Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI REFERAT

ILMU PENYAKIT MATA


PROPTOSIS

CISYANA
406138051

ANATOMI

Gambar 1. Anatomi
orbita

DEFINISI

Proptosis:

Proptosis:

Penambahan isi orbita yang terjadi disamping atau dibelakang bola


mata akan mendorong organ tersebut ke depan. Penonjolan bola mata
adalah tanda utama penyakit orbita, lesi-lesi ekspansif dapat bersifat
jinak atau ganas dan dapat berasal dari tulang, otot saraf pembuluh
darah, atau jaringan ikat. Massa dapat bersifat radang, neoplastik, kistik,
atau avaskuler.9

Penonjolan abnormal pada salah satu atau kedua bola mata. Proptosis
dan eksoftalmus memiliki makna yang sama. Eksoftalmus biasanya
digunakan untuk menunjukkan pada penonjolan mata yang disebabkan
oleh penyakit tiroid.13

Pseudoproptosis:

Proptosis tanpa penyakit orbita, hal ini dapat terjadi pada myopia tinggi,

EPIDEMIOLOGI

Internasional:
Tellez

et al, dalam studi kecil lainnya terdiri dari


155 pasien yang baru didiagnosis dengan Graves
ophthalmopathy, 26% adalah laki-laki dan 36%
adalah perempuan; Namun, prevalensi lebih
tinggi pada orang-orang Eropa, pada tingkat 42%
dibandingkan 7,7% di Asia. Analisis data
menunjukkan bahwa Eropa adalah 6,4 kali lebih
mungkin mengalami Graves ophthalmopathy dari
Asia

ETIOLOGI

Gangguan peradangan:

Pseudotumor:

Suatu proses nonneoplastik yang menimbulkan tanda-tanda


neoplasma orbita, tempat peradangannya biasanya difus dan
tidak dapat dieksisi.

Infeksi orbita:

Jaringan pada rongga orbita dapat membengkak sehingga


mendorong bola mata keluar.

Trauma merupakan penyebab masuknya bahan tercemar


kedalam orbita melalui kulit atau sinus paranasalis. Perluasan
sinusitis melalui tulang etmoid yang tipis mengakibatkan selulitis
orbita.

Lesi kistik pada orbita:

Dermoid orbita berasal dari ectoderm permukaan dan sering


mengandung struktur-struktur epitel misalnya keratin, rambut
dan bahkan gigi. Sebagian besar bersifat kistik dan terisi oleh
suatu cairan berminyak yang dapat mencetuskan reaksi
peradangan apabila masuk ke dalam orbita.

Kelainan vaskuler yang mengenai orbita:

Tumor orbita primer:

Lesinya terletak superfisial dan di dalam orbita, lesi yang di


dalam orbita menyebabkan strabismus atau proptosis

Tumor metastasis:

Pada eksoftalmus karena gangguan pembuluh darah


biasanya disertai pulsasi, mungkin disebabkan aneurisme
dan berhubungan langsung antara arteri carotid interna
dengan sinus cavernosus

Tumor-tumor metastasis mencapai orbita melalui


penyebaran hematogen, karena orbita tidak memiliki
saluran limfe

Tumor sekunder:

Karsinoma sel basal, sel skuamosa, dan kelenjar sebasea


dapat menyebar secara lokal ke dalam orbita anterior.
Karsinoma nasofaring tersering dari sinus maksilaris dan

PATOFISIOLOGI
Pertambahan volume jaringan retrobulbar di dalam
rongga orbita yang sudah tetap volumenya

Mendesak jaringan bola mata ke arah anterior

Lebih banyak lagi bagian bola mata yang keluar


dari rongga orbita

KLASIFIKASI

Proptosis aksialis
Proptosis non aksialis
Proptosis berdenyut
Proptosis posisional
Proptosis intermiten
Sindrom fisura orbita
Sindrom apeks orbita

DIAGNOSIS

Evaluasi abnormalitas orbita harus


dapat membedakan orbital dari
lesi periorbital dan intraokular.
Evaluasi dimulai dari anamnesis
dan pemeriksaan: Pada
abnormalitas orbita penting untuk
ditanyakan riwayat 6 P, yaitu:

Pain
Proptosis
Progression
Palpation
Pulsation
Periorbital changes
Gambar 3. Posisi Worms eye view 3

PEMERIKSAAN KLINIS:
Riwayat

Penyakit:

Anamnesis:

adanya riwayat trauma atau penambahan


proptosis saat pasien membungkuk (mengarah ke
proptosis akibat malformasi arteri vena), onset lama
atau tiba-tiba (pada infeksi), kemudian ditanyakan
tanda-tanda infeksi lain.Dapat ditanyakan juga tandatanda penyakit tiroid.
Bila dari pertanyaan ini tidak didapat jawaban, maka
dapat diarahkan pada penyakit tumor, kemungkinan
tumor retrobulber.

Pemeriksaan
Pemeriksaan

Mata:

visus, adanya penurunan visus dapat


dicurigai adanya tumor di intrakonal.
Perubahan pada struktur organ lainnya, seperti:
palpebra (jaringan parut, retraksi palpebra atau
perdarahan), konjungtiva, kornea (erosi akibat
penonjolan bola mata yang menyebabkan
lagoftalmus), kamera okuli anterior, iris (nevi,
neovaskularisasi), pupil (reflek pupil), fundus (atrofi
papil atau edema papil, striae retina).
Pemeriksaan dapat dilanjutkan pada otot bola mata,
lapang pandang dan tekanan intraokular.

Pemeriksaan

Orbita:

Pengukuran

Proptosis
Posisi proptosis
Palpasi
Pulsasi dan bruits
Ocular movement

Gambar 4. Pemeriksaan
dengan Eksoftalmometer

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pemeriksaan
Computed

Primer:

Tomography
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Ultrasonografi Orbita (USG Orbita)

Pemeriksaan

Sekunder

Venography
Arteriography
CT

dan MR Angiography

Patologi:

Pemeriksaan penunjang akhir yang


menentukan diagnosis, spesimen jaringan
didapatkan dari tindakan orbitotomi untuk
mengambil lesi tersebut. Cara pemeriksaan yang
bisa digunakan adalah frozen section.

DIAGNOSIS BANDING

Gangguan peradangan:

Infeksi orbita:

Selulitis orbita
Mukormikosis

Lesi kistik pada orbita:

Oftalmopati graves
Pseudotumor

Dermoid
Mukokel sinus
Meningokel

Kelainan vaskuler yang mengenai orbita:

Malformasi arteriovena
Fistula arteri karotis sinus kavernosus

Tumor orbita primer:

Hemangioma kapiler
Hemangioma kavernosa
Limfangioma
Rabdomiosarkoma
Neurofibroma
Glioma saraf optikus
Tumor kelenjar lakrimalis
Limfoma
Histiositosis

Tumor metastasis:

Tumor sekunder:

Gambar 2. Gambaran mata pada oftalmopati graves

Gambar 3. Pseudotumor orbita

Gambar 4. Selulitis orbita


Gambar 5. Mukormikosis
Gambar 6. Dermoid pada orbita

PENATALAKSANAAN

Tujuan dari farmako terapi adalah untuk


mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi
Perawatan medis untuk proptosis dikembalikan
lagi ke penyebabnya dan meminimalkan
komplikasi
Proptosis ringan:

Artificial tears
Berisi 0,9% NaCl
Menjaga kelembaban mata dan mencegah kekeringan
Teteskan 1-2 tetes ke mata yang sakit

Salep mata

sangat membantu pada waktu tidur

Proptosis berat:
Pembedahan
Indikasi

apabila ada kelainan hubungan antara arteri


dan vena

Retraksi kelopak mata:


Perlu

dilakukan pembedahan kelopak mata untuk


melindungi kornea terhadap kekeringan atau
infeksi.

KOMPLIKASI

Tidak diterapi secara dini:


Lagoftalmus
Dry

eyes
Keratitis
Kerusakan N.II

Selulitis orbita tidak diterapi:


Meningitis
Abses

otak
Kematian

KESIMPULAN

Kedudukan bola mata yang lebih menonjol disebut proptosis


atau pada kasus tertentu dikenal dengan sebutan eksoftalmus.
Dasar patofisiologi dari proptosis adalah adanya suatu
pertambahan volume jaringan retrobulbar di dalam rongga orbita
yang sudah tetap volumenya, sehingga akan mendesak jaringan
bola mata menonjol kea rah anterior dan lebih banyak lagi
bagian bola mata yang keluar dari orbita.
Proptosis apabila penonjolan bola mata >21mm, dimana jarak
antara puncak kornea dan margo orbita lateralis normal adalah
12-21 mm, jika melampaui 21 mm tanda adanya proptosis. Atau
dikatakan proptosis apabila perbedaan penonjolan bola mata >2
mm, walaupun penonjolan tidak mencapai 21 mm.
Pada prinsipnya pengobatan pada proptosis adalah pengobatan
pada penyebabnya.
Jika tidak diberikan penanganan secara dini, dapat
mengakibatkan lagoftalmus, dry eyes, keratitis, kerusakan N.II

DAFTAR PUSTAKA

Moeloek NF, Usman TA. Pandangan Umum dan Penatalaksanaan Tumor Orbita. Yayasan Penerbit
Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta. 1992.

Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand GM. Fundamentals and Principles of ophthalmology. Edition 20102011. Section 2. The Foundation of the American Academy of Ophthalmology. 2010

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Indonesia. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2004

Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand GM. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. Edition 2010-2011.
Section 7. The Foundation of the American Academy of Ophthalmology. 2010

Kanski JJ, Bowling B. Cinical Ophthalmology : A Systemic Approach. Seventh Edition. Elsevier
Saunders, London, New York. 2011

Moeloek NF, Usman TA. Pandangan Umum dan Penatalaksanaan Tumor Orbita. Yayasan Penerbit
Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta. 1992.

Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand GM. Fundamentals and Principles of ophthalmology. Edition 20102011. Section 2. The Foundation of the American Academy of Ophthalmology. 2010

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Indonesia. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
2004

Asbury, Vaughan. Pseudotumor. Dalam : Oftalmologi umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2010.

http://emedicine.medscape.com/article/1218575-overview diunduh tanggal 27 september 2014

https://www.scribd.com/doc/167698199/123868625-REFERAT-PROPTOSIS diunduh tanggal 27


September 2014

SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai