Anda di halaman 1dari 7

Kewajiban Menunaikan Amanah

khotbahjumat.com/166-kewajiban-menunaikan-amanah.html

Khutbah Jumat ini menerangkan tentang wajibnya menunaikan amanah yang telah
dibebankan kepada kita serta ancaman bagi orang-orang menyia-nyiakan amanah,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Alquran dan sunnah. Semoga nasihat dalam
khutbah Jumat ini memberikan manfaat bagi kita, biidznillah. [Redaksi
KhotbahJumat.com]

***

KHUTBAH PERTAMA

َ َ
ُ ُ ‫ن ﺗ ِﻠ ْﻜ‬
‫ﻢ‬ ْ ‫ﺤﻖ وَﻧ ُﻮد ُوا أ‬ َ ْ ‫ﻞ َرﺑﻨ َﺎ ﺑ ِﺎﻟ‬ُ ‫ﺳ‬
ُ ‫ت ُر‬ َ ْ ‫ﻪ ﻟ ََﻘﺪ‬
ْ ‫ﺟﺎَء‬ ْ ‫ﻣﺎ ﻛ ُﻨﺎ ﻟ ِﻨ َﻬْﺘ َﺪ ِيَ ﻟ َﻮَْﻻ أ‬
ُ ‫ن ﻫَﺪ َاﻧ َﺎ اﻟﻠ‬ َ َ‫ﻤﺪ ُ ﻟ ِﻠﻪِ اﻟﺬ ِي ﻫَﺪ َاﻧ َﺎ ﻟ ِﻬَﺬ َا و‬ َ ْ ‫اﻟ‬
ْ ‫ﺤ‬
ُ ُ ‫اﻟ ْﺠﻨ‬
‫ن‬َ ‫ﻤﻠ ُﻮ‬ ْ ُ ‫ﻤﺎ ﻛ ُﻨ ْﺘ‬
َ ْ‫ﻢ ﺗ َﻌ‬ َ ِ ‫ﻤﻮﻫَﺎ ﺑ‬ ُ ُ ‫ﺔ أورِﺛ ْﺘ‬ َ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah ini kami berwasiat pada diri kami pribadi dan seluruh hadirin untuk
bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu agar kita menjaga dan membentengi
diri dari kemarahan serta siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal ini adalah dengan
menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita, serta dengan menjauhi
segala larangan-Nya.

Saudara-saudaraku kaum muslimin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah


Subhanahu wa Ta’ala,

1/6
Di antara bentuk ketakwaan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
dengan menjalankan dan menjaga amanah yang dipikulnya. Baik amanah yang
berkaitan dengan kewajiban kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti shalat, berwudhu,
membayar zakat dan yang lainnya, maupun yang berkaitan dengan kewajiban kepada
sesama manusia. Sehingga seseorang perlu memahami bahwa amanah itu sangat luas
cakupannya. Dan amanah yang diemban oleh setiap orang tidak selalu sama dengan
yang lainnya. Namun, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti atas pelaksanaan amanah yang dipikulnya.

Hadirin rahimakumullah,

Perlu diketahui, bahwa menjalankan amanah dan menjaganya bukanlah perkara yang
bisa dilakukan semudah membalik tangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan
tentang beratnya amanah di dalam firman-Nya,

ْ َ ‫ﻤﻠ ْﻨ َﻬَﺎ وَأ‬ َ ‫ﺔ ﻋ َﻠ َﻰ اﻟﺴﻤﺎوات وا ْﻷ َرض واﻟ ْﺠﺒﺎل ﻓَﺄ َﺑﻴ‬ َ


َ ‫ﻪ ﻛ َﺎ‬
‫ن‬ ُ ‫ن إ ِﻧ‬ُ ‫ﺴﺎ‬ َ ‫ﻤﻠ َﻬَﺎ ا ْﻹ ِﻧ‬
َ ‫ﺣ‬
َ َ‫ﻣﻨ ْﻬَﺎ و‬
ِ ‫ﻦ‬
َ ‫ﺷَﻔْﻘ‬ ِ ‫ﺤ‬
ْ َ ‫ﻦ أن ﻳ‬
َ َْ ِ َ ِ َ ِ ْ َ ِ َ َ َ ‫ﺿﻨ َﺎ ا ْﻷ‬
َ َ ‫ﻣﺎﻧ‬ ْ ‫إ ِﻧﺎ ﻋ ََﺮ‬
ً ‫ﺟﻬُﻮﻻ‬ َ ‫ﻣﺎ‬ ً ‫ﻇ َﻠ ُﻮ‬

“Sesungguhnya, Kami telah menawarkan amanah (yaitu menjalankan perintah-perintah Allah


Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan seluruh larangan-Nya) kepada seluruh langit dan
bumi serta gunung-gunung. Maka, semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu banyak berbuat dzalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)

Di dalam ayat tersebut kita mengetahui, bahwa makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa


Ta’ala yang sangat besar tidak bersedia menerima amanah yang ditawarkan kepada
mereka. Yaitu amanah yang berupa menjalankan syariat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
turunkan melalui utusan-Nya. Mereka enggan untuk menerima amanah tersebut bukan
karena ingin menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan pula karena mereka tidak
berharap balasan Allah l yang sangat besar dengan menjalankan amanah tersebut. Akan
tetapi, mereka menyadari betapa beratnya memikul amanah. Sehingga, mereka khawatir
akan menyelisihi amanah tersebut yang berakibat akan terkena siksa Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang sangat pedih. Hanya saja, manusia dengan berbagai kelemahannya,
memilih untuk menerima amanah tersebut. Sehingga kemudian terbagilah manusia
menjadi tiga kelompok.

Kelompok yang pertama adalah orang–orang yang menampakkan dirinya seolah-olah


menjalankan amanah. Yaitu dengan menampakkan keimanannya namun sesungguhnya
mereka tidak beriman. Mereka itulah yang disebut orang–orang munafik.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang dengan terang-terangan menyelisihi amanah


tersebut. Yaitu mereka tidak mau beriman baik secara lahir maupun batin. Mereka
adalah orang-orang kafir dan musyrikin.

Sedangkan kelompok ketiga adalah orang-orang yang menjaga amanah yaitu orang-
orang yang beriman baik secara lahir maupun batin.

2/6
Dua kelompok pertama yang kita sebutkan tadi akan diazab dengan azab yang sangat
pedih. Sedangkan kelompok yang ketiga yaitu mereka yang beriman secara lahir dan
batin, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan ampunan, serta rahmat dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana tersebut dalam ayat berikutnya dalam
firman-Nya,

‫ﻪ‬
ُ ‫ن اﻟﻠ‬َ ‫ت وَﻛ َﺎ‬
ِ ‫ﻣﻨ َﺎ‬ ُ ْ ‫ﻦ وَاﻟ‬
ِ ْ ‫ﻤﺆ‬ َ ‫ﻣﻨ ِﻴ‬ ُ ْ ‫ﻪ ﻋ َﻠ َﯩﺎﻟ‬
ِ ْ ‫ﻤﺆ‬ ُ ‫ب اﻟﻠ‬ ِ ‫ﺸﺮِﻛ َﺎ‬
َ ‫ت وَﻳ َﺘ ُﻮ‬ ُ ْ ‫ﻦ وَاﻟ‬
ْ ‫ﻤ‬ ُ ْ ‫ت وَاﻟ‬
ْ ‫ﻤ‬
َ ‫ﺸﺮِﻛ ِﻴ‬ ُ ْ ‫ﻦ وَاﻟ‬
ِ ‫ﻤﻨ َﺎﻓَِﻘﺎ‬ ُ ْ ‫ﻪ اﻟ‬
َ ‫ﻤﻨ َﺎﻓِِﻘﻴ‬ ُ ‫ب اﻟﻠ‬
َ ‫ﻟﻴ ُﻌَﺬ‬
‫ﻤﺎ‬ ِ ‫ﻏ َُﻔﻮًرا ر‬
ً ‫ﺣﻴ‬

“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan serta orang-orang
musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang
mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Al-Ahzab: 73)

Hadirin rahimakumullah,

Amanah yang berkaitan dengan menjalankan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala atau
ibadah ini, harus dilakukan dengan memenuhi dua syarat. Kedua syarat tersebut
sesungguhnya merupakan realisasi dari dua kalimat syahadat yang selalu kita ucapkan.
Kedua syarat tersebut, yang pertama adalah ikhlas dan yang kedua adalah harus
dilakukan sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata dalam menjalankan peribadatan kepada-Nya. Hal ini ditandai dengan
istiqamahnya kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala baik ketika
sendirian maupun ketika bersama orang lain. Sehingga kita tidak menjadi orang yang
taat ketika dilihat orang lain, namun bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika
sendirian. Janganlah kita lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui segala
perbuatan dan mengetahui seluruh yang ada di dalam hati kita. Ingatlah firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala,

َ ‫أ َوﻻ َ ﻳﻌﻠ َﻤﻮ‬


‫ن‬
َ ‫ﻣﺎ ﻳ ُﻌْﻠ ِﻨ ُﻮ‬
َ َ‫ن و‬
َ ‫ﺴﺮو‬
ِ ُ ‫ﻣﺎ ﻳ‬ ُ َ ‫ﻪ ﻳ َﻌْﻠ‬
َ ‫ﻢ‬ َ ‫ن أ ن اﻟﻠ‬
َ ُ َْ َ

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan
dan segala yang mereka nyatakan?” (Al-Baqarah: 77)

Hadirin yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sedangkan untuk menjalankan syarat yang kedua, wajib bagi kita untuk berilmu dulu
sebelum beramal. Sehingga kita tidak boleh seenaknya sendiri atau sekadar ikut-ikutan
dalam tata cara peribadatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita harus melakukannya
dengan aturan dan tata cara yang telah ditentukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Karena kalau tidak demikian, maka akan berakibat tidak diterimanya amalan kita.
Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang
untuk mengulangi wudhunya karena ada bagian anggota wudhu yang tidak terkena air.
Begitu pula beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang untuk
mengulangi shalatnya karena tidak thuma’ninah ketika menjalankannya.
3/6
Semua ini menunjukkan bahwa ibadah itu telah ditentukan aturannya oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kita harus senantiasa mengingat bahwa shalat, puasa,
membayar zakat, menunaikan haji dan yang lain-lainnya dari bentuk-bentuk ibadah
adalah amanah yang kita harus menjalankannya sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudara-saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah,

Adapun amanah yang berhubungan dengan muamalah, yaitu yang berkaitan dengan
menjalankan kewajiban kepada sesama manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memerintahkan kita untuk menjalankannya dalam firman-Nya,

‫ت إ ِﻟ َﻰ أ َﻫْﻠ ِﻬَﺎ‬ َ َ ُ ‫إن اﻟﻠﻪ ﻳﺄ ْﻣﺮﻛ‬


َ ‫ﻢ أن ﺗ ُﺆ َدوا ا ْﻷ‬
ِ ‫ﻣﺎﻧ َﺎ‬ ْ ُ ُ َ َ ِ

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah kepada yang


berhak menerimanya.” (An-Nisa`: 58)

Sedangkan cara untuk menjalankan amanah ini, adalah dengan kita senantiasa
menginginkan agar orang lain mendapatkan kebaikan sebagaimana kita menginginkan
kebaikan itu pada diri kita. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ ‫ﺴﻪ‬
ِ ‫ﺤﺐ ﻟ ِﻨ َْﻔ‬
ِ ‫ﻣﺎ ُﻳـ‬ ِ َ ‫ﺣﺐ ِﻷ‬
َ ِ‫ﺧﻴ ْﻪ‬ ِ ُ ‫ﺣﺘ ﻰ ﻳـ‬ ْ ُ ‫ﺣﺪ ُﻛ‬
َ ‫ﻢ‬ َ ‫ﻦأ‬ ِ ْ ‫ﻻ َ ﻳ ُﺆ‬
ُ ‫ﻣ‬

“Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Sehingga seseorang yang bermuamalah dengan orang lain, semestinya melihat dan
bercermin pada dirinya. Baik dalam hal jual beli, sewa-menyewa, bekerja pada pihak lain
atau instansi tertentu, dan yang lainnya. Yaitu dia tidak ingin memperlakukan
saudaranya dengan perlakuan yang tidak baik sebagaimana dia tidak ingin perlakuan
tersebut menimpa dirinya.

Oleh karena itu, seseorang yang menjual barang, misalnya, maka dia harus menjualnya
dengan menjaga amanah. Tidak boleh bagi seorang penjual untuk mengkhianati
pembelinya dengan berbuat curang dalam menimbang atau menakar. Dan tidak boleh
baginya untuk berbuat dzalim dengan meninggikan harga karena si pembeli tidak
mengetahui harga atau dengan menyembunyikan kerusakan atau cacat yang ada pada
barang tersebut. Begitu pula sebaliknya, tidak boleh bagi pembeli untuk mengkhianati
penjual dengan berdusta untuk mengurangi harga yang sesungguhnya. Atau dengan
menunda-nunda pembayaran barang yang dibelinya padahal dia memiliki kemampuan
untuk membayarnya.

Hadirin rahimakumullah,

Tidak boleh pula bagi seorang yang menyewakan tempat, kendaraan, dan yang lainnya
untuk berkhianat kepada orang yang menyewa miliknya itu. Misalnya menipu orang
yang menyewa dengan meninggikan biaya sewanya, atau menyewakan sesuatu yang

4/6
tidak sesuai dengan yang dia tawarkan. Dan sebaliknya, tidak boleh bagi orang yang
menyewa untuk menipu sehingga biaya sewanya lebih murah dari biaya yang
semestinya, atau dia menggunakan barang sewaannya dengan tidak hati-hati sehingga
berakibat rusaknya barang tersebut. Begitu pula orang yang bekerja pada sebuah
perusahaan. Tidak boleh baginya untuk datang dan pulang seenaknya, tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, atau melakukan kesibukan lain di tempat kerjanya
sehingga melalaikan dia dari tugas utamanya.

Saudara-saudaraku yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Termasuk dari menjaga amanah adalah yang berkaitan dengan pendidikan. Seorang
pengajar harus berusaha menjaga amanah yang dipikulnya. Dia harus berusaha untuk
menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya. Karena terkadang anak didik lebih banyak
melihat kepada sikap dan tingkah laku pengajar daripada apa yang disampaikan kepada
mereka. Begitu pula dia berusaha menyampaikan ilmu yang bermanfaat dengan cara
yang mudah dipahami oleh anak didiknya serta tidak memaksakan diri untuk
menyampaikan pelajaran yang belum dikuasainya yang berakibat dirinya akan terjatuh
pada perbuatan “berbicara tanpa ilmu”. Terutama yang terkait dengan masalah agama.
Semuanya harus dilakukan dengan menjaga amanah.

Hadirin rahimakumullah,

Termasuk menjaga amanah adalah yang berkaitan dengan tanggung jawab terhadap
orang-orang yang berada di bawah kekuasaan dan pemeliharaannya. Semakin banyak
atau semakin luas lingkup kekuasaannya maka semakin besar tanggung jawabnya.
Maka, seorang penguasa bertanggung jawab atas warga negaranya dan seorang
pemimpin bertanggung jawab terhadap bawahannya. Begitu pula seorang suami
bertanggung jawab atas keluarganya, dan seterusnya.

Sudah semestinya bagi pemimpin rumah tangga untuk memelihara keluarganya dari hal-
hal yang membahayakan mereka baik yang berkaitan dengan urusan dunia apalagi
akhiratnya. Terlebih pada saat kerusakan dan kemaksiatan tersebar di mana-mana.
Sebagaimana setiap orang tentu akan lebih berusaha menjaga hartanya ketika dia
mendengar bahwa pencurian dan yang semisalnya tengah merajalela. Bahkan, menjaga
keluarga dan anak-anaknya dari kerusakan yang ada di sekitarnya semestinya lebih
diutamakan dari menjaga harta. Karena, melalaikan kewajiban ini akan menyebabkan
munculnya generasi mendatang yang akan berbuat kerusakan di muka bumi ini. Juga
karena setiap orangtua tentunya tidak menginginkan dirinya masuk ke dalam surga
sementara anak-anaknya diazab di api neraka. Oleh karena itu, semestinya kita berusaha
menjaga amanah ini, sehingga mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyelamatkan kita semua dan keluarga kita dari api neraka serta mengumpulkan kita
dan keluarga kita di dalam surga-Nya. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,

َ ‫واﻟﺬﻳﻦ َءاﻣﻨﻮا واﺗﺒﻌﺘﻬﻢ ذ ُرﻳﺘﻬﻢ ﺑﺈﻳﻤﺎن أ َﻟ ْﺤْﻘﻨﺎ ﺑﻬﻢ ذ ُرﻳﺘﻬﻢ و‬


‫ﻤﺎ‬
َ ِ‫ئ ﺑ‬
ٍ ِ ‫ﻣﺮ‬ْ ‫ﻰٍء ﻛ ُﻞ ا‬ َ ‫ﻤﻠ ِﻬِﻢ ﻣﻦ‬
ْ ‫ﺷ‬ ْ ‫ﻣﺂأﻟ َﺘ ْﻨ َﺎﻫُﻢ ﻣ‬
َ َ‫ﻦ ﻋ‬ َ َ ْ َُ ْ ِِ َ َ ٍ َ ِِ ُُ ْ ََُْ َ ُ َ َ ِ َ
‫ﻦ‬
ٌ ‫ﺐ َرﻫ ِﻴ‬ َ ‫ﺴ‬َ َ‫ﻛ‬

5/6
“Dan orang-orang yang beriman dan yang keturunan mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami kumpulkan keturunan mereka dengan mereka di dalam surga dan Kami
tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.” (Ath-Thur: 21)

َ
،‫ﻦ‬َ ْ ‫ﻤﻴ‬
ِ ِ ‫ﺴﻠ‬ ُ ‫ﻤﻴ ِْﻊ اﻟ ْـ‬
ْ ‫ﻤ‬ َ ‫ﺨﻴ َﺎﻧ َﺔِ وَﻏ ََﻔَﺮ ﻟ َﻨ َﺎ وَﻟ ِﻮَﻟ ِﺪ ِﻳ ْﻨ َﺎ وَﻟ ِـ‬
ِ ‫ﺠ‬ ِ ‫ﺿﺎﻋ َﺔِ وَاﻟ ْـ‬
َ ِ ‫ﻦ اْﻹ‬
َ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﻤﻴ ْﻌًﺎ‬
ِ ‫ﺟ‬
َ ‫ﻤﺎﻧ َﺎ‬
َ ‫ﺣ‬ َ ‫ﻢ ِﻷد َاِء اْﻷ‬
َ َ‫ﻣﺎﻧ َﺔِ و‬ ْ ُ ‫ﻪ وَإ ِﻳﺎﻛ‬
ُ ‫َﻓَﻘﻨـ ِيَ اﻟﻠ‬
‫ﻢ‬
ُ ْ ‫ﺣﻴ‬
ِ ‫ﻪ ﻫُﻮَ اﻟﻐَُﻔﻮُْر اﻟﺮ‬ ُ ‫ِﻧ‬

KHUTBAH KEDUA

َ َ َ ‫ وﺗﻮﻋﺪ ﻣ‬،ً ‫ﺔ ورﻋ َﺎﻫَﺎ أ َﺟﺮا ﺟﺰﻳﻼ‬


ُ ‫ﻤﺪ ُه‬ َ ‫ﺣ‬ ْ ‫ أ‬،‫ﻪ ﻋ َﺬ َاﺑ ًﺎ وَﺑ ِﻴ ْﻼ‬ُ َ ‫ﺿﺎﻋ َﻬَﺎ وَأﻋ َﺪ ﻟ‬ َ ‫ﻦأ‬ ْ َ َ َ ََ ْ َِ ً ْ َ َ َ َ ‫ﻣﺎﻧ‬ َ ‫ﻆ اْﻷ‬ َ ‫ﺣِﻔ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻣ‬ َ َ ‫ﻤﺪ ُ ﻟ ِﻠﻪِ اﻟﺬ ِي وَﻋ َﺪ‬ ْ ‫ﺤ‬َ ‫اﻟ ْـ‬
‫ﺤﻤﺪ ًا‬ َ ‫ﻣ‬ ُ ‫ﺷﻬَﺪ ُ أن‬ ْ َ ‫ﻪ وَأ‬ُ َ‫ﻚ ﻟ‬ َ ْ ‫ﺷﺮِﻳ‬َ َ ‫ﺣﺪ َه ُ ﻻ‬ْ َ‫ﻪ و‬ َ َ ‫ن ﻻ َ إﻟ‬
ُ ‫ﻪ إ ﻻ اﻟﻠ‬
َ
ْ ‫ﺷﻬَﺪ ُ أ‬ ْ َ ‫ أ‬،ِ‫ﺴﺎﻧ ِﻪ‬َ ‫ﺣ‬ْ ِ ‫ﺷﻜ ُُﺮه ُ ﻋ َﻠ َﻰ ﺗ َﺘ َﺎﺑ ُِﻊ إ‬ ْ َ ‫ أ‬،ِ‫ﻤﻪ‬
ِ َ‫ﻞ ﻧ ِﻌ‬ َ ‫ﻰ‬
ِ ْ ‫ﺟﺰِﻳ‬
َ َ َ
،‫ﻤﺎ‬ ً ْ ‫ﺴﻠ ِﻴ‬ْ َ‫ﻢ ﺗ‬َ ‫ﺳﻠ‬ َ ‫ﺤﺎﺑ ِﻪِ و‬ َ ‫ﺻ‬ْ ‫ﻪ ﻋ َﻠ َﻴ ْﻪِ وﻋ َﻠ َﻰ آﻟ ِﻪِ وأ‬ ُ ‫ﺻﻠ ﻰ اﻟﻠ‬ ِ ‫ﻦ اﻟ ْـ‬
َ ،ِ‫ﺨﻴ َﺎﻧ َﺔ‬ ْ ‫ﻣ‬ ِ ‫ﺣﺬَر‬ َ َ ‫ﻣﺎﻧ ﺔ ِ و‬ َ ‫ﺣﺚ ﻋ َﻠ َﻰ أد َاِء اْﻷ‬ َ ،‫ﻪ‬ ُ ُ ‫ﺳﻮْﻟ‬
ُ ‫ﻋ َﺒ ْﺪ ُه ُ وََر‬
َ
ُ ‫ﻣﺎ ﺑ َﻌْﺪ‬ ّ ‫أ‬:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dengan
bertakwa kepada-Nya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan segala
urusan kita. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,

‫ﺴًﺮا‬ َ ‫ﻦ ﻳﺘ ﻖ اﻟﻠ ﻪ ﻳ ﺠ ﻌ ﻞ ﻟ ﻪ ﻣ‬
ْ ُ ‫ﻣﺮِهِ ﻳ‬
ْ ‫ﻦأ‬ْ ِ ُ َ ْ َ َ ِ َ َ

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala di samping menyebutkan di dalam firman-Nya


perintah untuk menjalankan amanah, juga menyebutkan kepada kita larangan untuk
berbuat khianat. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,

َ َ َ
‫ن‬ ُ َ ‫ﻢ ﺗ َﻌْﻠ‬
َ ‫ﻤﻮ‬ ْ ُ ‫ﻣﺎﻧ َﺎﺗ ِﻜ‬
ْ ُ ‫ﻢ وَأﻧﺘ‬ َ ‫ﺨﻮﻧ ُﻮا أ‬ َ ‫ﺳﻮ‬
ُ َ ‫ل وَﺗ‬ ُ ‫ﻪ وَاﻟﺮ‬ ُ َ ‫ﻣﻨ ُﻮا ﻻ َﺗ‬
َ ‫ﺨﻮﻧ ُﻮا اﻟﻠ‬ َ ‫ﻦ َءا‬
َ ‫ﻳ َﺎأﻳﻬَﺎ اﻟﺬ ِﻳ‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan janganlah kalian mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan
kepada kalian, sedang kalian dalam keadaan mengetahui.” (Al-Anfal: 27)

Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan kepada kita dalam ayat-Nya bahwa
mengkhianati amanah adalah sifat orang-orang Yahudi, yang kita dilarang untuk meniru
akhlak mereka. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,

ْ
ِ‫ﺖ ﻋ َﻠ َﻴ ْﻪ‬
َ ‫ﻣ‬
ْ ُ ‫ﻣﺎد‬ َ ْ ‫ﻪ ﺑ ِﺪ ِﻳﻨ َﺎرٍ ﻻ ﻳ ُﺆ َدهِ إ ِﻟ َﻴ‬
َ ‫ﻚ إ ِﻻ‬ ُ ْ ‫ﻣﻨ‬
َ ‫ﻦ إ ِن ﺗ َﺄ‬
ْ ‫ﻣﻨﻬُﻢ ﻣ‬
ِ َ‫و‬

”Dan di antara mereka (orang-orang Yahudi) ada orang yang jika kamu memercayakan
kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu
menagihnya.” (Ali ‘Imran: 75)

6/6
Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan kepada kita bahwa
mengkhianati amanah adalah sifat orang-orang munafik. Sebagaimana dalam sabdanya,

‫ن‬
َ ‫ﺧﺎ‬
َ ‫ﻦ‬ ِ ُ ‫ وَإ ِذ َا اؤ ْﺗ‬،‫ﻒ‬
َ ‫ﻤ‬ ْ َ ‫ وَإ ِذ َا وَﻋ َﺪ َ أ‬،‫ب‬
َ َ ‫ﺧﻠ‬ َ َ ‫ث ﻛ َﺬ‬
َ ‫ﺣﺪ‬ ٌ َ ‫ﻖ ﺛ َﻼ‬
َ ‫ إ ِذ َا‬:‫ث‬ ُ ‫ﺔ اﻟ ْـ‬
ِ ِ‫ﻤﻨ َﺎﻓ‬ ُ َ ‫ آﻳ‬.

“Tanda-tanda orang munafiq ada tiga: jika berbicara berdusta, bila berjanji tidak menepati
janjinya, dan apabila diberi amanah mengkhianatinya.” (H.R. Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullah disebutkan,

‫ﻢ‬ َ َ ‫وإ ن ﺻ ﺎ م و ﺻ ﻠ ﻰ و ز ﻋ‬
ٌ ِ ‫ﺴﻠ‬
ْ ‫ﻣ‬
ُ ‫ﻪ‬
ُ ‫ﻢ أﻧ‬
َ ََ َ َ َ َ ْ َِ

“Meskipun dia shalat dan puasa serta mengaku dirinya muslim.”

Hadirin rahimakumullah,

Maka, sudah semestinya bagi kita untuk berusaha menjaga amanah yang telah kita
terima. Baik yang berkaitan dengan kewajiban kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
maupun kepada sesama manusia. Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikan kita sebagai orang-orang yang bisa mengamalkan ilmu yang telah sampai
kepada kita dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah kita dengar. Dan mudah-
mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang
senantiasa menjaga amanah yang ada di pundak-pundak kita.

ِ‫ﺧﻠ ََﻔﺎء‬ َ َ
ُ ْ ‫ﻦ اﻟـ‬ ِ َ ‫ض اﻟﻠﻬُﻢ ﻋ‬ َ ‫ وَاْر‬،‫ﻦ‬ َ ْ ‫ﻤﻌِﻴ‬َ ‫ﺟ‬ْ ‫ﺤﺎﺑ ِﻪِ أ‬
َ ‫ﺻ‬ ْ ‫ﺤﻤﺪ ٍ وَﻋ َﻠ َﻰ آﻟ ِﻪِ وَأ‬ َ ‫ﻣ‬
ُ ‫ﻚ‬َ ِ ‫ﺳﻮْﻟ‬ُ ‫ك وََر‬ َ ِ ‫ﻢ ﻋ َﻠ َﻰ ﻋ َﺒ ْﺪ‬ ْ ‫ﺳﻠ‬ َ َ‫ﺻﻞ و‬ َ ‫اﻟﻠﻬُﻢ‬
َ َ
‫ﻦ‬
ِ ْ ‫م اﻟ ﺪﻳ‬ َ ْ‫ﻰ ﻳ َﻮ‬َ ‫ن إ ِﻟ‬
ٍ ‫ﺴﺎ‬
َ ‫ﺣ‬ْ ِ ‫ﻢ ﺑ ِﺈ‬
ْ ُ‫ﻦ ﻟـﻬ‬َ ْ ‫ﺤﺎﺑ َﺔِ وَاﻟﺘﺎﺑ ِﻌِﻴ‬
َ ‫ﻤﻴ ِْﻊ اﻟﺼ‬ِ ‫ﺟ‬ َ ‫ﻦ‬ْ َ ‫ن وَﻋ َﻠ ِﻲ وَﻋ‬َ ‫ﻤﺎ‬َ ْ ‫ﻤَﺮ وَﻋ ُﺜ‬ َ ُ ‫ﻲ ﺑ َﻜ ْﺮٍ وَﻋ‬
ْ ِ ‫ﻦ أﺑ‬ ِ ‫ ا ﻟ ﺮا‬.
َ ْ ‫ﺷﺪ ِﻳ‬
َ َ ‫ﻦ وَأ َذ ِل اﻟﺸْﺮ‬ ِ َ ‫اﻟﻠﻬُﻢ أ‬
.‫ﻦ‬َ ‫ﻤﻮَﺣﺪ ِﻳ‬ ُ ‫ك اﻟ‬ َ َ ‫ﻋﺒ َﺎد‬ ِ ‫ﺼْﺮ‬ ُ ْ ‫ وَاﻧ‬،‫ﻦ‬ ِ ‫ وَد َﻣْﺮ أﻋ ْﺪ َاَء اﻟﺪﻳ‬.‫ﻦ‬ َ ْ ‫ﺸﺮِﻛ ِﻴ‬ ْ ‫ﻤ‬ ُ ‫ك وَاﻟ ْـ‬ َ ْ ‫ﻤﻴ‬
ِ ِ ‫ﺴﻠ‬ْ ‫ﻣ‬ ُ ْ ‫م وَاﻟـ‬ َ َ ‫ﺳﻼ‬ ْ ِ ‫ﻋﺰ ا ْﻹ‬
َ ِ ‫ا َﻟﻠﻬﻢ أ َﺻﻠ‬
‫ﺲ‬ٍ ‫ﻦ ﻧ َْﻔ‬ ْ ‫ﻣ‬ِ َ ‫ﻤﻊ ُ و‬ َ ‫ﺴ‬ ْ ُ ‫ﺸﻊُ وَد ُﻋ َﺎٍء ﻻ َ ﻳ‬ ْ َ‫ﺐ ﻻ َﻳ‬
َ ‫ﺨ‬ ٍ ْ ‫ﻦ ﻗَﻠ‬ْ ‫ﻣ‬ِ ‫ﻚ‬َ ِ ‫ اﻟﻠﻬُﻢ إ ِﻧﺎ ﻧ َﻌُﻮْذ ُﺑ‬.‫ن‬ ٍ ‫ﻣ ﻜﺎ‬ َ ‫ﻦ ﻓِﻲ ﻛ ُﻞ‬ َ ‫ﻤﻴ‬ ِ ِ ‫ﺴﻠ‬ ْ ‫ﻤ‬ُ ‫ل اﻟ ْـ‬ َ ‫ﺣﻮَا‬ ْ ‫ﺢأ‬ ْ ْ ُ
َ
ْ ‫ َرﺑﻨ َﺎ ﻻ ﺗ ُﺰِغ‬.‫ﻪ‬ ً ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ‫ﻻ َﺗ‬
ْ ‫ﻞ ﺑ َﺎﻃ ِﻼ وَاْرُزﻗْﻨ َﺎ ا‬
ُ َ ‫ﺟﺘ ِﻨ َﺎﺑ‬ َ ِ ‫ﻪ وَأرِﻧ َﺎ اﻟﺒ َﺎﻃ‬ ُ َ ‫ﺣﻘﺎ وَاْرُزﻗْﻨ َﺎ اﺗﺒ َﺎﻋ‬ َ ‫ﺤﻖ‬ َ ‫ اﻟﻠﻬُﻢ أرِﻧ َﺎ اﻟـ‬.ُ‫ﻋﻠﻢ ٍ ﻻ ﻳ َﻨ َْﻔﻊ‬ ِ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻣ‬ ِ َ‫ﺸﺒ َﻊُ و‬
ِ ‫ﺔ وَﻓِﻲ ا ْﻵ‬ َ َ ‫ﺔ إﻧ‬
‫ﺔ‬
ً َ ‫ﺴﻨ‬
َ ‫ﺣ‬ َ ِ‫ﺧَﺮة‬ ً َ ‫ﺴﻨ‬
َ ‫ﺣ‬ َ ‫ َرﺑﻨ َﺎ آﺗ ِﻨ َﺎ ﻓِﻲ اﻟﺪﻧ ْﻴ َﺎ‬.‫ب‬ ُ ‫ﺖ اﻟ ْﻮَﻫﺎ‬ َ ْ ‫ﻚ أﻧ‬ ِ ً ‫ﻤ‬ َ ‫ﺣ‬
ْ ‫ﻚ َر‬ َ ْ ‫ﻦ ﻟﺪ ُﻧ‬ْ ‫ﻣ‬ ِ ‫ﻗُﻠ ُﻮْﺑ َﻨ َﺎ ﺑ َﻌْﺪ َ إ ِذ ْ ﻫَﺪ َﻳ ْﺘ َﻨ َﺎ وَﻫَﺒ ْﻠ َﻨ َﺎ‬
ِ ‫ب اﻟﻨﺎ ر‬ َ ‫وَﻗِﻨ َﺎ ﻋ َﺬ َا‬.

‫ﻦ‬ ِ َ ‫ﻤﺪ ُ ﻟ ِﻠﻪِ رب اﻟ ْﻌَﺎﻟ‬


َ ‫ﻤﻴ‬ َ ‫ﻦ وَاﻟ ْـ‬
ْ ‫ﺤ‬ َ ‫ﺳﻠﻴ‬ ُ ‫م ﻋ َﻠ َﻰ اﻟ ْـ‬
َ ‫ﻤْﺮ‬ ٌ َ ‫ﺳﻼ‬
َ َ ‫ و‬،‫ن‬
َ ‫ﺼُﻔﻮ‬ َ ‫ن َرﺑ‬
ِ َ ‫ﻚ َرب اﻟﻌِﺰةِ ﻋ َﻤﺎ ﻳ‬ َ ‫ﺤﺎ‬ ُ .
َ ْ ‫ﺳﺒ‬

Download Naskah Materi Khutbah Jum’at


[download id=”1″]

Info Naskah Khutbah Jum’at


Penulis: Ustadz Saifuddin Zuhri, Lc.
Disalin dari kumpulan Khutbah Jumat Majalah Asy-Syariah Edisi 38 disertai
penyuntingan bahasa dan seidkit perubahan oleh Tim Redaksi KhotbahJumat.com
Artikel www.khotbahjumat.com

7/6

Anda mungkin juga menyukai