IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Umur
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pegawai Las
Alamat
: Matraman, Jakarta
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
kanan
: penglihatan kabur
: mata merah, dan nyeri pada mata
Riwayat Alergi :
Tidak ada riwayat alergi sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: tidak dilakukan
Nadi
: tidak dilakukan
Frekuensi nafas
: tidak dilakukan
Suhu
: tidak dilakukan
STATUS OFTALMOLOGI
Gambar :
Keterangan :
Infiltrate berupa titik-titik pada permukaan kornea
Injeksi siliar
PEMERIKSA
OCULI DEXTRA(OD)
OCULI SINISTRA(OS)
AN
6/12 F1
Visus
Tidak dilakukan
6/7,5
Pinhole
Tidak dilakukan
Tidak dikoreksi
Koreksi
Tidak dikoreksi
enoftalmus (-),
enoftalmus (-),
Bulbus okuli
eksoftalmus(-), strabismus
eksoftalmus(-), strabismus
(-)
(-)
blefarospasme (+),
blefarospasme (+),
Palpebra
), entropion (-)
Edema(-), injeksi
edem (-), injeksi konjungtiva(konjungtiva(-), injeksi siliar (), injeksi siliar (+), infiltrat (-),
hiperemis (-), pinguekula (+)
Merah
Konjungtiva
Sklera
Putih
Kornea
sensibilitas normal
Camera Oculi
Anterior (COA)
Pupil
Lensa
Jernih
Vitreus
Jernih
mikroaneurisma(-),
mikroaneurisma(-),
Retina
CD ratio (0,3)
CD ratio (0,3)
(+)
(+)
(+), cemerlang
Persepsi
warna
Light
projection
Fundus
Refleks
(+)
(+)
(+), cemerlang
Sistem
Epifora (+)
(-)
Normal
Lakrimasi
Shadow test
Lapang
pandang
Epifora (-)
(-)
Normal
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
1. Konjungtivitis
2. Uveitis anterior
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Bakteri:
Penggunaan Lensa
Kontak yang kurang
1. Sreptococcus spp
baik
2. Staphylococcus spp
3. Neisseria gonorrhea Kekeringan pada
mata
4. Bacillus spp
Reaksi alergi
5. Pseudomonas spp
Debu
6. Mycobacterium spp
PATHOGENESIS
PATHOFISIOLOGY
Penggunaan
kontak lens
Trauma mata
Dry eyes
dll
DEFECT
KORNEA
INFLAMASI
Barrier fisik
Lakrimasi
Sel imun dan
mediator lokal
Dilatasi vaskular
limbus
Epifora
Blefarospasm
e
Fotofobia
TRIAS
KERATITIS
19
Patofisiologi
Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai pertahanan imunologik yang
alamiah.
MANIFESTASI
KLINIS
unilateral
nyeri
fotofobia
hiperlakrimasi
infiltrat
Injeksi silier
hipopion
Edema
21
Klasifikasi
Lapisan yg terkena
Keratitis Pungtata
(Keratitis Pungtata
Superfisial dan Keratitis
Pungtata Subepitel)
Keratitis Marginal
Keratitis Interstisial
Keratitis superfisial
Keratitis marginal
Keratitis interstitial
Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Dari perjalanan klinis secara keseluruhan keratitis
bakterial mengganggu fungsi visual dan sensorik.
Palpebra dan konjungtiva edema, penurunan visi,
nyeri, kemerahan, fotofobia, dan discharge. Pada
infeksi gonokokus, haemohilus, dan pneumokokus
menyebabkan konjungtivitis berat dengan kemosis
(Al-Mujaini, 2009).
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Lab
1. Pemeriksaan Laboratorium (Al-Mujaini, 2009)
2. Pemeriksaan dilakukan dengan menggores ulkus
kornea juga bagian tepinya dengan menggunakan
spatula steril kemudian ditanam di media (media
cokelat, darah dan agar Sabouraud).
3. Kaca mikroskop digunakan untuk pengecatan gram,
Giemsa dan pengecatan tahan asam atau acridine
oranye/ calcofluor putih (jika curiga jamur atau
Acanthamoeba).
4. Sampel dari palpebra atau konjungtiva, lensa kontak
dan cairan-cairan untuk mata sebaiknya dikultur.
5. Jika pasien sudah diterapi maka penggunaan terapinya
ditunda 12 jam sebelum dilakukan kultur kornea atau
konjungtiva untuk meningkatkan sensitifitas kultur
yang positif.
Terapi
1. Medikamentosa
c.
2. Non-medikamentosa
Edukasi pasien bahwa penyakit ini dapat berlangsung
kronik
Jangan terlalu sering terpapar sinar matahri atau debu
terkait dengan konjungtivitis vernal
Jangan mengucek mata karena dapat memperberat lesi
Menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan,
membersihkan lap atau handuk, sapu tangan, dan
tissue.
Mengedukasi mengenai komplikasi terberat yaitu
operasi/ angkat bola mata dan dapat kehilangan
penglihatan.