Anda di halaman 1dari 23

1

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010


IMPLEMENTASI ISTC
Di Rumah Sakit
Dr Anna Uyainah ZN SpPD,K-P,MARS
Div Pulmonologi Dep Ilmu Peny.Dalam FKUI-RSCM
TB DAY- RSCM, 23 - 4 - 2012
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Dr. Anna Uyainah ZN, SpPD, K-P, MARS

TTL : Jakarta, 7 Maret 1955
INSTITUSI : Bag. Ilmu Peny. Dalam FKUI / RSCM
JABATAN : - Koadminkeu Dept. Ilmu Peny. Dalam
- Staf Subag. Pulmonologi, Dept. Ilmu Peny.
Dalam RSCM


2
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
1. India
2. China
3. South Africa
4. Nigeria
5. Indonesia
429.730 New Cases by year
61000 Died by years
(Global Tuberculosis Control 2010 p 171)
Tahun 2011 Indonesia no 4
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
ISTC + Strategi DOTS + BPN TB
PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
MANAGEMENT, DIAGNOSIS, PENGOBATAN,
KESEHATAN MASYARAKAT
ISTC : 21 Standar
5 komponen DOTS
1. Komitmen Politis
2. Diagnostik / mikroskopis dahak
3. Pemberian obat / PMO
4. Ketersediaan dan akses OST
5. Pencatatan dan Pelaporan
Buku Pedoman Nasional
Pengendalian TB
1 Standar untuk diagnosis 1 s/d 6
2 Standar untuk
Pengobatan
7 s/d 13
3 Standar untuk
Penanganan TB dengan
infeksi HIV dan Kondisi
Komorbid lain
14 s/d 17
4 Standar untuk Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
18 s/d 21
3
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
1 Standar untuk diagnosis Stand 1 s/d 6
2 Standar untuk Pengobatan Stand 7 s/d 13
3 Standar untuk Penanganan TB
dengan infeksi HIV dan Kondisi
Komorbid lain
Stand 14 s/d 17
4 Standar untuk Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
Stand 18 s/d 21
INTERNATIONAL STANDARD for TUBERCULOSIS CARE
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Diagnosis TB
(TB Paru, TB ekstra paru)
ISTC, Standard 1 - 6
Tanda dan gejala
Pemeriksaan fisik
Sputum BTA
Gambaran foto toraks
Pemeriksaan
penunjang lain

4
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standar Isi standar
1 Batuk 2 minggu evaluasi TB
2 Pemeriksaan apusan dahak min 2 kali , min 1 kali pagi hari,
kualitas lab terjamin
3 Diduga TB ekstraparu pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan
histopatologi
4 foto toraks diduga TB pemeriksaan dahak secara mikrobiologi
5 D/ TB paru BTA negatif :
- minimal dua kali BTA negatif
-foto toraks sesuai tuberkulosis
-tidak ada respons terhadap antibiotika spektrum luas
(fluorokuinolon harus dihindari aktif terhadap M.TB ,
menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita TB).
biakan dahak harus dilakukan.
Pada pasien yang sakit berat atau susp HIV, evaluasi diagnostik
harus disegerakan dan jika bukti klinis sangat mendukung ke arah
tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis harus dimulai.
6 Diagnosis TB anak
STANDAR UNTUK DIAGNOSTIK ( 1-6)
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Tujuan Pengobatan TB
Menyembuhkan pasien TB
Mencegah kematian akibat TB
Mencegah kambuh
Memutuskan rantai penularan TB
Mencegah MDR-TB/XDR-TB

5
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
TB baru diobati TB pernah diobati
Mandiri 2 RHZE 4 RH 2 RHZES 1 RHZE 5 RHE
Program 2 RHZE 4 R3H3

2 RHZES 1 RHZE 5
R3H3E3

PADUAN OAT
Obat kombinasi sangat direkomendasi
OAT pada pasien TB-HIV sama dengan TB
tanpa HIV
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standar Isi Standar
7 - mencegah penularan infeksi lebih lanjut
- mencegah terjadinya resistensi obat.
- menilai kepatuhan pasien serta dapat menangani ketidakpatuhan
8 - Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang
belum pernah diobati harus diberi paduan obat yang disepakati
secara internasional : 2 RHZE 4 RH
- Obat dengan KDT/FDC sangat direkomendasi
9 - Keberpihakan kepada pasien
10 -Evaluasi TB pada TB ekstraparu : sputum BTA, biakan
- Evaluasi TB ekstraparu : secara klinis
11 - Evaluasi diagnostik TB MDR ~ faktor risiko TB MDR
12 - Pengobatan TB MDR DOTS PLUS (PMDT)
13 - Rekam medik pasien
STANDAR UNTUK PENGOBATAN (7 13)
6
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standar untuk Penanganan TB dengan infeksi
HIV dan Kondisi Komorbid lain (14-17)
Standar Isi Standar
14 Uji HIV dan konseling pada semua pasien/suspek TB :
-di daerah dengan prev HIV tinggi
- pasien dengan gejala dan/atau tanda kondisi yang berhubungan HIV
-pasien dg riw risiko tinggi terpajan HIV
Pada daerah dengan prevalensi HIV Kolaborasi TB-HIV

15 -evaluasi perlu/tidaknya pengobatan ARV dan akses ARV
-Pengobatan tuberkulosis tidak boleh ditunda
-Pasien TB dg HIV harus diberi kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi
lainnya.
16 Pasien dengan infeksi HIV yang setelah dievaluasi dengan seksama, tidak
menderita tuberkulosis aktif seharusnya diobati sebagai infeksi
tuberkulosis laten dengan isoniazid selama 6-9 bulan.
Add: Belum mjd kebijakan nasional, di Indonesia sdg implementasi awal
17 Penilaian yang menyeluruh terhadap kondisi komorbid yang dapat
mempengaruhi respons atau hasil pengobatan tuberkulosis
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
STANDAR UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT (18-21)
Standar Isi standar
18 SemuaorangyangmempunyaikontakeratdenganpasienTB:
OrangdengangejalayangmendukungkearahTB
Anakberusia<5tahun
Kontakyangmenderitaataudidugamenderita
imunokompromais,khususnyainfeksiHIV
KontakdenganpasienMDR/XDRTB.
Dievaluasidanditatalaksanasesuaidenganrekomendasi
internasional
19 Anakberusia<5tahundanindividusemuausiadenganinfeksiHIVyang
memilikikontakeratdenganpasientuberkulosisdansetelahdievaluasi
denganseksama,tidakmenderitatuberkulosisaktif,harusdiobatisebagai
infeksilatentuberkulosisdenganisoniazid.
20 Pengendalianinfeksituberkulosis
21 MelaporkankasustuberkulosiskekantorDinasKesehatansetempat
sesuaidenganperaturanhukumdankebijaksanaanyangberlaku
7
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
ISTC (International Standard for TB Care)
&
HDL ( Hospital DOTS Linkage)
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
JEJARING INTERNAL TIM DOTS RSCM
POLIKLINIK
TERAPI OBAT PROGRAM
DIAGNOSIS
OBAT NON PROGRAM
POLIKLINIK PARU/
GD IRM LT 5
(Senin, Rabu, Jumat)
POKDISUS / URJT
LT 4 /EX POLI MATA
(Selasa, Kamis)
Unit Penunjang :
- Patklin
- Mikrobiologi
- Radiologi
- PA
- Unit terkait lain
Catatan : Penentuan regimen OAT untuk TB ekstraparu dilakukan oleh
Poliklinik terkait, , dengan mengacu pada BPN , ISTC, DOTS
Lembar formulir TB diisi baik obat
program /nonprogram
STRATEGI DOTS
ISTC, BPN
8
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
JEJARING EXTERNAL TIM DOTS RSCM
TIM DOTS RSCM
SUDINKES JAK PUSAT
Setiap bulan by email
Setiap triwulan / validasi data
PROVINSI DKI
Kompilasi data :
Email
Langsung
Supervisi
Fas-Sar :
OAT
Form
Pelatihan

Supervisi
Pendampingan
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
POLIKLINIK
PASI EN
SEMBUH
MATI
HIV +
Keterlambatan Diagnosis
dan Pengobatan
Tatalaksanan tak memadai
Kondisi kesehatan buruk
KESIMPULAN
Diagnosis cepat, tepat
Tatalaksana memadai
Klinis susp TB
Foto toraks
(GenXpert)
Batuk 2 mg
Sputum BTA
Foto toraks utk BTA neg
Biakan/histopatologi utk TB EP
Pasien anak Skoring
ISTC + DOTS + BPN TB
TB MDR
D/ & T/
9
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
TERIMA KASIH

Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
1 Standar untuk diagnosis Stand 1 s/d 6
2 Standar untuk Pengobatan Stand 7 s/d 13
3 Standar untuk Penanganan TB
dengan infeksi HIV dan Kondisi
Komorbid lain
Stand 14 s/d 17
4 Standar untuk Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
Stand 18 s/d 21
STANDAR INTERNASIONAL PENGENDALIAN TB
10
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Setiap orang dengan batuk produktif selama
2 minggu yang tidak jelas penyebabnya harus
dievaluasi untuk tuberkulosis
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 1 : Batuk yang lama
Addendum
Untuk pasien anak, selain gejala
batuk, entry untuk evaluasi adalah
berat badan yg sulit naik dalam
waktu kurang lebih 2 bulan terakhir
atau gizi buruk
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Gambaran Foto Toraks TB Paru pada pasien
HIV/AIDS
Early vs Advanced HIV
Foto
toraks
Early HIV
(CD4 >200)
Advanced HIV
(CD4 <200)
Pola Khas Tidak khas
Infiltrat Bagian atas
Bagian bawah,
beberapa
tempat, atau
milier
Kaviti Umum Tidak umum
Adenopati Tidak umum Umum
Efusi Tidak umum Lebih umum
CD4 : 375
CD4 : 50
11
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Semua pasien (dewasa, remaja dan anak) yang
diduga menderita TB paru harus menjalani
pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali
yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya
terjamin. Jika mungkin paling tidak satu spesimen
harus berasal dari dahak pagi hari.
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
STANDAR 2 : Pemeriksaan dahak mikroskopis
Keterangan :
ISTC 1 : 3x (SPS) saat ini program
DOTS masih menggunakan SPS
Addendum :
Bila hasil pemeriksaan BTA 1 negatif, maka dilakukan
pemeriksaan sputum kedua pagi hari. Satu spesimen harus
berasal dari pagi hari
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yg
diduga menderitaTB ekstra paru, spesimen dari
bagian tubuh yang sakit harus diambil untuk
pemeriksaan mikroskopik
dan jika fasilitas dan sumber daya tersedia maka
harus dilakukan biakan dan pemeriksaan
histopatologi

STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 3 : TB Ekstraparu
Addendum :
Pemeriksaan kearah TB paru tetap dilakukan
yaitu pemeriksaan dahak dan foto toraks.
12
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Paru, 70%
Ekstra paru, 21%
Dua2nya, 9%
Pleura, 17%
Kelenjar getah
bening, 43%
Tulang/sendi, 11%
Saluran kemih,
alat kelamin, 5%
Meninges, 6%
Lain, 13%
Peritoneum, 5%
TB Ekstra Paru
Insidens bisa dimanapun TB bisa menyerang semua
organ
TB ekstraparu lebih sering pada HIV/TB
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Semua orang dengan foto toraks diduga
TB seharusnya menjalani
pemeriksaan dahak secara
mikrobiologi.

STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 4 : Foto toraks diduga TB
13
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Diagnosis TB paru BTA negatif harus
didasarkan kriteria berikut:
Minimalduakalipemeriksaandahak
mikroskopiknegatif(termasukminimal1kali
dahakpagihari)
Temuanfoto toraks sesuai tuberkulosis
Tidakadaresponsterhadapantibiotika
spektrumluas
(Catatan: jangan gunakan fluorokuinolon karena aktif
terhadap M. tuberculosis sehingga dapat menyebabkan
perbaikan sesaat pada penderita tuberkulosis)
Untuk pasien ini, biakan dahak harus
dilakukan.
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 5 : Diagnosis Hapusan Negatif
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
(Lanjutan)
Pada pasien yang sakit berat atau diketahui
atau diduga terinfeksi HIV, evaluasi diagnostik
harus disegerakan
dan jika bukti klinis sangat mendukung ke arah
tuberkulosis, pengobatan tuberkulosis harus
dimulai.
ISTC Training Modules 2008
(2 dari 2)
STANDAR UNTUK DIAGNOSIS
Standar 5 : Diagnosis Hapusan Negatif
Rapid test : Xpert MTB/RIF
14
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 7
Setiap praktisi mengemban tanggung
jawab :
Mencegah penularan Tb lebih lanjut
Mencegah terjadinya resistensi OAT

Praktisi wajib :
Mbrk paduan OAT yang memadai
Menilai kepatuhan pasien
Dapat menangani ketidakpatuhan
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 8
Semua pasien (termasuk koinf HIV) yang belum
pernah diobati harus diberi paduan dan dosis
obat sesuai standar Internasional :
2 RHZE 4 RH
Obat kombinasi sangat direkomendasi
Secara umum terapi TB diberikan selama 6 bulan,
namun pada TB Ekstraparu (meningitis TB, TB
tulang, TB milier, TB Kulit, dan lain-lain) terapi TB
dapat diberikan lebih lama sesuai evaluasi medis
15
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Addendum :
Khusus untuk anak, rejimen yang diberikan terdiri
atas RHZ, ditambahkan E bila penyakitnya berat.
Secara umum terapi TB diberikan selama 6 bulan,
namun pada TB Ekstraparu (meningitis TB, TB
tulang, TB milier, TB Kulit, dan lain-lain) terapi TB
dapat diberikan lebih lama sesuai evaluasi medis.
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
TB baru diobati TB pernah diobati
Mandiri 2 RHZE 4 RH 2 RHZES 1 RHZE 5 RHE
Program 2 RHZE 4 R3H3

2 RHZES 1 RHZE 5
R3H3E3

PADUAN OAT
Obat kombinasi sangat direkomendasi
OAT pada pasien TB-HIV sama dengan TB
tanpa HIV
ASKES
Sandoz FDCs
(RIMSTAR)
DPS
16
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard 9
Keberpihakan kepada pasien agar terpenuhinya
kepatuhan .
Pengawasan , dukungan , konseling dan penyuluhan
pasien
Upaya yang bertujuan menangani ketidakpatuhan
pasien, termasuk PMO
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 9
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard 10
Monitor dan evaluasi melalui pemeriksaan dahak mikroskopik
berkala (dua spesimen) saat fase inisial selesai (dua bulan).
Jika apus dahak positif pada akhir fase inisial, apus dahak harus
diperiksa kembali pada bulan ketiga dan jika positif, biakan dan
uji resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin harus dilakukan.
Pada pasien tuberkulosis ekstra paru dan pada anak, penilaian
respons pengobatan terbaik adalah secara klinis.
Addendum
Respons pengobatan pada pasien TB milier dan efusi pleura
atau TB paru BTA negatif dapat dinilai dengan foto toraks.

STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 10
17
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard 11
Penilaian kemungkinan resistensi obat,
Uji sensitivitas obat seharusnya dilakukan pada awal
pengobatan untuk semua pasien yang sebelumnya pernah
diobati.
Pasien yang apus dahak tetap positif setelah pengobatan tiga
bulan selesai dan pasien gagal pengobatan, putus obat, atau
kasus kambuh setelah pengobatan harus selalu dinilai terhadap
resistensi obat.
Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan
uji sensitivitas/resistensi obat setidaknya terhadap isoniazid dan
rifampisin seharusnya dilaksanakan segera untuk meminimalkan
kemungkinan penularan. Upaya pengendalian infeksi yang
memadai seharusnya dilakukan sesuai tempat pelayanan.
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 11
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard 12
Pasien yang menderita atau kemungkinan besar menderita
tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya
MDR/XDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus
yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua.
Paduan obat yang dipilih dapat distandarisasi atau sesuai pola
sensitivitas obat berdasarkan dugaan atau yang telah terbukti.
Paling tidak harus digunakan empat obat yang masih efektif,
termasuk obat suntik, harus diberikan paling tidak 18 bulan
setelah konversi biakan.
Tindakan yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk
memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang
berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR/XDR
TB harus dilakukan.
STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 12
18
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Standard13
Rekamantertulistentangpengobatanyang
diberikan,responsbakteriologis,danefek
sampingseharusnyadisimpanuntuksemua
pasien.

STANDAR UNTUK PENGOBATAN
Standar 13 : Pencatatan dan Pelaporan
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Uji HIV dan konseling harus direkomendasikan
pada semua pasien yang menderita atau yang
diduga menderita tuberkulosis.
Uji HIV dan konseling pd semua pasien TB atau
susp TB :
pasien TB di daerah prevalensi tinggi HIV
pasien TB dg gejala / tanda klinis HIV
pasien TB dg risiko tinggi terpajan HIV
Pada daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi :
pendekatan yang terintegrasi untuk pencegahan
dan penatalaksanaan kedua infeksi
(1 dari 2)
STANDAR INTERNASIONAL PENGENDALIAN TB
Standar 14 : Diagnosis TB HIV
19
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Diagnosis TB pada pasien HIV
Tidak bisa mengandalkan gejala umum TB
Batuk bukan merupakan gejala umum
Demam dan penurunan berat badan yang drastis
adalah gejala yg penting
Banyak variasi pada gambaran foto toraks
TB ekstra paru banyak ditemukan pada pasien HIV
Diagnosis diferensial lebih luas
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Standard 15
Semua pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV
seharusnya dievaluasi untuk menentukan perlu/tidaknya
pengobatan anti retroviral diberikan selama masa
pengobatan tuberkulosis.
Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat anti
retroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi
indikasi.
Bagaimanapun juga pelaksanaan pengobatan tuberkulosis
tidak boleh ditunda.
Pasien tuberkulosis dan infeksi HIV juga seharusnya diberi
kotrimoksazol sebagai pencegahan infeksi lainnya.
STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN
INFEKSI HIV DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Standar 15
20
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010

Standard16

PasiendenganinfeksiHIVyang,setelahdievaluasi
denganseksama,tidakmenderitatuberkulosisaktif
seharusnyadiobatisebagaiinfeksituberkulosislaten
denganisoniazidselama69bulan.

STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN
INFEKSI HIV DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Standar 16
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard17
Semuapenyelenggarakesehatanharusmelakukan
penilaianyangmenyeluruhterhadapkondisikomorbid
yangdapatmempengaruhiresponsatauhasil
pengobatantuberkulosis.
Mengidentifikasilayananlayanantambahanyang
dapatmendukunghasilyangoptimalbagisemua
pasiendanmenambahkanlayananlayananinipada
rencanapenatalaksanaan.
Komorbid:diabetesmellitus,programberhenti
merokok,danlayananpendukungpsikososiallain,
ataulayananlayanansepertiperawatanselama
masakehamilanatausetelahmelahirkan.
STANDARD UNTUK PENANGANAN TB DENGAN
INFEKSI HIV DAN KONDISI KOMORBID LAIN
Standar 17
21
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard18
Semuapenyelenggarapelayananuntukpasientuberkulosis
seharusnyamemastikanbahwasemuaorangyang
mempunyaikontakeratdenganpasientuberkulosismenular
seharusnyadievaluasidanditatalaksanasesuaidengan
rekomendasiinternasional.Penentuanprioritaspenyelidikan
kontakdidasarkanpadakecenderunganbahwakontak:
1)menderitatuberkulosisyangtidakterdiagnosis;
2)berisikotinggimenderitatuberkulosisjikaterinfeksi;
3)berisikomenderitatuberkulosisberatjikapenyakit
berkembang;dan
4)berisikotinggiterinfeksiolehpasien.
STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT
Standar 18
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Prioritastertinggievaluasikontakadalah:
OrangdengangejalayangmendukungkearahTB
Anakberusia<5tahun
Kontakyangmenderitaataudidugamenderita
imunokompromais,khususnyainfeksiHIV
KontakdenganpasienMDR/XDRTB.
Kontakeratlainnyamerupakankelompokprioritas
yanglebihrendah.


22
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard19
Anakberusia<5tahundanindividusemuausia
denganinfeksiHIVyangmemilikikontakeratdengan
pasientuberkulosisdansetelahdievaluasidengan
seksama,tidakmenderitatuberkulosisaktif,harus
diobatisebagaiinfeksilatentuberkulosisdengan
isoniazid.

STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT


Standar 19
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard20
Setiapfasilitipelayanankesehatanyang
menanganipasienyangmenderitaatau
didugamenderitatuberkulosisharus
mengembangkandanmenjalankanrencana
pengendalianinfeksituberkulosisyang
memadai.

STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT


Standar 19
23
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
Standard21
Semuapenyelenggarapelayanankesehatanharus
melaporkankasustuberkulosisbarumaupunkasus
pengobatanulangsertahasilpengobatannyake
kantorDinasKesehatansetempatsesuaidengan
peraturanhukumdankebijaksanaanyangberlaku.
Addendum:Pelaksanaanpelaporanseharusnyadifasilitasidan
dikoordinasikanolehDinasKesehatansetempat,sesuaidengan
kesepakatanyangdibuat.
STANDARD UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT
Standar 21
Indonesia ISTC Training Modules revised 2010
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai