CHF
Pembimbing:
dr. Mamun, Sp. PD
Disusun oleh:
Umur : 52 tahun
Jenis : Perempuan
Kelamin
Alamat : Kemangkon 4/2, Purbalingga
Agama : Islam
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Rumah satu dengan yang lain berdekatan. Hubungan
antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat baik. Pasien sudah menikah, memiliki anak, dan
cucu.
Home
Pasien tinggal di rumah dengan ukuran 15,5x12 m2 dan dihuni 6 orang, yaitu pasien, suami pasien, 2
orang anak, menantu dan 1 cucunya. Rumah yang dihuni terdiri dari 3 kamar, ruang tamu, dapur dan
ruang makan. Memiliki kamar mandi dan jamban jongkok di dalam rumah. Atapnya memakai genteng
dan lantai terbuat dari keramik. Ventilasi pencahayaan setiap ruangan memiliki jendela yang kadang-
kadang dibuka.
Occupational
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung BPJS.
Personal habit
Pasien tidak suka berolah raga. Pasien lebih suka memasak dan memakan makanan yang
mengandung lemak dan goreng-gorenan. Pasien memiliki beban pikiran yang kadang membuat pasien
sulit tidur dan beraktivitas.
Diet and drugs
Pasien mengaku jarang makan teratur. Pasien sering makan terlambat dan sekali makan langsung
dalam porsi besar. Pasien senang memakan makanan yang mengandung lemak seperti daging, telur,
jeroan, dan goreng-gorengan. Pasien tidak mengonsumsi obat tertentu atau pun jamu-jamuan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit, sedang
Kesadaran : Compos mentis dengan GCS
Nadi : 70x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Sianosis - - - -
Akral dingin - - - -
Reflek fisiologis + + + +
Reflek patologis - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 28 Desember 2015
Hb : 13,1 gr/dl (11,7-15,5 gr/dl)
Leukosit : 10470 /l (3.600-11.000/l)
Hematokrit : 42% (35%-47%)
Eritrosit : 4,5 juta/l (3,8-5,2 juta/l)
Trombosit: 344.0000/l (150.000-450.000/l)
MCV : 93 fL (90-100fL)
MCH : 29 pg (26-34 pg)
MCHC : 32 gr/dl (32-36 gr/dl)
RDW: 14,2% (11,5-14,5%)
MPV : 11 fL (9,4-12,3 fL)
Hitung Jenis
Eosinofil : 2,8% (2-4%)
Basofil : 0,5% (0-1%)
Batang : 0,5% L (2-5%)
Segmen : 72,5% H (40-70%)
Limfosit : 15,3% L (25-40%)
Monosit : 8,4% H (2-8%)
Kimia klinik
Ureum : 29,90 mg/dL (14,98-36,52
mg/dL)
Creatinin : 1.26 mg/dL H (0,6-1,00
mg/dL)
GDS : 92 mg/dL (<200 mg/dL)
Elektrolit
Kalium : 3,9 mmol/L (3,5-5,1 mmol/L
EKG dan Foto Thorax 28 Desember 2015
DIAGNOSIS, TERAPI,
PROGNOSIS
Diagnosis
Diagnosis Klinis : CHF
Diagnosis Anatomi : LVH
Diagnosis Etiologi : IHD
Diagnosis Fungsional : NYHA III
Terapi
Farmakologi
O2 4-6 LPM NK
IVFD RL 10 tpm
Inj. Furosemide 2x1 amp IV
PO. Spironolacton 1x25mg
PO. Digoxin 2x tab
Inj. Ranitidine 2x1 amp IV
PO. Antasid Syr 3x1CTH
PO. ISDN 3X5mg
Inj. Ondansentron 3x1 amp IV
Non farmakologi
Tirah baring dengan duduk untuk mengurangi beban kerja jantung.
Diet lunak rendah lemak, rendah garam.
Edukasi untuk berolahraga ringan.
Pemeriksaan Penunjang
Ekokardiografi
Monitoring
Keadaan umum dan kesadaran
Tanda vital
Evaluasi klinis
Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Farmakologi
Terapi farmakologik terdiri atas
panghambat ACE, Antagonis Angiotensin II,
diuretik, Antagonis aldosteron, -blocker,
vasodilator lain, digoksin, obat inotropik
lain, anti-trombotik, dan anti-aritmia.
Farmakologi
Diuretik
Diuterik yang sering digunakan golongan diuterik loop dan thiazid. Diuretik Loop (bumetamid,
furosemid) meningkatkan ekskresi natrium dan cairan ginjal dengan tempat kerja pada ansa henle
asenden, namun efeknya bila diberikan secara oral dapat menghilangkan cairan pada gagal jantung
berat karena absorbs usus. Diuretik ini menyebabkan hiperurisemia. Diuretik Thiazid
(bendroflumetiazid, klorotiazid, hidroklorotiazid, mefrusid, metolazon). Menghambat reabsorbsi garam
di tubulus distal dan membantu reabsorbsi kalsium. Penggunaan kombinasi diuretik loop dengan
diuretik thiazid bersifat sinergis. Thiazid memiliki efek vasodilatasi langsung pada arterior perifer dan
dapat menyebabkan intoleransi karbohidrat.
Digoxin
Digoksin dapat meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga memeperkuat kontraksi jantung, hingga
stroke volume. Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung disfungsi sistolik
ventrikel kiri dan terutama yang dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik, ACE
inhibitor, beta blocker.
Vasodilator
Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding ventrikel, menurunkan
konsumsi oksigen miokard dan meningkatkan curah jantung. Vasodilator memiliki efek campuran
vasodilator dan dilator arteri (ACEI, ARB dan nitroprusida). Vasodilator menurukan preload pada
pasien yang mengkonsumsi diuretik dosis tinggi, dapat menurunkan curah jantung dan menyebabkan
hipotensi postural. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivitas neurohormonal, dan pada
gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai dengan dosis
rendah, dititrasi selama beberapa minggu sampai dosis yang efektif.
Beta Blocker
Biasanya dihindari pada gagal jantung karena kerja inotropik negatifnya. Namun, stimulasi simpatik jangka panjang yang
terjadi pada gagal jantung menyebabkan regulasi turun pada reseptor beta jantung. Dengan memblok beberapa aktivitas
simpatik, beta blocker dapat meningkatkan densitas reseptor beta dan menghasilkan sensitivitas jantung yang lebih tinggi
terhadap simulasi inotropik katekolamin dalam sirkulasi. Beta blocker juga dapat bekerja untuk mengurangi aritmia dan
iskemi miokard. Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung kelas fungsional II dan III. Beta blocker
yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metaprolol. Biasa digunakan bersama-sama dengan penghambat ACE dan
diuretik.
Antikoagulan
Antikoagulan digunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darah untuk membeku yang meningkat, misalnya
pada trombosis. Pada trombosis koroner (infark), sebagian obat jantung menjadi tidak bekerja karena penyaluran darah
kebagian ini terhalang oleh trombus disalah satu cabangnya. Contohnya adalah warfarin. Aspirin diindikasikan untuk
pencegahan emboli serebral pada penderita dengan fibrilasi atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk. Antikoagulan perlu
diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan Trancient Ischemic Attacks, trombus
intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
Anti Aritmia
Antiaritmia dapat menormalisasi frekuensi dan ritme dari detak jantung. Obat-obatan ini juga dapat memeperparah atau
justru menimbulkan aritmia. Obat antiaritmia memepertahankan irama sinus pada gagal jantung dan memberikan keuntungan
simtomatik. Amiodaron merupakan obat yang paling efektif dalam mencegah atrial fibrilasi (AF).
Nitrat
Nitrat dapat mengurangi kongesti paru tanpa memepengaruhi stroke volume atau meningkatkan kebutuhan oksigen oleh
miokard pada gagal jantung akut. Akan lebih baik di kombinasikan dengan furosemid dengan dosis rendah. Contohnya
adalah ISDN, nitrogliserin, dan ISMN)
Terapi non medikamentosa
Istirahat baring
Aktivitas fisik yang berat sebaiknya dikurangi. Aktivitas sosial dan pekerjaan
diusahakan agar dapat dilakukan seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan
profesi yang masih bisa dilakukan. Aktivitas fisik (latihan jasmani jalan 3-5
kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit
dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan
sedang).
Gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang.
Pemberian oksigen bisa diberikan jika pasien merasa sangat sesak.
Merokok bisa menurunkan curah jantung, meningkatkan denyut jantung, dan
meningkatkan resistensi vascular sistemik dan pulmonal sehingga harus dihentikan.
Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari pada yang lainnya.
Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 gram pada gagal jantung ringan dan 1
gram pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan
1,5 liter pada gagal jantung ringan.
Edukasi mengenai hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
Komplikasi
Syok kardiogenik
Gagal ginjal
Kelainan katup
Kerusakan hati
PROGNOSIS