Fitokrom
Penemuan fitokrom dari hasil pengamatan 1920, bahwa perbandingan
lamanya masa penyinaran dan masa gelap mengendalikan pembungaan pada
tumbuhan tertentu.
Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh
tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang
oleh cahaya merah dan infra merah infra merah bukanlah bagian dari cahaya
tampak oleh mata manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar
daripada merah.
Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang serupa juga
ditemukan pada bakteri. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur
beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme
(pengaturan saat berbunga pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan
pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil), morfologi daun, pemanjangan
ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil.
Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari
kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan
klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini
dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja
bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut
sebagai fitokrom.
Tumbuhan hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang
untuk berbunga), akan terhambat bila dalam waktu malammnya diseling ada
cahaya dalam waktu singkat. Yang paling efektf adalah cahaya merah jauh yang
menghambat pembungaan tumbuhan hari pendek.
Cahaya merah memacu perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah
jauh dan biru menghambat. Cahaya merah jauh panjang gelombangnya lebih
panjang dr cahaya merah 700-800nm (diatas 760 tdk terlihat oleh mataatau infra
merah dekat).
Pigmen cahaya merah disebut Pr (666nm) , pigmen cahaya biru dapat
diubah oleh cahaya merah menjadi Pfr (730 nm)yang dapat menyerap cahaya
merah jauh (warna hijau zaitun). Dan pigmen biru bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom merupakan homodiner dr dua polipeptid identik, dgn Bm 120
kDa Polipeptid tadi masin2 mempunyai gugus prostetik disebut kromofor yang
menempel pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromofor ad tetrapirol
rantai terbuka,tersebut serupa dgn [pigmen pikobulin utk fotosintesis ganging
merah dan sianobakteri Perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr.
Fitokrom adalah jenis unik dari kromoprotein yang berperan di sebagian
besar tahap pertumbuhan tumbuhan dari perkecambahan biji sampai pertumbuhan
bunga. Peran fitokrom ini sudah dapat diprediksi berdasarkan pada percobaan
fisiologi yang mendemonstrasikan fotoreversibilitas dengan cahaya merah (660
nm) dan cahaya merah jauh (730 nm). Pigmennya berperan dalam dua bentuk: Pr
menyerap maksimal pada 660 nm dan Pfr menyerap maksimal pada 730 nm.
Ketika Pr menyerap cahaya merah, ini akan diubah menjadi Pfr. Ketika Pfr
menyerap cahaya merah jauh, ini akan dirubah menjadi Pr. Peranan fisik fitokrom
ditetapkan dengan demonstrasi perubahan penyerapan in vivo oleh fotoreveribel
yang telah diprediksi. Pada Arabidopsis, ada 5 gen fitokrom yang mengkode 5
jenis fitokrom (PHYA-E).
Fitokrom A (PHYA) mengakumulasi pada pertumbuhan gelap biji sebagai
PrA yang stabil.Pfra tidak stabil dan ini akan merusak separuh aktivitas hidup
sebanyak 1 sampai 1,5 jam. PHYB di ekspresikan pada level rendah antara terang
dan gelap. PfrB adalah stabil, dengan separuh aktivitas sebanyak 8 jam atau lebih.
Campuran dari cahaya merah dan cahaya merah jauh (atau cahaya putih) akan
membangun/menjadikan suatu campuran fotoekuilibrium dari Pr dan Pfr. Pfr
adalah bentuk aktif secara fisik. Fitokrom adalah kromoprotrein kebiru-biruan
dengan masa molekul sekitar 124 kDa. Kromofor adalah suatu tetrapyrrole rantai
terbuka yang strukturnya hampir sama dengan fikosianin. Fototransformasi dari
fitrokrom mencakup perubahan conformasional pada kromoplas maupun protein.
Efek fitokrom-antara secara tepat dibedakan menjadi 3 kategori
berdasarkan pada energi yang dibutuhkan: very low fluence responses (VLFR)/
respon yang sangat rendah tapi lancar, low fluence responses (LFR)/respon dan
aliran rendah, dan high irradiance reactions (HIR)/reaksi pemancaran yang tinggi.
LFRs
mencakup
respon
fitokrom
fotoreversibel
secara
klasik
seperti
perkecambahan biji dan deetiolasi. LFRs membawa informasi kepada biji tentang
posisi relatifnya terhadap permukaan tanah dan memaksimalkan potensi untuk
berkecambah menjadi tegak dan dapat menangkap cahaya dan memulai
fotosintesis sebelum nutrisi cadangan pada biji habis. VLFRs tidak fotoreversibel
dan sangat sulit untuk dikaji karena ini menjenuhkan cahaya pada level tersebut
karena konversi penghitungan dari Pr menjadi Pfr. HIRs dibutuhkan dalam jangka
waktu lama pada pemancaran tinggi, waktunya tergantung dan HIRs tidak
fotoreversibel.
tampak
untuk
mengoperasikan
lebih
dari
satu
level.