Anda di halaman 1dari 95

MANAJEMEN PROYEK

Kelompok 2
Nama Kelompok:

1. Alfi Maghfirwan
2. Anifah
3. Denis Yanuardi
4. Lita Lianti
5. M. Faiz Filanda
6. Muslimah
7. Muhammad Fauzi
8. Riki Ikhwan
9. Saeful Pranata
10. Sony Ikhwnudin
PROJECT IDENTIFICATION
Objective
Memanfaatkan Sampah
Organik UI
Strength: Sampah daun melimpah, mudah diperoleh
Weakness: Perlu tata kelola yang baik (terintregasi)
Opportunity: UI memiliki program UI Go Green
Threat: Pemanfaatan sampah organik sudah sangat umum

ALTERNATVE PROJECT POSSIBILITIES

Organik untuk PUPUK Kompos

Anaerobic digestion to BIOGAS
GASIFIKASI sampah daun
Landfill to BIOGAS
PIROLISIS
THERMAL PROCESS
PELLET Pakan Ternak
BRICKET Biomass
Pelet pakan Sapi
Pembuatan Pelet Pakan Sapi
Sampah organik berupa dedaunan, sisa sayur, dan ranting-
ranting pohon disini dibuat menjadi pakan tambahan untuk sapi
melalui serangkaian proses biologi dan mekanik.

SWOT Pembuatan Pelet Pakan Sapi
Strengths
Jumlah sampah organik
melimpah dan mudah
diperoleh
Biaya produksi murah
Dapat menjadi alternatif
pengganti rumput di daerah
minim lahan hijau
Tidak menimbulkan
pencemaran berbahaya baru.
Meningkatkan nilai tambah
peternakan diantanya hasil
sapi yang lebih cepat besar
serta kotoran sapi yang dapat
dijadikan pupuk atau biogas


Weaknesses
Perlu sistem pemisahan
sampah daun, logam,
kaca, dll dengan lebih
baik
Feed hanya berupa
sampah daun, sisa sayur,
dan ranting.
Bahaya kontaminan
bakteri atau logam
beracun bila salah dalam
pengolahan


SWOT Pembuatan Pelet Pakan Sapi
Opportunities
Tingginya harga pakan sapi
tambahan dipasaran saat ini
Harga jual dapat dibuat lebih
terjangkau karena biaya
produksi rendah
Berkurangnya lahan hijau
sebagai sumber rumput
untuk pakan sapi
Dukungan dari dinas
peternakan untuk
pengembangan pakan
alternatif bagi ternak



Threats
Persaingan dengan jenis
pakan tambahan yang
sudah lebih dikenal
Sulit merubah mindset
peternak sapi dengan
cepat



Market Appraisal
Pangsa Pasar
Peternak sapi khususnya di daerah yang minim lahan hijau.
Daerah dengan jumlah peternak sapi yang cukup banyak seperti Jawa, Madura,
Bali, Lombok
Kompetisi saat ini dan masa depan
Penjual pakan tambahan lain seperti bekatul, tepung kulit kakao, tepung jerami,
dll
Kemungkinan harga
Harga terjangkau karena bahan baku dapat diperoleh dengan cuma-Cuma, tinggal
membeli bahan tambahan seperti bakteri fermentasi, dan beberapa jenis enzim.
(bakteri dan enzim selanjutnya juga dapat diproduksi sendiri dengan dikultur)
Jumlah permintaan di masa yang akan datang
Permintaan akan terus meningkat seiring dengan berkurangnya lahan hijau dan
naiknya harga pakan tambahan berbahan dasar lain.
Technical Appraisal
Aspek rekayasa
Dilakukan pengolahan khusus berupa fermentasi dan penambahan enzim untuk
meningkatkan nilai gizi pelet, mengingat kadar gizi sampah daun, sayur dan
ranting rendah.
Lokasi
Lokasi project dapat dilakukan dimana saja dan tidak memerlukan lahan yang
terlalu luas.
Proses produksi
Proses produksi sederhana, hanya memerlukan ketelitian dan ketepatan
pengolahan agar tidak terkena kontaminan.
Pemisahan sampah organik dan anorganikmenghindari kontaminasi logam
beracun
Pencacahan dengan mesin pencacah mempermudah saat fermentasi
Fermentasi meningkatkan nilai gizi dan kandungan cerna sampah
Pengeringan
Penepungan dan penambahan enzim
Bila perlu dibentuk menjadi pelet (Alat mahal namun ketahanan meningkat)
Financial Appraisal
Cash Flow
Biaya investasi:
- Bangunan
- Peralalatan: pembuat pelet, pencacah, bejana, dll
- Bahan tambahan: bakteri fermentasi, enzim, nutrisi tambahan
*investasi awal cukup besar karena biaya bangunan dan peralatan
mahal terutama alat pembuat pelet
Profitabilitas
Cukup besar mengingat bahan baku diperoleh secara cuma-Cuma,
dan bahan lain seperti bakteri dapat dikembangkan sendiri dengan
dikultur.
Resiko
Tidak terlalu besar mengingat hanya biaya investasi awal yang
besar, biaya produksi minimal, dan sisa alat juga masih dapat dijual
bila terjadi hal yang mengharuskan produksi dihentika
Economic Appraisal
Manfaat
oMembuka lapangan kerja baru yang dapat menyerap
tenaga kerja warga sekitar UI.
oMeningkatkan daya beli peternak sapi dengan harga
pakan lebih murah.
oMeningkatkan keuntungan peternak sapi dengan
pertumbuhan sapi yang baik sehingga harga jual tinggi.

Tingkat investasi dan tabungan di masyarakat
oBanyak warga sekitar UI yang tingkat penghasilannya
cukup baik sehingga memungkinkan menjadi investor.
oDana hibah project dari kampus UI
Ecological Appraisal
Kerusakan Lingkungan
Udara: dapat menimbulkan pencemaran udara
saat fermentasi dan penjemuran berupa bau
namun tidak berbahaya.
Air: Sisa air fermentasi dapat menimbulkan bau
dan keruh pada air yang mengalir di sekitar
tempat produksi namun tidak berbahaya.
Kebisingan: tidak menimbulkan kebisingan
berlebih karena alat yang digunakan hanya alat
pencacah dan pembuat pelet
ANAEROBIC DIGESTION BIOGAS
For Electricity
SWOT Anaerobic Digestion
Segala macam jenis sampah organik dapat digunakan
Prosesnya biologis sehingga ramah lingkungan
Strength
Prosesnya cukup lama
Membutuhkan penanganan khusus karena bekerja dengan mikroorganisme
Weakness
Sampah organik UI (daun & sisa makanan) sangat melimpah
UI memiliki program UI Go Green sehingga gagasan ini relevan
Iklim Depok yang lembab sesuai dengan kondisi Anaerobic digestion
Opportunity
Kurangnya pengalaman SDM dalam bidang ini
Wilayah UI yang luas sehingga nantinya membutuhkan sistem pemanfaatan listrik kurang
maksimal
Threat
Appraisal
Market
Ecological
Socio-
economic
Financial
Technical
Market Appraisal
Anaerobic
Reactor
Biogas Listrik
Kebutuhan Listrik Semakin tahun semakin banyak penduduk semakin
meningkat

Sumber listrik batubara minyak bumi semakin habis

Biogas dari bahan alam yang melimpah sustain, renewable, dan ramah
lingkungan

Selama sistem jelas, pasokan listrik dapat dialokasikan ke mana saja

Indonesia sedang hangat mengenai BIOENERGI-ENERGI TERBARUKAN
Technical Appraisal
Syarat sampah organik, reaktor
anaerobic, mikroorganisme pengurai,
dan proses-proses biologis

Lokasi dapat ditempatkan di hutan
Universitas Indonesia, dengan reaktor
dalam tanah kapasitas 700 kg, serta
alat-alat generator dan heat
exchanger

Hasil sampingan dapat digunakan
untuk pupuk

Tidak ada limbah berbahaya
(ramah lingkungan)

Technical Appraisal
Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya
proses kimia dan biologis tiga tahap dalam
anaerobic digestion adalah:

-Methanogenenis: pH7-8 optimal
-Methanogenesis: pH 6.5-8.5 operational
-Fermentasi: pH 5-7 optimal
-Hidrolisis: pH 5-7 optimal
-Suhu optimal untuk keseluruhan proses
anaerobic digestion: 35
o
C
-Komposisi Biogas yang dihasilkan melalui
proses anaerobic digestion

PERENCANAAN
No Kegiatan Waktu yang Diperlukan (dlm Hari)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
11.
12.
13.
Survei wilayah Fakultas Teknik UI (Sumber sampah organik,
contoh kantin, dll)
Survei rata-rata sampah organic yang dihasilkan setiap harinya
Menentukan lokasi pengumpulan sampah oraganik, lokasi reaktor
Anaerobic Digestion, dan generatornya
Membuat denah (flow chart) sistem pengelolaan sampah organic
terintregasi dengan reaktor Anaerobic Digestion dan generator
Merekrut mahasiswa-mahasiwa fakultas teknik terutama jurusan
Teknik Kimia dan Teknolgi Bioproses
Mendesain spesifikasi reaktor (ukuran, kedalamaan/ketinggian,
diameter, dll) dan menentukan spesifikasi generator
Merekrut pekerja/tukang, operator dan mekanik
Membeli material dan generator
Pelaksanaan atau pemasangan sistem pengelolaan sampah
organic menjadi biogas dengan anaeorobic digestion
Inspeksi dan Uji Coba
Melatih operator dan mekanik
Uji coba akhir sistem pengelolaan sampah
Evaluasi
2
7
1
1
2
3
3
2
15
7
7
7
3
Technical Appraisal
Ecocomical Appraisal
Ecocomical Appraisal
Reakor Anaerobic Digestion dengan kapasitas 700 kg, dapat menghasilkan gas metana
sebanyak lebih dari 4000 kWh/hari

Penghematan listrik (asumsi: tarif PLN 1380/kWh) adalah 6 juta per hari

Apabila dapat diaplikasikan untuk skala nasional, diperkirakan dapat menghemat triliunan
rupiah per tahunnya
Ecological Appraisal
Tabel 1. Komposisi kandungan biogas melalui anaerobic digestion
Hidrogen sulfida (H
2
S) memang salah satu jenis gas yang berbahaya, namun karena
sifatnya yang flammable, gas tersebut dapat dengan mudah dibakar, dan dimanfaatkan
panasnya untuk penggunaan heat excanger
Sedangkan untuk gas karbon dioksida (CO
2
) bisa diserap langsung oleh vegetasi-vegetasi
hijau di wilayah Universitas Indonesia
Financial Appraisal
Anggaran khusus pembangunan tahunan UI sebesar 6.441.108 US$
(www.ui.edu),
9.1080 US$
Financial Appraisal
Rate of return = 1.035.000.000 / 6.000.000 = 180 hari
Anggaran dana UI yang terpakai = 1,4%
Pembuatan Pupuk Kompos dari
Biomassa di Universitas
Indonesia
- Pembuatan mudah
- Biaya operasional realatif murah
- Peralatan banyak tersedia
- Ramah lingkungan
- Teknologi sederhana
- Dapat langsung diaplikasikan di
sekitar lingkungan UI
- Waktu produksi lama
- Membutuhkan lahan yang banyak
jika biomassa nya banyak
- Harga produk murah

- Banyak vegetasi di UI
- Banyak SDM terlatih
- Pengalaman mengenai pembuatan
kompos sudah banyak

- Persaingan dengan pupuk komersial
- Lahan kosong tidak cukup banyak
kecuali jika harus membuka sebagian
lahan vegatasi
- Pemasaran sulit
Stength Weakness
Opportunity Threat
Konsumen (Demand) target UI (untuk vegetasi
di lingkungan UI) dan warga sekitar UI.
Kerjasama pemasaran : penjual bunga dan
tanaman, BUMN, Perusahaan
perkebunan.
Supply volume sampah organik di UI
Trend eco-friendly fertilizer
Menyadarkan masyarakat mengenai potensi
sampah menjadi produk yang berguna
Market Appraisal
Pupuk kompos dibagi menjadi 2 jenis:
1. Pupuk kompos padat
2. Pupuk kompos cair (biasa disebut Pupuk
Organik Cair/POC)
Teknologi pembuatan pupuk sangat sederhana
sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan.


Technical Appraisal
Pembuatan
kompos mudah
Ilmu mudah
ditransfer
Banyak SDM
terlatih
Cara Pembuatan Pupuk Kompos Padat


1
Menyiapkan lahan yang dibuat kotak dengan tinggi maksimal 1,2 m dan
lebarnya sesuai kapasitas biomassa yang akan diolah.
Lahan dapat dibuat dengan menggali tanah
2
Potong-potong sampak organik hingga berukuran kecil
Masukkan pada lahan komposter
3
Campurkan kotoran ternak untuk hasil yang lebih cepat
Atau dapat juga memasukkan bio aktivator
4
Kontrol temperatur dalam tumoukan kompos agar tetap hangat
Setelah satu bulan, kompos dapat diambil
Rencana produksi : 100 ton /bulan
Feed : 300 ton sampah organik/bulan
Modal :
Peralatan produksi : Rp 50.000.000,-
Bio aktivator (1 liter/10 kg sampah) : Rp 50.000.000,-
/bulan
Biaya pengangkutan sampah : Rp 10.000.000,-/bulan
Biaya Pengemasan : Rp 1.000.000,-/bulan
Biaya pekerja : Rp 30.000.000,-/bulan
Biaya lain-lain (maintenance, dll) : Rp 20.000.000,-/bulan
Total : Rp 161.000.000,-
Total / bulan : Rp 101.000.000,-
Economical Appraisal
Perhitungan Cash flow untuk 1 tahun pertama
(Cont) Economical Appraisal
Bulan Biaya Keluar Pendapatan Selisih Selisih total
1 161.000.000 15.000
-146.000.000 -146.000.000
2 101.000.000 30.000
-71.000.000 -217.000.000
3 101.000.000 100.000
-1.000.000 -218.000.000
4 101.000.000 150.000
49.000.000 -169.000.000
5 101.000.000 150.000
49.000.000 -120.000.000
6 101.000.000 150.000
49.000.000 -71.000.000
7 101.000.000 150.000
49.000.000 -22.000.000
8 101.000.000 200.000
99.000.000 77.000.000
9 101.000.000 200.000
99.000.000 176.000.000
10 101.000.000 200.000
99.000.000 275.000.000
11 101.000.000 200.000
99.000.000 374.000.000
12 101.000.000 200.000
99.000.000 473.000.000
BEP
Arus Kas
-2E+08
-1.5E+08
-1E+08
-50000000
0
50000000
100000000
150000000
200000000
250000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ramah lingkungan karena hanya mengolah
sampah organik
Tidak ada dampak kerusakan lingkungan yang
terjadi, hanya butuh membuka lahan kosong yang
cukup sesuai kapasitas produksi
Hal negatif yang dapat ditimbulkan hanya bau
yang tidak sedap, namun hal itu akan hilang atau
tidak muncul dengan penanganan yang tepat
Ecological Appraisal
Sanitary Landfill
Sanitary Landfill: Metode pengolahan
sampah dengan cara membuang dan
menumpuk sampah ke suatu lokasi yang
cekung, memadatkan sampah tersebut
kemudian menutupnya dengan tanah.

Alur pencetusan Sanitary Landfill
sebagai Alternative Project


Feed: Product:

Akumulasisampah
dari semua fakultas
di lingkungan kampusUI

Process
(Sanitary Landfill) Gas
Metane
Disalurkan ke
pedagang-pedagang
di kantin dekat lokasi
pengolahan
S
W
O
T
t r e n g t h
1. Proses Operasi Mudah
2. Menghasilkan gas Metane
yang bisa digunakan untuk
bahan bakar kantin-kantin
dekat lokasi pengolahan, atau
bahkan warga sekitar
3. Produksi metana dari
dekomposisi limbah, dapat
S
W
O
T
e a k n e s s
1. Perlu lahan khusus yang sangat luas
untuk pembuatan sanitary landfilll
2. Perlu pembangunan instalasi lain
seperti sistem penanganan air lindi
sebagai hasil sampingnya, juga instalasi
penyaluran gas metane dll.




3. Perlu investasi alat-alat berat yang
notabenenya mahal
4. Perlu investasi alat angkut/kendaraan
untuk mengepul sampah dari semua
fakultas ke lokasi pengolahan.
5. Biaya investasi mahal.
6. Dapat merosot menjadi tempat sampah
terbuka jika tidak dirancang dan diatur
dengan baik.

S
W
O
T
1. Adanya Program UI Goes Green
(salah satunya upaya reduksi
sampah)
2. Banyaknya komunitas peduli
Lingkungan di kalangan Civitas
Akademi UI, maupun lembaga
eksekutif BEM di tiap fakultas
maupun di UI sendiri sehingga
memungkinkan adalanya
kolaborasi

p p o r t u n i t i
e s
S
W
O
T
1. Kemungkinan rembesan air lindi ke
deposit air tanah yang akan
mencemarin air sekitar
2. Kemungkinan bahaya kebakaran atau
resiko ledakan material akibat produksi
metana dari dekomposisi limbah, (jika
tidka dibangun instalasi penyaluran
metana)
3. Kemungkinan penolakan pihak UI
karena masalah lahan.


h r e a t

Strength:
3



Weakness:
6


Opportunity:
2



Threat:
3


SWOT
Target
Konsumen
Para pedagang kantin
yang berdektan
dnegan lokasi sanitary
landfill dan juga warga
sekitar kampus UI
Kompetisi
Penjual LPG
kiloan di area
Kutek,
Future Deamnd
Sangat
potensial
Market Appraisal
Lokasi
Pengolahan
Di Belakang
Dept. Metalurgi
dan Material
Metode dan
Proses
Pengolahan
Trench
Metode
Peralatan
dan unit
operasi yg
dibutuhkan
Buldozer, truk
pengangkut
Sumber Feed
dan Jumlah
Feed yang ada
SDM
Technical Appraisal
Feed adalah semua sampah (organik
dan anorganik) dari semua fakultasi di
Kampus UI Depok

Trench Method dan Instalasi
Tambahan
Sumber dana Proyek:
1. Dana dari pihak (fasilitas) UI
2. Dana dari DRPM UI (maksimal 80 jt)
3. Sponsor
4. Kolaborasi dengans semua elemen dan
komunitas peduli lingkungan di UI maupun
sekitar kampus UI membuat dana lebih
visible
Financial Appraisal
1. Dilihat dari SWOT Butuh SDM Tinggi
Tambahan serapan tenaga kerja dari warga
sekitar kampus UI Pendapatan mereka
bertambah/ memiliki pekerjaan baru
2. Bagi para pedagang Kantin di sekitar lokasi
sanitary Landfill (dalam hal ini Pedagang
Kantek) Gas dapat dimanfaatan dgn harga
beli lebih murah keuntungan mereka
bertambah


Economical Appraisal
Kemungkinan rembesan air lindi ke
deposit air tanah yang akan mencemarin
air sekitar. >>>>>> Warga
Kukusan Beji

Ecological Appraisal
: Insinerasi
Insinerasi merupakan
suatu teknologi
pengolahan limbah yang
melibatkan pembakaran
limbah pada temperatur
tinggi.
Pada hakekatnya
insinerasi barang sisa atau
sampah adalah
mengkonversi limbah
menjadi panas yang dapat
digunakan untuk
menghasilkan listrik
Teknologi insinerasi
berfungsi sebagai suatu
alternatif untuk metode-
metode pengolahan
limbah landfill dan proses
biologis seperti
pengomposan dan biogas
Rotary kiln merupakan
suatu kerangka silindris
yang dilapisi baja tahan
api yang terpasang pada
sudut kemiringan yang
rendah
Rotasi dan sudut
kemiringan dari tanur
meyebabkan bergeraknya
limbah melalui tanur
sambil meningkatkan
pencampuran dengan
udara
Rotary kiln memerlukan
ruang bakar utama dan
sekunder. Ruang utama
berfungsi untuk terjadinya
pirolisis. Reaski
pembakaran fasa gas
disempurnakan di dalam
ruang sekunder
Kondisi operasional dapat
mencapai suhu 1500-
3000
o
F sehingga
insineratir jenis ini
memiliki resistansi paling
baik terhadap pembakaran
temperatur tinggi
Sistem ini ini merupakan
sistem pengolahan limbah
universal dr segi jenis dan
kondisi limbah yang
dikelola. Sistem ini dapat
beroperasi secar batch
mode sehingga lebih
fleksibel.
Rotary kiln memutar-
mutar sampah dalam
kerangka silindris, yang
memungkinkan terjadinya
pencampuran dengan
udara
Mendestruksi komponen
berbahaya, insinerator
tidak hanya digunakan untuk
membakar sampah kota
,namun juga digunakan untuk
limbah industri (termasuk
limbah B3),dan limbah medis
(limbah infectious).
Pemanfaatan energi panas,
insinerasi adalah identik
dengan pembakaran, yaitu
dapat menghasilkan enersi
yang dapat dimanfaatkan.
Faktor penting yang harus
diperhatikan adalah kuantitas
dan kontinuitas limbah
Mengurangi
massa/volume limbah,
proses oksidasi limbah
pada pembakaran
temperatur tinggi
dihasilkan abu, gas dan
energi panas
Pembakaran sampah dengan
insinerator merupakan cara
yang paling mudah dan
cepat untuk memusnahkan
sampah. Lancar tidaknya
proses pembakaran
tergantung dari sifat fisik
dan kimia sampah
Merkuri merupakan racun
saraf yang sangat kuat dan
dapat mengganggu sistem
syaraf, dan panca indera.
Dioxin adalah polutan paling
berbahaya yang dihasilkan
dari proses insinerator
Selain menghasilkan berbagai
residu yang berbahaya
insinerator merupakan
teknologi yang sangat mahal
dan rumit. Dibutuhkan skill
yang tinggi untuk operasinya
belum lagi biaya
perawatannya yang juga
mahal.
Insinerator merupakan
sumber terbesar polusi
dioxin dan logam berat,
seperti merkuri (Hg) dan
kadmium (Cd) timbal
(Pb), arsen (As) dan
kromium (Cr) di udara
Tenaga kerja yang
terlibat dalam proses
insinerator sangatlah sedikit
karena semua
pengerjaannya dilakukan
secara otomatis sehingga
menghasilkan sedikit
kesempatan lapangan
pekerjaan.
Nilai kalor sampah Indonesia
biasanya sulit mencapai
angka 1200 Kcal/Kg-kering,
bandingkan dengan sampah
dimana teknologi insinerator
itu berasal, yaitu paling tidak
2000-2500 Kkal/Kg-kering
Permasalahan administratif,
seperti ketidak pastian
anggaran dan korupsi, dapat
mempengaruhi penanganan
pemeliharaan yang diperlukan.
Perbedaan kondisi fisik,
seperti cuaca menyebabkan
kesulitan atau bahkan kesulitan
dalam operasi insinerator
Kondisi lingkungan di
negara berkembang lebih
ruwet untuk teknologi ini.
Rendahnya kemampuan
dalam pengawasan
menunjukkan bahwa
penggunaan insinerator di
negara berkembang akan
lebih mencemari
Sampah Indonesia
mengandung banyak sisa
makanan (bisa mencapai
70%) mempunyai kadar air
tinggi. Secara logika,
semakin tinggi kadar air,
semakin banyak energi
yang dibutuhkan agar
sampah itu terbakar
Thermal Process (Insinerasi)
Technical Appraisal
Jenis limbah padat yang cocok
untuk insinerasi di antaranya
adalah kertas, plastik, dan
karet

Jenis limbah padat yang kurang
sesuai untuk insinerasi adalah
kaca, sampah makanan, dan
baterai.

Panas yang dihasilkan dari
proses insinerasi juga dapat
dimanfaatkan untuk
mengkonversi suatu materi
menjadi materi lain dan energi,
misalnya untuk pembangkitan
listrik dan air panas.

Dilakukan di sekitar kampus UI,
Depok.

Terdapat 3 parameter utama dalam
operasi insinerator yang harus
diperhatikan, yaitu 3-T (Temperature,
Time dan Turbulence):
Temperature (Suhu): Berkaitan dengan pasokan oksigen
(melalui udara). Udara yang dipasok akan menaikkan
temperature karena proses oksidasi materi organik
bersifat eksotermis. Temperatur ideal untuk sampah
tidak kurang dari 800
o
C.
Time (waktu): Berkaitan dengan lamanya fasa gas yang
harus terpapar dengan panas yang telah ditentukan.
Biasanya sekitar 2 detik pada fase gas, sehingga terjadi
pembakaran sempurna.
Turbulensi: Limbah harus kontak sempurna dengan
oksigen. Insinerator besar diatur dengan kisi-kisi atau
tungku yang dapat bergerak, sedang insinerator kecil
(modular) tungkunya adalah statis.

Unit-unit insinerasi
Unit Penerima: perlu untuk menjaga kontinuitas suplai sampah.
Sistem Feeding/Penyuplai: agar instalasi terus bekerja secara kontinu
tanpa tenaga manusia.
Tungku pembakar: harus bisa mendorong dan membalik sampah.
Suplai udara: agar tetap memasok udara sehingga sistem dapat terbakar.
Pasokan udara dari bawah adalah suplai utama. Udara sekunder perlu
untuk membakar bagian-bagian gas yang tidak sempurna.
Kebutuhan udara: tergantung dari jenis limbah
Pembubuhan air: mendinginkan residu/abu dan gas yang akan keluar stack agar
tidak mencemari lingkungan.
Unit pemisah: memisahkan abu dari bahan padat yang lain.
APC (Air Pollution Control): paling tidak untuk mengurangi partikel-partikel debu
yang keluar.
Cerobong (stack): semakin tinggi akan semakin baik, terutama untuk daerah
sekitarnya, tetapi tidakberarti tidak mengotori udara. Dengan cerobong yang tinggi
maka terjadi pendinginan-pengenceran.
Dinding insinerator harus tahan panas, dan tidak menyalurkan panas keluar.

Economical Appraisal
Nilai kalor sampah mencapai 1.000 2.000
kkal/kg-kering.
Tidak dibutuhkan enersi tambahan dari luar.
Sumber dana dari proyek dapat berasal dari
dana riset dan pengembangan teknologi di UI.

Ecological Appraisal
Insinerasi memiliki sejumlah output seperti abu dan emisi
ke atmosfer berupa gas sisa hasil pembakaran.
Sebelum melewati fasilitas pembersihan gas, gas-gas
tersebut mungkin mengandung partikulat, logam
berat, dioksin, furan, sulfur dioksida, dan asam hidroklorat.
Dioksin dan furan adalah jenis emisi hasil pembakaran
insinerator yang berisiko terhadap kesehatan
Emisi gas lainnya adalah [CO
2
] sebagai hasil dari proses
pembakaran sempurna.
Pada temperatur ruang dan tekanan atmosfer, satu ton
sampah padat dapat menghasilkan 1 ton gas CO
2
.
Polusi lainnya adalah bau, namun bau dan debu telah
ditangani dengan baik pada fasilitas insinerasi terbaru.


Financial Appraisal
Biaya investasi yang diperlukan adalah Rp.147.378.000,-
Biaya Operasional per bulan Rp.8.123.300,-
Pengembalian modal investasi akan diperoleh dalam waktu
13 bulan (Pay Back Period)
Biaya pengolahan dengan insinerator per kg Bahan Beracun
Berbahaya adalah Rp.6.500,-
biaya pengolahan ke Pusat Pengolahan Limbah Indonesia
Rp. 16.150,- per kg
Penghematan Rp. 9.650,- per kg sludge Bahan Beracun
Berbahaya
Sehingga penghematan per tahun Rp. 144.770.400,-.
Analisis
Swot:Strength
Question Response
Disagre
e Neither Agree
Strength
Rating Category SCALE
We have a high level of competence Agree 0 0 1 3 Competence Disagree
We have competitive skill Agree 0 0 1 3
Competitive
Skill
Neither Agree or
Disagree
We are ahead on the experience curve Disagree 1 0 0 1
Experience
Curve Agree
We have adequate finance resources Disagree 1 0 0 1
Financial
Resources
We have a good reputation with buyers Agree 0 0 1 3 Reputation
We are an acknowledged market leader Agree 0 0 1 3
Market
Leadership
We have well-conceived functional areas Disagree 1 0 0 1
Organizational
Design
We have access to economies of scale Agree 0 0 1 3
Economies of
Scale
We are somewhat insolated from strong
competitive pressures Disagree 1 0 0 1
Competititve
Pressure
We have proprietary technology
Neither Agree or
Disagree 0 1 0 2
Proprietary
Technology
We have better advertising campaigns than
the competition Disagree 1 0 0 1
Marketing
Effectiveness
We are good at creating new products
Neither Agree or
Disagree 0 1 0 2
Product
Development
We have strong management Agree 0 0 1 3 Management
We have superior /technological/technical
skills Disagree 1 0 0 1 Technical Skills
We have a cost/price advantage Disagree 1 0 0 1 Cost/Price
Total 7 2 6 29
0
1
2
3
Competence
Competitive Skill
Experience Curve
Financial Resources
Reputation
Market Leadership
Organizational Design
Economies of Scale Competititve Pressure
Proprietary
Marketing
Product Development
Management
Technical Skills
Cost/Price
Strength Rating
Strength Rating
Analisis
Swot:Weakness
Question Response
Disagre
e Neither Agree
Weakness
Rating Category SCALE
We have no clear strategic direction Disagree 1 0 0 1 Strategy Disagree
Our facilities are obsolete
Neither Agree or
Disagree 0 1 0 2 Facilities
Neither Agree or
Disagree
We are lacking managerial depth and talent
Neither Agree or
Disagree 0 1 0 2 Management Agree
We are missing key skills or competencies Agree 0 0 1 3
Key
Competencies
We have a poor track record in
implementing strategy Agree 0 0 1 3
Strategy
Implementation
We are plagued with internal operating
problems Agree 0 0 1 3
Internal
Operations
We are falling behind on Research &
Development Disagree 1 0 0 1 R&D
We have a narrow product line Agree 0 0 1 3
Product/Service
Line
We have a weak market image Agree 0 0 1 3 Market Image
We have below average marketing skills Agree 0 0 1 3 Marketing Skills
We are unable to finance needed strategy
changes Agree 0 0 1 3
Financial
Resources
We have higher overall costs relative to our
key competitors Agree 0 0 1 3 Cost Structure
We have subpar profitability Disagree 1 0 0 1 Profitability
Total 3 2 8 31
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Strategy
Facilities
Management
Key Competencies
Strategy Implementation
Internal Operations
R&D Product/Service Line
Market Image
Marketing Skills
Financial Resources
Cost Structure
Profitability
Weakness Rating
Weakness Rating
Analisis
Swot:Opportunities
Question
Respons
e Disagree Neither Agree
Opportunity
Rating Category
There are additional customer groups that we could
serve Yes 0 0 1 3 Prospects
There are new markets or market segments to enter Yes 0 0 1 3 Markets
We can expand our products/service line to meet
customer needs Yes 0 0 1 3
Product/Service
Enhancement
We can diversify into related products Maybe 0 1 0 2 Product Line Expansion
We can control sourcing or supply activities (vertical
integration) Yes 0 0 1 3 Vertical Integration
Falling trade barriers are opening foreign markets to us Maybe 0 1 0 2 Foreign Trade
Our rivals are becoming complacent Maybe 0 1 0 2 Rival Complacency
The market is growing faster than in the past Yes 0 0 1 3 Market Growth
Fewer regulatory requirements will make doing business
easier for us Maybe 0 1 0 2 Regulatory Overhead
Total 0 4 5 23
0
1
2
3
Prospects
Markets
Product/Service
Enhancement
Product Line Expansion
Vertical Integration Foreign Trade
Rival Complacency
Market Growth
Regulatory Overhead
Opportunity Rating
Opportunity Rating
Analisis Swot:Treats
Question Response Disagree Neither Agree Threat Rating Category SCALE
Low-cost foreign competitors are entering the
market No 1 0 0 1 Foreign Competition No
Sales of substitute product/services are rising Maybe 0 1 0 2 Substitute Products Maybe
The market is growing more slowly than we
expected Maybe 0 1 0 2 Market Growth Yes
There are adverse shifts in foreign exchange rates
and/or trade policies No 1 0 0 1
Foreign Trade
Environment
Regulatory requirements are becoming onerous No 1 0 0 1 Regulatory Overhead
We are vulnerable to changes in the business cycle
or to recessions Yes 0 0 1 3 Business Cycle/Climate
Our customers and/or suppliers are enjoying
growing bargaining power Yes 0 0 1 3 Buyer/Supplier Power
Buyer's needs and tastes are changing in directions
that point away from our current expertise Maybe 0 1 0 2 Market Requirements
Demographic changes are having a negative impact
on business Maybe 0 1 0 2 Demographics
It's easy to enter this industry (very low barriers to
entry) Yes 0 0 1 3 Entry Barriers
Technology could change this industry with little or
no warning Yes 0 0 1 3 Technology
Total 3 4 4 23
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Foreign Competition
Substitute Products
Market Growth
Foreign Trade Environment
Regulatory Overhead
Business Cycle/Climate Buyer/Supplier Power
Market Requirements
Demographics
Entry Barriers
Technology
Threat Rating
Threat Rating
Analisis Swot:Base line
0
10
20
30
40
Total Strengths
Total Opportunities
Total Weaknesses
Total Threats
Strategic Baseline
SWOT
Analisis SWOT
Bioetanol dari Biomassa
Strength
Bahan baku murah dan mudah didapat
Penggunaan bioetanol mengurangi emisi gas CO (ramah lingkungan)
secara signifikan
Tidak hanya dapat digunakan sebagai bahan bakar, tetapi bisa
sebagai bahan kosmetik, sebagai pelarut, dan sebagai bahan
minuman keras
Campuran 10% bioetanol ke dalam bensin akan menaikkan angka
oktan premium menjadi setara dengan pertamax (angka oktan 91)
Production cost bioetanol relatif rendah oleh karena itu bioetanol
dapat dibuat oleh siapa saja termasuk UMKM dan home industry
Teknologi pembuatan bioetanol tergolong low technology sehingga
masyarakat awam dengan pendidikan terbatas dapat membuat
bioetanol sendiri


Threat
Proses pembuatan bioetanol ini masih perlu
kajian dan riset lebih lanjut
Weakness
Proses pembuatan yang belum ekonomis
Masih belum murni 100% digunakan sebagai
bahan bakar, masih dicampur dengan
solar/bensin.

Opportunity
Proses pembuatan yang akan terus
berkembang agar lebih ekonomis
Green technology issue yang semakin semarak
mendukung gerakan bioenergi

Strength
1. Biaya operasional lebih murah dibandingkan proses
termal serupa
2. Temperatur lebih rendah dibandingkan gasifikasi dan
pembakaran.
3. Produk utama syngas, arang (biochas), dan bio-oil
(Crude oil) sbg bio-energi dan bernilai ekonomis
4. Feed dapat berupas sampah organik yang bervariasi
5. Tidak bau
6. Kadar polutan udara dan air rendah
7. Biochar bermanfaat untuk holtikulutra
Weaknesses
1. Di Indoensia Teknologi masih berkembang
2. Di Indonesia kurang penelitan dan studi
berkelanjutan hingga ke tahap produksi skala
besar.
3. Dibutuhkan Material sampah organik yang
spesifik
4. Lack of trained personel
5. Lack of experience
Opportunities
1. Mendukung gerakan mengurangi emisi gas
rumah kaca
2. Mendukung gerakan bio-energy (green
energy) EBT
3. Di luar negeri sudah ada contoh commercial
plants
Threats
1. Pasar untuk produk biochar/ arang, dan bio-
oil belum berkembang di Indonesia
2. Harga jual produk sebagai energi kurang
kompetitif dengan sumber energi lainnya
yang disubsidi , BBM
3. Di Indonesia belum ada regulasi ttg tata
operasi dan niaga produk seperti ini.
4. Kurang pengetahuan masyarakat terhadap
teknologi pirolisis sampah organik
Market Appraisal
Konsumen (Demand) targetnya UI dan
warga sekitar UI.
Supply volume sampah/hari di UI
Energy Trend green energy/bio-energy
(EBT)
Green Environment Biochar sbg pupuk
Kesadaran masyarakat akan lingkungan


Cont.. Market Appraisal
TANTANGAN
Harga saing dengan BBM

KEUNTUNGAN NON-EKONOMI
* proyek ini menjadi sarana pemebelajaran
terkait teknologi baru dalam usaha
pengembangan energi baru dan terbarukan,
utamanya sangat berguna dalam penelitian.

Technical Appraisal
metode pirolisi sampah organik ini masih
terbilang baru di Indonesia
Gambaran umum proses

Cont..
Scope of Pyrolysis output and yield ranges of
PYREG technology

Cont
Detail of Process of the PYREG
slow-pyrolysis

Cont
Peralatan PYREG

2 pyro-reactors
1 combustion chamber
2 screw conveyers
1 control panel
1 feed hopper
Dimensi L 8,2 m x W 3,5 m x H
2,7 m
KAPASITAS
Kapasitas 120 kg/hr 240
kg/hour, atau 1.800 ton/ tahun.

Economic Appraisal
Sumber dana dari proyek dapat berasal dari dana
riset dan pengembangan teknologi di UI.
Proyek ini dapat bekerja sama dengan pihak-
pihak yang berfokus pada pengembangan energi
baru dan terbarukan, seperti pemerintah melalui
kementrian ESDM, maupun pihak-pihak swasta
yakni perusahaan dan LSM terkait.
Proyek ini selaras dengan UI green campus :
green energy and green environment
Sesuai dengan proyek pemerintah dalam
pengembangan EBT
Financial Appraisal
Example : Installation cost

Cont
Annual revenues and saving for PYREG

10 years Cash flow forecast

NVP and IRR

Socio-economic Appraisal
Teknologi ini masih baru, maka diperlukan
sosialisasi kepada warga UI dan sekitarnya.
Sosialisasi ini mencakup proses teknik secara
umum beserta kelebihan dan kekurangannya,
selain itu informasi bahaya yang dapat
ditimbulkan juga penting dan terpenting
adalah bahwa proyek ini memberikan nilai
ekonomis, utamanya dalam menyediakan
energi alternatif.

Ecological Appraisal
Proyek ini ramah lingkungan dan mendukung
gerakan green energy dan green enviroment.
Green energy dengan menciptakan energi
baru dan terbarukan yang ramah lingkungan
dan rendah emisi gas rumah kaca. Green
environment dengan produk berupa biochar
yang bergunan untuk menyuburkan tanah
sehingga mengurangi penggunaan pupuk
sintetis.

Bioethanol from Biomass
SWOT >>>
Cheap & easy to get
Eco-friendly
Odorless
Bioethanol can be used as cosmetic,
solvent, and alcoholic beverage ingredients
Low production cost, low technology
Increase premiums octan number to be
equal to pertamax
UI has large amount of biomass
UI Go Green Issue
Renewable and sustainable energy issue
Still cant be used pure 100%
Needs machine modification
Has threat potencial of forest conservation
S W
T O
M
A
R
K
E
T

T
E
C
H
N
I
C
A
L

E
C
O
N
O
M
I
C
A
L

E
C
O
L
O
G
I
C
A
L

F
I
N
A
N
C
I
A
L

Appraisal
Tahun = Penduduk = Kebutuhan =
Meningkat
Energi = Listrik = Fosil = Berkurang
Fosil = Kendaraan = Emisi CO
Bioetanol = Eco-friendly = Renewable
Market
1
Appraisal
So, I choose:
Technical
2
Universitas Indonesia sebagai green campus yang memiliki banyak
sekali unsur-unsur biomassa, memiliki material source yang
melimpah untuk membuat bioetanol.
Universitas Indonesia memiliki luas lahan sekitar 320 ha, sebagian
besar (sekitar 70%) tertutupi oleh vegetasi tanaman.
Sebanyak 60% dari luas UI yang 320 Ha adalah merupakan lahan
hijau yaitu sekitar 192 ha, atau seluas 1920000 meter persegi.
Dapat kita hitung bahwa, dalam sehari saja sampah organik yang
dihasilkan sekitar 96 ton.

Appraisal Technical
2
1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada langkah
ini pati atau karbohidrat dihancurkan oleh enzim
atau asam mineral menjadi karbohidrat yang lebih
sederhana. Jika bahan baku yang digunakan buah-
buahan mengandung gula tidak perlu dilakukan
hidrolisis.
2. Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol
dan CO
2
. Jumlah dan kadar bioetanol yang dihasilkan
sangat tergantung pada proses ini, oleh karena itu
proses ini harus dikontrol sehingga dapat dihasilkan
bioetanol dalam jumlah banyak dan berkadar tinggi.
3. Proses distilasi untuk memisahkan bioetanol dari air
sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 95-96%.
Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol,
maka kedua komponen tersebut dapat dipisahkan
melalui teknik distilasi.
4. Proses dehidrasi untuk mengeringkan atau
menghilangkan sisa air di dalam bioetanol sehingga
tercapai bioetanol dengan kadar lebih dari 99,5%
(Fuel Grade Ethanol (FGE).
Appraisal Technical
2
PLANNING
1. Survey
2. Flowchart proyek
3. Merekrut anggota
4. Membeli alat dan bahan
5. Membagi job desc
6. Pelaksanaan
Appraisal Economical
3
Menyusul
Appraisal Ecological
4
Emisi gas buang tidak begitu berbahaya bagi
lingkungan salah satunya gas CO2 yang dapat
dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis serta emisi NO yang rendah.
Appraisal Financial
5
Appraisal Financial
5
Untuk pembuatan instalasi
bioetanol dengan kapasitas
produksi 150 L/hari (kelas UMKM
atau home industry), biaya
investasi instalasi yang dibutuhkan
diperkirakan sebesar Rp.
123.000.000,- . Biaya ini belum
termasuk bahan baku. Dengan
modal dasar Rp.123.000.000,-
maka BEP (Break Event Point)
usaha diperkirakan tercapai dalam
kurun waktu 7-11 bulan
tergantung fluktuasi harga bahan
baku dan nilai jual bioetanol.

Anda mungkin juga menyukai