Anda di halaman 1dari 8

Edisi 09/PJ.

4/31 Oktober 2014 Media Informasi PIAR NTT dan Komunitas

Udik
Untuk Demokrasi & Kedaulatan Kita

Perkumpulan
Pengembangan Inisiatif &
Advokasi Rakyat
Nusa Tenggara Timur
PIAR - NTT

Dedek...
Blunder Sang Jaksa
Tim Pemantau Kinerja dan
Perilaku Jaksa yang ada di PIAR
NTT, terus menemukan sejumlah
temuan dalam persidangan yang
berkaitan dengan proses
penuntutan oleh jaksa. Kali ini yang
menjadi sorotan adalah kasus
pengancaman di Oenesu Kabupaten Kupang. Dimana, kasus
ini dilaporkan oleh Erni Laku Saba
dengan Korbannya Abraham
Sabneno (suami pelapor). Dalam
kasus ini ada keanehan, khususnya
berkaitan dengan keterangan saksi
yang termuat dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) yang dibawa
dalam persidangan.
Persoalannya semakin rumit,
ketika Jaksa Penuntut Umum (JPU)
tetap mengacu pada BAP yang
dibuatkan pihak penyidik kepolisian
atas saksi Bahlum Baun. Saksi
tidak pernah tahu kalau dirinya
ditetapkan sebagai saksi dalam
kasus ini. Bahkan sampai memiliki
keterangan resmi dalam BAP yang
sampai dibacakan dihadapan
majelis hakim dalam pengadilan.
Jaksa memiliki alasan tersendiri
dihadapan majelis hakim bahwa
saksi Bahlum Baun sementara sakit
dan tidah bisa jalan (lumpuh)
sehingga tak bisa menghadiri
persidangan. Dengan demikian
maka keterangan saksi Bahlum
Baun dibacakan oleh jaksa di
dalam pesidangan.
Blunder dilakukan jaksa, karena
saksi Bahlum Baun sama sekali
tidak pernah mendapatkan
panggilan dari kepolisian maupun
kejaksaan untuk diambil
keterangannya. Bahlum Baun
sendiri tidak begitu tahu dengan
kasus tersebut. Aneh benar
penanganan kasus ini.***

Diduga JPU Baca Keterangan Palsu


Udik Oelamasi Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Oelamsi, pada 2
Oktober 2014 kembali menggelar
sidang lanjutan kasus pengancaman
dengan korban Abraham Sabneno.
Dalam sidang lanjutan tersebut
diagendakan sidang mendengar
keterangan saksi Bahlum Baun.
Namun dalam sidang itu saksi Bahlun
Baun tidak hadir, sehingga Jaksa
Penuntut Umum (JPU) I Made
Sastrawan,SH hanya membacakan
keterangan saksi Bahlum Baun, yang
tertera dalam dokumen berita acara
pemeriksaan.
Dimana kutipan keterangan saksi
dimaksud ia mengatakan; bahwa
benar saksi mendengar dan melihat
kejadian tersebut dari jarak sekitar
kurang lebih 25 meter. Terdakwa
berjalan mendekati korban sambil
memegang 1 (satu) bilah parang
ditangan sebelah kanan, tiba-tiba saksi
mendengar terdakwa mengatakan
jangan lagi kerja tomat didekat batas
tanah sini kenapa masih kerja terus.
Dimana saat itu terdakwa berkata
dengan suara yang keras dan tiba-

tiba terdakwa langsung mengayunkan


1 bilah parang yang dipegangnya
tersebut kearah punggung belakang
korban sebanyak 1 kali namun korban
melompat sehingga tidak mengenai
korban. Lalu istri korban (Erni Laku
Saba) berkata kepada terdakwa
dengan mengatakan kenapa lu mau
potong dia dengan parang. Namun
terdakwa menjawab dengan
mengatakan jangan minta ganti rugi
tomat lagi, kemudian terdakwa pergi
meninggalkan korban.
Sebagaimana disaksikan UDIK
saat itu, JPU membacakan keterangan
saksi walaupun saksi tidak menghadiri
sidang dengan alasan sakit dan
sementara berobat di Rote. JPU tetap
membacakan berkas pemeriksaan
saksi dalam persidangan atas seijin
Ketua Majelis Hakim, Maria
Maranda,SH, dengan hakim anggota
Abang Bunga,SH dan Ni Komang,SH.
Sayangnya diduga kuat
keterangan saksi tertulis yang
dibacakan JPU I Made Sastrawan,SH
saat itu merupakan palsu. Sebab saat
dikonfirmasi UDIK di kediamannya 15
Oktober 2014, saksi Bahlum Baun
Bersambung ke Hal. 2

Diduga JPU Baca... Sambungan Hal. 1


mengatakan, dirinya tidak pernah mengetahui
pemanggilan Jaksa guna dimintai keterangan sebagai
saksi. Saya tidak pernah mengetahui bahwa ada
pemanggilan baik di Kepolisian maupun Kejaksaan untuk
meminta keterangan sebagai saksi terkait dengan kasus
pengancaman terhadap korban Abraham Sabneno,
tandasnya.
Sementara itu, berdasarkan aturan hukum,

konsekwensi hukum kepada orang yang memberikan


keterangan yang tidak benar atau tidak jujur tertuang
dalam pasal 242 ayat 2 KUHP. Jadi konsekwensi jika
keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara
pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.(ZA)

TESTIMONI KASUS OENESU


UDIK Oenesu - Menindaklanjuti
pengaduan keluarga terpidana kasus
pengancaman Manase Oria Pong
yang telah divonis 5 bulan penjara
oleh PN Oelamasi berdasarkan
keterangan saksi yang diduga
dipalsukan oleh penyidik Polda NTT,
maka PIAR NTT pada tanggal 17
Oktober 2014 melakukan testimoni
terhadap keluarga terpidana dan
saksi. Testimoni dilakukan terhadap
Abraham Pong, Damaris Pong, Joan
Babys, dan saksi Bahlum Baun.
Abraham Pong selaku saudara
terpidana sekaligus saksi yang
pernah diperiksa oleh penyidik
POLDA NTT mengemukakan bahwa
sebenarnya tidak terjadi peristiwa
hukum sebagaiman yang
d i s a m pa i k a n p i h a k p e l a p o r.
Sebenarnya peristiwa hukum
pengancaman itu tidak pernah terjadi
sebagaimana dilaporkan oleh istri
korban, melainkan ini merupakan
akumulasi dari beberapa
perselisihan-perselisihan kecil yang
terjadi antar keluarga Pong dan
keluarga Husein yang kemudian
dikemas seolah-olah telah terjadi
pengancaman ungkap Abraham
ketika ditemui UDIK dan Tim PIAR
NTT di Oenesu. Abraham juga
mengaku, walaupun pernah diperiksa
dan diambil keterangannya sebagai
saksi dalam proses penyidikan, tapi
saat kasus ini disidangkan di PN
Oelamasi, dirinya tidak pernah
dihadirkan dipersidangan untuk
bersaksi.
Senada dengan Abraham,
Damaris Pong dan Joan Babys juga
mengemukakan hal yang sama
bahwa kejadian pengancaman
seperti yang dilaporkan itu tidak
pernah terjadi. Hal ini nampak juga
Edisi 09/PJ. 4/31 Oktober 2014

s a a t
y a n g
bersangkutan
diperiksa sebagai
saksi
dalam
persidangan di PN
Oelamasi. Hakim dan
Jaksa Penuntut
Umum (JPU) dalam
kasus ini mengajukan
pertanyaanp e r ta n y a a n y a n g
harus dijawab saksi,
namun
tidak
menyentuh substansi
kasus pengancaman.
Hal-hal
yang
dipertanyakan ialah
terkait kepemilikan tanah, matinya
tamanan tomat serta latar belakang
terpidana Manase Oria Pong yang
pernah melakukan penganiayaan
terhadap orang lain, yang merupakan
suatu kasus yang sudah terjadi jauh
sebelum kasus pengancaman ini
terjadi. Bahkan kedua saksi ini
mengakui sedikit terintimidasi selama
persidangan sebab keterangan
keduanya dianggap menguntungkan
terdakwa.
Hal yang lebih parah justru
dialami oleh saksi Balhum Baun.
Dalam usianya yang sudah sangat
tua, namanya dicatut sebagai saksi
yang memberikan keterangan di
bawah sumpah kepada penyidik yang
intinya menyatakan bahwa benar
telah terjadi kasus pengancaman
oleh Manase Oria Pong kepada
korban Amran Abraham Sabneno.
Dalam berita acara pun menyebutkan
bahwa dirinya saat itu menyaksikan
kejadian dari jarak 25 meter tapi
keberadaannya tidak diketahui oleh
pelaku
maupun
korban
pengancaman. Di persidangan, saksi

Balhum Baun ini tidak dihadirkan


untuk diperiksa namun JPU
memohon ijin majelis hakim untuk
membacakan keterangannya di
persidangan sebab saksi yang
bersangkutan sedang sakit keras,
lumpuh dan sedang menjalani
pengobatan di Rote. Setelah
dikonfirmasi kepada saksi Bahlum
Baun, ternyata yang bersangkutan
mengaku tidak pernah dipanggil
apalagi diperiksa oleh penyidik.
Begitu pula saat persidangan, tidak
pernah ada panggilan dari jaksa
untuk hadir sebagai saksi di
persidangan.
Hasil testimoni ini selanjutnya
akan dianalisis dan dijadikan salah
satu materi pelaporan kepada Komisi
Kejaksaan Nasional dan Jaksa Agung
Muda Pengawas melalui AIPJ karena
kasus ini merupakan salah satu
temuan dalam kegiatan pemantauan
kinerja dan perilaku jaksa. PIAR NTT
sementara mendalami kasus tersebut
untuk melakukan pelaporan ke pihak
kepolisian maupun kejaksaan, serta
akan bersurat ke pengadilan.(ES)
Halaman 2

Baronda ...

Rebeca Ledoh Dituntut 10 Tahun Penjara

UDIK Kupang - Kasus


perdagangan orang yang menelan
dua korban jiwa di Medan dengan
terdakwa Rebeca Oematan Ledoh
memasuki penghujung proses
persidangan. Rabu tanggal 22
Oktober 2014, Jaksa Penuntut Umum
(JPU) dalam kasus ini, Lasmaria
Febrika Siregar,SH akhirnya
membacakan tuntutannya di depan
persidangan setelah dua kali
mengalami penundaan akibat materi
tuntutan belum siap.
Persidangan yang dipimpin ketua
majelis
hakim,
Parlas
Nababan,SH.,MH, serta Ida Ayu
Nyoman A.D.,SH.,MH, dan Jamser
Simanjuntak,SH sebagai anggota
majelis dibuka dan dinyatakan
terbuka untuk umum dengan agenda
pembacaan tuntutan jaksa. JPU
dalam uraiannya mengemukakan
bahwa berdasarkan alat-alat bukti
yang diajukan dalam persidangan
berupa keterangan saksi, keterangan
ahli, keterangan terdakwa, surat
maupun petunjuk maka unsur-unsur
tindak pidana dalam dakwaan kesatu
primair, yaitu pasal 7 ayat (2) UndangUndang Nomor 21 Tahun 2007 juncto
pasal 64 ayat (1) KUHP dan dakwaan
kedua primair, yaitu pasal 17 UndangUndang Nomor 21 Tahun 2007 juncto
pasal 64 ayat (1) KUHP, telah terbukti
sehingga JPU tidak perlu lagi
membuktikan dakwaan subsidair,
baik pada dakwaan kesatu maupun
Edisi 09/PJ. 4/31 Oktober 2014

dakwaan kedua.
JPU berpendapat bahwa oleh
karena dakwaan primair pada
masing-masing dakwaan terbukti,
maka sudah sepantasnya terdakwa
dihukum oleh karena perbuatannya
itu dengan pidana penjara selama
10 tahun dan denda sebesar Rp.
300. 000. 000,- (tiga ratus juta rupiah)
subsidair 6 bulan kurungan. JPU juga
menuntut agar terdakwa tetap berada
dalam tahanan dan diwajibkan
membayar biaya perkara sebesar
Rp. 2. 000,- (dua ribu rupiah).
Terdakwa Rebeca yang hadir di
persidangan didampingi penasihat
hukumnya, Ester Day,SH nampak
berlinang air mata begitu mengetahui
dirinya dituntut pidana penjara
selama sepuluh tahun. Begitu pula
dengan pihak keluarga terdakwa
yang turut menghadiri persidangan
ini terlihat murung saat meninggalkan
ruang sidang. Ester Day, SH., selaku
penasihat hukum meminta kepada
majelis hakim memberikan waktu
tujuh hari untuk menyusun
pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan
JPU yang telah dibacakan tersebut
dan majelis kemudian menunda
persidangan selama satu minggu.
Menanggapi tuntutan JPU,
b e b e r a pa a k t i v i s L S M y a n g
tergabung dalam Aliansi Menentang
Perdagangan Orang Nusa Tenggara
Timur (AMPERA NTT) dan telah
melakukan
pemantauan

perkembangan proses hukum kasus


ini sejak awal mengaku kecewa
karena tuntutan itu terlampau ringan
jika dibandingkan dengan akibat dari
perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa. Ancaman pidana
sebagaimana dirumuskan dalam
dakwaan kesatu primair maupun
dakwaan kedua primair adalah
minimal penjara selama lima tahun
dan maksimal pidana penjara seumur
hidup, bahkan ditambah sepertiga
jika yang menjadi korban adalah
anak. Hal ini sepertinya kurang
diperhatikan oleh JPU sehingga
tuntutan pidana yang dirumuskan
tergolong ringan, padahal perbuatan
terdakwa jelas-jelas dilakukan secara
berulang dan kelihatan terorganisir
dengan baik, bahkan juga melibatkan
anak di bawah umur sebagai korban.
Kami kecewa dengan tuntutan jaksa
seperti ini dan terlampau ringan
apabila dibandingkan dengan akibat
yang dialami oleh para korban dan
keluarga. Karena bisa saja, putusan
hakim akan lebih ringan lagi dari
tuntutan tandas Paul, salah satu
aktivis yang tergabung dalam
AMPERA NTT.
Sebagaimana diketahui bahwa
terdakwa Rebeca adalah pelaku
pengiriman dua puluh empat orang
tenaga kerja kepada Mohar selaku
pemilik usaha sarang burung wallet
yang berlokasi di Medan. Para korban
kemudian disekap dan dipaksa
bekerja pada perusahaan tersebut
tanpa memperoleh hak-hak yang
layak sebagai tenaga kerja pada
umumnya. Akibat sekapan,
penyiksaan dan tindakan tidak
manusiawi lainnya, dua orang di
antara pekerja-pekerja tersebut yakni
Marni Baun dan Rista Botha
kemudian meninggal dunia karena
sakit di tempat di mana mereka
disekap. Kekecewaan yang
ditunjukkan oleh beberapa pihak ini
jelas beralasan sebab keluarga
korban, khususnya korban yang
meninggal justru berharap banyak
kepada aparat penegak hukum,
termasuk jaksa untuk mampu
memberi rasa keadilan bagi
mereka.(ES)
Halaman 3

Baronda ...

TERDAKWA KORUPSI DIVONIS BEBAS


UDIK Kupang Salah satu kasus
korupsi
yang
disidangkan
di
P e n g a d i l a n Ti p i k o r
Kupang dengan dua
orang terdakwa, masingmasing I Gusti Putu
Yuda Semedi selaku
PPK Kegiatan Bidang
Mekanisasi Pertanian
pada Dinas Pertanian
dan Perkebunan
Propinsi NTT dan
Agnestyn Rosianawati,
Direktris CV Alviani Jaya
selaku kontraktor dalam proyek pengadaan sembilan
puluh unit mesin pompa air, akhirnya divonis bebas oleh
majelis hakim. Majelis yang menvonis bebas kedua
terdakwa dalam berkas terpisah ini terdiri dari I Bagus
Dwiyantara selaku ketua dan Agus Komarudin serta
Hartono sebagai hakim anggota.
Sidang dengan agenda putusan hakim ini
berlangsung pada Senin, 20 Oktober 2014 dihadiri oleh
penuntut umum Anton Londa. Sedangkan kedua terdakwa
yang disidangkan secara terpisah didampingi oleh
penasehat hukum masing-masing Marchel Radja dan
Friedom Radja.
Kedua terdakwa, oleh JPU didakwa secara melawan
hukum memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi
yang merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara dan diancam pidana sesuai Pasal 2 ayat (1)
juncto Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi subsidair Pasal 3 juncto Pasal 18 UndangUndang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Perbuatan para terdakwa yang dianggap sebagai
perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain dan
korporasi ialah memaksa menggabungkan dua jenis
kegiatan, yaitu pengadaan mesin pompa air tiga dim dan
mesin pompa air dua dim menjadi satu kegiatan padahal
kedua jenis kegiatan ini merupakan kegiatan pengadaan
yang berbeda. Di samping itu, para terdakwa juga
mengganti spesifikasi barang sehingga tidak sesuai
dengan yang disebutkan dalam kontrak. Dalam kontrak
disebutkan bahwa pengadaan mesin pompa air haruslah
merk Honda namun pada saat pengadaan, kontraktor
membeli mesin pompa air dengan merk Robinson.
Perbuatan kedua terdakwa menurut JPU menyebabkan

Udik
Untuk Demokrasi & Kedaulatan Kita

Edisi 09/PJ. 4/31 Oktober 2014

terjadinya kerugian
keuangan negara sebesar
Rp. 118. 195. 000,- (seratus
delapan belas juta seratus
sembilan puluh lima ribu
rupiah).
Walaupun
JPU
berupaya keras untuk
membuktikan dakwaannya,
baik primair maupun
subsidair, namun ternyata
di persidangan, terungkap
b e b e r a pa f a k ta y a n g
kemudian mempengaruhi
majelis hakim dalam
mengambil keputusan.
Fakta fakta menarik dalam persidangan kasus ini ialah
soal penggantian spesifikasi mesin pompa air; merek
Robinson yang dibeli oleh pihak kontraktor merupakan
jenis yang secara teknis memiliki kualitas yang sama
dengan merk Honda, bahkan harganya lebih tinggi dari
merk Honda sehingga tidak ada indikasi bahwa
penggantian merk tersebut bertujuan untuk memperkaya
diri sendiri maupun orang lain. Fakta lainnya ialah bahwa
pihak BPKP NTT yang diminta oleh JPU untuk melakukan
audit, ternyata keliru sehingga hasil audit tersebut tidak
memasukan dua item yang sudah disebutkan sebelumnya
dalam kontrak, yaitu item keuntungan perusahaan yang
biasanya dihitung sebesar 10 % dari nilai kontrak serta
item biaya pengangkutan mesin pompa air dari Kupang
ke masing-masing daerah tujuan.
Kedua item yang tidak disebutkan BPKP dalam hasil
audit ini nilainya sama seperti jumlah kerugian negara
yang dirumuskan JPU dalam dakwaan, oleh karena itu
majelis berpendapat bahwa unsur merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara sesuai dakwaan jaksa
tidak terpenuhi. Fakta-fakta persidangan ini yang kemudian
menjadi dasar pertimbangan majelis hakim yang
memeriksa perkara ini yang pada akhirnya berkesimpulan
bahwa tidak ada perbuatan memperkaya diri sendiri,
orang lain maupun korporasi secara melawan hukum
yang menyebabkan kerugian negara. Akibat tidak
terbuktinya unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan
oleh JPU maka majelis menyatakan membebaskan kedua
terdakwa dari segala tuntutan hukum dan memerintahkan
JPU agar segera membebaskan kedua terdakwa dari
tahanan.(ES)

Penanggungjawab : PIAR NT T Pemimpin Umum : Sarah L. Mboei k


P e m i m p i n R e d a k s i : P a u l S i n l a E l o E S e k r e t a r i s : Yu l i B u n g a R e d a k t u r
Pe l a k s a n a : A d i N a n g e Red a k s i : Pa u l S i n l a E l o E , A d i N a n g e , Ze va n A o m e ,
Yu s a k B i l a u t , E sto n S a n a m , I a n H . Ora , M a r t h a Ta ga , A n g k y H a n as , L o re n s
M i s s a , Goris Takene, Viktor Manbait. D i s t r i b u s i : J u ke f t a Po n o L ay o u t : A n a n g
A l a m a t R e d a k s i : J l . W. J . L a l a m e n t i k G b . P e g a d a i a n Un i t K e b u n R a j a R T
3 2 / R w 1 0 K e l u r a h a n F a t u l u l i - O e b o b o K u p a n g N T T, Te l p / F a x : 0 3 8 0
8 2 7 9 1 7 , E m a i l : p i a r. n t t @ g m a i l . c o m F a c e b o o k : P I A R N T T
Halaman 4

Baronda ...

SAKSI BERIKAN KETERANGAN BERBELIT


UDIK Oelamasi - Pengadilan Negeri (PN) Oelamasi
Kupang kembali menggelar sidang kasus penembakan
dengan terdakwa Ever Oksen Bernadus Pinga dalam
acara pemeriksaan saksi, pada tanggal 20 Oktober 2014.
Dalam persidangan ini, saksi yang dihadirkan adalah
Hermens Pinga selaku orang tua korban. Saksi yang
dihadirkan JPU dalam persidangan tersebut, terkesan
memberikan keterangan yang berbelit belit dan tidak
jujur. Hal ini dapat terlihat ketika hakim menyampaikan
sejumlah pertanyaan kepada saksi, dan saksi memberikan
jawaban yang berbelit dan bahkan berbeda dengan yang
diberikan dalam BAP.
Dalam persidangan, hakim menanyakan kepada
saksi terkait dengan asal muasal saksi mendapatkan
senjata. Saksi menyampaikan kepada hakim bahwa
senjata tersebut didapat dari orang tua saksi yang sudah
almarhum. Sedangkan, dalam pemeriksaan di kepolisian
saksi mengatakan bahwa senjata tersebut didapat dari
salah seorang pengungsi Timor-Timur bernama Anton.
Hakim kembali menyampaikan pertanyaan untuk
mendapatkan jawaban yang benar dan tegas dari saksi,
namun saksi tetap bersikeras dengan jawabannya bahwa
saksi mendapatkan dari orang tuanya yang sudah
almarhum.
Melihat jawaban saksi seperti itu, hakim lalu
menanyakan lagi tentang tempat simpan/
menyembunyikan senjata itu. Pada saat kejadian/
peristiwa penembakan saksi mengambil senjata tersebut
dan menyimpan dimana?, tanya hakim. Saksi kembali
lagi memberikan jawaban yang yang tidak konsisten dan
berbelit. Terdakwa (Ever) menyuruh saya untuk
menyembunyikan senjata tersebut sehingga dalam
perjalanan ke Puskesmas Sulamu senjata tersebut saya
simpan di kebun jelas saksi. Jawaban saksi ini kembali

bertolak belakang dengan keterangan yang pernah


diberikan ketika diperiksa oleh penyidik polisi.
Menyikapi keterangan saksi yang berbelit dan tidak
jujur ini, membuat hakim geram dan meminta saksi untuk
memberikan keterangan atau jawaban yang pasti.
Saudara diperiksa sebanyak lima kali oleh Penyidik
Polres Kupang, saudara saksi mengatakan senjata sudah
dibuang di dalam sumur, kemudian pemeriksaan berikut
saudara menjawab sudah lupa dan kemudian lagi saudara
bilang sudah buang di pinggir jalan dan sudah tidak ingat
lagi tempatnya. Senjata tersebut di sembunyikan di sumur
atau kebun? tanya hakim dengan tegas. Menanggapi
pertanyaan hakim, saksi mengatakan bahwa Di kebun,
ditaruh dalam lubang tanah dan ditutup dengan batu dari
atas.
Kasus ini berawal pada saat terdakwa sedang
memperbaiki sepada motor miliknya. Ketika terdakwa
hendak mengambil baut yang ada dalam lemari di dalam
kamarnya tiba-tiba korban datang dan langsung
memegang terdakwa pada bagian tulang rusuk, sehingga
terdakwa terkejut dan mengambil senjata untuk menakutinakuti korban dengan cara menodongkan senjata api
tersebut ke arah pipi sebelah kanan korban sambil
menyuruh korban untuk keluar dari dalam kamar terdakwa.
Namun tiba-tiba senjata api yang dipegang terdakwa
tersebut meledak dan mengenai pelipis sebelah kanan
korban sehingga korban langsung terjatuh ke lantai.
Terdakwa didakwa dengan pasal 338 KUHP, pasal 359
KUHP, pasal 80 ayat 3 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak dan pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12
tahun 1951. Sampai saat ini, kasus tersebut masih dalam
tahapan pembuktian dalam persidangan di PN Oelamasi
Kupang.(ZA)

PENTINGNYA KETERLIBATAN MASYARAKAT


DALAM PENGAWASAN KINERJA DAN PERILAKU JAKSA
UDIK Kupang - PIAR NTT atas kerja
sama AIPJ kembali melaksanakan
kegiatan dengan thema: Eksaminasi
Publik : Partisipsi Masyarakat Awasi
Peradilan yang berlansung di
GreeNia Hotel Kupang pada 09
Oktober 2014. Kegiatan yang
dimoderatori oleh Stef Mira Mangi
ini, menghadirkan narasumber, Dedy
Manafe, SH. MHum (Staf Pengajar
Fak.Hukum- UNDANA) dan Ridwan
Sujanah Angsar (KASI PENKUM
Kejaksaan Tinggi NTT). Kegiatan ini
melibatkan peserta dari semua unsur
masyarakat yang berjumlah
sebanyak 53 orang terdiri dari laki-

laki
40
dan
perempuan 13.
Secara umum
kegiatan ini bertujuan
untuk membangun
k e s a d a r a n
masyarakat berkaitan
dengan pentingnya
eksaminasi sekaligus
mengajak masyarakat
untuk melakukan
eksaminasi publik
dalam
rangka
pemantauan kinerja dan perilaku
jaksa. Selain itu kegiatan ini juga
untuk membentuk dan memiliki tim

yang siap melakukan kerja-kerja


eksaminasi termasuk di dalamnya
adalah pembagian peran dari
Bersambung ke Hal. 6

Edisi 09/PJ. 4/31 Oktober 2014

Halaman 5

Baronda ...

Petani Resah, Proyek Irigasi Asal Jadi


UDIK Bello Sebagian besar
masyarakat petani di Kelurahan Bello
Kecamatan Maulafa Kota Kupang
Nusa Tenggara Timur yang selama
ini menggantugkan hidup pada
pertanian saat ini resah dengan
adanya proyek irigasi di wilayah itu.
Sebab sejak dikerjakan 02 Oktober
2014 lalu proyek tersebut dikerjakan
asal jadi tanpa perencanaan yang
matang. Akibatnya puluhan hektar
tanaman pertanian di wilayah itu tidak
bisa diari.
Habel Tuan (50), Obet Takene
(48) dan Simson Tuan (38) kepada
UDIK di Bello, Senin (20/Okt/2014)
mengatakan, proyek penggalian
saluran air yang menggunakan
eksavator (alat berat) hanya
dilakukan sekitar 10 meter dari
sumber air, akibatnya proses
mengalirnya air tidak lancar sehingga
air tergenang di lokasi tertentu tidak
sampai pada areal (lokasi) pertanian
milik warga. Hal ini menyebabkan
tanaman milik warga seperti sayur,
tomat, jagung dan tanaman lainnya
mati sebelum waktunya dipanen.
Pak lihat saja proyek dikerjakan asal
jadi, eksevator hanya kerja sedikit
saja tidak lanjut, sehingga air tidak

lancar masuk di areal pertanian


kami, ungkap Simson Tuan sambil
menunjuk pada areal pertanian yang
kering.
Hal yang sama juga di
ungkapkan Ketua RT 06 Kelurahan
Bello, Yusup Tuan yang mengaku
dirinya tidak mengetahui secara pasti
sumber proyek dan besar dananya
sebab tidak disampaikan kepada
pengurus lingkungan. Nanti pak
(UDIK) tanya saja ke lurah karena
saya sendiri tidak tahu-menahu
sumber proyek itu, tandasnya. Untuk
mengatasi hal tersebut, menurut
Ketua RT pihaknya akan minta
pertanggungjawaban Pemerintah
Kota Kupang melalui Lurah dan
Camat karena akibat proyek itu
banyak tanaman warga yang mati
sebelum dipanen.
Lurah Bello, Marthen L. Benu yang
dihubungi UDIK melalui Handphone
(Hp) di hari yang sama tidak angkat
telp meskipun ada nada masuk.
Sementara itu, Ketua RW 04
Kelurahan Bello, Semuel Takene
menilai proyek tersebut merupakan
proyek ilegal sebab tidak ada
sosialisasi maupun pertemuan
dengan masyarakat. Wartawan
(UDIK) tolong tulis saja ini proyek

Semuel Takene
ilegal karena tida ada papan nama
p r o y e k d a n t i d a k d i k e ta h u i
masyarakat, katanya. Semuel juga
meminta kepada Lurah Camat hingga
Walikota
Kota
Kupang
bertanggungjawab atas kondisi
pertanian yang dialami petani
dikelurahan itu. Sebab sejak adanya
proyek itu banyak tanaman pertanian
warga yang mati karena tidak bisa
diairi. (GT)

Pentingnya... Sambungan Hal. 5


masing-masing anggota tim.
Usai penyampaian materi dilanjutkan dengan sesi
diskusi atau tanya jawab, kepada peserta diberikan
kesempatan bertanya terkait dengan materi yang
disampaikan. Hal ini tentu untuk mempertajam
pemahaman peserta terkait kerja-kerja eksaminasi dan
atau pengawasan terhadap kinerja dan perilaku jaksa.
Dalam diskusi pemateri pertama, Dedy Manafe, S.H,
M.Hum dari kalangan akademisi sempat menyinggung
bahwa berapa lama sebuah kasus naik ke kejaksaan?
Pertanyaan ini sempat membuat dinamika diskusi makin
seru karna menurut peserta bahwa ini kondisi riel yang
selalu dihadapi masyarakat, yang awam soal hukum.
Banyak persoalan yang dihadapai masyarakat yang
berakhir dengan tidak jelas, dengan alasan yang tidak
jelas. Bagi kami masyarakat sangat tidak puas dengan
Edisi 09/PJ. 4/31 Oktober 2014

perilaku penegak hukum yang sering tebang pilih, karena


terkesan hukum hanya berlaku bagi orang miskin. Hal
ini kemudian diperjelas oleh pemateri bahwa apabila
semua unsurnya sudah terpenuhi, alat buktinya jelas,
maka tidak membutuhkasn waktu yang lama untuk
menaikan kasus itu ke pihak kejaksaan. Dari Kejaksaan
Tinggi pun mempertegas bahwa dalam penanganan
perkara jika ada permainan maka akan ditindak sesuai
hukum.
Namun masih banyak peserta yang beranggapan bahwa
bicara tentang penegakan hukum, ternyata tidak hanya
semata pada peran institusi-institusi lembaga yang
menangani. Ada proses panjang disana. Untuk itulah
bagaimana kita mengoptimalkan hak kita dalam kerjakerja untuk mengontrol peradilan yang berlangsung
sangat diperlukan.(YB)
Halaman 6

Baomong

ADA PERLAKUAN KHUSUS BAGI PELAKU KORUPSI


Oleh : Yusak Bilaut

Negara hukum merupakan negara yang


berdiri atas aturan hukum yang menjadi
landasan penyelenggaraannya, dengan
tujuan untuk menertibkan dan
memakmurkan rakyatnya. Namun
demikian, catatan buruk masih saja
ditemukan dalam praktik penerapan dan
penegakannya. Hukum adalah kumpulan
peraturan hidup dalam suatu masyarakat
yang teratur, bersifat memaksa, mengikat
dan dapat dipaksakan. Peraturan hukum
dapat berjalan baik apa bila sudah benarbenar mencerminkan rasa keadilan dan
kehendak sebagian besar masyarakat.
Dari pendapat diatas, mungkin sudah
ada yang mengalami perubahan dan
penyesuaian berdasarkan dinamika dalam
kehidupan saat ini. Namun demikian perlu
ditekankan bahwa peraturan hukum hanya bisa berjalan
baik, kalau masyarakat mematuhinya, dan penegak
hukum menjalankankan tugas, fungsi dan kewajiban
sebagaimana mestinya.
Perjalanan setelah reformasi telah mengantarkan
kita dalam sebuah kemajuan di dalam penerapan prinsipprinsip negara hukum. Ini perlu diapresiasi. Hanya saja
catatan buruk itu masih juga menjadi sahabat sejatinya
kemajuan. Tentu inipun bertentangan dengan konsep
negara hukum.
Masih terdapat perlakuan khusus bagi golongan
berduit dan penguasa. Hal ini terbukti pada proses
peradilan yang sering menjadi objek pantauan PIAR NTT,
dalam kurun waktu 4 (empat) bulan terakhir yakni di
Pengadilan TIPIKOR Kupang dan Pengadilan Negeri
Kupang yang dalam proses peradilan terdapat perlakuan
yang berbeda antara terdakwa tindak pidana korupsi dan
terdakwa tindak pidana umum.
Terdakwa tindak pidana korupsi baik pra maupun
paska persidangan tidak mengunakan seragam tahanan,
dalam kondisi tidak terborgol, tidak berada dalam ruang
tahanan pengadilan dan bebas keluar masuk ruang
sidang tanpa pengawalan petugas serta bebas bertemu
keluarga di luar ruang sidang. Hal ini sangat berbeda
dengan para terdakwa tindak pidana umum, yang mana
mereka wajib menggunakan seragam tahanan, selalu
berada dimobil tahanan walaupun berdesak-desakan
sambil menunggu waktu sidang dan dibawa pengawasan
petugas.
Perbedaan perlakuan seperti ini tentu menimbulkan
kecemburuan dan penafsiran yang miring tentang
penegakan hukum serta melanggar aturan hukum yang
telah menjadi ketetapan untuk harus dipatuhi dan
dilaksanakan sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Edisi 09/PJ. 4/31 Oktober 2014

Jaksa Agung RI Nomor : Per-005/A/JA/03/2013 Tentang


Standar Opersional Prosedur Pengawalan dan
Pengamanan Tahanan pada pasal 5 ayat (4), pasal 6
huruf f dan huruf g . Serta tidak patuh terhadap amanat
UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia pasal 8 ayat (4) yang mengharuskan untuk
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Jaksa
senantiasa bertindak berdasarkan hukum dengan
mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan,
kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat,
serta senantiasa menjaga kehormatan dan martabat
profesinya.
Akan menjadi sulit, jika penegak hukum sendiri
melanggar atau mengabaikan aturan hukum yang berlaku
atas pertimbangan-pertimbangan subjektif, dan/atau
menjadikan peraturan-peraturan itu sebagai peluang
untuk menambah penghasilan. Bila ingin masyarakat
harus patuh, maka kewibawaan dan kredibilitas penegak
hukum pertama-tama harus dipulihkan, lembaga-lembaga
negara harus menjalankan tugas dan kewajiban mereka
dengan baik, dan peraturan-peraturan yang tidak tepat
atau relevan perlu direvisi sebagaimana mestinya. Karena
itu kita perlu berpikir rasional dengan menggunakan akal
sehat. Tidak hanya berdalih untuk membenarkan
kekurangan/kekeliruan dalam bertugas. Bila tidak maka
sangat benar jika masyarakat awam menilai hukum hanya
berlaku perkasa ketika berhadapan dengan masyarakat
awam, dan hukum akan tampak loyo ketika berhadapan
dengan uang dan kekuasaan.***(Penulis adalah bagian
dari Tim Pemantau Kinerja dan Perilaku Jaksa dalam
sebuah program bersama antara PIAR NTT dengan AIPJ
dan Komisi Kejaksaan RI).
Halaman 7

Kodak...
Tim PIAR NTT, yang dikoordinir oleh Paul
SinlaEloEmelakukan testimoni terkait dengan
kasus pengancaman di Kelurahan Oenesu,
Kupang Barat, Kabupaten Kupang pada
tanggal 17 Oktober 2014. Nampak, salah
seorang saksi, Abraham Pong, saat diambil
keterangannya dalam testimoni. Saksi,
Abraham Pong sempat diambil keterangannya
dalam proses penyidikan di kepolisian namun
tidak diajukan dalam proses persidangan di
pengadilan. Kasus ini sementara menjadi
perhatian khusus dari PIAR NTT karena ada
kejanggalan dalam proses penyidikan dan
penuntutan.
Bahlum Baun saat menunjukkan surat
pernyataannya ketika bertemu dengan Tim PIAR
NTT pada 17 Oktober 2014 di Kelurahan
Oenesu, Kupang Barat Kabupaten Kupang.
Surat pernyataan tersebut dibuat oleh Bahlum
Baun karena dirinya dicatut sebagai saksi dalam
kasus pengancaman yang dilaporkan oleh Erni
Laku Saba dengan korbannya adalah Abraham
Sabneno, yang adalah suami pelapor.
Sedangkan yang dilaporkan dan menjadi
terdakwa adalah Manase Pong. Bahlum Baun
menyampaikan bahwa tidak pernah
mendapatkan panggilan dari kepolisian maupun
kejaksaan dan tidak pernah memberikan
keterangan kepada siapapun berkaitan dengan
kasus tersebut. Anehnya, dalam berkas perkara
ada nama dan keterangan Bahlum Baun sebagai
saksi di dalam pengadilan.
PIAR NTT melaksanakan Diskusi
Publik tentang Eksaminasi Publik :
Partisipasi Masyarakat Awasi
Peradilan, di Hotel greeNia Kupang,
pada 9 oktober 2014. Tapak dalam
foto, moderator dan para narasumber
dalam kegiatan tersebut. Dari kiri ke
kanan; Stefanus Mira Mangngi
)Moderator), Deddy Manafe
(akademisi dari FH UNDANA
KUPANG) dan Ridwan Angsar (Kasi
Penerangan Hukum Kejati NTT).
Kegiatan ini terselenggara atas
dukungan Australia Indonesia
Partnership for Justice (AIPJ) dan
Komisi Kejaksaan RI.
Edisi 09/PJ. 4/31 Oktober 2014

Halaman 8

Anda mungkin juga menyukai