Anda di halaman 1dari 2

Etiologi

Penyebab eritroderma dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu (Okoduwa et al., 2009;
Siregar, 2004):
1. Akibat alergi obat secara sistemik
2. Akibat perluasan penyakit kulit, seperti psoriasis, ptiriasis rubra pilaris, pemphigus foliaseus,
dermatitis atopik, dan liken planus.
3. Akibat penyakit sistemik termasuk keganasan.
4. Manifestasi berat paparan sinar ultraviolet.
Tata Laksana
Tatalaksana penyakit eritroderma harus ditangani dengan segera dan komprehensif yang meliputi
tatalaksana medikamentosa dan non medikamentosa (Djuanda, 2015) :
a. Medikamentosa
Secara umum, pengobatan yang diberikan untuk pasien eritroderma adalah golongan
kortikosteroid. Pada golongan I yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, obat yang
diberikan adalah prednisone dengan dosis 4x10mg. penyembuhan biasanya terjadi dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan terapi kortikosteroid
yaitu prednisone 4x10-15mg perhari. Dosis dapat dinaikkan bila dalam beberapa hari tidak
ada perbaikan. Dosis diturunkan perlahan-lahan setelah dilihat adanya perbaikan pada
kondisi pasien. Eritrodema karena psoriasis dapat juga diobati dengan asetresin. Lama
penyembuhan golongan II yakni hingga beberapa minggu sampai beberapa bulan, lebih lama
dibandingkan golongan I.
Pada pengobatan kortikosteroid jangka panjang hingga melebihi 1 bulan lebih baik
dipilih metilprednisolon dibandingkan prednisone karena efek samping yang lebih sedikit.
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid juga memiliki efek yang bagus dengan
dosis 3x1-2mg perhari. Pada sindrom Sezary, pengobatan terdiri atas kortikosterois
(prednisone 30mg/hari) atau metilprednisolon ekuivalen dengan sitostatik, biasanya
digunakan klorambusil dosis 2-6mg/hari. Pada kasus eritroderma kronis, perlu juga
diberikan emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, dapat
diberikan salep lanolin 10% atau krim urea 10%.
b. Non Medikamentosa
Pada eritroderma golongan I akibat penggunaan obat tertentu. Penghentian obat harus
segera dilakukan. Pada kasus eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein (biasanya
putih telur) karena terlepasnya skuama yang mengakibatkan hilangnya protein.

Daftar Pustaka
Okoduwa, C., Lambert W.C., Schwartz R.A., Kubeyinje E., Eitokpah A., Sinha S., dan Chen W.
2009. Erythroderma: Review of a Potentially Life-Threatening Dermatosis. Indian
Journal of Dermatology 54(1): 1-6.
Siregar, R.S. 2004. Eritroderma. Dalam: Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. EGC. Jakarta. hal
236-237.
Djuanda, Adhi. 2015. Eritroderma. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta:Badan
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai