Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Diajukan guna melengkapi tugas


Kepaniteraan Bagian Obstetrik & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Oleh:
Caryn Miranda Saptari
406138032

Pembimbing:
dr. Aris Sukarno, SpOG

BAGIAN ILMU KESEHATAN Obstetrik & Ginekologi


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BHAYANGKARA SEMARANG
2015

DATA DASAR
Identitas
Nama

: Ny. I. P

Usia

: 28 tahun

Nama suami

Alamat

: Jl. Parangsarpo 8 no 2 RT 4 RW 12

No. Telepon

: 0856401272113

Tahun menikah

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pekerjaan

Pendidikan terakhir

Pekerjaan suami

Pendidikan suami

Riwayat Kehamilan Sekarang


Hari pertama haid terakhir

Siklus haid

: teratur/tidak teratur (*coret yang tidak perlu)

Taksiran waktu persalinan

Perdarahan pervaginam

:-

Keputihan

:-

Mual dan muntah

: + sejak 3 hari

Masalah/kelainan pada kehamilan ini

:-

Pemakaian obat dan jamu-jamuan

:-

Keluhan lainnya

: demam (+), menggigil (+), nyeri ulu hati (+)

Riwayat Kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi terdahulu

Riwayat kontrasepsi terakhir

Riwayat Obstetri Lalu


Jumlah kehamilan, persalinan, aborsi : G2P1A0
Jumlah persalinan cukup bulan

:1

Jumlah persalinan prematur

:-

Jumlah anak hidup, berat lahir, jenis kelamin, cara persalinan: 1, Berat badan lahir :
jenis kelamin : laki-laki, cara persalinan : spontan
Perdarahan pada kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu:
Riwayat hipertensi (sebelum/saat/sesudah kehamilan): Riwayat berat bayi <2500g atau >4000g: Riwayat kehamilan sungsang : Riwayat kehamilan ganda

:-

Riwayat pertumbuhan janin terhambat: Riwayat penyakit dan kematian perinatal, neonatal, dan kematian janin: Adanya masalah lain selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu: Durasi menyusui eksklusif

Riwayat Medis Lainnya


Penyakit jantung

:-

Hipertensi

:-

Diabetes melitus

:-

Penyakit hati (hepatitis)

:-

Infeksi menular seksual

:-

Lainnya

:-

Alergi obat/makanan

:-

Riwayat operasi

:-

Obat yang rutin dikonsumsi : Status imunisasi tetanus

:-

Riwayat transfusi darah

:-

Golongan darah

:A

Riwayat penyakit keluarga

:-

Riwayat kecelakaan (trauma) : -

Riwayat Sosial Ekonomi


Usia ibu saat perama menikah:
Status perkawinan

: Menikah

Kebiasaan makan minum

Kebiasaan merokok dan alkohol: Riwayat Penyakit Sekarang:


Autoanamnesis & Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 14 April 2015
Pukul 13:00 WIB di Melati
Keluhan Utama : Mual & Muntah
Mual dan muntah sejak 3 hari SMRS, frekuensi muntah dalam sehari lebih dari 5 kali,
sedangkan mual dirasakan sepanjang hari baik sesudah makan maupun sebelum makan.
Keluhan ini dirasakan semakin memberat jika setelah makan. Pasien mengaku tidak bisa
makan dan minum sama sekali. Keluhan lain yang dirasakan oleh pasien adalah demam
sejak 3 hari SMRS, demam dirasakan sepanjang hari dan naik-turun, pasien juga
mengaku terkadang menggigil. Pasien mengeluh ulu hati terasa sakit, dan badan terasa
lemas. Pasien juga mengaku sering sulit tidur.

Pemeriksaan Fisik
Tanggal

: 14 April 2015

Jam

: 13:00

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum

: Compos Mentis, GCS 15, Tampak sakit sedang

Tanda vital
Tekanan darah

: 110/70

Frekuensi nadi

: 100 x/menit

Frekuensi napas

: 18 x/menit

Suhu tubuh

: 37.8 C

Data antropometri

: BB = 71 kg, TB =

Pemeriksaan Sistem
Kepala

: Normocephal, Rambut hitam tersebar merata dan tidak mudah dicabut

Leher

: Kelenjar getah bening dan Tiroid tidak teraba, Trakea di tengah

Toraks

Paru-paru
I : Simetris pada inspirasi dan ekspirasi, retraksi (-)
P : Stem fremitus sama kuat kanan dan kiri
P : Sonor, batas paru hepar ICS IV MCL dekstra
A : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, kuat angkat (+), thrill (-)
P : Batas jantung kanan : ICS V PSL Dekstra
Batas jantung kiri : ICS V MCL sinistra
A : Bunyi jantung I, II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

I : Datar
A : Bising usus (+) 8x/menit
P : Timpani pada keempat kuadran abdomen
P : Supel, nyeri tekan (+) pada ulu hati, Hepar; Lien dan Ginjal tidak teraba membesar
Anus dan genitalia

: dalam batas normal

Ekstremitas dan tulang belakang


Ekstremitas

:
superior

inferior

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Capillary refill

<2

<2

Anemis

-/-

-/-

Pemeriksaan Obstetrik Ginekologi :

RESUME

Diagnosis :

Diagnosis Banding :
Pemeriksaan Penunjang :

Terapi :

CATATAN KEMAJUAN
22 APRIL 2015, 7.00
S:
-

Demam (-)

Pendarahan (-)

Mual (+)

Nyeri Perut (+)

BAK tidak ada keluhan

KU: tampak sakit sedang, GCS 15

Tanda-tanda vital:

O:

o Nadi: 110 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup


o Suhu: 36,8oC
-

Mata: CA -/-, SI -/-

Cor/ Pulmo: normal

Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)

Akral: edema (-), petechie (-), akral hangat

Pemeriksaan

Nilai Normal

21

22

Hemoglobin

13,0 18,0 gr%

8,8

8,6

Hematokrit

40 50 %

25,1

25,6

Eritrosit

4,5 5,5 juta/ mm3

3,37

3,37

Leukosit

4 11 ribu/mm

2100

1900

Trombosit

150 - 400 ribu/mm

74,0

76,0

A:
-

DHF grade I hari V

Anemia mikrositik hipokrom

P:
-

Infus RL 16 tetes/menit

P.o : Parasetamol 3 x 1 cth (jika suhu 38oC )

Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah
rutin

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pemberian obat penurun demam


yaitu parasetamol apabila demam anak 38 0C

Menjelaskan kepada keluarga bahwa diperlukan pengawasan keadaan anak yang


lebih pada hari sakit ke 4- hari sakit ke-6 sebab saat penurunan suhu anak adalah
masa kritis dimana dapat terjadi syok.

23 APRIL 2015
S:
-

Demam (+)

Pendarahan (-)

Mual (+)

Nyeri Perut (+)

BAK tidak ada keluhan

Tanda-tanda vital:

O:
o Nadi: 134 x/menit
o Suhu: 39oC
-

Mata: CA -/-, SI -/-

Cor: normal

Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III

Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal

o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)


o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)
-

Akral: edema (-), petechie (-), akral hangat

Pemeriksaan

Nilai Normal

22

23

Hemoglobin

13,0 18,0 gr%

8,6

9,4

Hematokrit

40 50 %

25,6

27,5

Eritrosit

4,5 5,5 juta/ mm3

3,37

3,64

Leukosit

4 11 ribu/mm

1900

1800

Trombosit

150 - 400 ribu/mm

76,0

64,0

A:
-

DHF grade I hari VI

Anemia mikrositik hipokrom

Efusi pleura dextra

Infus RL 16 tetes/menit

P.o : Parasetamol 3 x 1 cth (jika suhu 38oC )

Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah

P:

rutin
-

Foto thorax RLD

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pemberian obat penurun demam


yaitu parasetamol apabila demam anak 38 0C

Menjelaskan kepada keluarga bahwa diperlukan pengawasan keadaan anak yang


lebih pada hari sakit ke 4- hari sakit ke-6 sebab saat penurunan suhu anak adalah
masa kritis dimana dapat terjadi syok.

24 APRIL 2015
S:
-

Demam (-)

Pendarahan (-)

Mual (-)

Nyeri Perut (+)

BAK tidak ada keluhan

Tanda-tanda vital:

O:
o Nadi: 108 x/menit
o Suhu: 37,0oC
-

Mata: CA -/-, SI -/-

Cor: normal

Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III

Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)

Akral: edema (-), petechie (-), akral hangat

Pemeriksaan

Nilai Normal

23

24

Hemoglobin

13,0 18,0 gr%

9,4

8,9

Hematokrit

40 50 %

27,5

23,4

Eritrosit

4,5 5,5 juta/ mm3

3,64

3,05

Leukosit

4 11 ribu/mm

1800

2100

Trombosit

150 - 400 ribu/mm

64,0

71,0

A:
-

DHF grade I hari VII

Anemia mikrositik hipokrom

Efusi pleura dextra

Infus RL 16 tetes/menit

P.o : Parasetamol 3 x 1 cth (jika suhu 38oC )

Imunos 1x1 Cth

Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah

P:

rutin
-

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pemberian obat penurun demam


yaitu parasetamol apabila demam anak 38 0C

Menjelaskan kepada keluarga bahwa diperlukan pengawasan keadaan anak yang


lebih pada hari sakit ke 4- hari sakit ke-6 sebab saat penurunan suhu anak adalah
masa kritis dimana dapat terjadi syok.

25 APRIL 2015
S:
-

Demam (-)

Pendarahan (-)

Mual (-)

Nyeri Perut (-)

BAK tidak ada keluhan

Tanda-tanda vital:

O:
o Nadi: 100 x/menit
o Suhu: 37,7oC
-

Mata: CA -/-, SI -/-

Cor: normal

Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III

Abdomen:
o Inspeksi: flat

o Auskultasi: BU (+) normal


o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)
-

Akral: edema (-), petechie (-), akral hangat

Pemeriksaan

Nilai Normal

24

25

Hemoglobin

13,0 18,0 gr%

8,9

7,9

Hematokrit

40 50 %

23,4

23,3

Eritrosit

4,5 5,5 juta/ mm3

3,05

3,08

Leukosit

4 11 ribu/mm

2100

2600

Trombosit

150 - 400 ribu/mm

71,0

66,0

A:
-

DHF grade I hari IIX

Anemia mikrositik hipokrom

Efusi pleura dextra

Infus RL 16 tetes/menit

P.o : Parasetamol 3 x 1 cth (jika suhu 38oC )

Imunos 1x1 Cth

Monitor keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda syok & pendarahan, serial darah

P:

rutin

Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pemberian obat penurun demam


yaitu parasetamol apabila demam anak 38 0C

Menjelaskan kepada keluarga bahwa diperlukan pengawasan keadaan anak yang


lebih pada hari sakit ke 4- hari sakit ke-6 sebab saat penurunan suhu anak adalah
masa kritis dimana dapat terjadi syok.

26 APRIL 2015
S:
-

Demam (-)

Pendarahan (-)

Mual (-)

Nyeri Perut (-)

BAK tidak ada keluhan

Tanda-tanda vital:

O:
o Nadi: 100 x/menit
o Suhu: 36,0oC
-

Mata: CA -/-, SI -/-

Cor: normal

Pulmo: SDV /+, Ronchi -/-, Wheezing -/-, perkusi: redup pada paru kanan
hingga ICS III

Abdomen:
o Inspeksi: flat
o Auskultasi: BU (+) normal
o Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
o Palpasi: supel, NT (+) kanan atas, teraba hepar 2 cm di bawah costae,
konsistensi kenyal, tepi tajam, permukaan rata, nyeri tekan (+)

Akral: edema (-), petechie (-), akral hangat

Pemeriksaan

Nilai normal

Hasil
21/4/2015

22/4/2015

23/4/2015

24/4/2015

25/4/2015

26/4/2015

Hemoglobin

13,0 18,0 gr%

8,8

8,6

9,4

8,9

7,9

8,5

Hematokrit

40 50 %

25,1

25,6

27,5

23,4

23,3

24,2

MCV

80 97 m3

74,5

76,0

75,5

76,7

75,6

75,5

MCH

26,5 33,5 pg

26,1

25,5

25,8

25,9

25,6

26,3

MCHC

31,5 35,0 g/dl

35,1

33,6

34,2

33,8

33,9

34,8

RDW

10,0 15,0 %

13,2

13,3

13,5

13,5

13,5

13,4

MPV

6,5 11,0 m3

9,8

10,9

10,1

10,1

9,6

9,5

PDW

10,0 18,0 g/dl

12,3

16,4

12,6

12,6

12,2

14,8

Eritrosit

4,5 5,5 juta/ mm3

3,37

3,37

3,64

3,05

3,08

3,23

Leukosit

4 11 ribu/mm

2100

1900

1800

2100

2600

3400

Trombosit

150 - 400 ribu/mm

74,0

76,0

64,0

71,0

66,0

91,0

A:
-

DHF grade I hari IX

Anemia mikrositik hipokrom

Efusi pleura dextra

Pasien diperbolehkan pulang

P.o : Parasetamol 3 x 1 cth (jika suhu 38oC )

Imunos 1x1 Cth

P:

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A.

Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi sampai
umur 20 minggu kehamilan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari dan
bahkan membahayakan hidupnya. (Mitayni, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah mual
dan muntah ynag berlebihan dan tidak terkendali selama kehamilan, yang mengakibatkan
ketidakseimbangan elektrolit, metabolic, dan defisiensi nutrisi tanpa masalah medis
lainnya (Bobak dalam Sukowati, 2010). Komplikasi mual dan muntah sekitar 70 % dari
semua kehamilan biasa terjadi pada trisemester pertama (Gordon, 2002). Hiperemesis
gravidarum biasanya dimulai dari 10 minggu pertama dari kehamilan. Wanita yang
cenderung mengalami gangguan ini biasanya berumur kurang dari 20 tahun, dan
mengalami kegemukan.
B. Etiologi

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, dahulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam
racun yang berasal dari janin atau kehamilan, penyakit ini juga digolongkan ke dalam
gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Menurut Sastrawinata (2005), nama
gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi
(pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan.
Beberapa perkiraan faktor-faktor penyebab meliputi :
1. Faktor Hormonal
Human Chorionik Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh plasenta pada
wanita hamil terjadi peningkatan. Peningkatan hormon HCG berefek menimbulkan
mual dan muntah. Hormon HCG berfungsi untuk menjaga kecukupan produksi
hormon estrogen dan progesteron yang berdampak pada kehamilan agar sehat dan
lancar. (Stright, B.R 2001 ; Tiran, 2004).
Kadar estrogen pada wanita hamil meningkat, yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tonus otot-otot traktus digestivus, sehingga motilitas seluruh traktus
digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di lambung dan apa yang telah

dicerna lebih lama berada dalam usus, dan hal ini menimbulkan rasa mual.
(Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).
Progesteron bersama estrogen berperan dalam menyebabkan terjadinya nausea
dan vomitus pada kehamilan. Progesteron menurunkan kontraktilitas otot polos dan
menyebabkan distritmia lambung yang merangsang terjadinya mual dan muntah.
Peningkatan

hormon

progesteron

menyebabkan

otot

polos

pada

sistem

gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas


sehingga pengosongan lambung melambat. Refluks esophagus, penurunan motilitas
lambung, dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang
dapat mengakibatkan mual dan muntah (Kuscu & Koyuncu, 2002: Neil & Nelson,
2003; Tiran, 2004; Verberg, et al., 2005).
2. Faktor Infeksi
Berdasarkan penelitian diketahui 95 % ibu hiperemesis gravidarum mengalami
infeksi Helicobacter pylory (Bagis et al., 2001). Infeksi Helicobacter pylory terjadi
karena penurunan keasaman lambung yang disebabkan akumulasi cairan disebabkan
peningkatan produksi hormon steroid pada wanita hamil. Hipo asiditas pada lambung
menyebabkan mudah terjadinya infeksi pada lambung, salah satu infeksi yang terjadi
adalah infeksi pada Helicobacter pylory.
3. Faktor Organik

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi matermal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta risistensi yang menurun dari pihak ibu.
4. Faktor Psikologik
Stres psikologik seperti kerekatan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang merangsang peningkatan produksi asam lambung
yang memperberat mual muntah yang dialami ibu hamil (Wiknjosastro, 2006;
Sukowati, 2011).
5. Faktor Budaya

Selain faktor psikologis, faktor budaya juga dapat menjadi pemicu terjadinya
hiperemesis gravidarum. Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang

merupakan hal penting adalah berkaitan dengan pemilihan jenis makanan yang akan
dikonsumsi. Penelitian lain mengenai pengaruh budaya terhadap hiperemesis
gravidarum dilakukan juga oleh Rabinerson, et al. (2000). Hasil penelitiannya
menemukan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum dapat meningkat pada wanita
yang mengalami pembatasan dalam intake nutrisi (contohnya pada wanita yang
menjalankan puasa). Di tegaskan oleh Rabinerson, et al. bahwa pembatasan intake
nutrisi dapat menimbulkan efek samping terhadap volume cairan amnion sehingga
perlu dipertimbangkan pelaksanaan puasa pada wanita hamil.
C. Manifetasi Klinis
Tidak ada batas yang jelas antara mual fisiologis dan hiperemesis gravidarum, tetapi
bila keadaan umum klien terpengaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum (Runiari, 2010). Gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan (Manuaba, 2001; Runiari, 2010):
1. Tingkatan I: muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan
umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat

badan

menurun,

dan

merasakan

nyeri

epigastrum,

nadi

meningkat sekitar 100x/ menit, tekanan darah sistol menurun, dapat


disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering,
dan mata cekung.
2. Tingkatan II: klien tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit
ikterik, berat badan turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
Aseton tercium dari pernafasan dan ditemukan juga dalam urin.
3. Tingkatan III: keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai Wernicke Enselopati. Gejala yang dapat timbul seperti
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental; sebagai akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Ikterik
menunjukkan terjadinya payah hati. Pada fase ini juga terjadi
perdarahan esophagus, lambung, dan retina.

C. WOC Teoritis (Mitayani, 2009)

Endokrin

Psikosomatis

Kehamilan ganda,
molahidatidosa

Stress, kurang
support sosial

HCG dan
Estrogen ,
progesterone

HCL

Alergi
Antigen baru janin dan
plasenta, villi khoriolis

Berlawanan dengan
antigen ibu

Motalitas GIT
Merangsang muntah
Hiperemesis
gravidarum

Intake

Output

Absorbsi m

HCL m

KH m

Iritasi saluran
cerna

energi m

kelemahan

Intoleransi
aktivitas

Nyeri ulu
hati

Gangguan nutrisi

Dehidrasi

Na & K
cairan ektrasel dan
plasma
Gangguan
keseimbangan
elektrolit

Gangguan rasa nyaman

Hemokonsentrasi

Suplai O2 dan
nutrisi
transplasenta

Mobilisasi lemak
protein di jaringan
BB

Ketosis darah

Resiko perubahan
nutrisi pada fetal

Imbalance
elektrolit

Alkalosis
respiratori

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan atau dehidrasi meliputi
pemeriksaan keton, albumin, dan berat jenis urine.
2. Kadar hemoglobin (HB) dan hematokrit (Ht).
3. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
4. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan
meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida dan protein.
5. Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam
6. TSH untuk menentukan penyakit pada tiroid
7. CBG, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai
penyebab
8. Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut
9. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatidosa
F. Penatalaksanaan dan Diagnosa Keperawatan
1. Penatalaksanaan Medis
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu
segera diberikan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen
(dapat menyebabkan kelainan congenital atau cacat bawaan bayi). Sedativa yang
sering diberikan adalah Phenobarbital yang berfungsi untuk meredakan kecemasan
dan ketegangan serta membatasi perangsangan yang berulang dan terus menerus.
Vitamin yang dianjurkan adalah B1 (berfungsi sebagai metabolisme energi, terutama
karbohidrat) dan B6 (berhubungan dengan konsumsi protein yaitu kira-kira 2mg/ 100
mg protein). Antihistamin (anti alergi) juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin.
Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti Disiklomin Hidrokhloride atau
Khlorpromazin (Wiknjosastro, 2006; Sukowati, 2010).
Hiperemesis Gravidarum menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
nutrisi. Apabila ditemukan kekurangan cairan dan elektrolit maka diberikan cairan
parenteral yang mengandung elektrolit, protein, dan glukosa sebanyak 2-3 liter/ 24

jam dan hitung input dan output cairan. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan
asam amino secara intravena. Terapi nutrisi pada Hiperemesis Gravidarum pada
prinsipnya memungkinkan melalui saluran cerna atas, namun bila ditemui hambatan
per oral maka digunakan NGT, modifikasi diet yang diberikan adalah makan dalam
porsi kecil tapi sering, diet tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein. Pemberian
diperhitungkan berdasarkan BMI ditambah 300 kalori).
Penderita Hiperemesis Gravidarum sebaiknya diletakkan dalam kamar tersendiri
yang tenang dan bebas bau-bauan, tetapi cerah dan dengan peredaran udara yang baik
(Wiknjosastro, 2006; Sukowati, 2010).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat maternitas sebaiknya memberikan penerapan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak
dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat
dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula. (Wiknjosastro
2006; Sukowati, 2010).
3. Pengkajian
a. Pengkajian Data Subyektif
1) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat
pemeriksaan antenantal, dan komplikas.
2) Riwayat diet, khususnya intake cairan.
3) Pengobatan yang didapat saat ini.
4) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada abdomen.

5) Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan


ginekologi, kolelitiasis, atau gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid
dan tidak adanya depresi.
6) Riwayat

sosial

seperti

komunikasi,terpapar

terpapar

dengan

penyakit

lingkungan,

yang

tercapainya

mengganggu
pelayanan

antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, ketidakhadiran di tempat


bekerja, perubahan status kesehatan atau stressor kehamilan, respon
anggota keluarga, yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan
kondisi sakit, serta system pendukung.
7) Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak
direncanakan.
8) Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika
mengalami muntah, kaji warna, volume, frekuensi, dan kualitasnya. Kaji
juga faktor yang memperberat dan memperingan keadaan, serta
pengobatan yang dilakukan baik di fasilitas kesehatan atau pengobatan di
rumah
9) Gejala gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi,
serta nyeri pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen. Riwayat nyeri
abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor yang
memperingan dan memperberat nyeri.
10) Pengakajian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes Index of
Nausea and Vomiting yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengkaji
frekuensi dan beratnya mual dan muntah. Instrumen ini telah diteliti valid
dan reliable oleh Family Nurse Practitioner program, School of Nursing,
University of Texas at Austin.
b.

Pengkajian data Obyektif


Pengkajian data obyektif berfokus pada pengakjian fisik meliputi :
1) Tanda vital seperti ada tidaknya demam, takikardia atau hipotensi
otostatik, frekuensi pernafasan meningkat, atau adanya nafas bau aseton
2) Tanda tanda umum seperti distress emosional dan ada tidaknya toksik.
3) Berat badan meningkat atau menurun.

4) Status dehidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membrane mukosa (kering


atau lembap) dan oligouria.
5) Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi ( kuat atau lemah ), takikardia
atau terjadinya hipotensi ortostatik.
6) Keadaan abdomen meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif
merupakan keadaan normal dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau
nyeri tekan , adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, dan tanda
Murpy dan tanda Mc.Burneys.
7) Genitourinaria seperti nyeri kostovestebral dan nyeri suprapubik.
8) Eliminasi seperti perubahan pada kosistensi feces, konstipasi, dan
penurunan frekuensi berkemih.
9) Keadaan janin meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus
uterus, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan).
4. Diagnosa keperawatan
a. Hiperemesis Gravidarum Tingkatan I
1) Kekurangan volumecairan dan elektrolit pada ibu dan janin
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui
muntah dan tidak adekuatnya intake cairan.
2) Perubahan nutrisi untuk ibu: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap
sekunder akibat hiperemesis
3) Nyeri epigastrium berhubungan dengan muntah berulang
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
karena tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan energi
yang dibutuhkan selama kehamilan
5) Perubahan membran mukosa mulut berhubungan dengan
dehidrasi
6) Tidak efektifnya

koping

individu

dalam

menerima

kehamilan berhubungan dengan kehamilan yang tidak di


rencanakan
7) Kecemasan dan ketakutan efek hiperemesis terhadap
kesejahteraan

janin

berhubungan

pengetahuan
b. Hiperemesis gravidarum tingkat II

dengan

kurang

1) Kekurangan

volume

cairan

pada

ibu

dan

janin

berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui


muntah dan tidak adekuatnya intake cairan
2) Perubahan nutrisi untuk ibu dan janin:kurang

dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah


yang menetap sekunder akibat hiperemesis
3) Konstipasi berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
nutrisi
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, tidak
adekuatnya

nutrisi,

dan

peningkatan

energi

yang

dibutuhkan selama kehamilan


5) Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
dehidrasi
6) Hipertemia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi
7) Tidak efektifnya

koping

individu

dalam

menerima

kehamilan

berhubungan dengan kehamilan yang tidak di rencanakan


8) Kecemasan dan ketakutan efek hiperemesis terhadap kesejahteraan janin
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
c. Hiperemesis gravidarum tingkat III
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
2) Kekurangan volume cairan pada ibu dan janin berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan.
3) Hipertemia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi
4) Perubahan nutrisi untuk ibu dan janin: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake nutrisi sekunder akibat
hiperemesis.
5) Konstipasi berhubungan dengan tidak adekuatnya nutrisi.
6) Ketidakmampuan beraktivitas berhubungan dengan kelemahan, tidak
adekuatnya nutrisi, dan peningkatan energy yang dibutuhkan selama
kehamilan.
7) Potensial komplikasi: perdarahan
8) Potensial komplikasi: koma
5. Intervensi Keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik.


Perencanaan meliputi pengembangan strategi design untuk mencegah, mengurangi,
atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosis keperwatan.
Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah di paparkan di atas, rencana
asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum adalah sebagai
berikut:
a. Defisit volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan yang tidak adekuat.
Kriteria hasil:
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit kembali ke kondisi normal terbukti
dengan

turgor kulit kembali normal, membran mukosa lembab, berat

badan stabil, tanda vital dalam batas normal,ektrolit serum normal,


hemoglobin, hematokrit dalam batas normal, berat jenis urine dalam batas
normal.
2. Klien tidak muntah lagi.
3. Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat.
Intervensi
Kaji dan dokumentasikan turgor
kulit, kondisi membran mukosa,
tanda-tanda vital, dan berat jenis
urine
Timbang berat badan setiap hari
dengan menggunakan alat yang
sama
Kaji dan laporkan warna, jumlah,
dan frekuensi emesis

Catat intake dan output secara


akurat

Rasional
Pengkajian status cairan dan elektrolit yang
akurat menjadi dasar rencana asuhan
keperawatan dan evaluasi intervensi
Penimbangan BB perlu dilakukan secara rutin
untuk mengetahui kesesuaian BB dengan
umur kehamilan. Pada klien dengan
hiperemesisis, penurunan BB dapat terjadi
karena muntah berlebihan
Berikan data berkenaan dengan semua
kondisi. Peningkatan kadar hormon korionik
gonadotropin (hCG), perubahan metabolisme
karbohidrat, dan penurunan motilitas
lambung memperberat mual muntah pada
trisemester awal kehamilan
Muntah dapat mengakibatkan kehilangan
asam lambung atau produksi alkalin pada
gastrointestinal bawah. Pengkajian output
yang tepat akan membantu menentukan
tindakan selanjutnya guna mempertahankan

Beri cairan intravena sesuai order


yang terdiri atas elektrolit, glukosa,
dan vitamin
Mulai pemberian terapi nutrisi
parenteral sesuai program yang
ditetapkan dan pantau aliran infus
dengan cermat
Beri agen antiemetik sesuai
program
Pertahankan status NPO sesuai
program
Apabila pemasukan peroral
diizinkan tawarkan cairan yang
klien suka
Anjurkan klien mengkonsumsi
cairan peroral dengan perlahan, dan
tingkatkan jumlah cairan
Tes urine terhadap aseton, albumin
dan glukosa

keseimbangan asam basa dan keadaan


elektrolit yang tidak seimbang
Mencegah kekurangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan asam basa,
perubahan kadar elektrolit, dan
hipovitaminosis
Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi
yang menyebabkan metabolisme meningkat,
sehingga tidak merangsang terjadinya mual
dan muntah.
Beberapa obat bersifat teratogen terhadap
kehamilan pada trisemester pertama
kehamilan
Mmpertahankan keseimbangan cairan
Setiap individu biasanya menunjukan selera
yang berbeda terhadap makanan dan
minuman tertentu
Cairan dan makanan sesuai dengan toleransi
klien
Menetapkan data dasar yang dilakukan secara
rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko
tinggi seperti ketidakadekuatan intake
karbohidrat, diabetik ketoasidosis dan
hipertensi dalam kehamilan

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah yang
menetap.
Kriteria hasil:
1. Klien mengonsumsi diet oral yang mengandung gizi adekuat.
2. Klien tidak lagi mengalami mual dan muntah.
3. Klien dapat menjelaskan komponen-komponen diet nutrisi yang adekuat
dan mengungkapkan kemauan untuk mengikuti diet tersebut.
4. Klien menoleransi diet yang telah diprogramkan.
5. Klien mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama kehamilan.
Intervensi
Batasi intake oral selama 24 sampai

Rasional
Pembatasan dianjurkan untuk klien agar

48 jam
Mulai pemberian intake per oral
sesuai yang diprogramkan dan
kemampuan toleransi klien
Kaji keadaan abdomen setiap 2 jam
sesuai dengan kondisi klien meliputi
ukuran, kontur, peristaltik dan
adanya nyeri, kaji juga tanda vital
Anjurkan klien menghindari
makanan berlemak
Anjurkan untuk makan selingan
seperti biskuit, roti dan teh hangat
Beri sajian makanan yang menarik
dalam jumlah kecil dan disesuaikan
dengan pilihan klien
Tingkatkan jumlah makanan secara
perlahan sesuai kemampuan
toleransi klien
Pantau dan dokumentasikan intake
oral
Anjurkan untuk perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan atau
setelah muntah
Diskusikan pentingnya nutrisi
adekuat selama kehamilan
Verifikasi pemahaman klien tentang
informasi nutrisi
Kaji motivasi klien untuk mengikuti
dan mematuhi rencana pengaturan
diet yang diprogramkan
Pantau kadar hemoglobin dan
hematokrit

lambung istirahat dan iritasi pada mukosa


lambung mengalami penyembuhan
Nutrisi maternal yang adekuat sangat
penting untuk kesehatan klien dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan janinnya
Pengkajian akurat akan membantu
penegakkan dagnosis lain yang dapat
menyebabkan muntah meliputi penyakit
hepar, infeksi ginjal,pankreatitis, obstruksi
atau lesi pada saluran pencernaan,
keracunan obat, atau gangguan intracranial
Makanan berlemak dapat menstimulasi
mual dan muntah
Makanan selingan dapat mengurangi atau
menghindari rangsangan mual dan muntah
yang berlebihan serta mencegah
hipoglikemia
Penyajian makanan yang menarik akan
dapat menstimulasi nafsu makan dan setiap
orang memiliki makanan favorit yang
berbeda-beda
Nutrisi sangat dibutuhkan oleh klien dalam
rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pertumbuhan janin pada trimester satu
kehamilan. Pemberian makan dalam porsi
kecil biasanya efektif
Sebagai data dasar kecukupan nutrisi
Hygiene oral yang baik meningkatkan
kenyamanan, perasaan sehat, dan sejahtera.
Perawatan mulut setelah muntah
mengurangi asam yang mengenai gigi
nutrisi yang adekuat dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin
Evaluasi pemahaman klien tentang nutrisi
menjadi dasar untuk rencana intervensi
selanjutnya
Pengetahuan saja tidak cukup menjamin
klien akan mengikuti diet yang telah
diprogramkan, maka perlu dikaji motivasi
klien untuk mengikutinya
Mengidentifikasi adanya anemia dan
potensial penurunan kapasitas pembawa
oksigen. Klien dengan kadar hemoglobin
kurang harus dipertimbangkan terjadinya
anemia pada trimester pertama.

Kaji keadaan keton dalam urine

Panatau tinggi fundus uterus dan


denyut jantung janin

Pantau berat badan klien setiap hari


dengan menggunakan alat yang
sama

Peningkatan nilai Hb dan Ht merupakan


indikasi adanya hemokonsentris
Keton merupakan tanda bahwa cadangan
lemak digunakan untuk energi dan
pertumbuhan, hal ini akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan status janin
Malnutrisi klien berdampak terhadap
pertumbuhan janin dan memperberat
penurunan komplemen sel otak pada janin
yang mengakibatkan kemunduran
perkembangan janin dan kemungkinankemungkinan lebih lanjut
Penggunaan alat yang konsisten
menghindari kesalahan dalam pengukuran

c. Nyeri pada epigastrium b.d muntah berulang


Kriteria hasil: rasa nyaman terpenuhi, skala nyeri turun.
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat nyeri
Untuk mengetahui tingkat nyeri dan
menentukan rencana tindakan selanjutnya.
Atur posisi klien dengan kepala
lebih tinggi selama 30 menit setelah
makan.

Posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi


tekanan pada gastrointestinal atau
mencegah terjadinya refluks esofagus,
sehingga dapat mencegah muntah berulang

Perhatikan kebersihan mulut klien


sesudah dan sebelum makan.

Kebersihan mulut yang baik dan terpelihara


dapat menimbulkan rasa nyaman, juga
diharapkan dapat mengurangi mual dan
muntah.
dengan mengalihkan perhatian diharapkan
klien dapat melupakan rasa nyeri

Alihkan perhatian klien pada hal


yang menyenangkan.
Anjurkan klien untuk beristirahat
dan batasi pengunjung

Istirahat yang cukup dan pembatasan


pengunjung dapat menambah ketenangan
dan rasa nyaman pada klien

Pertahankan kebersihan lingkungan


dan hindari atau kurangi rangsang
bau

Rangsangan bau tertentu yang cukup tajam


dapat memicu mual dan muntah

Anjurkan klien mengonsumsi jahe


(dalam bentuk teh jahe) dan permen
rasa mint untuk mengurangi mual

Beberapa penelitian menguji efek jahe


dalam mengurangi rasa mual dan muntah
pada wanita hamil, ditemukan bahwa jahe

dan muntah

Jelaskan dan ajarkan metode dalam


mengurangi mual dan muntah
antara lain metode penekanan
(akupresur) pada daerah P6 point,
yaitu tiga jari di bawah pergelangan
tangan selama 3 menit pada
masing-masing tangan
Kolaborasi dalam pemberian
antiemetik dan sedative

berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo


atau obat inaktif seperti vitamin B6 yang
selama ini menunjukkan fungsinya dalam
mengurangi mual dan muntah pada
beberapa wanita hamil
Akupresur dan akupunktur dapat
menstimulasi sistem regulasi serta
mengaktifkan mekanisme endokrin dan
neurologi yang merupakan mekanisme
fisiologi dalam mempertahankan
keseimbangan (homeostasis)
Obat antiemetik mengurangi muntah dan
obat sedatif membuat tenang sehingga
dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
oleh klien. Perthatikan bahwa beberapa
obat bersifat teratogen bagi ibu hamil

d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi dan


peningkatan energi yang dibutuhkan selama kehamilan.
Kriteria hasil: klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas
sesuai kemampuan

Intervensi
Anjurkan klien membatasi aktivitas
dengan istirahat cukup
Anjurkan klien untuk menghindari
mengangkat berat
Bantu klien beraktifitas secara
bertahap jika muntah berkurang
Anjurkan tirah baring yang
dimodifikasi sesuai indikasi
Bantu klien memenuhi kebersihan
diri seperti mandi, mengganti
pakaian, dan kebersihan mulut

Rasional
Menghemat energi dan menghindari
pengeluaran tenaga terus menerus dapat
meminimalkan kelelahan uterus
Aktivitas yang ditoleransi sebelumnya
mungkin tidak dimodifikasi untuk klien
yang beresiko
Aktivitas bertahap meminimalkan
terjadinya trauma serta meringankan klien
dalam memenuhi kebutuhannya
Tingkat aktivitas mungkin perlu
dimodifikasi sesuai indikasi
Kebersihan diri dapat meningkatkan
kenyamanan dan menumbuhkan kondisi
sehat serta sejahtera

DAFTAR PUSTAKA
Asih, dkk. (2009). Jurnal: Hubungan pajanan infeksi helicobacter pylori dengan
kejadian hiperemesis gravidarum. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Bobak, I. M & Jensen, M. D. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung:
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta:
Salemba Medika
Sukowati, U. (2010). Model Konsep dan Teori Keperawatan. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai