

Baca Juga: Adab-Adab Dalam Memberikan Nasehat

Mereka yang Mendapatkan Hikmah


Luqman adalah salah satu di antara makhluk Allah Ta’ala yang mendapatkan hikmah
dari-Nya. Selain Luqman, ada beberapa makhluk yang Allah Ta’ala karuniakan hikmah
kepadanya. Allah Ta’ala telah mejelaskan keutamaan hikmah dan siapa saja yang
mendapatkannya. Allah Ta’ala memberikannya kepada hamba-Nya sesuai yang Dia
kehendaki. Allah Ta’ala berfirman :

َ ُ ُ
ِ ‫ﻣﺎ ﻳ َﺬﻛُﺮ إ ِﻻ أوْﻟ ُﻮا ْ اﻷﻟ ْﺒ َﺎ‬
‫ب‬ َ َ‫ﺧﻴ ْﺮا ً ﻛ َﺜ ِﻴﺮا ً و‬ َ ِ ‫ﺔ ﻓََﻘﺪ ْ أوﺗ‬
َ ‫ﻲ‬ َ ‫ﻤ‬ ِ ْ ‫ت اﻟ‬
َ ْ ‫ﺤﻜ‬ َ ْ ‫ﻣﻦ ﻳ ُﺆ‬ َ َ ‫ﻣﻦ ﻳ‬
َ َ‫ﺸﺎُء و‬ َ ‫ﺔ‬
َ ‫ﻤ‬ ِ ْ ‫ُﺆﺗ ِﻲ اﻟ‬
َ ْ ‫ﺤﻜ‬

“Allah menganugerahkan hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah)
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).“ (QS. Al Baqarah: 269)

Allah Ta’ala menjelaskan tentang nikmat hikmah kepada Nabi Dawud ‘alaihissalam:

3/5
ِ‫ﺨﻄ َﺎب‬
ِ ْ ‫ﻞ اﻟ‬ ْ َ‫ﺔ وَﻓ‬
َ ‫ﺼ‬ َ ‫ﻤ‬ ِ ْ ‫ﻪ وَآﺗ َﻴ ْﻨ َﺎه ُ اﻟ‬
َ ْ ‫ﺤﻜ‬ ُ َ ‫ﻣﻠ ْﻜ‬ َ َ‫و‬
ُ ‫ﺷﺪ َد ْﻧ َﺎ‬

“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan
dalam menyelesaikan perselisihan“ (QS. Shaad : 20)

Begitu pula Allah Ta’ala memberi hikmah kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salam :

‫ﺔ‬
َ ‫ﻤ‬ ِ ْ ‫ب وَاﻟ‬
َ ْ ‫ﺤﻜ‬ َ ‫ﻚ اﻟ ْﻜ ِﺘ َﺎ‬
َ ُ ‫ﻤﺘ‬
ْ ‫وَإ ِذ ْ ﻋ َﻠ‬

“ dan (ingatlah) di waktu Aku mengajari kamu kitab dan hikmah. “ (QS. Al Ma’idah : 110)

Demikian juga Allah Ta’ala menganugerahkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam:

ً ‫ﻚ ﻋ َﻈ ِﻴﻤﺎ‬
َ ْ ‫ﻞ اﻟﻠ ّﻪِ ﻋ َﻠ َﻴ‬ ُ َ ‫ﻦ ﺗ َﻌْﻠ‬
َ ‫ﻢ وَﻛ َﺎ‬
ْ َ‫ن ﻓ‬
ُ ‫ﻀ‬ ْ َ‫ﻟ‬
ْ ُ ‫ﻢ ﺗ َﻜ‬

“ Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah
mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat
besar atasmu. “ (QS. An Nisaa;: 113)

Baca Juga: Nasehat Syaikh Ibnu Baz Kepada Supporter Klub Olahraga

Wasiat Luqman dalam Al Qur’an


Allah Ta’ala menyebutkan dalam beberapa ayat surat Luqman mengenai wasiat dan
nasihat Luqman yang hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua. Di antara pelajaran
dan wasiat Luqman tersebut adalah :

1. Senantiasi bersyukur kepada Allah Ta’ala


2. Menjauhi kesyirikan
3. Jangan bersikap sombong
4. Ingatlah bahwa setiap amalan akan mendapat balasan
5. Dirikanlah shalat, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan bersabar terhadap setiap
cobaan
6. Bersikap tawadhu’ di hadapan manusia

InsyaAllah pada pembahasan selanjutnya kita akan bahas lebih rinci beberapa wasiat
Luqman dalam Al Qur’an.

Semoga kita senatiasa bisa mengambil faidah dari setiap kisah yang Allah Ta’ala
sebutkan dalam Al Qur’an.

Baca Juga:

Wasiat Luqman (1) : Bersyukurlah kepada Allah


Nasehat Bagi Mereka Yang Suka Menjatuhkan Kehormatan Para Da’i Ilallah

Penulis : Adika Mianoki


4/5
Artikel: Muslim.or.id

Sumber bacaan utama : Tafsiir Al Qur’an Al Kariim Surat Luqman, Syaikh Muhammad bin
Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

5/5

Anda mungkin juga menyukai