HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pembimbing:
dr. Aris Sukarno, SpOG
DATA DASAR
Identitas
Nama
: Ny. I. P
Usia
: 28 tahun
Nama suami
Alamat
: Jl. Parangsarpo 8 no 2 RT 4 RW 12
No. Telepon
: 0856401272113
Tahun menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
Pekerjaan suami
Pendidikan suami
Siklus haid
Perdarahan pervaginam
:-
Keputihan
:-
: + sejak 3 hari
:-
:-
Keluhan lainnya
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi terdahulu
:1
:-
Jumlah anak hidup, berat lahir, jenis kelamin, cara persalinan: 1, Berat badan lahir :
jenis kelamin : laki-laki, cara persalinan : spontan
Perdarahan pada kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu:
Riwayat hipertensi (sebelum/saat/sesudah kehamilan): Riwayat berat bayi <2500g atau >4000g: Riwayat kehamilan sungsang : Riwayat kehamilan ganda
:-
Riwayat pertumbuhan janin terhambat: Riwayat penyakit dan kematian perinatal, neonatal, dan kematian janin: Adanya masalah lain selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu: Durasi menyusui eksklusif
:-
Hipertensi
:-
Diabetes melitus
:-
:-
:-
Lainnya
:-
Alergi obat/makanan
:-
Riwayat operasi
:-
:-
:-
Golongan darah
:A
:-
: Menikah
Pemeriksaan Fisik
Tanggal
: 14 April 2015
Jam
: 13:00
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Tanda vital
Tekanan darah
: 110/70
Frekuensi nadi
: 100 x/menit
Frekuensi napas
: 18 x/menit
Suhu tubuh
: 37.8 C
Data antropometri
: BB = 71 kg, TB =
Pemeriksaan Sistem
Kepala
Leher
Toraks
Paru-paru
I : Simetris pada inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-)
P : Stem fremitus sama kuat kanan dan kiri
P : Sonor, batas paru hepar ICS IV MCL dekstra
A : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, kuat angkat (+), thrill (-)
P : Batas jantung kanan : ICS V PSL Dekstra
Batas jantung kiri : ICS V MCL sinistra
A : Bunyi jantung I, II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Datar
A : Bising usus (+) 8x/menit
P : Timpani pada keempat kuadran abdomen
P : Supel, nyeri tekan (+) pada ulu hati, Hepar; Lien dan Ginjal tidak teraba membesar
Anus dan genitalia
:
superior
inferior
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Capillary refill
<2
<2
Anemis
-/-
-/-
RESUME
Diagnosis :
Diagnosis Banding :
Pemeriksaan Penunjang :
Terapi :
CATATAN KEMAJUAN
22 APRIL 2015, 7.00
S:
-
Demam (-)
Pendarahan (-)
Mual (+)
Tanda-tanda vital:
O:
Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)
Pemeriksaan
Nilai Normal
21
22
Hemoglobin
8,8
8,6
Hematokrit
40 50 %
25,1
25,6
Eritrosit
3,37
3,37
Leukosit
4 11 ribu/mm
2100
1900
Trombosit
74,0
76,0
A:
-
P:
-
Infus RL 16 tetes/menit
Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah
rutin
23 APRIL 2015
S:
-
Demam (+)
Pendarahan (-)
Mual (+)
Tanda-tanda vital:
O:
o Nadi: 134 x/menit
o Suhu: 39oC
-
Cor: normal
Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III
Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
Pemeriksaan
Nilai Normal
22
23
Hemoglobin
8,6
9,4
Hematokrit
40 50 %
25,6
27,5
Eritrosit
3,37
3,64
Leukosit
4 11 ribu/mm
1900
1800
Trombosit
76,0
64,0
A:
-
Infus RL 16 tetes/menit
Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah
P:
rutin
-
24 APRIL 2015
S:
-
Demam (-)
Pendarahan (-)
Mual (-)
Tanda-tanda vital:
O:
o Nadi: 108 x/menit
o Suhu: 37,0oC
-
Cor: normal
Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III
Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)
Pemeriksaan
Nilai Normal
23
24
Hemoglobin
9,4
8,9
Hematokrit
40 50 %
27,5
23,4
Eritrosit
3,64
3,05
Leukosit
4 11 ribu/mm
1800
2100
Trombosit
64,0
71,0
A:
-
Infus RL 16 tetes/menit
Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah
P:
rutin
-
25 APRIL 2015
S:
-
Demam (-)
Pendarahan (-)
Mual (-)
Tanda-tanda vital:
O:
o Nadi: 100 x/menit
o Suhu: 37,7oC
-
Cor: normal
Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III
Abdomen:
o Inspeksi: flat
Pemeriksaan
Nilai Normal
24
25
Hemoglobin
8,9
7,9
Hematokrit
40 50 %
23,4
23,3
Eritrosit
3,05
3,08
Leukosit
4 11 ribu/mm
2100
2600
Trombosit
71,0
66,0
A:
-
Infus RL 16 tetes/menit
Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah
P:
rutin
26 APRIL 2015
S:
-
Demam (-)
Pendarahan (-)
Mual (-)
Tanda-tanda vital:
O:
o Nadi: 100 x/menit
o Suhu: 36,0oC
-
Cor: normal
Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III
Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)
Pemeriksaan
Nilai normal
Hasil
21/4/2015
22/4/2015
23/4/2015
24/4/2015
25/4/2015
26/4/2015
Hemoglobin
8,8
8,6
9,4
8,9
7,9
8,5
Hematokrit
40 50 %
25,1
25,6
27,5
23,4
23,3
24,2
MCV
80 97 m3
74,5
76,0
75,5
76,7
75,6
75,5
MCH
26,5 33,5 pg
26,1
25,5
25,8
25,9
25,6
26,3
MCHC
35,1
33,6
34,2
33,8
33,9
34,8
RDW
10,0 15,0 %
13,2
13,3
13,5
13,5
13,5
13,4
MPV
6,5 11,0 m3
9,8
10,9
10,1
10,1
9,6
9,5
PDW
12,3
16,4
12,6
12,6
12,2
14,8
Eritrosit
3,37
3,37
3,64
3,05
3,08
3,23
Leukosit
4 11 ribu/mm
2100
1900
1800
2100
2600
3400
Trombosit
74,0
76,0
64,0
71,0
66,0
91,0
A:
-
P:
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A.
Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi sampai
umur 20 minggu kehamilan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan
bahkan membahayakan hidupnya. (Mitayni, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah mual
dan muntah ynag berlebihan dan tidak terkendali selama kehamilan, yang mengakibatkan
ketidakseimbangan elektrolit, metabolic, dan defisiensi nutrisi tanpa masalah medis
lainnya (Bobak dalam Sukowati, 2010). Komplikasi mual dan muntah sekitar 70 % dari
semua kehamilan biasa terjadi pada trisemester pertama (Gordon, 2002). Hiperemesis
gravidarum biasanya dimulai dari 10 minggu pertama dari kehamilan. Wanita yang
cenderung mengalami gangguan ini biasanya berumur kurang dari 20 tahun, dan
mengalami kegemukan.
B. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, dahulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam
racun yang berasal dari janin atau kehamilan, penyakit ini juga digolongkan ke dalam
gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Menurut Sastrawinata (2005), nama
gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi
(pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan.
Beberapa perkiraan faktor-faktor penyebab meliputi :
1. Faktor Hormonal
Human Chorionik Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh plasenta pada
wanita hamil terjadi peningkatan. Peningkatan hormon HCG berefek menimbulkan
mual dan muntah. Hormon HCG berfungsi untuk menjaga kecukupan produksi
hormon estrogen dan progesteron yang berdampak pada kehamilan agar sehat dan
lancar. (Stright, B.R 2001 ; Tiran, 2004).
Kadar estrogen pada wanita hamil meningkat, yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tonus otot-otot traktus digestivus, sehingga motilitas seluruh traktus
digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di lambung dan apa yang telah
dicerna lebih lama berada dalam usus, dan hal ini menimbulkan rasa mual.
(Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).
Progesteron bersama estrogen berperan dalam menyebabkan terjadinya nausea
dan vomitus pada kehamilan. Progesteron menurunkan kontraktilitas otot polos dan
menyebabkan distritmia lambung yang merangsang terjadinya mual dan muntah.
Peningkatan
hormon
progesteron
menyebabkan
otot
polos
pada
sistem
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi matermal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta risistensi yang menurun dari pihak ibu.
4. Faktor Psikologik
Stres psikologik seperti kerekatan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang merangsang peningkatan produksi asam lambung
yang memperberat mual muntah yang dialami ibu hamil (Wiknjosastro, 2006;
Sukowati, 2011).
5. Faktor Budaya
Selain faktor psikologis, faktor budaya juga dapat menjadi pemicu terjadinya
hiperemesis gravidarum. Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang
merupakan hal penting adalah berkaitan dengan pemilihan jenis makanan yang akan
dikonsumsi. Penelitian lain mengenai pengaruh budaya terhadap hiperemesis
gravidarum dilakukan juga oleh Rabinerson, et al. (2000). Hasil penelitiannya
menemukan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum dapat meningkat pada wanita
yang mengalami pembatasan dalam intake nutrisi (contohnya pada wanita yang
menjalankan puasa). Di tegaskan oleh Rabinerson, et al. bahwa pembatasan intake
nutrisi dapat menimbulkan efek samping terhadap volume cairan amnion sehingga
perlu dipertimbangkan pelaksanaan puasa pada wanita hamil.
C. Manifetasi Klinis
Tidak ada batas yang jelas antara mual fisiologis dan hiperemesis gravidarum, tetapi
bila keadaan umum klien terpengaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum (Runiari, 2010). Gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan (Manuaba, 2001; Runiari, 2010):
1. Tingkatan I: muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat
badan
menurun,
dan
merasakan
nyeri
epigastrum,
nadi
Endokrin
Psikosomatis
Kehamilan ganda,
molahidatidosa
Stress, kurang
support sosial
HCG dan
Estrogen ,
progesterone
HCL
Alergi
Antigen baru janin dan
plasenta, villi khoriolis
Berlawanan dengan
antigen ibu
Motalitas GIT
Merangsang muntah
Hiperemesis
gravidarum
Intake
Output
Absorbsi m
HCL m
KH m
Iritasi saluran
cerna
energi m
kelemahan
Intoleransi
aktivitas
Nyeri ulu
hati
Gangguan nutrisi
Dehidrasi
Na & K
cairan ektrasel dan
plasma
Gangguan
keseimbangan
elektrolit
Hemokonsentrasi
Suplai O2 dan
nutrisi
transplasenta
Mobilisasi lemak
protein di jaringan
BB
Ketosis darah
Resiko perubahan
nutrisi pada fetal
Imbalance
elektrolit
Alkalosis
respiratori
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan atau dehidrasi meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
2. Kadar hemoglobin (HB) dan hematokrit (Ht).
3. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
4. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
5. Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam
6. TSH untuk menentukan penyakit pada tiroid
7. CBG, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai
penyebab
8. Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut
9. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatidosa
F. Penatalaksanaan dan Diagnosa Keperawatan
1. Penatalaksanaan Medis
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu
segera diberikan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen
(dapat menyebabkan kelainan congenital atau cacat bawaan bayi). Sedativa yang
sering diberikan adalah Phenobarbital yang berfungsi untuk meredakan kecemasan
dan ketegangan serta membatasi perangsangan yang berulang dan terus menerus.
Vitamin yang dianjurkan adalah B1 (berfungsi sebagai metabolisme energi, terutama
karbohidrat) dan B6 (berhubungan dengan konsumsi protein yaitu kira-kira 2mg/ 100
mg protein). Antihistamin (anti alergi) juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin.
Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti Disiklomin Hidrokhloride atau
Khlorpromazin (Wiknjosastro, 2006; Sukowati, 2010).
Hiperemesis Gravidarum menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
nutrisi. Apabila ditemukan kekurangan cairan dan elektrolit maka diberikan cairan
parenteral yang mengandung elektrolit, protein, dan glukosa sebanyak 2-3 liter/ 24
jam dan hitung input dan output cairan. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan
asam amino secara intravena. Terapi nutrisi pada Hiperemesis Gravidarum pada
prinsipnya memungkinkan melalui saluran cerna atas, namun bila ditemui hambatan
per oral maka digunakan NGT, modifikasi diet yang diberikan adalah makan dalam
porsi kecil tapi sering, diet tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein. Pemberian
diperhitungkan berdasarkan BMI ditambah 300 kalori).
Penderita Hiperemesis Gravidarum sebaiknya diletakkan dalam kamar tersendiri
yang tenang dan bebas bau-bauan, tetapi cerah dan dengan peredaran udara yang baik
(Wiknjosastro, 2006; Sukowati, 2010).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat maternitas sebaiknya memberikan penerapan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak
dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat
dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. (Wiknjosastro
2006; Sukowati, 2010).
3. Pengkajian
a. Pengkajian Data Subyektif
1) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat
pemeriksaan antenantal, dan komplikas.
2) Riwayat diet, khususnya intake cairan.
3) Pengobatan yang didapat saat ini.
4) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada abdomen.
sosial
seperti
komunikasi,terpapar
terpapar
dengan
penyakit
lingkungan,
yang
tercapainya
mengganggu
pelayanan
koping
individu
dalam
menerima
janin
berhubungan
pengetahuan
b. Hiperemesis gravidarum tingkat II
dengan
kurang
1) Kekurangan
volume
cairan
pada
ibu
dan
janin
dari
nutrisi,
dan
peningkatan
energi
yang
koping
individu
dalam
menerima
kehamilan
Rasional
Pengkajian status cairan dan elektrolit yang
akurat menjadi dasar rencana asuhan
keperawatan dan evaluasi intervensi
Penimbangan BB perlu dilakukan secara rutin
untuk mengetahui kesesuaian BB dengan
umur kehamilan. Pada klien dengan
hiperemesisis, penurunan BB dapat terjadi
karena muntah berlebihan
Berikan data berkenaan dengan semua
kondisi. Peningkatan kadar hormon korionik
gonadotropin (hCG), perubahan metabolisme
karbohidrat, dan penurunan motilitas
lambung memperberat mual muntah pada
trisemester awal kehamilan
Muntah dapat mengakibatkan kehilangan
asam lambung atau produksi alkalin pada
gastrointestinal bawah. Pengkajian output
yang tepat akan membantu menentukan
tindakan selanjutnya guna mempertahankan
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah yang
menetap.
Kriteria hasil:
1. Klien mengonsumsi diet oral yang mengandung gizi adekuat.
2. Klien tidak lagi mengalami mual dan muntah.
3. Klien dapat menjelaskan komponen-komponen diet nutrisi yang adekuat
dan mengungkapkan kemauan untuk mengikuti diet tersebut.
4. Klien menoleransi diet yang telah diprogramkan.
5. Klien mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama kehamilan.
Intervensi
Batasi intake oral selama 24 sampai
Rasional
Pembatasan dianjurkan untuk klien agar
48 jam
Mulai pemberian intake per oral
sesuai yang diprogramkan dan
kemampuan toleransi klien
Kaji keadaan abdomen setiap 2 jam
sesuai dengan kondisi klien meliputi
ukuran, kontur, peristaltik dan
adanya nyeri, kaji juga tanda vital
Anjurkan klien menghindari
makanan berlemak
Anjurkan untuk makan selingan
seperti biskuit, roti dan teh hangat
Beri sajian makanan yang menarik
dalam jumlah kecil dan disesuaikan
dengan pilihan klien
Tingkatkan jumlah makanan secara
perlahan sesuai kemampuan
toleransi klien
Pantau dan dokumentasikan intake
oral
Anjurkan untuk perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan atau
setelah muntah
Diskusikan pentingnya nutrisi
adekuat selama kehamilan
Verifikasi pemahaman klien tentang
informasi nutrisi
Kaji motivasi klien untuk mengikuti
dan mematuhi rencana pengaturan
diet yang diprogramkan
Pantau kadar hemoglobin dan
hematokrit
dan muntah
Intervensi
Anjurkan klien membatasi aktivitas
dengan istirahat cukup
Anjurkan klien untuk menghindari
mengangkat berat
Bantu klien beraktifitas secara
bertahap jika muntah berkurang
Anjurkan tirah baring yang
dimodifikasi sesuai indikasi
Bantu klien memenuhi kebersihan
diri seperti mandi, mengganti
pakaian, dan kebersihan mulut
Rasional
Menghemat energi dan menghindari
pengeluaran tenaga terus menerus dapat
meminimalkan kelelahan uterus
Aktivitas yang ditoleransi sebelumnya
mungkin tidak dimodifikasi untuk klien
yang beresiko
Aktivitas bertahap meminimalkan
terjadinya trauma serta meringankan klien
dalam memenuhi kebutuhannya
Tingkat aktivitas mungkin perlu
dimodifikasi sesuai indikasi
Kebersihan diri dapat meningkatkan
kenyamanan dan menumbuhkan kondisi
sehat serta sejahtera
DAFTAR PUSTAKA
Asih, dkk. (2009). Jurnal: Hubungan pajanan infeksi helicobacter pylori dengan
kejadian hiperemesis gravidarum. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Bobak, I. M & Jensen, M. D. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung:
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta:
Salemba Medika
Sukowati, U. (2010). Model Konsep dan Teori Keperawatan. Bandung: Refika Aditama