Anda di halaman 1dari 29

Presentasi Kasus

CHF
Pembimbing:
dr. Mamun, Sp. PD

Disusun oleh:

Katharina Listyaningrum P G4A015007


Status penderita
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S

Umur : 52 tahun

Jenis : Perempuan
Kelamin
Alamat : Kemangkon 4/2, Purbalingga

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Tgl. Masuk : 28 Desember 2015


RS
TglPeriksa : 30 Desember 2015
ANAMNESIS
ANAMNESIS (Autoanamnesis dan alloanamnesis)
-Keluhan utama : Sesak Napas
-Keluhan tambahan : Mudah lelah, dada berdebar-debar, nyeri ulu hati, batuk
malam hari, nafsu makan berkurang, mual, dan kedua kaki bengkak.
-Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan keluhan sesak
napas. Keluhan ini dirasakan sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan sesak napas dirasakan semakin memberat dan sangat mengganggu
pasien. Pasien sering terbangun di malam hari karena sesak nafas, batuk dan
berkeringat. Sesak dirasakan hilang timbul terutama saat beraktivitas baik berat
maupun ringan seperti berjalan jauh dan menaiki tangga dan tidur terlentang.
Pasien merasa sesak napas berkurang ketika posisi duduk dan tidur
menggunakan bantal yang tinggi (>2 bantal). Napas dirasakan cepat dan
dalam. Sesak napas dirasakan seperti tertindih sesuatu. Sesak nafas tidak
disertai bunyi mengi dan timbulnya tidak dipengaruhi oleh udara dingin, asap,
debu, bulu binatang ataupun makanan tertentu.
Pasien juga mengeluh mudah lelah, dada berdebar-debar, nyeri ulu hati, batuk
malam hari, nafsu makan berkurang, mual, dan kedua kaki bengkak. Keadaan
ini mengganggu aktivitas pasien dan waktu istirahatnya. Akibatnya pasien tidak
dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti kegiatan memasak, mandi,
dan lain-lain.
LANJ
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan serupa : diakui, sejak 2014
Riwayat mondok : diakui, kali ini mondok ke-7
Riwayat penyakit jantung : diakui, terdiagnosis sejak 4 tahun yang lalu
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat gastritis : diakui

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit sama : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
LANJ
Riwayat social dan exposure
Community

Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Rumah satu dengan yang lain berdekatan. Hubungan

antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat baik. Pasien sudah menikah, memiliki anak, dan
cucu.
Home

Pasien tinggal di rumah dengan ukuran 15,5x12 m2 dan dihuni 6 orang, yaitu pasien, suami pasien, 2

orang anak, menantu dan 1 cucunya. Rumah yang dihuni terdiri dari 3 kamar, ruang tamu, dapur dan
ruang makan. Memiliki kamar mandi dan jamban jongkok di dalam rumah. Atapnya memakai genteng
dan lantai terbuat dari keramik. Ventilasi pencahayaan setiap ruangan memiliki jendela yang kadang-
kadang dibuka.
Occupational

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung BPJS.

Personal habit

Pasien tidak suka berolah raga. Pasien lebih suka memasak dan memakan makanan yang

mengandung lemak dan goreng-gorenan. Pasien memiliki beban pikiran yang kadang membuat pasien
sulit tidur dan beraktivitas.
Diet and drugs

Pasien mengaku jarang makan teratur. Pasien sering makan terlambat dan sekali makan langsung

dalam porsi besar. Pasien senang memakan makanan yang mengandung lemak seperti daging, telur,
jeroan, dan goreng-gorengan. Pasien tidak mengonsumsi obat tertentu atau pun jamu-jamuan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit, sedang
Kesadaran : Compos mentis dengan GCS

15 (E=4, V=5, M=6).


Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/70 mmHg


Nadi : 70x/menit

Pernapasan : 28 x/menit

Suhu (Peraksiller) : 36,0 C

BB/TB :85/159 (BMI : 33.72)


Kepala
Bentuk : mesocephal, simetris
venektasi temporal +/+
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi
merata, tidak rontok
Nyeri tekan : (-)
Mata
Palpebra : edema -/-, ptosis -/-
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Pupil : bulat, isokor, 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+
Telinga
Otore : -/-
Deformitas : -/-
Discharge : -/-
Nyeri tekan : -/-
Hidung
Nafas cuping hidung : (-)
Deformitas : (-)
Discharge : (-)
Mulut
Bibir sianosis : (-)
Bibir kering : (-)
Lidah kotor : (-)
Lidah sianosis : (-)
Leher
Trakea : deviasi trakea (-)
Kelenjar limfoid : tidak membesar, nyeri (-)
Kelenjar tiroid : tidak membesar
JVP : meningkat (5+3 cm)
PemeriksaanThorax
Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-), jejas (-)
Palpasi : vokal fremitus lobus superior kanan = kiri, vokal fremitus lobus
inferior kanan = kiri, ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri, batas paru hepar
SIC V LMCD
Auskultasi: suara dasar vesikuler +/+, ronki basah basal -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat pada SIC VI 2 jari lateral LMCS, pulsasi parasternal
(-), pulsasi epigastrik (-)
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC VI 2 jari lateral LMCS, kuat angkat (-)
Perkusi : batas jantung kanan atas SIC II LPSD
batas jantung kiri atas SIC II LPSS
batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD
batas jantung kiri bawah SIC VI 2 jari lateral LMCS
Auskultasi: S1>S2, reguler, murmur (+), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Cembung, jaringan parut (+), tampak supel,
Auskultasi: Bising usus (+) normal.
Palpasi : nyeri tekan (-), undulasi (-)
Perkusi : Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Hepar : tidak teraba
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Pemeriksaan

Dextra Sinistra Dextra Sinistra


Edema - - + +

Sianosis - - - -

Akral dingin - - - -

Reflek fisiologis + + + +

Reflek patologis - - - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 28 Desember 2015
Hb : 13,1 gr/dl (11,7-15,5 gr/dl)
Leukosit : 10470 /l (3.600-11.000/l)
Hematokrit : 42% (35%-47%)
Eritrosit : 4,5 juta/l (3,8-5,2 juta/l)
Trombosit: 344.0000/l (150.000-450.000/l)
MCV : 93 fL (90-100fL)
MCH : 29 pg (26-34 pg)
MCHC : 32 gr/dl (32-36 gr/dl)
RDW: 14,2% (11,5-14,5%)
MPV : 11 fL (9,4-12,3 fL)

Hitung Jenis
Eosinofil : 2,8% (2-4%)
Basofil : 0,5% (0-1%)
Batang : 0,5% L (2-5%)
Segmen : 72,5% H (40-70%)
Limfosit : 15,3% L (25-40%)
Monosit : 8,4% H (2-8%)
Kimia klinik
Ureum : 29,90 mg/dL (14,98-36,52
mg/dL)
Creatinin : 1.26 mg/dL H (0,6-1,00
mg/dL)
GDS : 92 mg/dL (<200 mg/dL)
Elektrolit
Kalium : 3,9 mmol/L (3,5-5,1 mmol/L
EKG dan Foto Thorax 28 Desember 2015
DIAGNOSIS, TERAPI,
PROGNOSIS
Diagnosis
Diagnosis Klinis : CHF
Diagnosis Anatomi : LVH
Diagnosis Etiologi : IHD
Diagnosis Fungsional : NYHA III
Terapi
Farmakologi
O2 4-6 LPM NK
IVFD RL 10 tpm
Inj. Furosemide 2x1 amp IV
PO. Spironolacton 1x25mg
PO. Digoxin 2x tab
Inj. Ranitidine 2x1 amp IV
PO. Antasid Syr 3x1CTH
PO. ISDN 3X5mg
Inj. Ondansentron 3x1 amp IV
Non farmakologi
Tirah baring dengan duduk untuk mengurangi beban kerja jantung.
Diet lunak rendah lemak, rendah garam.
Edukasi untuk berolahraga ringan.
Pemeriksaan Penunjang
Ekokardiografi
Monitoring
Keadaan umum dan kesadaran
Tanda vital

Pemeliharaan jalan nafas

Evaluasi klinis

Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam


III. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gagal jantung kongestif merupakan sindrom
klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur
atau fungsi jantung sehingga jantung
mengalami gangguan dalam memompa
darah yang mengakibatkan kongesti pada
pembuluh darah pulmoner dan menurunya
kardiak output (Sudoyo, 2006). Sindrom
klinis gagal jantung disebabkan gangguan
dari perikardium, miokardium, endokardium,
katup jantung, atau pembuluh darah besar.
Etiologi
Underlying cause
Penyebab yang fundamental
Penyebab yang mempercepat
Kardiomiopati genetik
Patomekanisme
Penegakkan Diagnosis
Gejala dan tanda sesak nafas
Sesak napas selama melakukan aktivitas (paling sering), saat istirahat,
atau saat tidur, yang mungkin datang tiba-tiba dan
membangunkan.Pasien sering mengalami kesulitan bernapas sambil
berbaring datar dan mungkin perlu untuk menopang tubuh bagian atas
dan kepala di dua bantal.Pasien sering mengeluh bangun lelah atau
merasa cemas dan gelisah.
Gejala kardiak lainnya seperti nyeri dada dan jantung berdebar
Gejala nonkardiak umum dan gejala gagal jantung meliputi anoreksia,
mual, penurunan berat badan, kembung, kelelahan, kelemahan, oliguria,
nokturia, dan gejala serebral dari berbagai tingkat keparahan, mulai dari
kecemasan, gangguan memori, dan kebingungan (Lam, 2011).
Penegakkan diagnosis CHF juga dapat dilakukan dengan criteria Framingham yang dibagi dalam criteria mayor dan minor :
Kriteria mayor
Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea
Peningkatan tekanan vena jugularis
Ronki basah tidak nyaring
Kardiomegali
Edema paru akut
Irama derap S3
peningkatan tekanan vena >16 cm H2O
Refluks hepatojugular
Kriteria Minor
edema pergelangan kaki
Batuk malam hari
Dyspnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
Takikardi (>120x/menit)
Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen dada: pembesaran jantung, distensi vena pulmonaris
dan redistribusinya ke apeks paru (opasifikasi hilus paru bisa sampai
ke apeks), peningkatan tekanan vascular pulmonari, kadang-kadang
ditemukan efusi pleura.
Elektrokardiografi: membantu menunjukkan etiologi gagal jantung
(infark, iskemia, hipertrofi dll) dapat ditemukan low voltage, T
inverse, QS, depresi ST.
Laboratorium
Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit),
hemoglobin, tes fungsi tiroid, tes fungsi hati, dan lipid darah.
Urinalisa untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria
Ekokardiografi
Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang
funsi dan struktur jantung, katup dan perikard.
TATALAKSANA

Farmakologi
Terapi farmakologik terdiri atas
panghambat ACE, Antagonis Angiotensin II,
diuretik, Antagonis aldosteron, -blocker,
vasodilator lain, digoksin, obat inotropik
lain, anti-trombotik, dan anti-aritmia.
Farmakologi
Diuretik
Diuterik yang sering digunakan golongan diuterik loop dan thiazid. Diuretik Loop (bumetamid,
furosemid) meningkatkan ekskresi natrium dan cairan ginjal dengan tempat kerja pada ansa henle
asenden, namun efeknya bila diberikan secara oral dapat menghilangkan cairan pada gagal jantung
berat karena absorbs usus. Diuretik ini menyebabkan hiperurisemia. Diuretik Thiazid
(bendroflumetiazid, klorotiazid, hidroklorotiazid, mefrusid, metolazon). Menghambat reabsorbsi garam
di tubulus distal dan membantu reabsorbsi kalsium. Penggunaan kombinasi diuretik loop dengan
diuretik thiazid bersifat sinergis. Thiazid memiliki efek vasodilatasi langsung pada arterior perifer dan
dapat menyebabkan intoleransi karbohidrat.
Digoxin
Digoksin dapat meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga memeperkuat kontraksi jantung, hingga
stroke volume. Digoksin diberikan untuk pasien simptomatik dengan gagal jantung disfungsi sistolik
ventrikel kiri dan terutama yang dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik, ACE
inhibitor, beta blocker.
Vasodilator
Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding ventrikel, menurunkan
konsumsi oksigen miokard dan meningkatkan curah jantung. Vasodilator memiliki efek campuran
vasodilator dan dilator arteri (ACEI, ARB dan nitroprusida). Vasodilator menurukan preload pada
pasien yang mengkonsumsi diuretik dosis tinggi, dapat menurunkan curah jantung dan menyebabkan
hipotensi postural. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan aktivitas neurohormonal, dan pada
gagal jantung yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai dengan dosis
rendah, dititrasi selama beberapa minggu sampai dosis yang efektif.
Beta Blocker
Biasanya dihindari pada gagal jantung karena kerja inotropik negatifnya. Namun, stimulasi simpatik jangka panjang yang
terjadi pada gagal jantung menyebabkan regulasi turun pada reseptor beta jantung. Dengan memblok beberapa aktivitas
simpatik, beta blocker dapat meningkatkan densitas reseptor beta dan menghasilkan sensitivitas jantung yang lebih tinggi
terhadap simulasi inotropik katekolamin dalam sirkulasi. Beta blocker juga dapat bekerja untuk mengurangi aritmia dan
iskemi miokard. Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung kelas fungsional II dan III. Beta blocker
yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau metaprolol. Biasa digunakan bersama-sama dengan penghambat ACE dan
diuretik.
Antikoagulan
Antikoagulan digunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darah untuk membeku yang meningkat, misalnya
pada trombosis. Pada trombosis koroner (infark), sebagian obat jantung menjadi tidak bekerja karena penyaluran darah
kebagian ini terhalang oleh trombus disalah satu cabangnya. Contohnya adalah warfarin. Aspirin diindikasikan untuk
pencegahan emboli serebral pada penderita dengan fibrilasi atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk. Antikoagulan perlu
diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat emboli, trombosis dan Trancient Ischemic Attacks, trombus
intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
Anti Aritmia
Antiaritmia dapat menormalisasi frekuensi dan ritme dari detak jantung. Obat-obatan ini juga dapat memeperparah atau
justru menimbulkan aritmia. Obat antiaritmia memepertahankan irama sinus pada gagal jantung dan memberikan keuntungan
simtomatik. Amiodaron merupakan obat yang paling efektif dalam mencegah atrial fibrilasi (AF).
Nitrat
Nitrat dapat mengurangi kongesti paru tanpa memepengaruhi stroke volume atau meningkatkan kebutuhan oksigen oleh
miokard pada gagal jantung akut. Akan lebih baik di kombinasikan dengan furosemid dengan dosis rendah. Contohnya
adalah ISDN, nitrogliserin, dan ISMN)
Terapi non medikamentosa
Istirahat baring
Aktivitas fisik yang berat sebaiknya dikurangi. Aktivitas sosial dan pekerjaan
diusahakan agar dapat dilakukan seperti biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan
profesi yang masih bisa dilakukan. Aktivitas fisik (latihan jasmani jalan 3-5
kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit
dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan
sedang).
Gagal jantung berat harus menghindari penerbangan panjang.
Pemberian oksigen bisa diberikan jika pasien merasa sangat sesak.
Merokok bisa menurunkan curah jantung, meningkatkan denyut jantung, dan
meningkatkan resistensi vascular sistemik dan pulmonal sehingga harus dihentikan.
Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari pada yang lainnya.
Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 gram pada gagal jantung ringan dan 1
gram pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan
1,5 liter pada gagal jantung ringan.
Edukasi mengenai hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
Komplikasi
Syok kardiogenik
Gagal ginjal
Kelainan katup
Kerusakan hati
PROGNOSIS

CHF memiliki sifat letal dan menyebabkan risiko kematian


yang tinggi. Prognosis lebih baik ditemukan pada wanita
dan orang dengan usia muda. (Anderson, et al, 1993).
Prognosis penyakit ini akan jelek bila dasar atau
penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Seperdua dari pasien
gagal jantung memiliki resiko tinggi meninggal dunia dalam
empat tahun sejak diagnosis ditegakkan dan pada gagal
jantung berat, lebih dari 50% akan meninggal dalam waktu
satu tahun (Manggioni, 2005). Sementara prognosis pada
penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu
(Hauser et al., 2005):
Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%
Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20%
Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%
Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%
KESIMPULAN
Pasien merupakan penderita CHF NYHA III
Gagal jantung kongestif merupakan sindrom klinis yang

disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung


sehingga jantung mengalami gangguan dalam memompa
darah yang mengakibatkan kongesti pada pembuluh darah
pulmoner dan menurunya kardiak output
Evaluasi pasien meliputi evaluasi keadaan umum, vital sign

dan evaluasi klinis.


Diagnosis CHF ditegakan dengan kriteria Framingham

Pola hidup pasien harus dirubah dengan diet rendah natrium,

tinggi protein, dan edukasi pasien untuk mau berolahraga


ringan harus dilakukan
Terapi pada pasien ini dapat diberikan obat-obatan golongan

diuretik, digoksin, beta blocker, dan golongan nitrat

Anda mungkin juga menyukai